HASIL DAN PEMBAHASAN
K- tukar Tanah setelah Inkubasi
Dari data pengukuran K-tukar tanah setelah inkubasi (Lampiran 11) dan dari hasil sidik ragam K-tukar tanah setelah inkubasi (Lampiran 11.1) diperoleh bahwa pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan K-tukar tanah.
Hasil uji beda rataan dengan Uji DMRT pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap perubahan K-tukar tanah disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi Terhadap Kandungan K-tukar Tanah setelah Inkubasi.
Perlakuan K-Tukar Tanah
(me/100gr)
P0 (Blanko) 0.31
P1 (Kontrol [Urea + SP-36 + KCl]) 0.38
P2 (Pupuk kandang kambing 3 ton/ha + SP-36 + KCl) 0.36
P3 (Pupuk kandang kambing 6 ton/ha + SP-36 + KCl) 0.41
P4 (Pupuk kandang kambing 9 ton/ha + SP-36 + KCl) 0.37
P5 (Abu sekam padi 3 ton/ha + SP-36 + Urea) 0.44
P6 (Abu sekam padi 6 ton/ha + SP-36 + Urea) 0.37
P7 (Abu sekam padi 9 ton/ha + SP-36 + Urea ) 0.42
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai K-tukar tanah tertinggi setelah masa inkubasi terdapat pada perlakuan P5 yaitu sebesar 0.44 me/100gr dan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 0.31 me/100gr.
Ratio C/N Tanah setelah Inkubasi
Dari data pengukuran ratio C/N tanah setelah inkubasi (Lampiran 12) dan dari hasil sidik ragam ratio C/N tanah setelah inkubasi (Lampiran 12.1) diperoleh bahwa pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan ratio C/N tanah.
Hasil uji beda rataan dengan Uji DMRT pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap perubahan ratio C/N tanah disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi Terhadap Ratio C/N Tanah setelah Inkubasi.
Perlakuan Ratio C/N
Tanah
P0 (Blanko) 9.82
P1 (Kontrol [Urea + SP-36 + KCl]) 10.16
P2 (Pupuk kandang kambing 3 ton/ha + SP-36 + KCl) 10.2
P3 (Pupuk kandang kambing 6 ton/ha + SP-36 + KCl) 10.23
P4 (Pupuk kandang kambing 9 ton/ha + SP-36 + KCl) 9.57
P5 (Abu sekam padi 3 ton/ha + SP-36 + Urea) 8.02
P6 (Abu sekam padi 6 ton/ha + SP-36 + Urea) 7.24
P7 (Abu sekam padi 9 ton/ha + SP-36 + Urea ) 10.83
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai ratio C/N tanah tertinggi setelah masa inkubasi terdapat pada perlakuan P7 yaitu sebesar 10.83 dan terendah terdapat pada perlakuan P6 yaitu sebesar 7.24.
Tinggi Tanaman Masa Vegetatif
Dari data pengukuran tinggi tanaman (Lampiran 13) dan dari hasil sidik ragam tinggi tanaman (Lampiran 13.1) diperoleh bahwa pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman.
Hasil uji beda rataan dengan Uji DMRT pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap perubahan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 7
Tabel 7. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi Terhadap Tinggi Tanaman Masa Vegetatif.
Perlakuan Tinggi Tanaman
(cm)
P0 (Blanko) 90.77cd
P1 (Kontrol [Urea + SP-36 + KCl]) 111.83a
P2 (Pupuk kandang kambing 3 ton/ha + SP-36 + KCl) 87.07d
P3 (Pupuk kandang kambing 6 ton/ha + SP-36 + KCl) 86.37d
P4 (Pupuk kandang kambing 9 ton/ha + SP-36 + KCl) 89.97d
P5 (Abu sekam padi 3 ton/ha + SP-36 + Urea) 97.87bc
P6 (Abu sekam padi 6 ton/ha + SP-36 + Urea) 97.93bc
P7 (Abu sekam padi 9 ton/ha + SP-36 + Urea ) 100.27b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman
masa vegetatif tertinggi setelah masa inkubasi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 111.84 cm dan terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 86.37 cm.
Tinggi tanaman masa vegetatif pada perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P7, P6, P5, P0, P4, P2, P3 dengan nilai masing-masing 100.27 cm, 97.93 cm, 97.87 cm, 90.77 cm, 89.97cm , 87.07 cm, 86.37 cm.
Untuk melihat hubungan pengaruh aplikasi pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap tinggi tanaman masa vegetatif dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi
Terhadap Tinggi Tanaman Masa Vegetatif
Jumlah Anakan Tanaman pada Akhir Vegetatif
Dari data pengukuran jumlah anakan (Lampiran 14) dan dari hasil sidik ragam jumlah anakan (Lampiran 14.1) diperoleh bahwa pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah anakan.
Hasil uji beda rataan dengan Uji DMRT pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap perubahan jumlah anakan disajikan pada Tabel 8 .
Tabel 8. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi Terhadap Jumlah Anakan Tanaman pada Akhir Vegetatif.
Perlakuan Jumlah Anakan
Perumpun
P0 (Blanko) 11.33b
P1 (Kontrol [Urea + SP-36 + KCl]) 39.67a
P2 (Pupuk kandang kambing 3 ton/ha + SP-36 + KCl) 16.67b
P3 (Pupuk kandang kambing 6 ton/ha + SP-36 + KCl) 16b
P4 (Pupuk kandang kambing 9 ton/ha + SP-36 + KCl) 18.33b
P5 (Abu sekam padi 3 ton/ha + SP-36 + Urea) 34.67a
P6 (Abu sekam padi 6 ton/ha + SP-36 + Urea) 32.33a
P7 (Abu sekam padi 9 ton/ha + SP-36 + Urea ) 31.67a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 8 dapat dilihat jumlah anakan tanaman tertinggi pada akhir vegetatif terdapat pada perlakuan P1 yaitu 39.67 dan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 11.33. Jumlah anakan tanaman tertinggi pada perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P5, P6, P7 dengan nilai
berurut 34.67, 32.33, 31.67 dan berbeda nyata dengan perlakuan P4, P2, P3, P0 dengan nilai masing-masing 18.33, 16.67, 16, 11.33.
Untuk melihat hubungan pengaruh aplikasi pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap jumlah anakan pada akhir vegetatif dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi
Terhadap Jumlah Anakan Tanaman pada Akhir Vegetatif
Berat Kering Atas Tanaman
Dari data pengukuran bobot kering atas tanaman (Lampiran 15) dan dari hasil sidik ragam bobot kering atas tanaman (Lampiran 15.1) diperoleh bahwa pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi berpengaruh nyata terhadap peningkatan berat kering atas tanaman.
Hasil uji beda rataan dengan Uji DMRT pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap perubahan berat kering atas tanaman disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi Terhadap Berat Kering Atas Tanaman.
Perlakuan Berat Kering
Atas Tanaman (g)
P0 (Blanko) 24.17c
P1 (Kontrol [Urea + SP-36 + KCl]) 157.1a
P2 (Pupuk kandang kambing 3 ton/ha + SP-36 + KCl) 41.77c
P3 (Pupuk kandang kambing 6 ton/ha + SP-36 + KCl) 44.23c
P4 (Pupuk kandang kambing 9 ton/ha + SP-36 + KCl) 39.17c
P5 (Abu sekam padi 3 ton/ha + SP-36 + Urea) 109.77b
P6 (Abu sekam padi 6 ton/ha + SP-36 + Urea) 140.37ab
P7 (Abu sekam padi 9 ton/ha + SP-36 + Urea ) 159.83a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai berat kering atas tanaman tertinggi setelah masa inkubasi terdapat pada perlakuan P7 yaitu sebesar 159.84 g dan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 24.17 g. Berat kering atas tanaman pada perlakuan P7 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P6 dengan nilai masing-masing 157.1 g, 140. 37 g dan berbeda nyata dengan perlakuan P5, P3, P2, P4, P0 dengan nilai masing-masing 109.77 g, 44.23 g, 41.77 g, 39.17 g, 24.17 g.
Untuk melihat hubungan pengaruh aplikasi pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap berat kering atas tanaman dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi
Terhadap Berat Kering Atas Tanaman
Berat Kering Bawah Tanaman
Dari data pengukuran berat kering bawah tanaman (Lampiran 16) dan dari hasil sidik ragam berat kering bawah tanaman (Lampiran 16.1) diperoleh bahwa pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi berpengaruh nyata terhadap peningkatan berat kering bawah tanaman.
Hasil uji beda rataan dengan Uji DMRT pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap perubahan berat kering bawah tanaman disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi Terhadap Berat Kering Bawah Tanaman.
Perlakuan Berat Kering
Bawah Tanaman (g)
P0 (Blanko) 15.83d
P1 (Kontrol [Urea + SP-36 + KCl]) 56.43bc
P2 (Pupuk kandang kambing 3 ton/ha + SP-36 + KCl) 21.37d
P3 (Pupuk kandang kambing 6 ton/ha + SP-36 + KCl) 21.4d
P4 (Pupuk kandang kambing 9 ton/ha + SP-36 + KCl) 19.87d
P5 (Abu sekam padi 3 ton/ha + SP-36 + Urea) 44.07c
P6 (Abu sekam padi 6 ton/ha + SP-36 + Urea) 64ab
P7 (Abu sekam padi 9 ton/ha + SP-36 + Urea ) 76.93a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa berat kering bawah tanaman tertinggi setelah masa vegetatif terdapat pada perlakuan P7 yaitu sebesar 76.93 g dan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 76.93 g. Berat kering bawah tanaman pada perlakuan P7 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P6 dengan nilai sebesar 64 g dan berbeda nyata dengan perlakuan P1,
P5, P3, P2, P4, P0 dengan nilai masing-masing 56.43 g, 44.07 g, 21.4 g, 21.37 g, 19.87 g, 15.83 g.
Untuk melihat hubungan pengaruh aplikasi pupuk kandang kambing dan abu sekam padi terhadap berat kering bawah tanaman dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang Kambing dan Abu Sekam Padi
Pembahasan pH Tanah setelah Inkubasi
Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi secara nyata meningkatkan pH tanah. Nilai pH tanah tertinggi terdapat pada perlakuan P5 yaitu 5.63 dan terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu 4.53. Nilai pH tanah pada perlakuan P5 tidak berbeda nyata dengan perlakuan P7, P6, P1, P4, P0 dengan nilai masing-masing yaitu 5.55, 5.32, 5.21, 4.94, 4.92 dan berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P2 dengan nilai masing-masing 4.62 dan 4.53. Karena pH tanah awal berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah (2005) termasuk kriteria masam sehingga tanah sawah yang digunakan dalam penelitian kemungkinan mengandung Fe dan Al. Kecenderungan peningkatan nilai pH ini terutama terlihat pada perlakuan pemberian abu sekam padi. Hal ini diduga akibat terjadinya reaksi ion silikat dengan Al3+ atau Fe3+ membentuk senyawa yang tidak larut, sehingga dapat menghalangi proses hidrolisis Al dan Fe didalam tanah, dengan demikian pH tanah menjadi meningkat. Peningkatan pH tanah juga diduga akibat terjadinya pertukaran anion antara ion OH- yang terikat pada Al dan Fe dengan ion silikat sehingga ion OH- yang terlepas dapat meningkatkan nilai pH larutan tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Tan dalam Gusmini, dkk (2009) yang menyatakan bahwa silikon dari abu sekam padi mampu melepaskan anion OH- ke dalam larutan, sehingga menyebabkan pH menjadi meningkat. Mekanisme reaksinya di dalam tanah sebagai berikut : Si(OH)4 + Fe(OH)3 → Fe(OH)2OSi(OH)3 + OH- atau Si(OH)4 + Al(OH)3→ Al(OH)2OSi(OH)3 + OH-.
C-organik Tanah setelah Inkubasi
Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan kandungan C-organik tanah. Nilai C-organik tanah tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 2.47 % dan terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 2.19 %. Hal ini diduga disebakan karena bahan organik berupa pupuk kandang dekomposisinya berjalan lambat sehingga kandugan C-organik setelah pemberian perlakuan tidak meningkat nyata sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk organik berupa abu sekam padi dimana kandungan C-organiknya sangat rendah maka tentu saja pemberiannya juga belum dapat menaikkan kandungan C-organik tanah secara nyata. Walaupun demikian, pemberian bahan organik dan pupuk organik pada tanah sawah tetap perlu dilakukan karena pemberian bahan organik dan pupuk organik ini lebih mempertimbangkan pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah karena mempunyai peranan penting seperti mencegah keracunan besi dan aluminium pada tanah-tanah yang bereaksi masam serta dapat meningkatkan ketersediaan fosfat di dalam tanah, peningkatan kadar humus di dalam tanah akan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK). Hal ini sesuai dengan literatur Damanik, dkk (2010) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik bukanlah bertujuan untuk menambah unsur hara, karena kandungan haranya rendah, tapi bila ditinjau dari pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah, pupuk organik mempunyai peranan yang penting seperti peningkatan kadar humus di dalam tanah akan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), meningkatkan ketersediaan fosfat di dalam tanah dan dapat mencegah keracunan besi dan dan aluminium pada tanah-tanah yang bereaksi masam.
N-total Tanah setelah Inkubasi
Pemberian pupuk kandang kambing dan abu sekam padi secara nyata meningkatkan kandungan N-total tanah. Nilai N-total tanah tertinggi terdapat pada perlakuan P6 yaitu sebesar 0.33 % dan dan terendah terdapat pada perlakuan P1, P7, P2 dengan nilai yang sama yaitu sebesar 0.22 %. Perlakuan P6 berbeda nyata dengan perlakuan P5, P4, P3, P0, P1, P7, P2 dengan nilai masing-masing 0.29 %, 0.26 %, perlakuan P3 dan P0 memiliki nilai N-total yang sama yaitu 0.23 % dan perlakuan P1, P7, P2 memiliki nilai N-total yang sama juga yaitu 0.22 %. Kandungan N-total tanah tertinggi terdapat pada perlakuan yang kandungan N nya berasal dari pupuk Urea dan bukan dari perlakuan yang kandungan N nya berasal dari bahan organik berupa pupuk kandang kambing. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan tergenang bahan organik yang diharapkan dapat melepaskan ion amonium ke dalam larutan tanah dekompisinya berjalan lebih lambat. Hal ini sesuai dengan literatur Ismunandji, dkk dalam Muslimah (2005) yang menyatakan bahwa lapukan bahan organik yang dapat melepaskan ion amonium dalam larutan tanah berjalan lebih lambat dalam keadaan tergenang daripada tidak tergenang.
Dari hasil perhitungan terhadap rataan N-total tanah setelah 4 minggu inkubasi pada Lampiran 9. dapat dilihat bahwa kandungan N-total tanah meningkat nyata terutama terlihat pada perlakuan pemberian abu sekam padi dimana N-nya berasal dari pupuk urea. N yang berasal dari pupuk urea pada umumnya memang cepat hilang yg disebabkan oleh proses denitrifikasi dan pencucian. Hilangnya N dari tanah sawah akibat proses denitrifikasi dapat diminimalisir dengan cara membenamkan pupuk urea dan bukan dengan menyebarkannya di atas permukaan tanah. Pada penelitian ini, sewaktu pemberian
pupuk urea memang sengaja dibenamkan untuk menghindari hilangnya N dari tanah sawah sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman padi karena ion NH4+
yang berasal dari pupuk urea stabil sehingga N nya relatif tetap tersedia. Hal ini sesuai dengan literatur Hasibuan (2010) yang menyatakan bahwa pada lapisan oksidasi ion NH4+ tidak stabil karena ion ini mudah dioksidasi menjadi NO3-. Oleh karena ion nitrat ini sangat mobil maka akan mudah tercuci ke lapisan reduksi. Di lapisan reduksi inilah nitrat mengalami denitrifikasi sehingga berubah menjadi gas N2. Ion NH4+ stabil pada lapisan reduksi dan dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman padi.