• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3) Tes Esai Tertulis

Suatu tes yang berbentuk esai memuat beberapa konsep fisika yang memang hendak diajarkan atau yang sudah diajarkan. Tes berbentuk esai dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi, yaitu melalui tulisan atau jawaban yang ditulis siswa. Sebelum guru memberikan suatu materi tertentu pada siswa, guru

commit to user

dapat melekukan tes tertulis untuk mengatahui konsepsi awal siswa (prakonsep). Bentuk tes esai juga dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diajarkan oleh guru. Dengan demikian, seorang guru dapat mengetahui siswa yang mengalami miskonsepsi dan dalam sub-bidang materi apa.

4) Wawancara Diagnosis

Wawancara berdasarkan beberapa konsep fisika tertentu dapat dilakukan juga untuk melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep fisika yang pokok dari bahan yang hendak diajarkan. Kemudian siswa diajak untuk mengekpresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerti miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut. Wawancara diagnosis dapat berbentuk bebas atau berbentuk terstruktur

5) Diskusi Dalam Kelas

Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi kelas itu dapat dideteksi juga apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dari diskusi tersebut, guru atau peneliti dapat mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa. Hal yang perlu diperhatikan dalam diskusi kelas adalah membantu agar setiap siswa berani bicara untuk mengungkapkan pikiran mereka tentang persoalan yang dibahas.

6) Praktikum Dengan Tanya Jawab

Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut.

commit to user b. Tes Diagnostik Miskonsepsi

Identifikasi miskonsepsi salah satunya dapat dilakukan dengan mem-berikan tes diagnostik pada siswa. Slameto (1989: 27) menyatakan "tes diagnostik adalah usaha penilaian untuk menelusuri kelemahan-kelemahan khusus yang dimiliki siswa yang tidak berhasil dalam belajar, juga faktor-faktor yang menguntungkan pada siswa tersebut, untuk dapat digunakan dalam menolong mengatasi kelemahan siswa tersebut". Asep Jihad dan Abdul Haris (1996: 70) menyatakan bahwa "Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep". Penekanan tes diagnostik adalah pada proses belajar dan bukan pada hasil belajar.

Eric Mazur (1997: 26) menyatakan kriteria yang seharusnya dimiliki oleh soal tes konsep adalah "1) focus on a single concept, 2) not be solvable by relying on equations, 3) have adequate multiple-choice answers, 4) be unambiguously worded, 5) be neither too easy nor too difficult". Atau dengan kata lain soal test yang baik memiliki kriteria 1) fokus pada satu konsep, 2) tidak dapat diselesaikan dengan mengandalkan persamaan matematis, 3) jawaban soal dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, 4) kata-katanya tidak ambigu, 5) tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.

Ada beberapa macam tes diagnostik yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa, diantaranya adalah dengan memberikan soal tes berbentuk multiple choice dengan reasoning terbuka, beberapa peneliti lain menggunakan pilihan ganda (multiple choice) dengan alasan yang sudah ditentukan. Dan sebagian lagi menggunakan tes esai untuk mendeteksi miskonsepsi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis tes diagnostik tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Tes multiple choice dengan reasoning terbuka adalah soal tes konsep yang berbentuk pilihan ganda dimana siswa diharuskan untuk menuliskan alasan dari jawaban yang ia pilih. Tes multiple choice beralasan adalah suatu cara yang ditempuh antara lain dengan mengontrol suatu item menggunakan suatu item lain

commit to user

dimana kedua item tersebut mempersoalkan hal yang sama. Dengan cara ini siswa dianggap benar atau memahami jika pilihan dan alasan yang diberikan siswa juga benar.

Kelebihan dari bentuk soal seperti ini adalah alasan yang ditulis siswa bersifat terbuka, artinya siswa bebas menuangkan alasan berdasarkan ide pikirannya sendiri.

Kelemahan dari bentuk tes ini adalah peneliti susah dalam menganalisis karena akan diperoleh beranekaragam jawaban alasan dari siswa. Selain itu peneliti juga harus memikirkan cara bagaimana menyuruh siswa untuk bersedia menuliskan alasan dari jawaban yang ia pilih. Terutama siswa SMA, mereka kecenderungan kesulitan menuangkan konsep mereka dalam bentuk kata-kata.

2) Tes Multiple Choice dengan Alasan Sudah Ditentukan

Tes multiple choise dengan alasan yang sudah ditentukan adalah tes konsep yang berbentuk pilihan ganda beralasan dimana alasan sudah ditentukan oleh peneliti. Siswa diharuskan memilih alasan yang sudah tersedia sebagai sebab dari pilihan jawaban yang ia pilih.

Kelebihan lebih memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh. Sedangkan kelemahannya adalah membatasi pemikiran siswa, alasan siswa yang tidak tercantum dalam pilihan itu, tidak terungkap.

3) Tes esai tertulis

Bentuk tes esai tertulis ini biasanya menghendaki jawaban berupa penjelasan. Dari penjelasan itulah dapat diketahui miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa.

Kelebihan tidak ada batasan bagi jawaban siswa. Pada bentuk tes esai tertulis ini siswa dibebaskan dalam menjawab dan memberikan alasan sesuai dengan pemikirannya. Perbedaan mendasar dengan bentuk tes pilihan ganda dengan alasan terbuka adalah pada tipe soal Tes multiple choice dengan reasoning

terbuka siswa masih dibatasi dalam memilih jawaban, sedangkan pada bentuk esai tertulis selain siswa bebas dalam memberikan alasan siswa juga bebas dalam memberikan jawaban sesuai pemikirannya.

commit to user

Kelemahannya sulit dalam menganalisis data dan juga jawaban siswa berisiko keluar dari kontek penelitian.

Dokumen terkait