• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

P- tersedia Tanah setelah Inkubasi

Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan kandungan P-tersedia tanah. Nilai P-tersedia tanah tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dan P7 yaitu sebesar 6.04 ppm dan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 5.03 ppm. Dari analisis tanah terhadap kandungan P yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kandungan P tersedia pada seluruh perlakuan termasuk ke dalam kriteria yang sangat rendah berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2005). Hal ini bisa saja disebabkan karena dosis yang diberikan pada setiap perlakuan relatif sama sehingga tidak menaikkan jumlah P-tersedia tanah. Selain karena dosis, masih rendahnya ketersediaan P-tersedia tanah diduga karena masih dipengaruhi oleh adanya ion Al dan Fe yang membentuk ikatan dengan P sehingga ketersediaan P masih rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa ketersediaan fosfat anorganik tanah sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: pH tanah, ion Al, Fe da Mn larut, adanya mineral yang mengandung Fe, Al, dan

Mn, tersedianya Ca, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik dan kegiatan jasad renik.

K-tukar Tanah setelah Inkubasi

Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan kandungan K-tukar tanah. Nilai K-tukar tanah tertinggi terdapat pada perlakuan P5 yaitu sebesar 0.44 me/100g dan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 0.31 me/100g. Berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2005) termasuk kriteria sedang. Hal ini terjadi karena adanya pencucian. Unsur K sangat mobil sehingga mudah tercuci dan tidak tersedia dalam tanah. Hal ini mungkin juga terjadi karena pada tanah yang berstatus K rendah, kemungkinan untuk memperoleh tanggap pemupukan K cukup besar, sedangkan tanah dengan status hara sedang sampai tinggi umumnya tidak menunjukkan tanggap terhadap pemupukan K. Hal ini sesuai dengan literatur Adiningsih, dkk (2000) yang menyatakan pada tanah yang berstatus K sedang dan tinggi tidak perlu diberi pupuk K karena kebutuhan K padi sawah sudah terpenuhi dari K tanah, sumbangan K dari air irigasi dan penngembalian jerami sisa panen. Pemupukan K hanya dianjurkan untuk lahan sawah berkadar karbonat tinggi dengan takaran 50 kg KCl/ha/musim disertai dengan pengembalian jerami sisa panen ke dalam tanah.

Selain itu, pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan K-tukar tanah setelah 4 minggu masa inkubasi kemungkinan disebabkan adanya bahan organik yang terdekomposisi menghasilkan asam-asam organik yang akan berikatan dengan Fe2+ dan kation tereduksi lain membentuk khelat dan menjadi tidak tersedia bagi

tanaman sehingga mengurangi pertukaran dengan K-dd di kompleks pertukaran dan mengurangi pelepasan K-dd menjadi K larutan. Hal ini sesuai dengan literatur Wihardjaka (2002) yang menyatakan bahwa kondisi tanah tergenang menyebabkan Fe2+, Mn2+ dan kation tereduksi lainnya meningkat di larutan tanah, tingginya ketersediaan Fe2+ dapat menggantikan K-dd pada tapak pertukaran dan melepaskannya kelarutan tanah. Adapun bahan organik yang terdekomposisi menghasilkan asam-asam organik yang akan berikatan dengan Fe2+ dan kation tereduksi lain membentuk khelat dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman sehingga mengurangi pertukaran dengan K-dd di kompleks pertukaran dan mengurangi pelepasan K-dd menjadi K larutan.

Ratio C/N Tanah setelah Inkubasi

Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan ratio C/N tanah. Nilai ratio C/N tanah tertinggi terdapat pada perlakuan P7 yaitu 10.83 dan terendah terdapat pada perlakuan P6 yaitu 7.24. Ratio C/N tanah yang diperoleh pada seluruh perlakuan berada dalam kriteria rendah berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2005). Ratio C/N tanah yang rendah menunjukkan bahwa pupuk organik dan bahan organik yang diberikan telah termineralisasi atau terdekomposisi karena bahan organik dan pupuk organik yang diberikan cukup mengandung unsur N sehingga mencukupi kebutuhan mikroorganisme untuk merombak Carbon sehingga tidak mempengaruhi ketersediaan N dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Hasibuan (2010) yang menyatakan tingkat pelapukan bahan organik (C/N) juga perlu diperhatikan. Penambahan pupuk kandang dalam jumlah yang banyak tapi dengan C/N yang masih tinggi dapat mengganggu kadar N di dalam tanah. Hal ini

terjadi karena untuk merombak bahan organik yang belum melapuk, mikroorganisme tanah banyak membutuhkan N, dimana N tentu di ambil dari N tanah, sehingga terjadi kompetisi antara tanaman yang tumbuh diatasnya dengan jasad-jasad renik yang membutuhkan N.

Tinggi Tanaman Masa Vegetatif

Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi secara nyata meningkatkan tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 111.84 cm dan terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 86.37 cm. Tinggi tanaman masa vegetatif pada perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P7, P6, P5, P0, P4, P2, P3 dengan nilai masing-masing 100.27 cm, 97.93 cm, 97.87 cm, 90.77 cm, 89.97cm , 87.07 cm, 86.37 cm. Tinggi tanaman masa vegetatif pada perlakuan P1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P1 pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K yang berasal dari pupuk anorganik yaitu pupuk urea, SP-36, dan KCl dimana pupuk anorganik ini pada umumnya memiliki kandungan hara yang tinggi, Pemberiannya dapat terukur dengan tepat, kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, mudah larut dan cepat diserap oleh akar tanaman sehingga dengan demikian unsur hara makro N,P,K yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dapat dengan cepat diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Hasibuan (2010) yang menyatakan bahwa pupuk buatan mudah diperoleh, kandungan haranya tinggi, mudah larut dan cepat diserap oleh akar tanaman.

Dari hasil perhitungan terhadap rataan tinggi tanaman masa vegetatif pada Lampiran 13. dapat dilihat bahwa rataan tinggi tanaman meningkat nyata pada

perlakuan pemberian abu sekam padi dibandingkan pada perlakuan pemberian pupuk kandang kambing. Pertambahan tinggi tanaman nyata pada perlakuan pemberian abu sekam padi diduga karena didukung oleh pemberian pupuk N yang berasal dari pupuk urea yang tentu saja lebih mudah larut dan cepat tersedia bagi tanaman. Unsur N ini merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman karena peran utama unsur ini adalah merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun) sehingga penambahan tinggi tanaman meningkat nyata. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf, dkk (2000) yang menyatakan bahwa unsur N merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan, meningkatkan jumlah bulir/rumpun.

Jumlah Anakan Tanaman pada Akhir Vegetatif

Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi secara nyata meningkatkan jumlah anakan tanaman pada akhir masa vegetatif. Jumlah anakan tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 39.67 dan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 11.33. Jumlah anakan tanaman tertinggi pada perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P5, P6, P7 dengan nilai berurut 34.67, 32.33, 31.67 dan berbeda nyata dengan perlakuan P4, P2, P3, P0 dengan nilai masing-masing 18.33, 16.67, 16, 11.33. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman padi pada perlakuan blanko memberikan pertumbuhan vegtatif tanaman yang paling rendah, ini menunjukkan bahwa tanaman padi tetap membutuhkan tambahan unsur hara makro dalam proses pertumbuhan vegetatifnya terutama unsur hara N yang berperan utama dalam pembentukan jumlah anakan. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf, dkk (2000) yang menyatakan bahwa Unsur N

merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan, meningkatkan jumlah bulir/rumpun.

Berat Kering Atas Tanaman

Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi secara nyata meningkatkan berat kering atas tanaman. Berat kering atas tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P7 yaitu sebesar 159.84 g dan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 24.17 g Berat kering atas tanaman pada perlakuan P7 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P6 dengan nilai masing-masing 157.1 g, 140. 37 g dan berbeda nyata dengan perlakuan P5, P3, P2, P4, P0 dengan nilai masing-masing 109.77 g, 44.23 g, 41.77 g, 39.17 g, 24.17 g.

Dari hasil perhitungan terhadap rataan terhadap berat kering atas tanaman pada Lampiran 15. Diketahui bahwa berat kering atas tanaman (tajuk tanaman) umumnya lebih rendah pada perlakuan pemberian pupuk kandang kambing dibandingkan perlakuan pemberian abu sekam padi. Hal ini disebabkan karena pada tanah tergenang bahan organik berupa pupuk kandang yang diharapkan dapat melepaskan ion amonium ke dalam larutan tanah berjalan lebih lambat sehingga tanaman kekurangan unsur N dan pertumbuhan vegetatif (daun) kurang maksimal. Akibat dari kurangnya ketersediaan N ini tentu saja akan berpengaruh terhadap bobot daun/tajuk tanaman. Kekurangan N pada tanaman padi ini diperkuat dengan berubahnya warna daun tanaman dari hijau menjadi kuning yang dimulai dari ujung daun dan terus menjalar ke tulang dan daun di tengah. Hal ini sesuai dengan literatur Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa pada

tanaman padi-padian, warna kuning ini dimulai dari ujung dan terus menjalar ke tulang dan daun di tengah.

Berat Kering Bawah Tanaman

Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi secara nyata meningkatkan berat kering bawah tanaman. Berat kering bawah tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P7 yaitu sebesar 76.93 g dan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 76.93 g. Berat kering bawah tanaman pada perlakuan P7 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P6 dengan nilai sebesar 64 g dan berbeda nyata dengan perlakuan P1, P5, P3, P2, P4, P0 dengan nilai masing-masing 56.43 g, 44.07 g, 21.4 g, 21.37 g, 19.87 g, 15.83 g. Berat kering bawah tanaman pada perlakuan P7 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan pada perlakuan pemberian abu sekam padi diduga unsur K telah tersedia bagi tanaman sehingga dapat diserap oleh tanaman. Hal ini diperkuat oleh analisis terhadap kadar K-tukar tanah terutama pada perlakuan pemberian abu sekam padi berada pada kriteria sedang berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2005). Selain itu, pada analisis awal tanah kadar K-tukar tanah sudah berada pada kriteria sedang sehingga dengan penambahan abu sekam padi maka ketersediaan unsur kalium tanah sudah mencukupi dan dapat mendukung perkembangan akar tanaman. Seperti yang sudah diketahui bahwa salah satu fungsi unsur K ini adalah untuk merangsang pertumbuhan akar. Hal ini sesuai dengan literatur Rauf, dkk (2000) yang menyatakan bahwa dengan adanya kalium yang tersedia dalam tanah menyebabkan ketegaran tanaman terjamin, merangsang pertumbuhan akar, tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

Dokumen terkait