THE POWER OF JUST DO IT
Kadang LOGIKA kita dapat menjadi HALANGAN yang sangat besar untuk kesuksesan kita. Banyak sekali kegagalan yang justru disebabkan oleh logika. Kadang otak LOGIKA kita sendiri hanya LARI-LARI di tempat saat kita merasa sudah BERUSAHA dan MELAKUKAN yang terbaik, tapi pada kenyataannya itu hanya di pikiran kita saja. MENGHAMPIRI lalu DUDUK lalu MEMBUKA PEMBICARAAN lalu MEMBUATNYA TERTARIK …
Tapi apa yang terjadi? LOGIKA akan menganalisa semua kegagalan yang mungkin terjadi seperti:
- Bagaimana jika wanita itu tidak ramah? - Bagaimana jika nanti ditolak dan jadi malu? - Bagaimana jika kehabisan pembicaraan?
Dan list tersebut terus menerus bertambah dan bertambah dan bertambah. Khususnya bagi kalian yang pintar dan jenius serta analytical. Pasti ribuan list kemungkinan akan muncul… dan kalian tau sendiri… pada akhirnya hanya duduk dan BERFIKIR KERAS saja tanpa ACTION… penyakit ini bukan NATO (No Action TALK Only) tapi NATO (No Action THINK Only) dan itu sangat-sangat tidak effektif SAMA SEKALI…
231
Kalian lihat betapa BUTA nya kita selama ini? Kita sering berpikir dengan hanya BERFIKIR kita sudah melakukan ACTION. Pada saat HASIL yang kita INGINKAN tidak kunjung datang, kita menyalahkan NASIB, padahal itu salah kita sendiri. Lalu apa yang harus kita lakukan?
Jawabannya: JUST DO IT, NO MATTER WHAT‟S GOING TO HAPPEN. Itu bukan nekat! Itu namanya CONFIDENT atau PERCAYA DIRI atau KEBERANIAN… konyol? Lebih konyol lagi TIDAK MELAKUKAN APA-APA, berharap MENDAPAT sesuatu… Lalu bagaimana dengan RESIKO nya? Resiko ya tinggal resiko!. HADAPI SAJA… analisa resikonya dan HADAPI… bukannya MUNDUR atau TIDAK MELAKUKAN APA-APA…
232
LOCA
Cinta tidak memegang peranan, dalam proses pendekatan, courting, dating, atau apapun yang bersifat pre-relationship. Apapun yang dirasakan atau dilakukan pada tahap tidak ada hubungannya dengan cinta, melainkan selalu bersumber pada kombinasi antara gejolak kimia tubuh (hormon), biologis (nafsu), spiritual (rasa keberhargaan), psikologis (rasa menginginkan diinginkan), dan status sosial (validasi dari kelompok). Karena variabel-variabel tersebut terkesan rumit dan tidak indah, maka manusia menutupinya, menyamarkannya, dan menciptakan sebuah konsep generalisasi yang lebih memuaskan: hubungan romansa dimulai dari perasaan cinta.
Pada esensinya, cinta tidak berbentuk perasaan, melainkan tindakan yang menjalani proses interpretasi. Dalam bahasa sehari-hari, sebelum kita merasa „jatuh cinta‟, kita melakukan sejumlah tindakan tipikal yang kemudian diinterpretasikan (atau diberi label) sebagai sebuah „perasaan cinta‟. Seseorang tidak mungkin merasa „cinta‟ sebelum dia melakukan sesuatu, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
233
Tindakan-tindakan tipikal tersebut bisa dari sesederhana sering membayangkan sang target, mencari-cari kesempatan untuk bersama, memberikan bantuan ini-itu, sampai berkorban perasaan demi sang target idaman, dsb.
Law of Compounding Actions (LOCA) yang
berbunyi “Intensitas perasaan cinta berbanding lurus
dengan frekuensi tindakan yang diberikan.” Semakin
banyak seseorang melakukan tindakan yang sering diinterpretasikan sebagai cinta, semakin bertumpuk efek perasaan cinta yang dia dapatkan terhadap sang lawan jenis. Setiap tindakan yang kita beri diinterpretasikan oleh otak kita, sehingga sesuai dengan logika, kita mengembangkan perasaan khusus pada sesuatu kita hargai.
Hanya saja, sedikit sekali yang menyadari Cinta sebagai akibat dari tindakan (atau LOCA), nyaris semua orang menganggapnya sebagai perasaan. Sebagai akibatnya, kita selalu berfokus pada kenikmatan perasaan itu sendiri. Menganggapnya sebagai sebuah ikatan timbul dengan sendirinya, dan akan selalu ada seperti itu tanpa perlu manajemen yang baik. Tenggelam menikmati reaksi, kita lupa memberikan aksi-aksi yang justru pada awalnya memicu reaksi kimia. Sebagaimana efek candu narkotik, kita menjadi semakin egois, pasif, dan menuntut.
234
Karena cinta tidak lebih dari reaksi candu kimia, atau setidaknya tidak seperti yang dipahami kebanyakan orang, berhenti melakukan apa yang dahulu biasa dilakukan dan menyalahkan keadaan, kemalasan, keengganan tersebut pada sesuatu yang diistilahkan „out of love‟, „kehabisan cinta,‟ cinta yang jenuh,‟ dan sejenisnya.
Kunci dari sebuah hubungan yang sehat dan stabil adalah LOCA, tapi itu pun tidak terjadi dengan sendirinya. Satu-satunya yang memastikan sebuah pasangan kontinu berminat melakukan tindakan romansa adalah adanya kekuatan keputusan dan komitmen bersama. Formula ini juga bernama LOCA, yakni Law of Committed Attachment yang berbunyi, “Resultan tindakan akan terus
bermultiplikasi secara infinite sepanjang akselerasi dari variabel komitmen awalnya.” Sekalipun pria Glossy
dianjurkan menghindari ekspresi perasaan ngarep dan bergantung pada kekasihnya agar tidak membosankan, namun dia tetap wajib komitmen. Keputusan menciptakan Tindakan, dan Tindakan Yang Berulang-ulang menegaskan Perasaan. Seseorang yang belum bisa memutuskan apa yang dia inginkan tidak akan berakhir pada hubungan romansa yang memuaskan. Lebih jauh lagi, cinta bahkan tidak berperan apa-apa dalam sebuah hubungan romansa.
235
Cinta hanyalah label. Berikan saja cukup waktu pada sepasang pria wanita yang saling bertentangan secara selera. Asalkan mereka rajin berkomunikasi terus-menerus dengan normal dan didukung oleh sedikit faktor eksternal lainnya, perlahan-lahan akan terbentuk konektivitas romansa di antara mereka berdua. LOCA memiliki kekuatan yang lebih besar daripada selera dan idealisme manusia.
Kita biasa menganjurkan pria agar tidak menembak (menyatakan minat atau rasa suka) sewaktu mendekati lawan jenis karena hal itu biasa dikaitkan dengan sistem paradigma cinta yang kacau dan aneh seperti sudah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya. Istilah „percintaan‟ memiliki impresi yang terlalu serius dan menyakitkan, menciptakan tekanan berlebihan yang seharusnya bisa dihindari. Cinta adalah sebuah rekonstruksi sosial yang lebih memberatkan, daripada mempermudah. Jika kita bisa membongkarnya menjadi realita yang lumayan dimengerti oleh otak manusia, tidakkah itu bisa dibilang membuat peradaban hidup menjadi sedikit lebih baik?
Cinta bukan lagi sebuah kabut mistis yang muncul dan hilang begitu saja. Dia juga bukan benda yang dimiliki (kata benda), melainkan sebuah keputusan yang dilakukan berulang-ulang (kata kerja).
236
Seseorang yang baru saja „diputuskan dan kehilangan cinta‟ berarti tidak perlu lagi menangisi berbulan-bulan akan cintanya yang hilang. Dia hanya perlu berdamai dengan rasa sakitnya tersebut dalam satu dua minggu, lalu kembali pada setumpuk agenda LOCA yang disebarkan di mana-mana. Seiring waktu, perasaan cinta itu akan kembali muncul bersemi, bahkan sering kali lebih mewah dan berkualitas dibanding sebelumnya. Demikian juga pasangan yang sudah merasakan „jatuh cinta‟ sekarang bisa mengetahui apa saja yang perlu dipelihara agar hubungan romansa mereka tidak menguap hilang begitu saja.
237