• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MEDIS DI PANTI REHABILITASI BUKIT DOA

1. Terapi Mental

Dalam terapi ini para pembina akan melakukan pembinaan konseling secara pribadi kepada pasien perindividu. Melalui proses diagnosa sebelumnya

para pembina terlebih dahulu harus sudah mengetahui latar belakang kehidupan si pasien hingga pada saat-saat dimana pasien mulai menunjukkan gejala-gejala kelainannya. Melalui penelusuran tentang peristiwa atau hal yang menjadi penyebab si pasien menderita penyakit gangguan jiwa, pembina dapat mengetahui bagaimana hal-hal yang akan diajarkan pada pasien. Dibawah ini adalah contoh bagaimana proses terapi mental dilakukan terhadap seorang pasien yang didiagnosa oleh panti menderita penyakit gangguan jiwa jenis stress bernama Surya (nama samaran) :

Surya didiagnosis oleh panti menderita penyakit gangguan jiwa jenis stress. Faktor yang memicunya yaitu akibat kecewa dan sakit hati pada istrinya yang mengkhianatinya, jiwanya shock menerima kenyataan pahit yang dialaminya tersebut. Akibatnya Surya mengalami depresi hingga mengakibatkan ia mulai menunjukkan tingkah laku-tingkah laku yang menyimpang. Kebiasaan-kebiasaannya yang menyimpang yaitu ia sering berdiam diri dengan wajah murung setiap saat. Ia mau menangis dengan sendirinya disertai dengan rengekan yang kuat. Di Panti Rehabilitasi Bukit Doa, Surya selama dua bulan ditempatkan di sel khusus secara sendiri dengan pintu terkunci dari luar karena pada saat pertama Surya masih menunjukkan tingkat emosi yang labil jika mengamuk dikhawatirkan ia bisa menjadi ancaman bagi pasien lainnya. Pada awal di sel Surya masih tetap berdiam diri dan tidak mau berbicara pada siapapun, tetapi karena setiap hari para pembina mendatanginya memberi makan, mengganti pakaian dan membersihkan ruangannya. Ia pun akhirnya merasa nyaman dan mau berbicara walaupun sedikit. Karena Surya sudah mulai menunjukkan emosi yang agak stabil, akhirnya pembina pun mulai memberikan bimbingan mental padanya. Proses bimbingan mental yang dilakukan pada Surya yaitu seperti dialog yang ditulis dibawah ini :

Pak Pandia selaku Koordinator panti memasuki sel tempat dimana Surya dikarantina. Beliau membawa sebuah Alkitab (Kitab Suci Agama Kristen), sebuah buku tulis dan sebuah pulpen. sambil mengucapkan kata Syalom ia mendekati Surya.

Pak Pandia : “ Syaloom…, ApA kabarmu Surya?...apakah kamu sudah makan tadi pagi..? Surya : “….(Surya hanya terdiam sambil menatap wajah Pak Pandia ia mengangguk pertanda bahwa ia sudah diberi makan tadi pagi)…..

Pak Pandia :“ Surya, saya tahu banyak tentang kamu dan kehidupanmu dari keluargamu, saya bisa pahami rasa sakit hati dan kekecewaan yang kamu alami, sebelumnya izinkan saya berdoa untuk kamu.”

Surya pada waktu itu hanya menganguk tetapi tidak mau berbicara. Lalu Pak Pandia pun menyuruh Surya untuk melipat tangannya dan bersama-sama berdoa. Setelah selesai mereka berdoa lalu Pak Pandia melanjutkan percakapannya.

Pak Pandia : “ saya yakin kamu belum mampu untuk melupakan semua kenangan pahit masa lalumu, memang sulit untuk melupakan semuanya, tetapi bukan tidak mungkin tidak bisa, kamu pasti bisa memafkan mereka dan kamu akan segera pulih kamu harus bisa

memaafkan isterimu, orang tuamu, saudara-saudara mu. Lalu Pak Pandia membuka Alkitab yang sudah dibawanya sambil membacakannya pada Surya, Firman yang tertulis di Alkitab diperdengarkan pada Surya yaitu dikutip dari Matius 18 : 21-35 yang bertemakan tentang pengampunan terhadap orang yang bersalah kepada sesamanya, setelah membacakan ayat-ayat yang dibacanya dari Alkitab, Pak Pandia melanjutkan kembali pembicaraannya pada Surya.

Pak Pandia : Surya, kamu, saya dan semua orang disini adalah Anak-anak Tuhan yang sangat di kasihiNya. Kamu tidak kebetulan direhabilitasi di tempat ini, semua adalah rencana-Nya yang indah bagi kamu. Kamu akan sembuh total sepulangnya dari tempat ini, dan kamu akan memiliki kehidupan baru yang sangat berbahagia nantinya. Tetapi kamu harus mengampuni orang-orang yang menyakitimu di masa lalumu, supaya kamu terbebas dari rasa kecewa dan sakit hati. Perasaan sakit hati dan kecewa terhadap merekalah yang menyebabkan kamu menjadi seperti ini……….., walaupun hidupmu tidak berarti dihadapan manusia, tetapi kamu sangat berarti dimata Tuhan………..

Surya : “ iya Pak”

Pak Pandia : jadi, maukah kamu memafkan isterimu, orang tuamu, saudaramu, dan orang-orang yang kamu benci selama ini,

Surya : mau pak…”

Pak Pandia : “bagus”…..kamu jangan lagi menyimpan sakit hati, kecewa, amarah terhadap orang-orang yang melukaimu, lupakan semua kesalahan mereka dan kehidupan lamamu, jangan diingat lagi, masa depan mu masih panjang……setelah itu Pak Pandia menutup percakapan dengan mengajak Surya untuk sama-sama mengikutinya berdoa……….

Dari contoh proses terapi mental bagi pasien yang mengalami penyakit gangguan jiwa jenis stress seperti diatas, pembina melakukan terapi mental dengan cara memperkatakan kepada Surya (pasien) suatu kata-kata positif yang mengajarkan Surya (pasien) untuk memiliki cara berpikir atau pandangan hidup yang baru. Selain itu dalam terapi mental, Surya (pasien) juga diajarkan untuk tidak melupakan rasa sakit hati dan masa lalunya untuk kemudian dibimbing agar Surya (pasien) mulai menatap harapan baru di masa depannya.

Dalam terapi mental, Para pembina akan mengajak si pasien untuk mengikuti perkataan-perkataan tersebut jika pasien masih mampu untuk mengikuti perkataan tersebut. Namun jika pasien tidak mampu mengikuti perkataan tersebut, pasien cukup diperdengarkan saja dari perkataan si pembina.

Terapi mental dengan cara memperkatakan tersebut biasanya dilakukan minimal sekali sehari sesuai jadwal yang dibuat oleh pihak panti namun terkadang jika ada waktu luang pasien akan diterapi kembali karena hal ini semakin sering dilakukan akan semakin cepat pasien mengalami pemulihan mental.

Terapi mental melalui kata-kata tersebut biasanya selalu diilhami dari suatu ayat-ayat yang terdapat dalam Alkitab (Kitab Suci Umat Nasrani). Baik sebelum maupun sesudah pasien diterapi mental selalu dilakukan dengan berdoa bersama-sama oleh pembina maupun si pasien.