III. METODE PENELITIAN
5. Tepat Waktu
Untuk mendukung usaha tani padi sawah dan untuk meningkatkan produktivitas beras, sebaiknya pupuk bersubsidi sudah harus diterima oleh petani padi sawah sebelum masa musim tanam tiba.
Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dua bulan sebelum musim tanam tiba RDKK sudah harus selesai direncanakan dan telah di ajukan ke pedagang pengecer. Hal ini dimaksudkan agar pedagang pengecer dapat mengajukan permintaan pupuk bersubsidi yang telah diajukan RDKK kepada
69 produsen, sehingga pupuk subsidi yang disalurkan produsen tersebut dapat segera menyalurkan pupuk subsidi hingga sampai ke petani sebulan sebelum masa musim tanam tiba.
Melalui penjelasan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa waktu datangnya pupuk tepat waktu, seperti ungkapan yang diberikan informan berikut:
“untuk ketepatan waktu pasti selalu tepat, karena semuanya tergantung dari kelompok itu sendiri, karena semakin dia cepat membuat dan menyetor RDKK maka pupuk akan datang tepat waktu. Tetapi untuk tahun ini datangnya tepat waktu tapi dalam penebusan pupuk mengalami penghambatan karena maslaah beda No. KK yang ada di RDKK dengan KK asli” (wawancara oleh Bapak F pada tanggal 12 Januari 2021).
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa di daerah penelitian Desa Wonorejo dalam segi waktu sebenarnya tidak ada hambatan karena pupuk subsidi yang diberikan pemerintah selalu tepat waktu. Hanya saja dalam pembagian pupuk subsidi tahun ini sedikit mengalamai kehambatan karena memiliki aturan baru yaitu penebusan pupuk mempunyai syarat yaitu dengan mengecek nomor NIK dan nomor KK harus sesuai dengan RDKK, meskipun semua pupuk telah ada di gudang masing-masing kelompok jika NIK dan KK tidak sesuai di RDKK maka petani tidak bisa mengambil pupuk subsidi tersebut. Benar saja banyak yang bermasalah dalam hal itu, jadi anggota yang bermasalah atau NIK dan KK nya bermasalah tidak bisa mengambil pupuk bersubsidi. Upaya yang dilakukan masing-masing ketua kelompok tani dengan mengurusnya di kantor desa untuk mendapatkan surat rekomendasi dari desa untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.
70 6. Tepat Mutu
Salah satu hal yang dapat menandakan pupuk bersubsidi itu dikatakan efektif jika mutu pupuk subsidi yang tertuang dalam konsep RDKK sudah dapat di terima oleh petani dan dapat membantu petani dalam meningkatkan produktivitasnya dalam usaha tani.
Melalui penjelasan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk mutu yang ada di pupuk subsidi sesuai tetapi petani merasa terdapat perubahan mutu, seperti ungkapan yang diberikan informan berikut:
“kalau mutu pasti sudah sesuai, tapi banyak petani mengeluh karena pupuk berbeda seperti yang dulu. Dikarenakan karena dulu perkembangan tanaman padi selalu cepat, tetapi sekarang melambat. Para petani mengatakan pasti kulaitasnya diturunkan karena pupuk subsidi” (wawancara oleh Bapak G pada tanggal 12 Januari 2021). Dari wawancara tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada derah penelitian di desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur mutu pupuk yang disubsidi dari pemerintah sama dengan pupuk sebelumnya mengalami perubahan. Banyak petani mengeluh dengan adanya perubahan mutu yang jauh kalau pupuk yang disubsidi saat ini sangat lambat proses pertumbuhan tanaman khususnya padi di sawah untuk meningkatkan produktifitas pendapatan petani menjadi terhambat kalau dulu pertumbuhan tanaman padi sawah cepat.
Maka dari itu petani banyak mengeluh kurangnya pupuk bagi mereka karena tidak sabar dengan pertumbuhan padi yang lambat, padahal pemerintah telah menetapkan mutu dan dosis sesuai luas lahan masing-masing petani. Maka pemerintah harus mengadakan sosialisasi untuk petani agar mengetahui penggunaan dosis pupuk sesuai dengan takarannya.
71 VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dalam keberhasilan pupuk di daerah penelitian diperoleh beberapa kesempulan :
1. Peranan kelompok tani terhadap keberhasilan pupuk bersubsidi diperoleh hasil bahwa jumlah rata-rata jawaban responden berada pada kategori tinggi dengan rata-rata perolehan 2,56. Jadi peran kelompok tani dikatakan tinggi karena kelompok tani yang ada di Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana Kabupaten Luwu Timur melaksanakan peranannya dalam hal penyaluran pupuk bersubsidi.
2. Evektivitas penyaluran pupuk bersubsidi di desa Wonorejo tidak berjalan dengan baik. Hal ini ditujukan dengan tidak sesuainya konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) berdasarkan azas 6 tepat : tepat jenis, tepat jumlah, tepat harga, tepat tempat, tepat waktu, dan tepat mutu. Yang tidak memenuhi 6 tepat yaitu tepat jenis, dimana jenis pupuk yang dibutuhkan petani tahun ini tidak sesuai yang dibutuhkan petani yang telah diajukan melalui RDKK karena pupuk jenis SP-36 di tahun ini tidak keluar.
6.2 Saran
1. Sebaiknya pemerintah lebih mensosialisasikan kepada semua anggota kelompok tani tentang UU penyaluran pupuk bersubsidi yang dikeluarkan agar
72 kelompok tani dapat mengetahui apa isi dari UU yng diberikan oleh pemerintah dan bagaimana penyaluran pupuk bersubsidi tersebut disalurkan. 2. Sebaiknya pihak yang berwenang dalam hal ini Dinas Pertanian, Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Kepala Daerah mendata kembali mengenai harga pupuk yang dibeli petani dari pedagang pengecer apakah sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan melakukan pengawasan terhadap harga pupuk.
3. Sebaiknya anggota kelompok tani mengikuti pertemuan-pertemuan secara rutin dan menanyakan masalah yang dihadapi kelompok tani terhadap pupuk bersubsidi agar tingkat pengetahuan mereka tidak rendah dalam hal pupuk bersubsidi.
73 DAFTAR PUSTAKA
Adnyana dan Kariyasa. 2000. Perumusan Kebijaksanaan Harga Gabah dan Pupuk Dalam Era Pasar Bebas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
Agung, Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta. Penerbit Pembaharuan.
Anonimus, 1997. Pengembangan Dinamika Kelompok Tani.
http//www.dwptan.go.id/pesantren/dispertanak pandeglang/artikel 11 hm. Anonimus, 2010в, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor.03/M-DAG/PER/2/2006. http://kemendag.go.id/peraturan.
Anonimus, 2010с. Pedoman Pelaksanaan Pemanfaatan Alokasi Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (Het) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian http:// www.deptan.go.id/.
Anonimus, 2010ª. Petani Mengeluh Kesulitan Dapat Pupuk Bersubsidi. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=267066.
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Press. Budiarto dan Ciptono, 1997. Pemasaran Internasional. BPFE, Yogyakarta.
Djiwandi .1994. Pengaruh Dinamika Kelompok Tani Terhadap Kecepatan Adopsi Teknologi Usahatani Dikabupaten Sukoharjo. Laporan Penelitian.
Hardjowigeno. 2004. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hasibun, Dewi C. 2012. “Peranan Kelompok Tani Terhadap Keberhasilan Penyaluran Pupuk Bersubsidi”. Skripsi pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Hasibun, Dewi C. 2012. Pemberdayaan Gapoktan dalam Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi Secara Tertutup. http://www.sinartani.com/agriwacana/ pemberdayaan-gapoktandalamsistem-distribusi-pupuk-bersubsidi-secara-tertutup-1226296607.html.
Hasibun, Dewi C. 2012. Revitalisasi Peran Penyuluh Dalam Gerakan Penyusunan Rencana Defeniktif Kebutuhan Kelompok.
74 http://www.sinartani.com/ agripenyuluh/revitalisasi-peran-penyuluh-dalam-gerakan-penyusunan-rdkk-1269248724.
Hasibun, Dewi C. 2012. Pengertian Kelompok Tani. http://azisturindra.wordress. com/2009/12/02/pengertian-kelompok-tani/.
Hasibun, Dewi C. 2012. Petani Mengeluh Kesulitan Dapat pupuk Bersubsidi. http://www.suarakarya-onlaine.com/news.html?id=267066.
Hasibun, Dewi C. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pemanfaatan Alokasi Kebutuhan Dan Harga Ecer Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian://www.deptan.go.id/.
Inspektorat Jendral, 2009. Sosialisasi Kebijakan Pupuk Bersubsidi. Jakarta. Jasmal. 2007., Memberdayakan-Kelompok-Tani. http://.blogspot.com//09/.html.
Diakses 28 Januari 2009.
Keegan, Warren J. (2003). “Manajemen Pemasaran Global”. Edisi keenam, penerbit, penerbit: PT. Indeks Gramedia, Jakarta.
Khairunisya. 2009. “Efektifitas Penyaluran Pupuk Bersubsidi Bagi Petani Padi Di Kabupaten Lampung Tengah”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Bandar Lampung.
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta. Penerbit Pembaharuan.
Luhut S, 2010d. Tata Niaga Hasil Pertanian. USU Press, Medan.
Mardikanto T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Kerjasama Penyuluhan Kehutanan Dephut RI dengan Fakultas Pertanian UNS. Jakarta:Departemen Kehutanan.
Mariana. 2000. Penyuluhan Pertanian Dan Tekhnik Memotivasi Kelompok. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Utara. Medan.
Melda R. Sirait. 2008. “Analisis Pemasaran Pupuk Bersubsidi (Urea, ZA, SP-36, NPK Phonska) di Kabupaten Simalungun”. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sumatera Utara. Medan: USU Repository.
Menteri Perdagangan, Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor
48/M-DAG/PER/8/2013 tentang Pedoman Pembangunan dan
Pengelolaan Sarana Distribusi Perdagangan.
75 Nasir, M. 2010. Metode Penelitiaan. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 / Permentan / SR.130 / 11 / 2009 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2010.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07 / M – DAG / Per / 2 / 2009 tentang Perubahan atas Permendag RI Nomor 21 / M – DAG / Per / 6 / 2008 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.
Rohmayani, N. 2016. “Perilaku Petani Padi Dalam Menghadapi Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur”. Skripsi.
Simatupang, P., 2004. Kembalikan Subsidi Pupuk Kepada Petani. Kompas, 19 Mei 2004, Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 2002, Teori Peranan, Jakarta, Bumi Aksara.
Subagyo, Drs. Pangestu (2000). Manajemen Operasi. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. CV. Alpabeta, Jakarta. Sugiono, 2009e. Metode Penelitian Pendidikan. CV. Alpabeta, Jakarta.
Syafaat, N, dkk. 2007. Kaji Ulang sistem Subsidi dan Distribusi pupuk. Litbang Pertanian – Departemen Pertanian. Jakarta.
Syahyuti. 2007. Gabungan Kelompok Tani(Gapoktan) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Kebijakan Pengembangan Di Perdesaan.
76
L
A
M
P
I
R
A
N
77 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Wonorejo Kecamatan Mangkutana
Kabupaten Luwu Timur.