• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ Terwujudnya penyelenggaraan kelembagaan yang efektif, efisien dan akuntabel ”

Dalam dokumen RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA (Halaman 39-45)

2.5 Sasaran Strategis

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai Sektama, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki BPOM. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan Sektama akan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut:

1. Meningkatnya kuantitas dan kualitas Produk Hukum dalam rangka Memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BPOM merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan pre-market dan post-market. Salah satu subsistem itu adalah standardisasi yang merupakan fungsi penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan. Sektama dalam hal ini perlu mengawal pemenuhan regulasi/standar sesuai dengan rencana pelaksanaan dalam kerangka regulasi. Peran Sektama sangat strategis untuk menjaga harmonisasi setiap peraturan perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan sehingga tidak berbenturan dan duplikasi serta mendorong rancangan standar/regulasi menjadi produk hukum yang siap diundangkan. Ke depan Sektama juga perlu memperkuat fungsinya dalam menilai dampak peraturan perundang-undangan dan kebijakan pengawasan Obat dan Makanan bagi masyarakat.

Standardisasi termasuk penataan peraturan perundang-undangan ini dilakukan terpusat, dimaksudkan untuk menghindari perbedaan standar yang mungkin terjadi akibat

33 advokasi terhadap pemangku kepentingan di tingkat pemerintah provinsi dan kabupaten/ kota. Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya sebagai berikut: • Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang diundangkan, dengan target 100 sampai tahun

2019.

2. Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan Efektivitas Kerjasama

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik. Kerjasama yang telah dilakukan oleh BPOM belum dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis serta belum dimanfaatkan secara optimal baik untuk kepentingan BPOM maupun pelaku usaha dan masyarakat. Padahal kerjasama dengan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat BPOM. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih sistematis, dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkat kepentingan setiap lembaga/institusi, baik pemerintah maupun sektor swasta dan kelompok masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi BPOM, identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masingmasing institusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat BPOM, dan menentukan indikator bersama atas keberhasilan program kerjasama. Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan saling mendukung serta berbagi sumber daya (dana, program atau SDM) yang tersedia di masing-masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukan tujuan dan kerangka kerjasamanya, atau dengan “mendelegasikan” program-program yang ada di BPOM kepada lembaga/ kelompok masyarakat yang memiliki program yang sejalan dengan BPOM dengan mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan bahwa kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan, maka harus disusun kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua belah pihak dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati termasuk mekanisme dan sistem monitoring dan evaluasi. Ke depan Sektama BPOM perlu mendorong pemanfaatan kerjasama dalam negeri dan luar negeri yang ada maupun membuat kerjasama baru yang dapat dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan.

Komunikasi yang efektif dengan media merupakan hal yang wajib dilakukan, untuk mengkomunikasikan hasil pengawasan kepada masyarakat.

Selain itu, terkait dengan subsistem pengawasan Obat dan Makanan oleh masyarakat sebagai konsumen, kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang memenuhi syarat harus diciptakan. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat dilakukan BPOM melalui kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE). Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka indikatornya sebagai berikut:

1. Jumlah kerjasama yang efektif, dengan target kumulatif pada akhir 2019 sebanyak 50 kerjasama.

2. Tingkat Pengetahuan masyarakat terhadap Obat dan Makanan, dengan target Baik pada akhir 2019.

3. Persentase pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti, dengan target 85 pada akhir 2019.

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

Sejalan dengan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM berupaya untuk terus melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8 (delapan) area perubahan. Hal ini dalam rangka menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan publik BPOM akan meningkat. Kualitas tatakelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya tujuan dan sasaran strategis BPOM (1 dan 2). Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi masyarakat. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-prinsip good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, untuk menginstitusionalisasi keterbukaan informasi publik, telah ditetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di BPOM. Pada tahun 2015-2019, Badan POM berupaya untuk meningkatkan hasil penilaian eksternal meliputi penilaian RB, Opini BPK dan SAKIP. Selain upaya internal, peningkatan hasil penilaian suprasistem akan terjadi dengan adanya dukungan eksternal antara lain dengan adanya (i) dukungan kebijakan pemenuhan target kuantitas dan kualitas SDM di Badan POM agar beban kerja lebih realistis, (ii) penguatan organisasi, (iii) dukungan anggaran.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan BPOM untuk mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin dan secara akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Penguatan kelembagaan/organisasi merupakan hal mendasar untuk mendukung pencapaian Tujuan BPOM. Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM. Penataan tata laksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedur kerja.

35 penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian. Pada area pengambilan kebijakan hukum dan penegakan hukum, peran Sektama mendukung pelaksanaan tugas tersebut dalam hal pemberian bantuan hukum, termasuk menangani perkara hukum yang mungkin timbul dalam pelaksanaan tugas dimaksud. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya adalah:

1. Indeks RB, dengan target AA pada tahun 2019,

2. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK, dengan target WTP pada tahun 2019, 3. Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN, dengan target A pada tahun 2019.

4. Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi, dengan target 75% pada tahun 2019.

Adapun ringkasan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sektama tahun 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut :

*) Indikator Kinerja Utama Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang diundangkan*

1. Jumlah kerjasama yang efektif

2. Tingkat Pengetahuan masyarakat terhadap Obat dan Makanan

3. Persentase pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti* 1. Indeks RB*

2. Nilai SAKIP BPOM

3. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK 4. Persentase pegawai yang memenuhi standar

kompetensi

INDIKATOR KINERJA Meningkatnya Kuantitas dan

Kualitas Produk Hukum dalam rangka Memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan Efektivitas Kerjasama

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

SASARAN STRATEGIS

TABEL

2.1

SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA

Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama Sekretariat Utama adalah :

1. Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang diundangkan; 2. Persentase pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti; 3. Indeks RB.

37

3

ARAH KEBIJAKAN,

STRATEGI,

Dalam dokumen RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA (Halaman 39-45)

Dokumen terkait