• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebelum Terbentuknya Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

2.4. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia

2.4.1. Sebelum Terbentuknya Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi ataupun jumlah kerugian keuangan negara terkait dengan tindak pidana korupsi.

Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan semakin membawa bencana yang besar dalam kehidupan perekonomian nasional yang dapat pula berdampak besar pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak social dan hak-hak ekonomi masyarakat, dank arena itu semua tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa. Oleh sebab itu, diperlukan adanya penegakkan hukum yang pelaksanaannya dilakukan secara optimal, intensif, efektif, professional dan berkesinambungan guna memberantas tindak pidana korupsi tersebut. Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan sebagai landasan yang kuat untuk berusaha memerangi dan memberantas tindak pidana korupsi.

Kebijakan-kebijakan tersebut tertuang dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan, antara lain dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu, pemberantasan tindak pidana korupsi perlu ditingkatkan secara professional, intensif, dan berkesinambungan karena korupsi telah merugikan keuangan negara, merugikan perekonomian negara, dan menghambat pembangunan nasional. Lembaga Negara yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi. Oleh sebab itu, berdasarkan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, perlu dibentuk sebuah lembaga negara untuk memberantas tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia yaitu Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang independen dengan tugas dan wewenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

Pemberantasan Korupsi kini sudah menjadi agenda masyarakat internasional sekaligus juga telah disepakati ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang pembentukan suatu lembaga anti korupsi yang

independen, mekanismepengembalian asset hasil korupsi di Negara lain melalui “mutual legal assistance”; ekstradisi, “joint investigation; transfer of sentenced person; transfer of proceedings; dan kewajiban pelaporan tahunan kepada “lembaga internasional” yang disebut

“Conference of the Parties”.37

Sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 24 tahun 1960 tentang pengusutan, penuntutan, dan pemeriksaan tindak pidana korupsi yang pada intinya mengatur tata cara pencegahan dan pemberantasan korupsi namun tetap masih mengacu kepada pembedaan antara kejahatan dan pelanggaran sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Namun pengaturan pemberantasan korupsi melalui PERPU tersebut terbukti masih lemah dan tidak efektif, oleh sebab itu produk legislatif tersebut ditindaklanjuti dengan pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) di bawah koordinasi Menteri Pertahanan. Sasaran TPK pada waktu itu diarahkan kepada kejahatan penyelundupan tetapi tim yang dibentuk itu tidak berhasil secara efektif memberantas korupsi terutama penyelundupan. Untuk meningkatkan efektivitas pemberantasan korupsi pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 sebagai pengganti Perpu tahun 1960. Undang-Undnag tersebut menetapkan korupsi sebagai tindak pidana yang berdiri sendiri dan tidak lagi merupakan salah satu

37 Romli Atmasasmita, 2004, Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek

jenis kejahatan sebagaimana diatur dalam KUHP dan pembaharuan yang terdapat dalam undang-undang tersebut adalah ditetapkannya kerugian keuangan Negara sebagai salah satu unsur tindak pidana korupsi. Namun hal tersebutlah pula yang menjadikan undang-undang tersebut tidak berhasil berjalan efektif sehingga dibentuklah Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 3 tahun 1971. Penegakan hukum terhadap KKN harus dijalankan secara konsisten dan tidak ada yang kebal hukum, sekalipun terhadap seorang presiden.

Komisi Pemberantasan Korupsi bukanlah lembaga negara pertama yang menjalankan tugas untuk memberantas korupsi di Indonesia. Dalam sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia terdapat cukup banyak lembaga atau institusi yang menangani pemberantasan korupsi sebelum dibentuknya KPK berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Lembaga atau institusi pemberantasan korupsi di Indoneisa selain KPK, antara lain: Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Komite Anti Korupsi (KAK), Komisi Empat, Operasi tertib (OPSTIB), Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.38

38 Ermansjah Djaja, 2010, Memberantas Korupsi bersama KPK: Kajian Yuridis UURI

Nomor 30 Tahun 1999 juncto UURI Nomor 20 Tahun 2001 Versi UURI Nomor 30 Tahun 2002 juncto UURI Nomor 46 Tahun 2009, Edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta, h. 326-329.

Berbagai peraturan perundang-undangan maupun pembentukan institusi pemberantasan korupsi tersebut hanyalah merupakan persiapan dari segi legal dan formal saja. Pembenahan aspek legal dan formal saja tidak akan dapat berhasil memberantas tindak pidana korupsi tanpa pembenahan aspek ekonomi, sosial dan politik. Antara lain, telah terciptanya kesejahteraan, kemauan politik (political will) dari pemerintah dan DPR serta terdapatnya dukungan dari masyarakat berupa pengawasan terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.

2.4.2. Setelah Terbentuknya Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Dokumen terkait