• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tidak ada respon

Dalam dokumen K e m a m p u a n M a t e m a t i s (Halaman 45-54)

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai kemampuan berpikir kritis, coba kalian perhatikan kasus di bawah ini:

0 100 − 100

=

0 100 − 100

10

2

− 10

2

=

10(10 − 10)

(10 + 10)(10 − 10)

=

10(10 − 10)

(10 + 10)(10 − 10)

=

10(10 − 10)

(10 + 10)

=

10

20

,

sehingga 10 0

2

0

Bila kita perhatikan langkah-langkah pengerjaan di atas, sepertinya tidak ada kesalahan, langkah-langkah yang diberikan sudah benar, tetapi kenapa

0

hasilnya yaitu

0

2.

Oleh karena itu, terdapat langkah yang kurang tepat.

Coba kalian analisa langkah mana yang kurang tepat.

Proses menganalisa kasus di atas memerlukan kemampuan berpikir kritis dalam menjawab permasalahan tersebut. Hal ini dikarenakan kemampuan

mengambil keputusan, dan memberikan penilaian dengan alasan yang kuat. Ketika seorang dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang memerlukan kemampuan berpikir kritis matematis, mereka akan berpikir apa yang harus dilakukan, serta pilihan apa yang harus ditentukan. Sehingga ketika seseorang tersebut dihadapkan dia haruslah dapat menghubungkan, mengevaluasi, mempertanyakan, menjastifikasi, segala aspek dalam permasalahan yang dihadapinya. Dengan kata lain seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis matematis tidak akan mudah percaya atas sesuatu hal tanpa terlebih dahulu dilakukan pencarian informasi untuk memperoleh kebenaran dengan menggunakan disposisi, pengetahuan, penalaran, dan pembuktian dalam matematika.

Menurut Ennis yang disadur oleh Somakim pada tahun 2010

menyatakan bahwa terdapat enam unsur yang perlu dipertimbangkan dalam berpikir kritis, yaitu fokus, alasan, kesimpulan, situasi, kejelasan dan pemeriksaan secara keseluruhan, sehinga jika keseluruhan unsur ini telah dipertimbangkan secara matang maka akan dapat membuat keputusan dengan tepat. Pernyataan Ennis sejalan dengan pendapat Mulyana mengenai kemampuan berpikir kritis. Mulyana yang dikutip oleh Lestari dalam penelitiannya (2013) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan yang ditandai dengan kemampuan mengidentifikasikan asumsi yang diberikan, kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan, kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil, kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan sudut pandang yang

berbeda, kemampuan mengungkap data atau definisi atau teorema dalam menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian masalah.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi berpikir kritis berkenaan dengan keterampilan dalam memecahkan masalah,

atau higher order thinking. Akan tetapi berpikir kritis tidak ekuivalen dengan berpikir tingkat tinggi. Hal ini dikarenakan dalam kemampuan berpikir kritis memuat komponen disposisi, sedangkan berpikir tingkat tinggi tidak memuatnya.

Menurut Ennis yang direpresentasi kembali dalam penelitiannya oleh Gulo (2009), menyatakan bahwa terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir kritis, yaitu:

1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), yang terdiri dari:

- Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), yang meliputi: - memfokuskan pertanyaan, yaitu termasuk di dalamnya mengidentifikasikan atau merumuskan masalah, mengidentifikasikan kriteria-kriteria untuk mempetimbangkan jawaban yang mungkin, menjaga kondisi pikiran.

- Menganalisis argumen, yaitu meliputi mengidentifikasikan kesimpulan, mengidentifikasikan alasan (sebab) yang dinyatakan (implisit), mengidentifikasikan alasan (sebab) yang tidak dinyatakan (implisit), mencari persamaan dan perbedaan, mencari struktur dari suatu argumen, merangkum.

- Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan, yaitu termasuk di dalamnya mengapa, apa intinya dan apa artinya, apa contohnya dan apa yang bukan contohnya, bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut, perbedaan apa yang menyebabkannya, akankah dapat dinyatakan lebih dari itu.

2. Membangun keterampilan dasar (basic support), yang meliputi:

- Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak (kredibilitas), yang meliputi ahli, tidak ada konflik interest, kesepakatan antar sumber, reputasi, menggunakan prosedur yang lain, mengetahui resiko, kemampuan memberi alasan, kebiasaan yang hati-hati.

yaitu yang terdiri dari ikut terlibat dalam menyimpulkan, dilaporkanoleh pengamat sendiri, mencatat hal-hal yang diinginkan, bukti-bukti yang benar dan menguatkan, kondisi yang baik, penggunaan teknologi yang kompeten, kepuasan observer atas kredibilitas kriteria.

3. Menyimpulkan (inferring), yang meliputi:

- Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, yaitu antara lain kelompok yang logis, kondisi yang logis, interpretasi pertanyaan.

- Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, yaitu meliputi membuat generalisasi, membuat kesimpulan dan hipotesis.

- Membuat dan menentukan nilai pertimbangan, yaitu terdiri dari latar belakang fakta, konsekuensi, penerapan prinsip-prinsip, memikirkan alternatif, menyeimbangkan dan memutuskan.

4. Membuat penjelasan lebih lanjut (advances clarification), yang meliputi: - Mengidentifikasikan istilah dan definisi pertimbangan yang terdapat tiga

dimensi di dalamnya, yaitu bentuk (sinonim, klarifikasi, rentang), strategi definisi (tindakan mengidentifikasi persamaan), konten (isi).

- Mengidentifikasi asumsi, yaitu penalaran secara implisit, asumsi yang diperlukan termasuk di dalamnya rekonstruksi argumen.

5. Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics), yang meliputi:

- menentukan tindakan termasuk di dalamnya mengidentifikasikan masalah, menyeleksi kriteria untuk membuat solusi, merumuskan

alternatif yang memungkinkan, memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara tentatif, me-review, dan memonitor implementasi. - berinteraksi dengan orang lain.

“The important thing is not to stop questioning." . -Albert

Einstein--

adalah beberapa contoh dalam kemampuan berpikir kritis matematis, yaitu:  Dua buah persegi panjang memiliki keliling yang sama, apakah kedua

persegi panjang tersebut juga memiliki luas yang sama? Jelaskan alasanmu!

 Banu mengatakan bahwa dalam segitiga siku-siku bisa juga segitiga sama kaki, mendengar pernyataan tersebut, Anita tidak setuju. Siapakah yang menyatakan dengan benar? Jelaskan alasanmu!

 Bu Guru bertanya kepada siswa-siswanya bahwa sebuah trapesium dapat memiliki tiga sudut tumpul. Tika memberikan pendapat bahwa pernyataan bu guru benar, sedangkan Mattew mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan pernyataan Bu Guru. Jika kamu merupakan teman Tika dan Mattew dan diminta untuk mendukung pendapat salah satu dari mereka yang benar. Siapakah yang kamu pilih? Jelaskan alasanmu!

 Jika diketahui a = b, maka a = b

a2 = ab kedua ruas masing-masing dikalikan dengan a a2 – b2 = ab – a2 kedua ruas masing-masing dikurangi b2

(a-b)(a+b)= a(a-b) kedua ruas difaktorkan

(a + b) = a kedua ruas dibagi dengan (a –b )

(a + a) = a karena a = b, maka b disubtitusikan dengan a 2a = a

2 = 1 kedua ruas dibagi dengan a Coba analisa langkah mana yang salah.

Boost Your Brain

Cobalah kalian kategorikan contoh-contoh soal di atas dengan indikator kemampuan berpikir kritis matematis. Serta buatlah satu soal dan rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis matematis sesuai indikator yang telah

238 | Nurbaiti Widyasari

Diskusikan dengan rekan kelasmu!

Tabel 6.12

Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Komponen Skor Kriteria Penskoran

Memeriksa kebenaran argumen, pernyatan, dan

proses

0 Tidak ada jawaban

0-2 Mengidentifikasi konsep atau proses yang termuat dalam argumen atau pernyataan atau proses solusi

0-3 Menelusuri letak kesalahan suatu argumen atau pernyataan atau proses solusi

0-3

Menunjukkan argumen atau pernyataan yang benar disertai dengan alasan atau penjelasan atau menyelesaikan proses solusi yang benar disertai alasan

Menyusun pertanyaan disertai alasan

0 Tidak menjawab.

0-3 Mengidentifikasi unsur data yang diketahui dan masalah yang akan ditanyakan dari informasi yang diberikan

0-2 Menetapkan kedalaman atau kekompleksan pertanyaan yang akan diajukan

0-3 Menyusun pertanyaan yang relevan dengan informasi yang diberikan disertai alasan

Mengidentifikasi asumsi

0 Tidak menjawab.

0-3

Mengidentifikasi konsep atau proses matematika pada situasi atau masalah yang diberikan, ditanyakan, serta memeriksa kecukupan unsur

0-3 Menyusun model matematika masalah

0-2

Mengidentifikasikan langkah-langkah perhitungan disertai penjelasan proses atau konsep atau aturan matematika yang digunakan

0-3

Menyelesaikan model matematika masalah disertai alasan atau menyertakan proses atau konsep atau aturan matematika yang digunakan

0-2 Menetapkan solusi yang relevan

(sumber: Sumarmo, 2016) disebutkan sebelumnya yang berbeda dengan contoh rubrik pada tabel 6.12!

Banyak para peneliti mengakui bahwa kreatifitas memiliki sifat yang beragam. Tetapi para peneliti tersebut juga sepandapat bahwa dari keberagaman tersebut minimal terdapat empat dimensi yang harus dipenuhi, yaitu yang terkenal dengan empat “P” dari kreativitas yang dikenalkan oleh Rhodes pada tahun 1961 (Leen, Hong, Kwan, dan Ying, 2014). Empat “P” tersebut adalah person, process, product, dan press. Person mengacu kepada individu yang memiliki karakter dan pikiran yang unik atau biasanya disebut out of the box. Process mencerminkan kemahiran dalam berpikir yang meliputi kemahiran, fleksibelitas, orisinal, dan elaborasi. Product merefleksikan suatu karya yang asli, baru, dan bermakna. Press mengacu kepada lingkungan sosial kontekstual yang mempengaruhi perilaku kreatif. Lingkungan sosial kontektsual tersebut dapat diartikan sebagai kondisi internal dan eksternal terhadap individu yang bersangkutan.

Lebih lanjut Munandar yang dikutip oleh Sumarmo (2013) merinci ciri- ciri dari komponen proses sebagai berikut:

1. Kemahiran (Fluency)

- Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar.

- Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal - Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban

2. Fleksibelitas (Flexibility)

- Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda - Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda

- Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran 3. Orisinal (Originality)

- Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik

- Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri

bagian atau unsur-unsur 4. Elaborasi (Elaboration)

- Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk

- Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Lebih lanjut, Leen, Hong, Kwan, dan Ying dalam bukunya menyatakan bahwa salah satu proses kognitif terpenting dalam kreativitas adalah berpikir secara divergen atau berbeda, dimana konsep pemikiran secara divergen ini pertama kali diusulkan oleh J. P. Guilford (1956). Berpikir divergen terjadi pada saat ide-ide atau gagasan-gagasan saling berhubungan bergerak menuju arah yang bervariasi, sehingga adanya kemungkinan munculnya sesuatu yang baru dan orisinal (Mednick, 1962; Torrance, 1995 dalam Leen, Hong, Kwan, dan Ying). Sedangakan berpikir konvergen terjadi ketika kognisi digunakan untuk mengidentifikasi satu jawaban yang benar atau konvensional" (Kozbelt, Beghetto & Runco, 2010, dalam Leen, Hong, Kwan, dan Ying).

Berdasarkan hasil penelitiannya, Guilford menyadari bahwa berpikir secara divergen merupakan pemikiran yang berbeda dan unik untuk memecahkan permasalah kreatif (Russ & Fiorelli,2010 dalam Leen, Hong, , Kwan, dan Ying). Serta berpikir secara divergen melibatkan keterampilan- keterampilan inti, yaitu antara lain:

1. Ideatinal fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide 2. Flexibility, yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang berbeda 3. Originality, yaitu kemampuan untuk menghasilkan gagasan orisinil

4. Elaboration, yaitu kemampuan untuk menambahkan rincian-rincian informasi lain ke dalam ide.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya terlihat bahwa kemampuan berpikir kreatif termasuk kemampuan higher order thinking, dimana kemampuan tersebut membutuhkan dan membuat seseorang siswa

menjadi seorang sosok yang out of the box. Walaupun terlihat sulit dalam mengembangkan kemampuan berpikir kretaif di kelas. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif dapat diberikan termasuk pada jenjang sekolah dasar, seperti cerita di bawah ini

Dalam dokumen K e m a m p u a n M a t e m a t i s (Halaman 45-54)

Dokumen terkait