• Tidak ada hasil yang ditemukan

Thamrin Y 2002 Faktor Risiko Terjadinya KEP pada Balita di Kabupaten Maros [tesis] Makassar : Universitas Hasanuddin

UNICEF. 2007. ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia dalam http://situs.kesrepro.info/kia/agu/2006/kia03.htm. [27 Desember 2011]. UNICEF WHO IDAI. 2005. Rekomendasi tentang Pemberian Makanan Bayi pada

Situasi Darurat dalam http://www.gizi.net/ . [4 Mei 2009].

Umeta M et al. 2003. Factors Associated with Stunting in Infants Aged 5–11 Months in the Dodota-Sire District, Rural Ethiopia. Journal of Nutrition 133: 1064–1069.

Widjaya MC.2002. Gizi tepat untuk perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Jakarta : Kawan Pustaka

Yulia C. 2008. Pola asuh makan dan kesehatan anak balita pada keluarga wanita pemetik teh di kebun malabar PTPN VIII [tesis]. Bogor:Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN

UMUR PENYAPIHAN, PRAKTEK PEMBERIAN MAKANAN

PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

SUMUR BATU BANTAR GEBANG BEKASI

NOVITA PUJI HANDAYANI

D E P AR T E M E N G I Z I M AS Y AR AK A T

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

ABSTRACT

NOVITA PUJI HANDAYANI. The Association between Family Characteristics with Weaning Practices, Infant Feeding Practices and Nutritional Status of Children in Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Supervised by ALI KHOMSAN.

The purpose of this study was to identify the characteristic of family and the association between mother and family characteristics, with weaning practices, infant feeding practices and nutritional status of children. The study design was a cross sectional study. Total sampel of the study were 58 children. Almost all children were born with enough birthweight and they had been given a feeding food when the age of them less than 6 month. The reason of their mothers giave them feeding food in ealier age are to make their babies calm. Almost all mother started to wean their children when their children become in 24 months. They did that because they think their children was already became a kid. The analysis by Spearman association between mother and family characteristic with weaning practices showed no significant association (p>0.05). The analysis between mother and family characteristic with nutritional status (W/A) showed significant association (p<0.05), but there is no significant association (p>0.05) between mother and family characteristic with nutritional status (H/A) and (W/A). The analysis between weaning practices and nutritional status showed no significant association (p>0.05).

RINGKASAN

NOVITA PUJI HANDAYANI. Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Umur Penyapihan, Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Balita di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Dibimbing oleh Ali Khomsan.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga dengan umur penyapihan, praktek pemberian makanan tambahan dan status gizi balita. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui karakteristik keluarga(pendidikan dan pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga); (2) Mengetahui umur penyapihan dan praktek pemberian makanan tambahan pada balita ; (3) Mengetahui status gizi balita berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB ; (4) Mengetahui kejadian infeksi internal serta kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal balita ; (5) Mengetahui hubungan antara kejadian infeksi dengan status gizi balita ; (6) Mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga dengan umur penyapihan balita ; (7) Mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga (pendidikan dan pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga),dengan status gizi balita. Penelitian ini didesain dengan metode cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di RW 03 Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Agustus 2012. Contoh dalam penelitian ini adalah 58 anak balita berusia 24-60 bulan. Contoh merupakan populasi dari seluruh balita yang ada di wilayah kerja posyandu Anggrek, yang kemudian disaring kembali menggunakan kriteria eksklusi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu – ibu yang tidak bersedia dalam mengikuti penelitian atau menarik diri dari penelitian.

Persentase tertinggi tingkat pendidikan ibu hanyalah tamat SD/sederajat (48.3%). Sebagian besar ibu balita tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (70.7%). Berdasarkan garis kemiskinan Propinsi Jawa Barat tahun 2012 maka pada keluarga balita diperoleh persentase keluarga miskin sebanyak 39.7% dan sebagian besar lainnya tergolong dalam keluarga tidak miskin (60.3%). Sebagian besar (79.3%) keluarga balita merupakan keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang.

Usia anak balita diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu 24-36 bulan, 37-48 bulan, dan 49-60 bulan. Sebagian besar anak balita berada pada rentang usia 25-36 bulan dan 37-48 bulan dengan persentase masing-masing sebesar 53.4% dan 20.7% serta sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan persentase 67.2%. Sebelum bayi berusia 4 bulan dan 6 bulan anak diberikan ASI saja dengan persentase ,masing-masing sebesar 53.4% dan 51.7%. Pada saat dilakukan penelitian sebagian besar anak sudah tidak diberikan ASI lagi (67.2%). Penyapihan pada balita rata-rata dilakukan saat anak berada pada rentang usia 13-24 tahun dengan persentase sebesar 65.8%. Alasan ibu melakukan penyapihan kepada anaknya adalah karena anak sudah besar (55%). Usia pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai diberikan ibu saat anak masih berusia 2 bulan (34.5%) dan yang diberikan pertama kali sebagian besar adalah bubur susu (60.3%). Saat ini anak diberikan makanan utama sebanyak 3 kali dalam sehari (55.2%) dan sudah mengkonsumsi makanan keluarga (94.8%). Pemberian makanan selingan sebanyak 60.3% ibu memberikan selingan kepada anaknya sebanyak 2 kali. Jenis jajanan yang paling banyak dikonsumsi oleh anak dalam seharinya adalah chiki dengan frekuensi sebanyak 4.5 kali perharinya. Frekuensi pangan sumber protein yang paling banyak dikonsumsi setiap harinya adalah tempe dengan frekuensi sebanyak 1.64 kali perharinya.

Pola pemberian MP-ASI balita pada penelitian ini sebagian besar tergolong tidak baik dengan persentase sebanyak 53.4%.Status gizi balita berdasarkan indeks BB/U sebagian besar anak tergolong kategori gizi baik dengan persentase sebesar 89.7%. Berdasarkan indeks TB/U sebanyak 55.2% anak balita tergolong dalam kategori normal. Indeks BB/TB sebanyak 77.6% anak balita tergolong dalam kategori normal

.

Berdasarkan praktek higiene dan kebersihan diri, sebanyak 77.6% balita memotong kukunya 1 kali dalam seminggu, mandi 2 kali dalam sehari (91.4%) dan hampir seluruh balita mandi menggunakan sabun mandi (98.3%). Frekuensi menyikat gigi balita sebagian besar balita menyikat gigi 1 kali dalam sehari (53.4%). Tempat buang besar balita sebagian besar di WC dengan persentase sebessar 84.5%. Berdasarkan praktek higiene, sebagian besar ibu balita mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah membantu anak buang air besar (98.3%), 77.6% ibu mencuci tangan sebelum makan, 56.9% mencuci tangan sebelum menyuapi anak. Namun untuk mencuci tangan sebelum menyiapkan makan anak hanya sebesar 32.8% ibu yang melakukannya. Penggunaan air dalam wadah dan sabun untuk mencuci tangan dilakukan ibu untuk mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah membantu anak buang air besar dan sebelum makan dengan persentase masing-masing sebesar 70.7% dan 46.6%. Namun untuk mencuci tangan sebelum menyuapi anak 43.1% ibu hanya menggunakan air saja tanpa sabun. Kejadian sesak nafas pada balita sebagian besar balita tidak mengalami sesak nafas (72.4%). Kejadian diare saat penelitian dan dalam satu bulan terakhir sebagian besar balita juga tidak mengalami diare dengan persentase masing-masing sebesar 91.4% dan 79.3%. Kehadiran ibu balita diposyandu masih tergolong dalam kategori rendah (41.4%). Kehadiran selama 6 bulan terakhir juga masih tergolong dalam kategori rendah (58.6%). Alasan ibu balita tidak hadir adalah malas dengan persentase sebesar 36.2%.

Hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga (pendidikan) dengan umur penyapihan balita (p>0.05), sedangkan untuk karakteristik keluarga (pekerjaan) terdapat hubungan yang signifikan dengan umur penyapihan balita (p<0.05). Hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga dengan umur penyapihan balita juga tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga dengan status gizi balita menunjukkan hasil yang signifikan dan positif pada pekerjaan ibu dengan status gizi BB/U (p<0.05), dan terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga dengan status gizi BB/U. Sementara itu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga dengan status gizi TB/U dan BB/TB (p>0.05). Hasil uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur penyapihan dengan status gizi baik dengan indeks BB/U, TB/U maupun BB/TB. Antara kejadian infeksi dengan status gizi balita baik dengan indeks BB/U, TB/U maupun BB/TB terdapat hubungan yng signifikan antara keduanya.

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN

UMUR PENYAPIHAN, PRAKTEK PEMBERIAN MAKANAN

PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN

SUMUR BATU BANTAR GEBANG BEKASI

NOVITA PUJI HANDAYANI

Skripsi

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat

D E P AR T E M E N G I Z I M AS Y AR AK A T

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Dokumen terkait