• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terwujudnya Good Governance dan Clean Government di Setditjen P2HP

Dalam dokumen 3.1 Prestasi Kinerja (Halaman 42-47)

Dalam rangka mewujudkan good governance dan clean government Setditjen P2HP telah mengimplementasikan prinsip-prinsip good governance dan clean government dalam pengelolaan organisasinya.

Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran terwujudnya good governance dan clean government di Setditjen P2HP terdiri atas 5 (lima) indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI %

36. Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Setditjen P2HP

100% 94,98% 94,98

37. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja di Setditjen P2HP

Nilai AKIP A Nilai AKIP A 100,00

38. Nilai integritas Setditjen P2HP 6,5 7,12 109,54

39. Nilai Inisiatif anti korupsi Setditjen P2HP 7,5 8,0 106,67 40. Nilai penerapan Reformasi Birokrasi (RB)

Setditjen P2HP

36. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di Setditjen P2HP

Laporan hasil pemeriksanaan aparat pengawas memuat antara lain rekomendasi yang diberikan dalam rangka perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang ditemui selama proses audit. Rekomendasi menjadi sangat penting dan prioritas untuk ditindaklanjuti sebagai langkah perbaikan, pertanggungjawaban dan cerminan komitmen suatu unit kerja untuk memperbaiki diri, termasuk dalam pemberantasan KKN dan mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel.

55

Pengukuran indikator kinerja ini pada Setditjen P2HP merujuk pada kinerja Ditjen P2HP. Sampai dengan tahun 2013, jumlah rekomendasi APIEP kepada Ditjen P2HP adalah sebanyak 936 rekomendasi, yang terdiri dari 40 rekomendasi dari Aparat Pengawas Eksternal (BPK dan BPKP) dan 896 rekomendasi dari Aparat Pengawas Internal (Inspektorat Jenderal KKP). Dalam menindaklanjuti rekomendasi tersebut, Ditjen P2HP telah berkoordinasi secara intensif dengan Inspektorat Jenderal KKP selaku Pengawas Internal serta BPK dan BPKP selaku Pengawas Eksternal. Namun demikian belum seluruh temuan tersebut dapat terselesaikan secara tuntas, karena terkait dengan proses dan waktu yang diperlukan. Dari 936 rekomendasi yang diberikan kepada Ditjen P2HP, sebanyak 94,98% atau 889 rekomendasi telah ditindaklanjuti dengan predikat “tuntas”, sehingga masih terdapat 15,02% atau 47 rekomendasi yang belum tuntas.

37. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja di Setditjen P2HP

Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/ kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik. Penilaian akuntabilitas kinerja Ditjen P2HP dilakukan oleh Inspektorat Jenderal KKP selaku Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) di KKP.

Penilaian akuntabilitas kinerja dilaksanakan terhadap 4 (empat) komponen besar manajemen kinerja, meliputi: perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, dan capaian kinerja.

Penilaian terhadap Sistem AKIP pada Setditjen P2HP juga merujuk pada penilaian Sistem AKIP Ditjen P2HP. Hasil penilaian Sistem AKIP pada Ditjen P2HP memperoleh nilai 78,80 dari nilai maksimal 90 atau dengan predikat penilaian A (Sangat Baik). Capaian ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan, yakni Nilai AKIP A, dengan tingkat capaian 100%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai AKIP Ditjen P2HP mengalami peningkatan (nilai AKIP tahun 2012 adalah 77,97), walaupun beberapa komponen penilaian mengalami penurunan, sehingga ke depan perlu ditingkatkan.

56

Tabel 3.11. Nilai AKIP Ditjen P2HP No Komponen yang

Dinilai

Bobot (%)

Nilai

2012 2013

1 Perencanaan Kinerja 35 32,43 31,98

2 Pengukuran Kinerja 20 16,82 16,31

3 Pelaporan Kinerja 15 13,43 13,43

4 Pencapaian Kinerja 20 15,30 17,08

Nilai Hasil Evaluasi 90 77,97 78,80

Predikat Penilaian A A

38. Nilai Integritas Setditjen P2HP

Survei integritas sektor publik dilakukan dalam rangka memberikan penilaian terhadap integritas layanan yang diberikan oleh Setditjen P2HP kepada masyarakat. Hasil penilaian merupakan cerminan bagaimana masyarakat sebagai pengguna layanan memberikan penilaian yang didasarkan dari pengalaman pengguna layanan dalam mengurus layanan di Setditjen P2HP.

Upaya perbaikan dilakukan dengan mekanisme pengaduan masyarakat, pemanfaatan teknologi informasi, ekspektasi petugas terhadap gratifikasi, perilaku birokrat maupun pengguna layanan dan tingkat upaya sosialisasi/kampanye antikorupsi terhadap petugas dan pengguna layanan. Survei Integritas Sektor Publik menyertakan pula layanan pengadaan barang dan jasa (PBJ) di tingkat pusat dan daerah. Penetapan PBJ sebagai salah satu obyek survei merupakan bentuk sinergitas program pencegahan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan didasarkan pada suatu alasan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan dianggap telah memenuhi persyaratan, yaitu penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan, LAKIP mendapat nilai A, dan nilai hasil survei integritas dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebesar 7,12.

Capaian nilai integritas Setditjen P2HP tahun 2013 sebesar 7,12 atau tercapai 109,54% dari target (6,5). Capaian tersebut merupakan nilai integritas KKP yang merupakan hasil penilaian KPK. Adapun di tingkat eselon I dan II ke bawah penilaian integritas belum dilakukan, sehingga sesuai kebijakan implementasi BSC, untuk sementara waktu capaian di tingkat KKP dapat digunakan sebagai nilai integritas di tingkat eselon I ke bawah. Nilai tersebut mencerminkan adanya

57

peningkatan kualitas good govermance and clean government di lingkup KKP. Dari target yang telah dicapai pada tahun 2013 akan menjadi acuan untuk peningkatan kinerja di tahun berikutnya.

39. Nilai Inisiatif Anti Korupsi Setditjen P2HP

Penilaian Insiatif Anti Korupsi (PIAK) dilakukan dengan tujuan untuk mengukur apakah suatu instansi publik telah menerapkan sistem dan mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di lingkungan internalnya.

Penilaian Inisiatif Anti Korupsi tahun 2013 menggunakan 8 (delapan) indikator kuantitatif dan 1 (satu) laporan kualitatif. 8 (delapan) indikator kuantitatif tersebut, yaitu: Kode etik khusus; Transparansi dalam manajemen SDM;

Transparansi penyelenggara negara, Transparansi dalam pengadaan barang/jasa;

Mekanisme pengaduan masyarakat; Akses publik dalam memperoleh informasi unit utama; Pelaksanaan rekomendasi yang diberikan KPK/BPK/APIP; dan Kegiatan promosi anti korupsi. Sedangkan laporan kualitatif berisi kegiatan-kegiatan unit kerja dalam upaya pencegahan korupsi di lingkungannya yang tidak terakomodir dalam indikator kuantitatif.

Penilaian Inisiatif Anti Korupsi dilakukan dengan metode self assessment check list. Peserta PIAK mengisi sendiri kuesioner indikator kuantitatif dan membuat laporan kualitatif dengan melampirkan bukti pendukung dan dinilai oleh Inspektorat Jenderal KKP. Pada tahun 2013, Nilai PIAK Setditjen P2HP sebesar 8,0 atau tercapai 106,67%, melebihi target yang ditetapkan di tingkat KKP sebesar 7,5.

Capaian tersebut merupakan nilai PIAK Ditjen P2HP yang merupakan hasil penilaian Inspektorat Jenderal KKP. Adapun di tingkat eselon II ke bawah penilaian PIAK belum dilakukan, sehingga sesuai kebijakan implementasi BSC, untuk sementara waktu capaian di tingkat Ditjen P2HP dapat digunakan sebagai nilai PIAK di tingkat eselon II ke bawah.

Dalam rangka meningkatkan capaian target di tahun mendatang, maka inisiatif strategis yang dilakukan adalah dengan tetap menyelenggarakan sosialisasi terhadap budaya anti korupsi di lingkungan internal Setditjen P2HP.

58

40. Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi (RB) Setditjen P2HP

Reformasi birokrasi yang dilaksanakan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang pelaksanaannya dilakukan melalui program-program yang meliputi: (1) Manajemen Perubahan; (2) Penataan Peraturan Perundang-undangan;

(3) Penataan dan Penguatan Organisasi; (4) Penataan Tata Laksana; (5) Penataan Sistem SDM Aparatur; (6) Penguatan Pengawasan Intern; (7) Penguatan Akuntabilitas Kinerja; (8) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; dan (9) Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi birokrasi KKP dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain reformasi birokrasi KKP merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan. Oleh karena itu KKP harus segera mengambil langkah-langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan sistemik sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien sesuai dengan visi, misi, dan strategi KKP.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Setditjen P2HP sebagai salah satu unit kerja eselon II lingkup Ditjen P2HP memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan reformasi birokrasi sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dikatakan bahwa terdapat 8 area perubahan yaitu organisasi, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, SDM aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, mind set dan culture set, yang kemudian diatur dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 bahwa program reformasi birokrasi terdapat 3 tingkat yaitu makro, meso dan mikro.

59

Pada tahun 2013, hasil evaluasi PMPRB oleh Inspektorat Jenderal KKP, Setditjen P2HP berada pada level 4 dengan nilai 79,2 dari target yang ditetapkan sebesar 75, atau setara dengan tingkat capaian 105,6%. Capaian tersebut merupakan nilai RB Ditjen P2HP yang merupakan hasil penilaian Inspektorat Jenderal KKP.

Adapun di tingkat eselon II ke bawah penilaian RB belum dilakukan, sehingga sesuai kebijakan implementasi BSC, untuk sementara waktu capaian di tingkat Ditjen P2HP dapat digunakan sebagai nilai RB di tingkat eselon II ke bawah.

Beberapa hal yang harus diperbaiki untuk peningkatan reformasi dan birokrasi adalah penerapan program RB Ditjen P2HP secara menyeluruh dan monitoring dan evaluasi pelaksanaan RB Ditjen P2HP secara berkala.

3.2.15 Sasaran Strategis 15

Dalam dokumen 3.1 Prestasi Kinerja (Halaman 42-47)

Dokumen terkait