• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

P- Tersedia Andisol pada Akhir Vegetatif (ppm)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 12 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia Andisol pada akhir vegetatif. Hasil uji beda rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol pada akhir vegetatif dapat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol pada akhir vegetatif.

Perlakuan Rataan P-Tersedia ...ppm... T0 (0 ton/ ha) 38.62 A a T1 (10 ton/ ha) 5.62 B b T2 (20 ton/ ha) 11.47 B b T3 (30 ton/ ha) 7.73 B b T4 (40 ton/ ha) 6.74 B b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan 5 % (a, b, c, ...).

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 4 diatas terlihat bahwa P-tersedia tertinggi terdapat pada perlakuan T0 (38.62 ppm) yang berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan T2 (11.47 ppm), T3 (7.73 ppm), T4 (6.74 ppm) dan T1 (5.62 ppm).

Retensi P Andisol Setelah Inkubasi (%)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 14 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi. Perlakuan Rataan Retensi P

T0 (0 ton/ ha) …%... 80.83 T1 (10 ton/ ha) 73.00 T2 (20 ton/ ha) 73.13 T3 (30 ton/ ha) 77.97 T4 (40 ton/ ha) 61.97

Retensi P Andisol pada Akhir Vegetatif (%)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 16 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P Andisol pada akhir vegetatif. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol pada akhir vegetatif.

Perlakuan Rataan Retensi P T0 (0 ton/ ha) …%... 64.47 T1 (10 ton/ ha) 67.13 T2 (20 ton/ ha) 68.83 T3 (30 ton/ ha) 72.27 T4 (40 ton/ ha) 65.57

Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 18 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering tajuk tanaman dapat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering tajuk tanaman.

Perlakuan Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman ...g... T0 (0 ton/ ha) 4.83 B c T1 (10 ton/ ha) 9.43 AB bc T2 (20 ton/ ha) 15.70 A ab T3 (30 ton/ ha) 16.93 A a T4 (40 ton/ ha) 17.53 A a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan 5 % (a, b, c, ...).

Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 7 diatas terlihat bahwa bobot kering tajuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (17.53 g) yang berbeda nyata terhadap perlakuan T1 (9.43 g) dan T0 (4.83 g), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T3 (16.93 g) dan T2 (15.70 g). Bobot kering tajuk tanaman terendah terdapat pada kontrol (4.83 g).

Bobot Kering Akar Tanaman (g)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 20 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering akar tanaman dapat disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering akar tanaman.

Perlakuan Rataan Bobot Kering Akar Tanaman ...g... T0 (0 ton/ ha) 1.33 ab T1 (10 ton/ ha) 1.23 b T2 (20 ton/ ha) 3.33 a T3 (30 ton/ ha) 3.03 ab T4 (40 ton/ ha) 3.00 ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 5 % (a, b, c ...).

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 8 diatas terlihat bahwa bobot kering akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (3.33 g) yang berbeda nyata terhadap perlakuan T1 (1.23 g), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T3 (3.03 g), T4 (3.00 g) dan T0 (1.33 g).

Serapan P-Tanaman (mg/tanaman)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 22 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap serapan P-tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian terak baja terhadap serapan P-tanaman dapat disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap serapan P-tanaman.

Perlakuan Rataan Serapan P-Tanaman ...mg/tanaman... T0 (0 ton/ ha) 0.4371 B c T1 (10 ton/ ha) 0.8572 AB bc T2 (20 ton/ ha) 1.3766 A ab T3 (30 ton/ ha) 1.4393 A ab T4 (40 ton/ ha) 1.6527 A a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan 5 % (a, b, c, ...).

Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 9 diatas terlihat bahwa serapan P-tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (1.6527 mg/tanaman)

yang berbeda nyata terhadap perlakuan T1 (0.8572 mg/tanaman) dan T0 (0.4371 mg/tanaman), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T3 (1.4393 mg/tanaman), dan T2 (1.3766 mg/tanaman).

Pembahasan

pH Andisol

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 6 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata dalam menaikkan pH tanah setelah 60 hari inkubasi dibandingkan dengan kontrol. Akibat pemberian terak baja pH meningkat nyata dari 5.43 pada kontrol sampai 5.87 pada perlakuan T3 (30 ton/ ha). Peningkatan pH ini disebabkan oleh bahan terak baja yang mengandung Si dan Ca. Diketahui bahwa silikat mempunyai peranan dalam menaikkan pH tanah. Ion Si berperan menekan aktivitas ion Al, dimana diketahui ion Al merupakan penyebab utama kemasaman pada tanah Andisol. Selain itu, kandungan terak baja yang mengandung kalsium juga merupakan penyebab yang tidak dapat diabaikan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Teakle dan Boyle dalam Muhali (1980) yang menyatakan bahwa senyawa fosfat dan terak baja umumnya dianggap sebagai garam rangkap dari kalsium dan silikat. Sebagaimana diketahui ion Ca merupakan kation basa kuat yang berperan dalam menaikkan pH tanah melalui reaksi hidrolisisnya : Ca2+ + OH- Ca(OH)2

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 8 menunjukkan pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata dalam menaikkan pH tanah pada akhir vegetatif. Akibat pemberian terak baja pH tanah meningkat dari 4.22 pada kontrol sampai 5.08 pada perlakuan T4. pH tertinggi diperoleh pada perlakuan T4 (40 ton/ ha).

.

Dengan pemberian terak baja pH meningkat baik setelah 60 hari inkubasi maupun pada akhir vegetatif, akan tetapi pada akhir vegetatif pH tanah secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan pH tanah setelah inkubasi. Hal ini

disebabkan karena adanya pemberian pupuk urea sebagai pupuk dasar yang melepaskan 4 ion H+

CO(NH

sebagaimana reaksi kimianya di tanah sebagai berikut :

2)2 + H2O  2NH3 + H2CO3 2NH4+ + CO3 2NH 2-4+ + 3O2  2NO2- + 4H 2NO + 2- + O2  2NO3- + e

Selain itu dengan adanya penambahan pupuk KCl diketahui dapat menurunkan pH tanah. Penurunan pH terjadi akibat ion K

-+

dari KCl setelah melarut dalam air tanah akan menggantikan kedudukan H+ dipermukaan kompleks jerapan, pembebasan ion H+ kedalam larutan tanah yang akan menyebabkan pH tanah menjadi turun. Tanaman juga berperan terhadap pH tanah pada akhir vegetatif melalui eksudat akar. Saat tanaman menyerap ion K+ pada kompleks jerapan, maka akan terjadi pertukaran ion dimana ion K+ tersebut akan digantikan posisinya oleh ion H+

P-Tersedia

yang merupakan penyebab pH tanah menjadi turun.

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 10 diketahui bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia setelah 60 hari inkubasi. Hal ini disebabkan karena tanah Andisol yang digunakan berasal dari hutan alami, dimana P yang terjerap atau teradsorbsi tergolong rendah. Selain itu, fosfor yang ada pada terak baja diduga belum tersedia pada masa 60 hari inkubasi. Terak baja yang mengandung kadar CaO yang tinggi yakni sebesar 30.12% diduga juga menjadi penyebab P tersedia rendah karena terfiksasi oleh kalsium, dimana ditandai dengan pH Andisol setelah 60 hari inkubasi meningkat sampai 5.87. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Damanik dkk, (2010) yang

Pemberian pupuk dasar fosfor ke tanah dalam jumlah rendah atau tidak optimal juga mengakibatkan hara fosfor ditanah masih rendah. Pupuk dasar yang diberikan adalah SP-36 sebanyak 2.7 g/ 5 kg BTKO yang seharusnya diberikan sebanyak 6.36 g/ 5 kg BTKO atau setara dosis 200 ppm P2O5

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 12 menunjukkan bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia pada akhir vegetatif. Pada akhir vegetatif hara fosfor telah tersedia. Hal ini ditandai dengan semakin tinggi dosis penambahan terak baja maka semakin meningkatnya bobot kering tanaman dan serapan P tanaman.

.

Pada akhir vegetatif nilai P-tersedia tertinggi terdapat pada kontrol sebesar 38.62 ppm yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya sedangkan nilai P-tersedia terendah terdapat pada perlakuan T1 sebesar 5.62 ppm. Hal ini ditandai pada kontrol yang memiliki nilai serapan P tanaman dan bobot kering tanaman terendah dari pada perlakuan yang diberi terak baja. Secara logika dapat diterima, jika bobot kering tanaman dan serapan hara tinggi maka hara yang tersedia didalam tanah akan menurun dan begitu pula sebaliknya.

Retensi P

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 14 diketahui bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P setelah 60 hari inkubasi. Akan tetapi nilai retensi P cenderung menurun sesuai dengan nilai rataan retensi P akibat pemberian terak baja pada Andisol setelah inkubasi (Tabel 5), hal ini sejalan dengan peningkatan dosis terak baja. Nilai retensi P tertinggi terdapat pada kontrol sebesar 80.83 % yang kemudian cenderung menurun menjadi

61.97 % pada perlakuan T4. Nilai retensi P terendah terdapat pada perlakuan T4 (40 ton/ ha).

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 16 diketahui bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P pada akhir vegetatif. Nilai retensi P cenderung meningkat sesuai dengan nilai rataan retensi P akibat pemberian terak baja pada Andisol pada akhir vegetatif (Tabel 6), hal ini sejalan dengan peningkatan dosis terak baja. Nilai retensi P tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (30 ton/ ha) sebesar 72.27 % dan terendah pada kontrol sebesar 64.47 %.

Bobot Kering Tanaman

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 18 diketahui bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman. Berdasarkan Tabel 7 nilai bobot kering tajuk tanaman meningkat sejalan dengan peningkatan dosis penambahan terak baja. Bobot kering tajuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (40 ton/ ha) sebesar 17.53 g sedangkan terendah pada kontrol sebesar 4.83 g.

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 20 diketahui bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman. Bobot kering akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (20 ton/ ha) sebesar 3.33 g sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T1 (0 ton/ ha) sebesar 1.23 g yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol sebesar 1.33 g, T4 (40 ton/ ha) sebesar 3.00 g dan T3 (30 ton/ ha) sebesar 3.03 g.

Serapan P Tanaman

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 22 diketahui bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata dalam menaikkan serapan P tanaman. Akibat pemberian terak baja serapan P tanaman meningkat dari perlakuan kontrol sebesar 0.4371 mg/ tanaman menjadi 1.6527 mg/ tanaman pada perlakuan T4 (40 ton/ ha). Peningkatan serapan P tanaman ini ditandai oleh semakin menurunnya nilai P-tersedia ditanah yang diberi perlakuan terak baja pada akhir vegetatif sehingga mengakibatkan semakin meningkatnya bobot kering tanaman. Hal ini sesuai dengan Tisdale et al, (1985) yang menyatakan bahwa fungsi P yang lain adalah untuk mendorong pertumbuhan akar tanaman. Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil.

Dokumen terkait