• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Tes Hasil Belajar

pembelajaran pada ranah kognitif.

2. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi dasar mata pelajaran dari pemecahan masalah.

3. Kompetensi Dasar adalah kemampuan yang harus dicapai oleh siswa dalam setiap standar kelulusannya.

4. Tanda waktu adalah keterangan pada jam yang ditunjukkan oleh angka. 5. Notasi 24 jam adalah keterangan waktu yang ditunjukkan dengan angka

00.00 sampai 23.59

6. Validitas adalah ketepatan alat penilaian dalam menilai apa yang harus dinilai.

7. Reliabilitas adalah keajegan alat penilaian dalam menilai.

8. Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. 9. Tingkat kesukaran adalah kemungkinan siswa untuk menjawab benar

atau salah dalam mengerjakan soal.

10. Pengecoh adalah pilihan jawaban yang dibuat mirip dengan kunci jawaban yang berfungsi untuk mengecoh siswa agar memilihnya.

G. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah:

1. Instrumen tes hasil belajar kognitif Kompetensi Dasar menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam matematika berbentuk soal pilihan ganda dengan 4 option jawaban.

2. Instrumen pilihan ganda dilengkapi dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, soal, option jawaban, kunci jawaban, ranah kognitif yang diukur, dan tingkat kesukaran.

3. Instrumen pilihan ganda sudah diuji validitas isi melalui validasi ahli (expert judgment).

4. Instrumen pilihan ganda sudah diuji validitas empiris melalui uji coba lapangan.

5. Instrumen pilihan ganda sudah diuji validitas atas dasar taraf signifikan 5% untuk N= 33 nilai rxy ≥ 0,344 dan N= 32 nilai rxy ≥ 0,349.

6. Instrumen pilihan ganda sudah diuji reliabilitasnya.

7. Instrumen pilihan ganda sudah diuji daya pembeda. Daya pembeda yang digunakan berkategori “baik” dengan skala 0,41 – 0,70 dan “baik sekali” dengan skala 0,71 – 1,00.

8. Instrumen pilihan ganda sudah diuji tingkat kesukarannya. Tingkat kesukaran “mudah” memiliki skala 0,71- 1,00 , “sedang” memiliki skala 0,31 –0,70 dan “sukar” memiliki skala 0,00 – 0,30.

9. Tingkat kesukaran instrumen pilihan ganda dibuat berdasarkan kurva normal, mudah 25%, sedang 50%, dan sukar 25%

11. Instrumen pilihan ganda disusun menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan sesuai EYD (penggunaan tanda baca, huruf kapital, kata depan dan imbuhan.

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Tes Hasil Belajar a. Definisi Tes

Masidjo (1996: 38) mengemukakan bahwa tes merupakan alat pengukur yang dipergunakan dalam bidang pengukuran prestasi belajar di sekolah, khususnya dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran atau instruksional. Suprananto (2012: 6) mengemukakan bahwa tes adalah alat ukur berbentuk satu set pertanyaan untuk mengukur sampel tingkah laku dari peserta tes. Mardapi (2008: 67) mengemukakan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Basuki (2014: 22) mengemukakan bahwa tes adalah alat penilaian yang sistematis, sah, dapat dipercaya dan objektif untuk menentukan kemampuan kecakapan, keterampilan, dan tingkat pengetahuan siswa terhadap bahan ajar, berupa seuatu tugas atau persoalan yang harus diselesaikan oleh seorang siswa atau sekelompok siswa. Suwandi (2010: 39) mengemukakan bahwa tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siapa yang sedang di tes. Menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat ukur yang memiliki jawaban benar atau salah dan digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman seseorang dalam bentuk pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa dan disusun secara sistematis.

b. Definisi Tes Hasil Belajar

Purwanto (2008: 66) mengemukakan bahwa tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Sudijono (2011: 99) mengemukakan bahwa tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Menurut definisi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan serta dapat mengukur perkembangan kemajuan belajar peserta didik.

c. Bentuk Tes Hasil Belajar

Suwandi (2010: 47) mengemukakan bahwa bentuk tes mengacu pada pengertian bentuk-bentuk pertanyaan, tugas, atau latihan yang harus dikerjakan oleh siswa. Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan ada 2 yaitu:

1) Tes Objektif

Suwandi (2010: 48) mengemukakan bahwa tes objektif disebut juga sebagai sebagai tes jawab singkat (short answer test). Sesuai dengan namanya, tes jawab singkat menuntut siswa hanya dengan memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Jawaban terhadap tes objektif bersifat pasti atau memiliki jawaban yang sudah mutlak berbeda dengan tes subjektif yang memiliki jawaban merupakan uraian kata-

kata menurut penjawab soal. Sudijono (2011: 106) menyatakan tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh pengikut tes dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing. Widoyoko (2014: 93) mengemukakan bahwa tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Arikunto (2012: 179) mengemukakan tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaanya dapat dilakukan secara objektif. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tes objektif adalah tes yang teridiri dari butiran soal dan dijawab dengan memberikan jawaban singkat atau memilih salah satu jawaban yang disediakan oleh pembuat soal serta pemeriksanaanya dilakukan secara objektif.

2) Tes Subjektif

Arikunto (2012: 177) mengemukakan bahwa tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes esai adalah tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraikan kata-kata. Azwar (1996: 106) menyatakan bahwa tes esai sangat populer dikarenakan mudahnya ditulis dan bagi sementara orang dianggap sebagai cara terbaik untuk mengungkap kemampuan mengorganisasikan fikiran dan menyatakan pengetahuan secara lengkap. Sukardi (2008: 94) mengemukakan bahwa tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis,

yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing- masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa. Widoyoko (2014: 115) mengemukakan bahwa tes esai adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran pengikut tes. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulan bahwa tes esai adalah tes yang terdiri dari item- item pertanyaan dimana jawabannya berupa uraian kata-kata dari gagasan dan pikiran siswa yang telah dipelajarinya dan biasanya jawaban memiliki kalimat yang panjang.

d. Macam-macam Tes Hasil Belajar Objektif 1) Tes Objektif

Arikunto (2012: 181) macam-macam tes objektif yaitu: a) Tes Benar-Salah (True-False)

Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.

b) Tes Pilihan ganda (Multiple Coice Test)

Multiple Coice Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan

untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

c) Menjodohkan (Matching Test)

Matching Test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching Test terdiri atas seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.

d) Tes Isian/ Melengkapi

Tes isian disebut juga tes menyempurnakan atau tes melengkapi. Tes isian terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian- bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh siswa ini adalah pengertian yang kita minta dari siswa.

e. Tes Pilihan Ganda

Suwarto (2013: 37) mengemukakan bahwa tes pilihan ganda adalah suatu butir yang terdiri dari suatu statemen yang belum lengkap. Untuk melengkapi statemen terebut disediakan beberapa statemen sambungan. Satu diantaranya adalah merupakan sambungan yang benar, sedang yang lain adalah sambungan yang tidak benar. Mardapi (2008: 71) menyatakan bahwa tes pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dalam tes pilihan ganda ini, bentuk tes terdiri atas: pernyataan (pokok soal), alternatif jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh.

Widoyoko (2014: 100) mengemukakan bahwa soal pilihan ganda adalah soal di mana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari dua. Sudjana (2009: 48) mengemukakan soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan soal bentuk pilihan ganda adalah tes yang berupa pertanyaan yang memiliki beberapa alternatif pilihan jawaban tapi hanya ada satu jawaban yang benar dan dijawab dengan cara dipilih.

f. Kaidah Penulisan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Mardapi (2008: 72) menyatakan pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda adalah (1) pokok soal harus jelas, (2) pilihlah jawaban homogen dalam arti isi, (3) panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama, (3) tidak ada petunjuk jawaban benar, (4) hindari menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua salah, (5) pilihan jawaban angka diurutkan, (6) semua pilihan jawaban logis, (7) jangan menggunakan negatif ganda, (8) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (9) Bahasa Indonesia yang digunakan baku, (10) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

Suprananto (2012: 108) menyatakan kaidah yang harus diikuti agar soal tersusun bermutu yaitu (1) soal harus sesuai dengan indikator, (2) pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi, (3) setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar, (4) pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas, (5)

rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja, (6) pokok soal jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar, (7) pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda, (8) panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama, (9) pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan semua pilihan jawaban di atas salah atau semua pilihan jawaban di atas benar, (10) pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, (11) gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi, (12) setiap soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, (13) jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional, (14) pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

Dari keterangan beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kaidah penulisan soal pilihan ganda yaitu (1) soal sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan, (2) pilihan jawaban harus homogen dalam arti isi dari materi, (3) soal memiliki satu jawaban yang benar, (4) panjang jawaban relatif sama, (5) pilihan jawaban angka dan alfabet diurutkan, (6) pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda, (7) pokok soal jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar, (8) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (9) setiap soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, (10) gambar, grafik, tabel, diagram dan

sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi, (11) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

g. Kelebihan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Sudjana (2009: 49) mengemukakan bahwa kelebihan soal pilihan ganda yaitu (1) materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan, (2) jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban (3) jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya bersifat objektif.

Sukardi (2008: 125) mengemukakan bahwa dalam evaluasi pembelajaran, item tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan yang secara ringkas dapat dicermati dalam uraian berikut (1) lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar, (2) dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas, (3) tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak di evaluasi, (4) dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif dan psikomotor siswa, (5) jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah.

Suprananto (2012: 108) mengemukakan bahwa soal pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan, di antaranya (1) mampu mengukur berbagai tingkat kognitif (dari mengingat sampai dengan mencipta), (2) penskoran mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan materi yang luas dalam suatu tes untuk satu kelas atau jenjang

pendidikan, (3) lebih tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau masal.

Dari beberapa kelebihan di atas dapat disimpulkan kelebihan dari soal pilihan ganda yaitu (1) lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapi tidaknya tujuan belajar mengajar, (2) dapat mencakup seluruh materi yang telah diajarkan di kelas, (3) jawaban siswa dapat dikoreksi dan dinilai dengan cepat, (4) dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif dan psikomotor siswa. h. Kekurangan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Sudjana (2009: 49) menyatakan bahwa kekurangan soal pilihan ganda yaitu (1) kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar, (2) proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.

Sukardi (2008: 126) mengemukakan bahwa item tes pilihan ganda masih memerlukan perhatian seorang guru atau penilai, diantaranya ada kelemahan yang berkaitan dengan beberapa hal berikut (1) konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya, (2) tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil pembelajaran, (3) kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran (4) memberikan peluang pada siswa untuk menerka jawaban.

Suprananto (2012: 108) menyatakan bahwa soal pilihan ganda memiliki beberapa kelemahan, di antaranya (1) memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soalnya, (2) sulit membuat pengecoh yang

homogen dan berfungsi dengan baik, (3) terdapat peluang untuk menebak jawaban.

Dari beberapa kekurangan tersebut dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari soal pilihan ganda yaitu (1) memberikan peluang kepada siswa untuk menebak jawaban, (2) kurang bisa melihat tingkat berpikir siswa, (3) memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya, (4) sulit untuk membuat pengecoh jawaban.

2. Konstruksi Tes hasil Belajar

Dokumen terkait