• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terjatuhnya Posisi Kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib dan Munculnya Beberapa Firqoh dalam Islam

AHL AL-SUNNAH WA AL-JAMA’AH A Wafatnya Rasulullah dan Perdebatan di Saqifah

E. Terjatuhnya Posisi Kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib dan Munculnya Beberapa Firqoh dalam Islam

Setelah peristiwa tahkim, pemerintahan yang dinahkodai khalifah ‘Ali benar-benar mengalami goncangan yang sangat dahsyat. Di saat pembangkangan Mu’awiyah belum bisa ia padamkan, muncul lagi persoalan serius lainnya. Sebagian tentara yang awalnya berada di pihak ‘Ali, kini mereka keluar dan membangkang pada sang khalifah. Mereka kecewa dengan keputusan ‘Ali karena menerima ajakan damai Mu’awiyah, dan mengatakan bahwa ‘Ali tidak berhukum pada hukum Allah di saat perundingan. Mereka menuduh ‘Ali berkompromi dengan 124 Faisol Nasar bin Madi, Konsep Imamah…, h.73.

para pendukung ketidak-adilan dan dengan begitu menghianati kepercayaannya.125 Mereka berkata: “Mengapa kalian berhukum pada

manusia. Tidak ada hukum selain hukum yang ada di sisi Allah.” Imam Ali menjawab, ” itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka artikan keliru.” Pada saat itu juga orang-orang Khawarij126 keluar dari pasukan

Ali dan langsung menuju Hurura dan melanjutkan perlawanan mereka terhadap Mu’awiyah dan khalifah ‘Ali.127 Hingga pada suatu malam di

bulan Ramadhan, sekelompok orang Khawarij bersepakat membunuh tiga orang utama yang terlibat dalam perang Siffin. Khalifah ‘Ali, Mu’awiyah, dan Amr bin ‘Ash. Tugas untuk membunuh ‘Ali diserahkan kepada Abdurrahman bin Muljam, Mu’awiyah diserahkan pada Al-Burak bin Abdullah at-Tamimi, dan Amr bin ‘Ash diserahkan kepada Amr bin Bakar at-Tamimi. Kejadian itu diriwayatkan oleh sejumlah ahli sejarah seperti Abu Mikhnaf, Ismail bin Rasyid, Abu Hasyim ar-Rifa’i, dan Abu Amr al-Tsaqafi.128 Namun sungguh malang, hanya Sayyidina ‘Ali yang

tidak selamat dari pembunuhan tersebut. Dengan demikian, terjatuhlah posisi kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib di tengah-tengah tidak 125 Marshall G.S Hodgson, The Venture Of Islam Iman dan Sejarah dalam Peradaban Dunia Masa Klasik Islam (The Venture Of Islam Conscience and History in a World Civilization, Volume One: The Classical Age of Islam), terj. Mulyadhi Kartanegara, (Jakarta: Paramadina, 2002), h. 311.

126 Khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang bererti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Adapun yang dimaksud khawarij dalam terminologi ilmu kalam menurut Harun Nasution, adalah suatu sekte/kelompok aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidak sepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam Perang Siffin pada tahun 37 H/ 648 M, dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan. Lihat Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, cet. 1 (Jakarta: UI Pres, 1985), hal. 11.

127 Harun Nasution, Teologi Islam..., hal. 50.

128 Syaikh al-Mufid, Sejarah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, Terj. Muhammad Anis Maulachela, (Jakarta: Lentera, 2005), h. 32-33.

menentunya situasi dan kondisi umat Islam. Ia kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Hassan. Namun, Hassan tidak memerintah, karena beberapa saat setelah pengangkatannya sebagai khalifah oleh sisa- sisa pendukung ‘Ali bin Abi Thalib, ia mengundurkan diri dari jabatan khalifah, dan menyerahkannya kepada Mu’awiyah dengan mengajukan syarat-syarat yang menguntungkan diri Hassan dan keluarganya. Lagi pula, menurut A. Syalabi, Hassan tidaklah mempunyai keutamaan- keutamaan sebagaimana ayahnya. Ia tidak memiliki pengetahuan, kecakapan, dan tidak memiliki jiwa kepahlawanan. Yang ia punyai hanyalah kehormatan sebagai putra ‘Ali bin Abi Thalib. Sehingga sebagian kalangan mendukung dirinya untuk menggantikan ‘Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah129

Khawarij bukanlah satu-satunya kelompok yang muncul pasca peristiwa Tahkim. Di bagian lain, masih banyak orang yang tetap setia terhadap khalifah ‘Ali, Mereka selalu mendukung khalifah ‘Ali semasa hidup ataupun setelah ia meninggal. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Syi’ah ‘Ali bin Abi Thalib. Di antara kelompok loyalis ‘Ali ini, sahabat-sahabat seperti Ibnu Abbas, Hasan, dan Husein, masih konsisten membela sang khalifah. Pada saat itu, kelompok pembela ‘Ali belum terbentuk sebagai kelompok yang secara formal menisbatkan diri menjadi pengikut setia khalifah ‘Ali. Hingga Mu’awiyah naik tahta, kelompok ini baru menamai diri mereka Syi’ah untuk membedakan

129 A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, terj. M. Sanusi Latief, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 2003), h. 29.

dengan kelompok Khawarij dan pendukung Mu’awiyah bin Abi Sufyan.130

Dalam perjalanannya nanti, muncul kembali satu firqoh bernama

Murji’ah. Firqoh ini juga muncul sebagai respon terhadap persoalan politik pada masa itu. Awalnya, Murji’ah lahir karena persoalan politik (khilafah) yang berdampak pada pecahnya persatuan dan kesatuan umat Islam.131 Dalam kondisi yang demikian, Murji’ah hadir dengan

memperlihatkan sikap yang netral, tidak memihak, dan tidak mau turut dalam perseteruan dan praktek-praktek pengkafiran yang terjadi di antara mereka.132 Sebagian sejarawan berpendapat bahwa Murji’ah itu muncul

karena diilhami oleh perasaan traumatis yang ditimbulkan oleh berbagai fitnah dan peperangan dalam Islam.

Kemunculan golongan ini dinilai menguntung posisi Bani Umayyah sebagai pemegang kekuasaan. Bagaimana tidak? Dengan mengambil sikap netral dan menangguhkan persoalan yang terjadi di hari perhitungan nanti (Hari Kiamat), Murji’ah secara tidak langsung telah ikut mendzolimi khalifah ‘Ali serta membantu Bani Umayyah secara 130 M. Kholid Muslih, Ilfiltrasi Pemikiran “Sabaiyah” Ke Dalam Gerakan Syi’ah: Membaca Ulang Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Syi’ah Dua Belas Imam), dalam Kalimah Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam, (Ponorogo: Fakultas Ushuluddin ISID Darussalam, 2001), h. 76.

131 Nama Murji’ah diambil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Kata arja’a mengandung pula arti memberi harapan, yakni memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Selain itu, arja’a berarti pula meletakkan dibelakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dari iman. Oleh karena tiu Murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing- masing, ke hari kiamat kelak. Kelompok Murji’ah punya doktrin tentang dosa besar, mereka mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada Allah, apakah Dia akan mengampuni atau tidak. Ini berlaku juga untuk ‘Ali dan Mu’awiyah yang pada waktu itu sedang bertikai dan berperang..

pasif untuk mempertahankan kekuasannya yang mereka peroleh dari jalan pemberontakan dan intrik politik.133 Murji’ah sebenarnya lahir

akibat pergolakan politik dan diduga menjadi embrio lahirnya golongan Sunni oleh sebagian ahli sejarah. Selain pendapat-pendapat mereka yang cukup dekat dengan Sunni, asal mereka juga dari penduduk Kuffah yang merupakan basis pendukung ‘Ali yang kemudian memilih bersikap netral. Untuk mengetahui lebih rinci, pembahasan mengenai kemunculan Syi’ah dan Sunni, akan dibahas lebih lanjut dalam sub bab berikutnya.

F. Pendapat –Pendapat Mengenai Latar belakang Munculnya Syi’ah