• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Pemberian Terak Baja Terhadap P-Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Andisol Asal Tongkoh.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efek Pemberian Terak Baja Terhadap P-Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Andisol Asal Tongkoh."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

The aims of research was to studied about the application effect of basic slag to P-available and growth of corn (Zea mays L.) in Andisol Tongkoh. The experiment was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility laboratory Faculty of Agriculture, North Sumatera University. It was arranged in randomized complete designed non factorial with factor are basic slag consist of five dosage level (g/5 kg dry oven soil weight): 1. T0 (0), 2. T1 (25), 3. T2 (50), 4. (75), and 5. (100) with two replication. The result showed that the effect application of basic slag after 60 days incubation indicated very significant on soil pH but indicated not significant on P-available and P retention. The end vegetative effect of basic slag indicated very significant on soil pH, P-available, dry weight of plant and P-plant uptake and indicated significant on dry root of plant but not significant on P retention.

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian terak baja terhadap P-tersedia dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Andisol asal Tongkoh. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca serta di laboratorium kimia dan kesuburan tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan faktor perlakuannya adalah terak baja (T) yang terdiri dari 5 taraf dosis (g/5kg BTKO) : 1. T0 (0), 2. T1 (25), 3. T2 (50), 4. (75), dan 5. (100) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian terak baja setelah inkubasi selama 60 hari berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia dan retensi P. Pada akhir vegetatif pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah, P-tersedia, bobot kering tajuk tanaman dan serapan P tanaman serta berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap retensi P.

(3)

EFEK PEMBERIAN TERAK BAJA TERHADAP P-TERSEDIA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

PADA ANDISOL ASAL TONGKOH

SKRIPSI

Oleh :

ANDRIFAN DWI PRABOWO 060303011

ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

EFEK PEMBERIAN TERAK BAJA TERHADAP P-TERSEDIA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

PADA ANDISOL ASAL TONGKOH

SKRIPSI

Oleh :

ANDRIFAN DWI PRABOWO 060303011

ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

Judul Skripsi : Efek Pemberian Terak Baja Terhadap P-Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Andisol Asal Tongkoh

Nama : Andrifan Dwi Prabowo

NIM : 060303011

Departemen : Ilmu Tanah

Minat Studi : Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

( Ir. M.M.B. Damanik, MSc.) (__Ir. Bintang Sitorus, MP.__ NIP : 19520725 197603 1 001 NIP : 19600703 198601 2 001

(6)

ABSTRACT

The aims of research was to studied about the application effect of basic slag to P-available and growth of corn (Zea mays L.) in Andisol Tongkoh. The experiment was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility laboratory Faculty of Agriculture, North Sumatera University. It was arranged in randomized complete designed non factorial with factor are basic slag consist of five dosage level (g/5 kg dry oven soil weight): 1. T0 (0), 2. T1 (25), 3. T2 (50), 4. (75), and 5. (100) with two replication. The result showed that the effect application of basic slag after 60 days incubation indicated very significant on soil pH but indicated not significant on P-available and P retention. The end vegetative effect of basic slag indicated very significant on soil pH, P-available, dry weight of plant and P-plant uptake and indicated significant on dry root of plant but not significant on P retention.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian terak baja terhadap P-tersedia dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Andisol asal Tongkoh. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca serta di laboratorium kimia dan kesuburan tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial dengan faktor perlakuannya adalah terak baja (T) yang terdiri dari 5 taraf dosis (g/5kg BTKO) : 1. T0 (0), 2. T1 (25), 3. T2 (50), 4. (75), dan 5. (100) dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian terak baja setelah inkubasi selama 60 hari berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia dan retensi P. Pada akhir vegetatif pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah, P-tersedia, bobot kering tajuk tanaman dan serapan P tanaman serta berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap retensi P.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dumai pada tanggal 26 Juni 1988 dari ayah H. Sumarno dan ibu Bahlinar. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Riwayat Pendidikan :

- SD Negeri 022 Jayamukti, Dumai-Riau lulus tahun 2000. - SLTP Negeri 2 Dumai-Riau lulus tahun 2003.

- SMA Negeri 1 Dumai-Riau lulus tahun 2006.

- Lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) Medan melalui jalur SPMB pada tahun 2006 dan memilih program studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.

Aktifitas Selama Perkuliahan :

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Dasar Ilmu Tanah tahun 2008-2009.

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Kimia Tanah tahun 2009-2010. - Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Analisis Tanah dan Tanaman

tahun 2009.

- Asisten Koordinator di Laboratorium untuk mata kuliah Dasar Ilmu Tanah tahun 2010.

- Asisten Koordinator di Laboratorium untuk mata kuliah Kesuburan Tanah dan Pemupukan tahun 2010.

- Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Pupuk dan Pemupukan tahun 2010.

(9)

- Pengurus Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) FP USU sebagai Sekretaris periode 2008-2009.

- Pengurus BKM Al-Mukhlisin FP USU sebagai Ketua Departemen Pendidikan dan Pelatihan periode 2008-2009.

- Pengurus BKM Al-Bayan sebagai Wakil Ketua periode 2008-2009.

- Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Kebun Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

- Peserta dalam Pengkaderan Nasional “Revitalisasi Gerakan Mahasiswa Sebagai Pendukung Peran Strategi Pertanian dalam Pembangunan Nasional” di Makassar, 19-25 Januari 2009.

- Peserta Seminar Nasional “Peran Strategi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan” di Makassar, 19 Januari 2009.

- Peserta Seminar dan Loka Karya ”Membudayakan Tindakan Konservasi SDA pada Setiap Aspek Kehidupan” di FP USU Medan, 31 Januari 2009. - Panitia Seminar Nasional “Tindak Lanjut Pembangunan Pertanian Pasca

Swasembada Beras” di FP USU Medan, 08 Agustus 2009.

- Peserta Seminar dan Loka Karya Nasional “Optimalisasi Pengelolaan Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan” di FP USU Medan, 12 Februari 2010.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Efek Pemberian Terak Baja Terhadap P-Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Andisol Asal Tongkoh” sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. M.M.B. Damanik, MSc., dan Ibu Ir. Bintang Sitorus, MP., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan sarannya, Bapak Ir. Mukhlis, MSi dan Ibu Ir. Alida Lubis, MS atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian serta ketua Departemen Ilmu Tanah Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.

Ungkapan dengan penuh rasa haru dan tulus penulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda H. Sumarno, Ibunda Bahlinar, Mbak Eka, Dek Bagus dan Adinda Mumu atas do’a dan semua pengorbanan untuk keberhasilan penulis. Seluruh Tanah’06 (khususnya Wan, Kopit, Dinda), Dayu, Dian, serta adik-adik di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

(11)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA………. 4

Sekilas Tentang Tanah Andisol... 4

Unsur Hara Fosfor dan Masalahnya pada Andisol... 5

Terak Baja dan Kegunaannya untuk Pertanian... 7

Tanaman Jagung (Zea mays L.) sebagai Tanaman Indikator dan Bernilai Ekonomis………... 8

BAHAN DAN METODE………... 10

Tempat dan Waktu Penelitian... 10

Bahan dan Alat... 10

Metode Penelitian... 11

Pelaksanaan Penelitian... 12

Parameter yang Diukur... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 15

(12)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol setelah

inkubasi………..15 2. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol pada

akhir vegetatif..………..16 3. Rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol setelah

inkubasi………..16 4. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol

pada akhir vegetatif………...17 5. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah

inkubasi………..18 6. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol pada akhir

vegetatif……….18 7. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering tajuk

tanaman………..19 8. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering akar

tanaman………..19 9. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap serapan P tanaman……...20 10. Rangkuman uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH,

P-tersedia, retensi P, bobot kering tajuk tanaman, bobot kering akar

tanaman dan serapan P tanaman...20

11. Rangkuman korelasi antara pH tanah dengan P-tersedia, pH tanah dengan retensi P, P-tersedia dengan serapan P, P-tersedia dengan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Data Analisis Awal Tanah Andisol Asal Tongkoh………29

2. Data Analisis Terak Baja (Basic Slag) dari PT. Purnama Baja Heckett, Cilegon-Banten………...30

3. Deskripsi Tanaman Jagung………31

4. Bagan Penelitian………32

5. Data pH Andisol Setelah Inkubasi………33

6. Daftar Sidik Ragam pH Andisol Setelah Inkubasi………….…………...33

7. Data pH Andisol pada Akhir Vegetatif……….………34

8. Daftar Sidik Ragam pH Andisol pada Akhir Vegetatif…….…………...34

9. Data P-Tersedia Andisol Setelah Inkubasi (ppm)………….……….35

10. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Andisol Setelah Inkubasi………35

11. Data P-Tersedia Andisol pada Akhir Vegetatif (ppm)…….…………...36

12. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Andisol pada Akhir Vegetatif…………36

13. Data Retensi P Andisol Setelah Inkubasi (%)………....37

14. Daftar Sidik Ragam Retensi P Andisol Setelah Inkubasi………..37

15. Data Retensi P Andisol pada Akhir Vegetatif (%)………38

16. Daftar Sidik Ragam Retensi P Andisol pada Akhir Vegetatif…………..38

17. Data Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)………..39

18. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman………...39

19. Data Bobot Kering Akar Tanaman (g)………...40

20. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman………40

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Andisol menempati sekitar 124 juta ha, atau 0,84 % dari luas lahan dunia. Walaupun demikian dalam skala global, tanah ini tidak selalu menempati disuatu tempat yang berasosiasi dengan adanya gunung api, dimulai tersebar disekelilingnya dengan areal kecil. Di Indonesia Andisol luasnya 5,39 juta ha (2,9 % dari luas daratan), terdapat luas di Sumatera Utara 1,06 juta ha, Jawa Timur 0,73 juta ha, Jawa Barat 0,50 juta ha, Jawa Tengah 0,45 juta ha dan Maluku 0,32 juta ha (Musa dkk, 2006).

Andisol mengandung mineral amorf, seperti alofan yang menyebabkan retensi P tinggi. Darmawijaya (1992) mengemukakan Andisol mangandung bahan organik dan lempung (clay) tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silika, alumina atau hidroxida-besi. Kejenuhan basa rendah, kadar P rendah karena teretensi serta mengandung C dan N yang tinggi tetapi nisbah C/N rendah (Olsen, 1954 dalam Darmawijaya, 1992).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menambahkan bahan silika yang dapat membebaskan P. Salah satu bahan yang mengandung silika sekaligus hara P adalah terak baja yang merupakan produk dari besi kasar yang diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan P dan menurunkan retensi P.

(16)

ukuran 100 mesh, sehingga bahan ini merupakan tepung halus yang dapat disebarkan untuk digunakan sebagai pupuk. Pupuk ini biasa dikenal dengan nama Thomas Meal atau Thomas Phosphate (Hasibuan, 2009).

Menurut Roy et al, (2006) terak baja merupakan produk dari industri baja. Rumus kimianya adalah [(CaO)5P2O5SiO2] yang mengandung 10-18 % P2O5

Menurut Teakle dan Boyle dalam Muhali (1980) senyawa fosfat dan terak baja umumnya dianggap sebagai garam rangkap dari kalsium dan silika. Rumus kimia dari terak baja adalah (CaO)P

, 35 % CaO, 2-10 % MgO, dan 10 % Fe. Terak baja dapat digunakan sebagai pupuk dan pembenah tanah karena mengandung kapur dan menyediakan hara P. Terak baja sangat keras namun demikian sangat mungkin digunakan untuk pertanian bila diaplikasikan dalam bentuk tepung halus.

2O5SiO2 yang mengandung 12-20 % P2O5.

Selain itu masih mengandung unsur-unsur hara lain seperti : 40-50 % CaO, 5-10 % SiO2, 12-16 % (FeO+Fe2O3

Pada penelitian ini penulis mencoba menggunakan terak baja (basic slag). Penggunaan bahan ini didasarkan akibat laju peningkatan produksi pabrik baja di Indonesia yang telah mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, hasil buangan dari pabrik tentu juga akan mengalami kemajuan. Dengan laju asumsi peningkatan tersebut, jika terak baja tidak ditangani secara tepat maka akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap lingkungan. Pemanfaatan bahan tersebut sebagai sumber hara P akan menjawab permasalahan akibat menumpuknya hasil sampingan pabrik yang dianggap akan memberi tambahan keuntungan. Terak baja yang mengandung bahan silika diharapkan juga mampu melepaskan P yang teretensi oleh ion Al pada Andisol sehingga mampu

(17)

menyumbangkan hara P dalam tanah dan meningkatkan ketersediaan basa-basa tukar khususnya Ca dan Mg sehingga juga dapat meningkatkan pH tanah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian terak baja terhadap P-tersedia dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Andisol asal Tongkoh.

Tujuan Penelitian

Untuk mengkaji efek pemberian terak baja terhadap P-tersedia dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Andisol asal Tongkoh.

Hipotesis Penelitian

Pemberian terak baja dapat meningkatkan P-tersedia dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Andisol asal Tongkoh.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Sekilas Tentang Tanah Andisol

Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) :

1. Didalam 60 cm dari permukaan tanah mineral atau dari batas atas suatu lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih dangkal, apabila tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, duripan, atau horizon petrokalsik pada kedalaman tersebut.

2. Diantara permukaan tanah mineral atau batas atas suatu lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih dangkal, apabila tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, duripan, atau horizon petrokalsik.

(19)

Andisol mempunyai nilai bulk density rendah (0,9 g/cm3

Menurut Tan (1998) menyatakan bahwa reaksi kompleksasi atau khelasi memegang peranan sangat penting dalam hal penimbunan humus pada Andisol. Akumulasi humus itu terjadi karena (1) reaksi kompleksasi antara Al dan Fe amorf bebas dengan asam humik dan (2) kompleksasi dan khelasi antara Al terbuka dipermukaan mineral liat alofan dan imogolit dengan asam humik. Selain itu Andisol mempunyai retensi fosfat yang tinggi. Retensi fosfat melalui reaksi jembatan (bridging) atau co-adsorpsi merupakan kemungkinan yang lebih besar daripada pertukaran ligan. Reaksi jembatan itu menjamin keutuhan humus dalam bentuk khelat, sehingga resistensinya terhadap dekomposisi tak akan menurun, sebagaimana reaksi berikut :

), kapasitas menahan air tinggi dan porositas tinggi, tetapi tanah ini juga bersifat gembur (friable) dan memperlihatkan plastisitas dan daya lekat rendah. Dalam keadaan basah atau lembab Andisol terasa berminyak (greasy) dan melumur (smeary), dan umumnya air dapat diremas keluar dari tanah (Tan, 1998).

(Humus-Al-Alofan-Al)+ + H2PO4- Humus-Al-Alofan-H2PO

Unsur Hara Fosfor dan Masalahnya pada Andisol

(20)

(key of life). Tanaman menyerap unsur P dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4

2-Fosfor merupakan unsur hara makro yang esensial bagi pertumbuhan

tanaman, karena merupakan komponen struktur yang tidak dapat disubstitusi oleh

unsur hara lain. Kekurangan unsur P dapat menunjukkan gejala menurunnya

sintesis protein, seperti lambatnya pertumbuhan bibit dan daun berwarna

keunguan. Persoalan utama dalam penyediaan unsur P bagi tanaman pada kebanyakan tanah adalah rendahnya ketersediaan unsur tersebut dalam bentuk P tersedia dan tidak semua unsur P yang diberikan dapat segera tersedia. Disamping itu sifat kimia P yang mudah terfiksasi oleh mineral silikat, ion aluminium (Al) dan besi (Fe) semakin mempersulit penyediaan P (Zuhdi dkk, 1998).

) (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Menurut Tisdale et al, (1985) fungsi P yang lain adalah mendorong pertumbuhan akar tanaman. Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi lebih kecil. Kadang-kadang kadar nitrat dalam tanaman menjadi lebih tinggi karena proses perubahan nitrat selanjutnya terhambat. Pada tanaman jagung, di samping menjadi kurang baik pertumbuhannya, warna daun juga menjadi keunguan.

(21)

mulai difiksasi oleh Ca. Sebagai kesimpulan, ketersediaan fosfat tanah akan maksimum pada pH sekitar 6-7.

Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P larutan tanah merupakan hasil keseimbangan antara suplai P dari pelapukan mineral P, pelarutan (solubilitas) P terfiksasi dan mineralisasi P organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman, fiksasi P dan pelindian P (Hanafiah, 2005).

Terak Baja dan Kegunaannya untuk Pertanian

Terak baja merupakan salah satu produk suatu pabrik yang biasanya langsung dibuang atau tidak dapat dimanfaatkan lagi. Namun akan dapat berguna apabila ditangani secara tepat dan benar. Seperti terak baja yang merupakan produk dari besi kasar yang diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan P dan menurunkan retensi P karena bahan ini mengandung silika dan hara P.

Kebanyakan dari terak baja saat ini mengandung > 1 % P

Terak baja dapat dikategorikan menjadi terak yang bersifat asam dan terak yang bersifat basa, tergantung pada komposisi kapur (CaO) dan magnesium (MgO) terhadap silika dan aluminium. Selain dapat digunakan sebagai bahan pengganti kerikil (pada pengecoran beton) dan pembuatan aspal, terak baja juga dapat digunakan sebagai pupuk P (Novyanto, 2007).

2O5

Di Inggris terak baja itu ternyata sudah di perdagangkan dengan merek dagang super slag basic. Bahan ini dapat memberikan 4 manfaat, yaitu

(22)

(3) sumber unsur hara mikro penting dan (4) untuk membebaskan P yang terfiksasi, selanjutnya menurut Tony bahwa bahan ini meningkatkan > 50 % P2O5

dari pada TSP. Selain itu, bahan ini juga bermanfaat untuk meningkatkan unsur hara lain, seperti Ca, Mg, S, Mn,Cu, Mo, Co, Se, Fe dan Zn.

Tanaman Jagung (Zea mays L.) sebagai Tanaman Indikator dan Tanaman Bernilai Ekonomis

Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21oC hingga 30oC, akan tetapi temperatur optimum adalah antara 23oC sampai dengan 27o

Hal yang harus diperhatikan tentang tanah sebagai syarat yang baik untuk pertanaman jagung antara lain adalah (AAK, 1991) : a. pH tanah netral atau mendekati netral diperlukan untuk pertumbuhan optimal pada tanaman jagung yakni berkisar antara pH 5,5-6,5, b. tanah dan tempat pertanaman hendaknya memperoleh sinar dan udara yang cukup, c. drainase yang baik akan membantu usaha pengendalian pencucian tanah, selanjutnya ada hubungannya dengan keasaman tanah dan d. pada kesuburan tanah yang tinggi akan membantu dalam penyediaan hara.

C. Tanaman jagung dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai di dataran tinggi yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 meter dari permukaan laut. Di Kenya,

tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1200-1800 meter dan di Asia jagung masih dapat tumbuh pada ketinggian 2000 meter (Purwono dan Hartono, 2005).

(23)
(24)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kaca dan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut dan dimulai pada Oktober 2009-April 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanah Andisol asal Tongkoh yang diambil pada koordinat N 030

Alat yang digunakan adalah pH meter untuk mengukur pH tanah, spectrophotometer untuk mengukur konsentrasi berdasarkan panjang gelombang warna, shaker machine sebagai penggoncang, sentrifusi untuk penjernih ekstrak, elektrotermal sebagai pemanas dan destruksi, ayakan untuk menyortasi contoh, polybag sebagai media tanah, timbangan untuk menimbang tanah, oven serta alat yang digunakan di laboratorium untuk keperluan analisis tanah dan tanaman.

(25)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial. Faktor perlakuannya adalah terak baja (T) dengan 5 taraf dosis, dengan 3 ulangan sehingga diperoleh unit percobaan 5 x 3 = 15 unit percobaan.

Faktor Perlakuan Terak Baja (T) T0 = 0 ton/ha (0 g/5 kg BTKO)

Model Linear Rancangan Acak Lengkap :

Yij = µ + Ti + €ij Dimana :

Yij : Respon perlakuan terak baja ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai tengah umum

Tj : Pengaruh perlakuan terak baja ke-j

(26)

Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing-masing perlakuan diuji dengan uji BNJ pada taraf 5 % dan 1 %.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit pada kedalaman 0-20 cm. Kemudian dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan 10 mesh.

Analisis Tanah Awal

Tanah yang telah kering udara dan telah diayak lalu dianalisis % KA dan % KL nya untuk menentukan berat tanah yang dimasukkan ketiap polybag setara dengan 5 kg berat tanah kering oven. Selain itu analisis yang dilakukan adalah pH H2

Aplikasi Perlakuan

O (1:2,5), P tersedia (ppm), P retensi (%), tekstur tanah, dan C-organik tanah.

(27)

Penanaman dan Pemeliharaan

Setelah tanah diinkubasi kemudian diberi pupuk dasar Urea 45 % N (2,22g/polybag), SP-36 36 % P2O5 (2,7g/polybag) dan KCl 60 % K2

Pemanenan

O (1,5g/polybag), lalu dilakukan penanaman benih jagung sebanyak 2-3 biji/polybag. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu dengan meninggalkan satu tanaman yang pertumbuhan tanamannya dianggap baik. Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari sampai tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Pembersihan gulma dilakukan setiap hari agar tidak terjadi persaingan unsur hara dengan tanaman jagung.

Pemanenan dilakukan setelah tanaman mengeluarkan malai (berumur 8 minggu).

Parameter yang Diukur

A. Setelah inkubasi

- pH tanah dengan metode elektrometri. - P-tersedia (ppm) dengan metode Bray II. - P-retensi (%) dengan metode Black More.

B. Pada akhir vegetatif

(28)
(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

pH Andisol Setelah Inkubasi

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 6 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap pH Andisol setelah inkubasi. Hasil uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol setelah inkubasi dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol setelah inkubasi.

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan 5 % (a, b, c, ...).

Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 1 diatas terlihat bahwa pH tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (5.87) yang berbeda nyata terhadap perlakuan T0 (5.43), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T4 (5.86), T1 (5.71) dan T2 (5.66). pH terendah terdapat pada perlakuan T0 (5.43) yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T2 (5.66).

pH Andisol pada Akhir Vegetatif

(30)

beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol pada akhir vegetatif dapat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol pada akhir vegetatif.

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan 5 % (a, b, c, ...).

Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 2 diatas terlihat bahwa pH tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (5.08) yang berbeda nyata terhadap perlakuan T2 (4.76), T1 (4.57) dan T0 (4.22), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T3 (4.91). pH terendah terdapat pada perlakuan T0 (4.22) yang berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.

P-Tersedia Andisol Setelah Inkubasi (ppm)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 10 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia Andisol setelah inkubasi. Rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol setelah inkubasi dapat dilihat pada Tabel 3.

(31)

P-Tersedia Andisol pada Akhir Vegetatif (ppm)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 12 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia Andisol pada akhir vegetatif. Hasil uji beda rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol pada akhir vegetatif dapat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol pada akhir vegetatif.

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan 5 % (a, b, c, ...).

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 4 diatas terlihat bahwa P-tersedia tertinggi terdapat pada perlakuan T0 (38.62 ppm) yang berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan T2 (11.47 ppm), T3 (7.73 ppm), T4 (6.74 ppm) dan T1 (5.62 ppm).

Retensi P Andisol Setelah Inkubasi (%)

(32)

Tabel 5. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi. Perlakuan Rataan Retensi P

Retensi P Andisol pada Akhir Vegetatif (%)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 16 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P Andisol pada akhir vegetatif. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol pada akhir vegetatif.

Perlakuan Rataan Retensi P

Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)

(33)

Tabel 7. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering tajuk tanaman.

Perlakuan Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman ...g...

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan 5 % (a, b, c, ...).

Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 7 diatas terlihat bahwa bobot kering tajuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (17.53 g) yang berbeda nyata terhadap perlakuan T1 (9.43 g) dan T0 (4.83 g), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T3 (16.93 g) dan T2 (15.70 g). Bobot kering tajuk tanaman terendah terdapat pada kontrol (4.83 g).

Bobot Kering Akar Tanaman (g)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 20 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering akar tanaman dapat disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering akar tanaman.

Perlakuan Rataan Bobot Kering Akar Tanaman ...g...

(34)

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 8 diatas terlihat bahwa bobot kering akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (3.33 g) yang berbeda nyata terhadap perlakuan T1 (1.23 g), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T3 (3.03 g), T4 (3.00 g) dan T0 (1.33 g).

Serapan P-Tanaman (mg/tanaman)

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 22 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap serapan P-tanaman. Hasil uji beda rataan pemberian terak baja terhadap serapan P-tanaman dapat disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap serapan P-tanaman.

Perlakuan Rataan Serapan P-Tanaman ...mg/tanaman...

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan 5 % (a, b, c, ...).

Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 9 diatas terlihat bahwa serapan P-tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (1.6527 mg/tanaman)

(35)

Pembahasan

pH Andisol

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 6 diketahui bahwa pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata dalam menaikkan pH tanah setelah 60 hari inkubasi dibandingkan dengan kontrol. Akibat pemberian terak baja pH meningkat nyata dari 5.43 pada kontrol sampai 5.87 pada perlakuan T3 (30 ton/ ha). Peningkatan pH ini disebabkan oleh bahan terak baja yang mengandung Si dan Ca. Diketahui bahwa silikat mempunyai peranan dalam menaikkan pH tanah. Ion Si berperan menekan aktivitas ion Al, dimana diketahui ion Al merupakan penyebab utama kemasaman pada tanah Andisol. Selain itu, kandungan terak baja yang mengandung kalsium juga merupakan penyebab yang tidak dapat diabaikan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Teakle dan Boyle dalam Muhali (1980) yang menyatakan bahwa senyawa fosfat dan terak baja umumnya dianggap sebagai garam rangkap dari kalsium dan silikat. Sebagaimana diketahui ion Ca merupakan kation basa kuat yang berperan dalam menaikkan pH tanah melalui reaksi hidrolisisnya : Ca2+ + OH- Ca(OH)2

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 8 menunjukkan pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata dalam menaikkan pH tanah pada akhir vegetatif. Akibat pemberian terak baja pH tanah meningkat dari 4.22 pada kontrol sampai 5.08 pada perlakuan T4. pH tertinggi diperoleh pada perlakuan T4 (40 ton/ ha).

.

(36)

disebabkan karena adanya pemberian pupuk urea sebagai pupuk dasar yang melepaskan 4 ion H+

CO(NH

sebagaimana reaksi kimianya di tanah sebagai berikut :

2)2 + H2O  2NH3 + H2CO3 2NH4+ + CO3

Selain itu dengan adanya penambahan pupuk KCl diketahui dapat menurunkan pH tanah. Penurunan pH terjadi akibat ion K

-+

dari KCl setelah melarut dalam air tanah akan menggantikan kedudukan H+ dipermukaan kompleks jerapan, pembebasan ion H+ kedalam larutan tanah yang akan menyebabkan pH tanah menjadi turun. Tanaman juga berperan terhadap pH tanah pada akhir vegetatif melalui eksudat akar. Saat tanaman menyerap ion K+ pada kompleks jerapan, maka akan terjadi pertukaran ion dimana ion K+ tersebut akan digantikan posisinya oleh ion H+

P-Tersedia

yang merupakan penyebab pH tanah menjadi turun.

(37)

Pemberian pupuk dasar fosfor ke tanah dalam jumlah rendah atau tidak optimal juga mengakibatkan hara fosfor ditanah masih rendah. Pupuk dasar yang diberikan adalah SP-36 sebanyak 2.7 g/ 5 kg BTKO yang seharusnya diberikan sebanyak 6.36 g/ 5 kg BTKO atau setara dosis 200 ppm P2O5

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 12 menunjukkan bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia pada akhir vegetatif. Pada akhir vegetatif hara fosfor telah tersedia. Hal ini ditandai dengan semakin tinggi dosis penambahan terak baja maka semakin meningkatnya bobot kering tanaman dan serapan P tanaman.

.

Pada akhir vegetatif nilai P-tersedia tertinggi terdapat pada kontrol sebesar 38.62 ppm yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya sedangkan nilai P-tersedia terendah terdapat pada perlakuan T1 sebesar 5.62 ppm. Hal ini ditandai pada kontrol yang memiliki nilai serapan P tanaman dan bobot kering tanaman terendah dari pada perlakuan yang diberi terak baja. Secara logika dapat diterima, jika bobot kering tanaman dan serapan hara tinggi maka hara yang tersedia didalam tanah akan menurun dan begitu pula sebaliknya.

Retensi P

(38)

61.97 % pada perlakuan T4. Nilai retensi P terendah terdapat pada perlakuan T4 (40 ton/ ha).

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 16 diketahui bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P pada akhir vegetatif. Nilai retensi P cenderung meningkat sesuai dengan nilai rataan retensi P akibat pemberian terak baja pada Andisol pada akhir vegetatif (Tabel 6), hal ini sejalan dengan peningkatan dosis terak baja. Nilai retensi P tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (30 ton/ ha) sebesar 72.27 % dan terendah pada kontrol sebesar 64.47 %.

Bobot Kering Tanaman

Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 18 diketahui bahwa pemberian terak baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman. Berdasarkan Tabel 7 nilai bobot kering tajuk tanaman meningkat sejalan dengan peningkatan dosis penambahan terak baja. Bobot kering tajuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (40 ton/ ha) sebesar 17.53 g sedangkan terendah pada kontrol sebesar 4.83 g.

(39)

Serapan P Tanaman

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap pH Andisol setelah 60 hari inkubasi dan pada akhir vegetatif, P-tersedia pada akhir vegetatif, bobot kering tajuk tanaman dan serapan P tanaman serta berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman.

2. Terak baja berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia setelah 60 hari inkubasi dan retensi P setelah 60 hari inkubasi maupun pada akhir vegetatif.

Saran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1991. Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Charles, C. Mitchell. 2004. What's New about Basic Slag. Department of Agronomy and Soils, Auburn University, Alabana.

Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupuka n. USU Press, Medan.

Darmawijaya, M. I. 1992. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Foth, H. D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Purbayanti, E. D., D. R. Lukiwati., dan R. Trimulatsih. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Radja Grafindo Persada, Jakarta.

Hasibuan, B. E. 2009. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Muhali, I. 1980. Pengetahuan Pupuk. Acaksana Karya Bhakti. Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP), Yogyakarta.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya, Malang.

Musa, L., Mukhlis, dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Musa, L., dan Mukhlis. 2006. Kimia Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Novyanto, O. 2007. Mengenal Fabrikasi Besi Kasar.

Purwono, M. S., dan Hartono, R. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

(42)

Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy. Eleventh Edition, United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service, Washington D. C. US.

Tisdale, S. L., W. L. Nelson., and J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. MacMillan Pub. Co, New York.

Tony. 2009. Super Slag Basic.

14/04/2009].

Tan, K. H. 1982. Principles of Soil Chemistry, Mercel Dekker. New York and Bassel, 295 pp.

Tan, K. H. 1998. Andosol. Kapita Selecta With Extended English Summary. Program Studi Ilmu Tanah. Program Pasca Sarjana. USU, Medan.

(43)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Analisis Awal Tanah Andisol Asal Tongkoh

No Parameter Hasil Analisis Kriteria *)

1. pH H2O 5.11 Masam

2. C-Organik (%) 9.30 Sangat Tinggi 3. Bahan Organik (%) 15.99

4. Tekstur Pasir Berlempung

Pasir (%) 84

Debu (%) 6

Liat (%) 10

5. P-Tersedia (ppm) 14.83 Rendah

6. Retensi P (%) 82.5

(44)

Lampiran 2. Data Analisis Terak Baja (Basic Slag) dari PT. Purnama Baja Heckett, Cilegon-Banten

No Parameter Satuan Hasil Analisis

1. Iron (Fe) Total % 26.86

2. Iron Trioxide (Fe2O3) % 38.41

3. Aluminium Trioxide (Al2O3) % 5.34

4. Calcium Oxide (CaO) % 30.12

5. Magnesium Oxide (MgO) % 6.52 6. Manganesa Dioxide (MnO2) % 2.28

7. Chromium Trioxide (Cr2O3) % 0.39

8. Potassium Oxide (K2O) % 0.34

(45)

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Jagung

Tahun dilepas : 1983.

Golongan : Hibrida.

Umur : Kurang lebih 58 hari keluar rambut ± 95- 100 hari panen.

Batang : Tinggi dan tegak. Warna Daun : Hijau cerah.

Tongkol : Besar dan cukup silindris. Warna Biji : Kuning kemerahan.

Kulit Tongkol : Tidak semua tongkol tertutup dengan baik. Baris Biji : Lurus dan rapat.

Kedudukan Tongkol : Kurang lebih ditengah batang.

Perakaran : Baik.

Jumlah Baris/ Tongkol : 12-16 baris.

Bobot 1000 Butir : Lebih kurang 317 g. Rata-Rata Hasil : 5.8 ton/ Ha pipilan kering. Ketahanan Terhadap Penyakit : Toleran terhadap bulai (Sclerospora maydis).

(46)

U

S Lampiran 4. Bagan Penelitian

I III II

T2

T3

T0

T0

T1

T2

T4

T0

T1

T3

T4

T3

(47)

Lampiran 5. Data pH Andisol Setelah Inkubasi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 5.34 5.47 5.48 16.29 5.43 T1 5.66 5.84 5.64 17.14 5.71 T2 5.63 5.62 5.73 16.98 5.66 T3 5.84 5.94 5.83 17.61 5.87 T4 5.89 5.97 5.72 17.58 5.86 Total 28.36 28.84 28.40 85.60 5.71

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam pH Andisol Setelah Inkubasi

SK dB JK KT Fhit. Ftab. 0.05 Ftab. 0.01 Perlakuan 4 0.39 0.10 12.19** 3.48 5.99 Galat 10 0.08 0.01

Total 14 0.47 KK = 1.75 %

(48)

Lampiran 7. Data pH Andisol pada Akhir Vegetatif Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 4.26 4.07 4.34 12.67 4.22 T1 4.55 4.50 4.67 13.72 4.57 T2 4.89 4.62 4.78 14.29 4.76 T3 4.87 4.96 4.90 14.73 4.91 T4 4.97 5.12 5.14 15.23 5.08 Total 23.54 23.27 23.83 70.64 4.71

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam pH Andisol pada Akhir Vegetatif SK dB JK KT Fhit. Ftab. 0.05 Ftab. 0.01 Perlakuan 4 1.3 0.33 29.55** 3.48 5.99 Galat 10 0.11 0.01

Total 14 1.41 KK = 2.12 %

(49)

Lampiran 9. Data P-Tersedia Andisol Setelah Inkubasi (ppm) Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 6.24 6.24 7.73 20.21 6.74 T1 7.73 7.73 7.73 23.19 7.73 T2 14.83 7.73 7.73 30.29 10.10 T3 4.37 4.37 11.47 20.21 6.74 T4 4.37 4.37 4.37 13.11 4.37 Total 37.54 30.44 39.03 107.01 7.13

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Andisol Setelah Inkubasi SK dB JK KT Fhit. Ftab. 0.05 Ftab. 0.01 Perlakuan 4 51.26 12.82 1.87tn 3.48 5.99 Galat 10 68.69 6.87

Total 14 119.96 KK = 36.76 %

(50)

Lampiran 11. Data P-Tersedia Andisol pada Akhir Vegetatif (ppm) Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 35.75 48.46 31.64 115.85 38.62 T1 4.37 6.24 6.24 16.85 5.62 T2 4.37 9.60 20.43 34.40 11.47 T3 7.73 7.73 7.73 23.19 7.73 T4 9.60 4.37 6.24 20.21 6.74 Total 61.82 76.40 72.28 210.50 14.03

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Andisol pada Akhir Vegetatif SK dB JK KT Fhit. Ftab. 0.05 Ftab. 0.01 Perlakuan 4 2324.23 581.06 19.09** 3.48 5.99 Galat 10 304.35 30.44

Total 14 2628.57 KK = 39.32 %

(51)

Lampiran 13. Data Retensi P Andisol Setelah Inkubasi (%) Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 76.50 82.50 83.50 242.50 80.83 T1 80.20 57.40 81.40 219.00 73.00 T2 71.40 77.80 70.20 219.40 73.13 T3 70.20 80.20 83.50 233.90 77.97 T4 44.50 66.10 75.30 185.90 61.97 Total 342.80 364.00 393.90 1100.70 73.38

Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Retensi P Andisol Setelah Inkubasi SK dB JK KT Fhit. Ftab. 0.05 Ftab. 0.01 Perlakuan 4 621.18 155.30 1.52tn 3.48 5.99 Galat 10 1023.69 102.37

Total 14 1644.86 KK = 13.79 %

(52)

Lampiran 15. Data Retensi P Andisol pada Akhir Vegetatif (%) Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 74.00 63.40 56.00 193.40 64.47 T1 68.90 56.00 76.50 201.40 67.13 T2 64.90 68.90 72.70 206.50 68.83 T3 74.00 71.40 71.40 216.80 72.27 T4 78.90 58.90 58.90 196.70 65.57 Total 360.70 318.60 335.50 1014.80 67.65

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Retensi P Andisol pada Akhir Vegetatif SK dB JK KT Fhit. Ftab. 0.05 Ftab. 0.01 Perlakuan 4 112.36 28.09 0.41tn 3.48 5.99 Galat 10 680.11 68.01

Total 14 792.48 KK = 12.19 %

(53)

Lampiran 17. Data Bobot Kering Tajuk Tanaman (g) Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 5.20 4.50 4.80 14.50 4.83 T1 8.50 9.80 10.00 28.30 9.43 T2 16.10 16.10 14.90 47.10 15.70 T3 13.80 13.80 23.20 50.80 16.93 T4 15.60 19.40 17.60 52.60 17.53 Total 59.20 63.60 70.50 193.30 12.89

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman

SK dB JK KT Fhit. Ftab. 0.05 Ftab. 0.01 Perlakuan 4 367.99 92.00 13.40** 3.48 5.99 Galat 10 68.67 6.87

Total 14 436.66

(54)

Lampiran 19. Data Bobot Kering Akar Tanaman (g) Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 1.20 1.40 1.40 4.00 1.33 T1 1.20 1.30 1.20 3.70 1.23 T2 3.50 3.90 2.60 10.00 3.33 T3 2.20 2.20 4.70 9.10 3.03 T4 2.60 3.60 2.80 9.00 3.00 Total 10.70 12.40 12.70 35.80 2.39

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman

SK dB JK KT Fhit. Ftab. 0.05 Ftab. 0.01 Perlakuan 4 12.39 3.10 5.48* 3.48 5.99 Galat 10 5.65 0.57

Total 14 18.04

(55)

Lampiran 21. Data Serapan P-Tanaman (mg/tanaman) Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T0 0.4836 0.4005 0.4272 1.3113 0.4371 T1 0.8075 0.7742 0.9900 2.5717 0.8572 T2 1.2719 1.5617 1.2963 4.1299 1.3766 T3 1.2006 1.1454 1.9720 4.3180 1.4393 T4 1.4820 1.8042 1.6720 4.9582 1.6527 Total 5.2456 5.6860 6.3575 17.2891 1.1526

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Serapan P-Tanaman

SK dB JK KT Fhit. Ftab. 0.05 Ftab. 0.01 Perlakuan 4 2.94517 0.736293 13.10** 3.48 5.99 Galat 10 0.56185 0.056185

Total 14 3.50702

Gambar

Tabel 1. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol setelah inkubasi.
Tabel 2. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol pada akhir vegetatif
Tabel 4. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol pada akhir vegetatif
Tabel 5. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian : Pemanfaatan Daun Kelor ( Moringa oleifera Lamk ) Pada Pembuatan Permen Karamel Dari Susu. Hasnudi, MS) Ketua Program Studi Peternakan.. Tanggal

Penurunan konsentrasi karbohidrat total keluaran bioreaktor hibrid anaerob bermedia cangkang sawit, menandakan bahwa bakteri yang terdapat di dalam bioreaktor telah

Artikel Pendidikan Seks Remaja ( Analisis Wacana Kritis Artikel Seksualitas Majalah Hai Edisi 1995-2004) Muria Endah Sokowati Kualit atif Media massa Media Cetak

Sehingga dalam penelitian ini akan mengambil sebuah judul tentang “Analisis Pengaruh Customer Relationship Management (CRM) Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui

[r]

Dengan adanya produk cacat yang ditemukan dalam proses produksi maupun produk jadi maka akan menyebabkan tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan

 T erminal Towo’e Tahuna merupakan salah satu prasarana yang penting di kota Tahuna maupun Kabupaten Kepulauan Sangihe karena memiliki fasilitas umum yang

Bambang Yuwono, Yuli Fauziah, Yenny Rachma Setyaningsih, Universitas Pembangunan Nasional Veteran (2011) dalam jurnalnya yang berjudul Sistem Pakar Website Untuk