• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIDAK JUJUR

Dalam dokumen SIKAP NEGATIF MAYARAKAT TERHADAP WIRAUSA (Halaman 35-49)

Jujur dalam berwirausaha artinya mau dan mampu mengatakan sesuatu sebagaimana adanya. Bila berdagang, barang yang baik harus dikatakan baik dan barang yang rusak harus dikatakan rusak.

Salah satu kunci keberhasilan seorang wirausaha di dalam usahanya adalah sifat kejujuran dan kepercayaan dari masyarakat konsumen terhadap dirinya. Sekarang apa akibatnya jika seorang wirausaha di dalam usahanya tidak jujur dan tidak bertanggung jawab? Akibatnya banyak masyarakat konsumen yang tidak mempercayainya, baik kepada bidang usahanya maupun kepada kariernya. Hal ini terlebih-lebih kita rasakan pada lapangan kerja di perusahaan dan di perdagangan. Untuk menjadi karyawan pada perusahaan, faktor kejujuran dan tanggung jawab mendapat sorotan dan penilaian yang serius dari pihak pemilik perusahaan.

Ketidakjujuran dalam berusaha dan segala akibatnya

Sifat dan tingkah laku berwirausaha harus dapat menyertai, kesabaran, ketekunan, kerajinan, dan kemauan kerja keras dalam usaha pembinaan pribadi seorang wirausaha. Seorang wirausaha yang tidak memiliki kejujuran dan disiplin pribadi, tidak akan berhasil di dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

Kejujuran dan disiplin pribadi seorang wirausaha merupakan kewajiban moral yang dibebankan kepada diri sendiri, untuk keperluan diri sendiri menurut fitrahnya. Orang yang tidak jujur di dalam berwirausaha, akibatnya akan menderita dan akan menerima suatu keadaan:

a) Tidak dipercaya masyarakat konsumen, b) Menjadi rendah diri dan rasa malu, c) Mudah tersinggung atau emosi, d) Cepat iri dan dengki,

e) Suka dendam,

f) Prasangka buruk dan dusta, g) Tidak punya teman, dan h) Kehancuran dalam usahanya.

Salah satu kunci keberhasilan seorang wirausaha di dalam usahanya adalah sifat kejujuran dan kepercayaan dari masyarakat konsumen terhadap dirinya.

Sekarang apa akibatnya jika seorang wirausaha di dalam usahanya tidak jujur dan tidak bertanggung jawab? Akibatnya banyak masyarakat konsumen yang tidak mempercayainya, baik kepada bidang usahanya maupun kepada kariernya. Hal ini terlebih-lebih kita rasakan pada lapangan kerja di perusahaan dan di perdagangan.

Untuk menjadi karyawan pada perusahaan, faktor kejujuran dan tanggung jawab mendapat sorotan dan penilaian yang serius dari pihak pemilik perusahaan.

Sebuah kejujuran adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat di butuhkan di zaman ini, terlebih lagi kejujuran juga sangat-sangat penting dalam berwirausaha. Sikap Jujur dan Selalu ingin Maju dalam Berwirausaha

Sikap jujur dalam berwirausaha adalah mau dan mampu mengatakan sesuatu yang sesuai dengan keadanan yang sebenarnya. Jika diberi kepercayaan dalam berwirausaha tidak berkhianat, apabila berkata selalu benar dan apabila berjanji tidak mengingkari.

Seorang Wirausaha yang memiliki sikap jujur akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat/pelanggan. Karena sikap jujur merupakan kunci keberhasilan dalam berwirausaha. Untuk menumbuhkan makna kejujuran dan tanggung jawab, dalam diri seorang wirausaha adalah dengan cara betakwa terhadap Tuhan YME dan melatih disiplin diri.

Selain memiliki sikap jujur, seorang Wirausahawan harus memilikki sikap selalu ingin maju. Wirausaha yang selalu ingin maju adalah seorang Wirausahawan yang tidak mudah menyerah, pasrah ataupun tidak mudah putus asa. Wirausahawan yang selalu ingin maju akan mempunyai etos kerja dan semangat yang tinggi dan berjuang tanpa kenal lelah.

Menurut Stepen Covey dalam bukunya First Thing’s First ada 4 sisi potensial yang dimiliiki manusia untuk maju, yaitu :

1. Self Awarness atau sikap mawas diri

2. Couscience : mempertajam suara hati supaya menjadi manusia yang berkehendak baik seraya memunculkan keunikan serta memiliki misi dalam hidup

3. Creative Imagination : Berpikir dan mengarah ke depan untuk memecahkan masalah dengan imaginasi, khayalan, serta adaptasi yang tepat.

4. Independent Will : Pandangan independen untuk bekal bertindak dan kekuatan untuk mentransendensi

Pentingnya sikap jujur dan selalu ingin maju adalah sebagai berikut : 1. Dipercaya oleh masyarakat dan konsumen

2. Memiliki rasa percaya diri yang kuat 3. Memiliki mental yang kuat

4. Memiliki kesabaran 5. Selalu tabah

6. Memilki disiplin diri c. Sikap Dan Perilaku Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Disiplin berasal dari bahasa inggris Disiple yang berarti pengikut atau murid. Perkataan disiplin mempunyai arti latihan dan ketaatan kepada aturan.

Menurut S. Nasution ( 1972:63 ), disiplin adlah usaha untuk mengatur atau mengontrol kelakuan yang harus dicapai, dilarang atau diharuskan.

Disiplin yang baik tidak akan tercapai apabila tingkah laku seseorang terlampau dikendalikan oleh bermacam-macam peraturan dan tindakan. Sikap disiplin meskinya tumbuh sendiri dalam diri seseorang yanng merasa terpanggil.

Upaya pembentukan sikap disiplin dapat dilakukan di dalam ataupun di luar sekolah, konsep disiplin di lingkungan sekolah pada umumnya selalu memperhatikan hal-hal berikut ini :

a) Peraturan-peraturan yang jelas serta sanksi-sanksi hukumnya yang tegas

b) Peraturan-peraturan yang akan ditentukan pihak sekolah harus masuk akal dan dapat dipahami oleh semua pihan.

c) Konsep disiplin yang dibuat di sekolah adalah untuk kepentingan keadilan, kesejahteraan bersama.

d) Tata aturan disiplin harus dipekati bersama serta dijalankan secara baik seerta konsekuen

Kejujuran dan sikap optimis selalu ingin maju

Kita harus mensyukuri segala nikmat yang diberikan Tuhan. Orang yang dapat mensyukuri nikmat Tuhan adalah orang-orang yang jujur dan memiliki sikap optimal selalu ingin maju, harus belajar banyak serta mempunyai keyakinan di dalam usahanya. Kejarlah tujuan-tujuan yang berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan yang diperolehnya.

Jika kamu jujur dan bertanggung jawab di dalam mengejar cita-cita, kamu akan dapat mencapai sukses. Rasa cinta terhadap pekerjaan akan mendorong orang senang bekerja. Orang yang senang bekerj a adalah orang yang tidak

membuangbuang waktu dengan percuma. Mereka ini adalah wirausaha-wirausaha yang mudah mendapatkan peluang-peluang bisnis.

Stephen Covey, dalam bukunya First Thing's First, mengungkapkan empat sisi potensial yang dimiliki manusia untuk maju yaitu:

1. Self awareness adalah sikap mawas diri

2. Couscience adalah mempertajam suara hati, supaya menjadi manusia berkehendak baik seraya memunculkan keunikan serta memiliki misi dalam hidup

3. Independent Will adalah pandangan independen untuk bekal bertindak dan kekuatan untuk mentransendensi

4. Creative imagination adalah berpikir dan mengarah ke depan untuk

Kita jangan berputus asa, pasrah, menyerah, dan tidak mau berjuang. Kita harus mempunyai etos kerja dengan semangat tinggi, mau berjuang dengan sikap optimis ingin maju. Seorang wirausaha yang jujur di dalam menghadapi pekerjaan dan tantangan, pada umumnya berhasil di dalam berwirausaha. Adapun jenis pekerjaan yang dilakukan, profesi apapun yang dihadapi, kita harus mampu melihat ke depan dan berjuang untuk

mencapai apa-apa yang diinginkan.

Kejujuran dan rasa optimis ingin maju dalam berwirausaha merupakan buah dari usaha-usaha positif yang tidak mengenal lelah. Terimalah diri kamu sebagaimana adanya dan cobalah tekankan kekuatan-kekuatan dan kurangilah kelemahankelemahannya. Apabila kamu mempunyai kejujuran dan sikap optimis ingin maju, modalnya harus mempunyai semangat kerja tinggi, daya juang tanpa menyerah dan keyakinan.

Kamu harus percaya tidak ada gunung tinggi yang tidak terdaki. Tidak ada jurang yang terlalu dalam untuk dituruni. Tidak ada beban berat yang tidak terpikul. Kemajuan dan keberhasilan berwirausaha akan tercapai, apabila mengerti, mengetahui, optimis, dan memahami pribadi diri sendiri. Untuk mencapai tujuan di dalam berwirausaha, kita harus menentukan apa yang menjadi sasaran yang hendak dicapai. Kejujuran dan rasa optimis adalah jaminan yang paling baik untuk memperoleh kemajuan.

Berdoa merupakan obat yang paling mujarab yang dapat menyegarkan pikiran. Menyerah pada takdir, bukan berarti menyerah kalah. Manusia dihidupkan untuk menang dan optimis untuk maju. Akan tetapi masih ada kemungkinan gagal, tetapi stidak gentar, karena mau belajar dari kegagalannya.

Seorang wirausaha yang memiliki keyakinan dan kepribadian, bermula dari adanya ide sendiri, kemudian mengembangkan kegiatan usahanya yang selalu berpegang pada nilai-nilai kejujuran dan disiplin diri. Seperti kita ketahui bahwa hidup itu merupakan kancah perjuangan. Karena adanya makna kejujuran dalam hidup, kita harus berjuang dengan penuh keyakinan ingin maju di dalam berwirausaha. Obat yang baik untuk menjalankan perjuangan dalam hidup adalah adanya keyakinan pada diri sendiri.

Kita harus sayang pada diri sendiri, keluarga, bangsa, dan negara. Cara pikir positif, kreatif, dan dinamis akan memberikan hasil dalam hidup. Untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Kita harus mempelajari dalam memahami serta menghayati khasiat kejujuran dalam hidup dan kebenaran dalam arti hidup. Kita harus menentukan makna tujuan kejujuran hidup, yaitu:

a) Tujuan jangka pendek berwirausaha, b) Tujuan jangka panjang berwirausaha,

c) Tujuan kita sendiri, keluarga, dan lingkungan, d) Tujuan bangsa dan negara.

Dalam prakteknya, baru sebagian kecil masyarakat Indonesia yang dapat menikmati hasil pembangunan. Kesalahan ini masih terdapat pada masyarakat yang berpikir masa bodoh dan tidak mempergunakan kesempatan-kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya. Kebanyakan orang kurang menyadari bahwa nilai kejujuran dan daya pikir manusia merupakan kunci utama mencapai kemajuan dalam berusaha. Kemajuan berusaha itu dapat dicapai apabila disertai dengan keinginan dan tujuan yang definitif dalam hidup. Ketekunan dalam berwirausaha dengan memperjuangkan keinginan yang keras akan dapat melenyapkan segala rintangan, sedikit demi sedikit. Akhirnya, dengan ketekunan kerja keras, diikuti dengan kejujuran akan dapat menciptakan suatu kemajuan dalam berwirausaha.

Makna hidup ini penuh masalah dengan berbagai kesukaran dan rintangan. Tanpa kesukaran dan rintangan, kiranya manusia tidak bisa berkembang untuk maju. Setiap hasil yang dicapai seorang wirausaha merupakan hasil perjuangan dan pengorbanan. Di sini makna kejujuran dalam hidup berwirausaha harus kita pandang sebagai guru dan anugerah untuk mendorong rasa optimis untuk mendapatkan kemajuan dalam berusaha.

Jujur dalam berwirausaha artinya mau dan mampu mengatakan sesuatu sebagaimana adanya. Bila berdagang, barang yang baik harus dikatakan baik dan barang yang rusak harus dikatakan rusak. Kejujuran itu dapat disamakan dengan "amanah". Amanah adalah bila diberi kepercayaan dalam berwirausaha tidak khianat, kalau berkata selalu benar dan jika berjanji dalam bisnis tidak mungkir. Makna jujur dalam hidup ini termasuk sifat yang perlu dimiliki oleh seorang wirausahawan, karena sifat ini akan mendatangkan kepercayaan masyarakat konsumen. Dengan kesediaan berbuat jujur, berarti setiap perbuatan yang dilakukan oleh wirausahawan maknanya dapat menyenangkan orang lain maupun diri sendiri.

Membuktikan makna kejujuran

Untuk membuktikan makna kejujuran terhadap diri sendiri, kita harus menjawab pertanyaan di bawah ini:

a. Apakah saya telah berbuat jujur terhadap diri saya?

b. Apakah kejujuran saya terhadap keluarga, bangsa dan negara sudah benar?

c. Apakah saya pernah berbuat tidak jujur?

d. Ketidakjujuran yang mana yang telah saya lakukan? e. Apakah perbuatan tidak jujur dilakukan terhadap:  sesama teman bisnis atau orang lain?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus kita jawab dan harus terjawab. Untuk mendapatkan jawaban masalah kejujuran supaya objektif, sebaiknya minta pertolongan orang lain. Dari jawaban orang lain, kita akan mendapatkan jawaban yang benar atau mendekati arti kebenaran. Untuk mencapai kebenaran dan keberhasilan, kita harus menentukan apa yang menjadi sasaran atau tujuan yang hendak kita capai di dalam berwirausaha.

Kita harus mempelajari dan memahami benar-benar khasiat kebenaran dan kejujuran. Kebenaran dan kejujuran adalah suatu jaminan yang paling tepat untuk mencapai kemajuan di dalam berwirausaha. Kejujuran dalam segala kegiatan bisnis, misalnya menimbang barang, mengukur, membagi, berjanji membayar utang adalah akan membuat ketenangan lahir dan batin. Memang demikian, berbisnis harus dilandasi oleh kejujuran. Apabila seorang wirausaha jujur maka ia akan mendapat keuntungan dari segala penjuru yang tidak ia duga dari mana datangnya.

Apabila orang berbisik tidak jujur maka tunggulah kehancurannya. Seorang wirausaha dapat mengembangkan lingkungannya, karena ia dapat memberi apa yang ada, baik tenaga harta maupun pikirannya. Kesediaan berbuat demikian merupakan tingkah laku yang terpuji dan dapat diterima oleh masyarakat. Seorang wirausaha dalam kehidupan sehari-hari mempunyai kewajiban, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat. Salah satu kewajiban terhadap diri sendiri adalah usaha untuk menempa dan melatih diri sendiri dalam membina disiplin pribadi.

Makna hidup ini penuh masalah dengan berbagai kesukaran dan rintangan. Tanpa kesukaran dan rintangan, kiranya manusia tidak bisa berkembang untuk maju. Setiap hasil yang dicapai seorang wirausaha merupakan hasil perjuangan dan pengorbanan. Di sini makna kejujuran dalam hidup berwirausaha harus kita pandang sebagai guru dan anugerah untuk mendorong rasa optimis untuk mendapatkan kemajuan dalam berusaha.

Jujur dalam berwirausaha artinya mau dan mampu mengatakan sesuatu sebagaimana adanya. Bila berdagang, barang yang baik harus dikatakan baik dan barang yang rusak harus dikatakan rusak. Kejujuran itu dapat disamakan dengan "amanah". Amanah adalah bila diberi kepercayaan dalam berwirausaha tidak khianat, kalau berkata selalu benar dan jika berjanji dalam bisnis tidak mungkir. Makna jujur dalam hidup ini termasuk sifat yang perlu dimiliki oleh seorang wirausahawan, karena sifat ini akan mendatangkan kepercayaan masyarakat konsumen. Dengan kesediaan berbuat jujur, berarti setiap perbuatan yang dilakukan oleh wirausahawan maknanya dapat menyenangkan orang lain maupun diri sendiri.

BAB VI

KIKIR

Sifat kikir/ pelit seorang usahawan menjadi udah sepeti cap setiap seorang wirausahan. Pasti identik sebagai orang yang pelit, seperti modal yang sedikit tapi inggin mendapatkan untung yang bayak, contohnya sepeti saat membeli soto tapi sotonya sedikit dengan harga mahal pasti akan di cap sebagai tukang yang pelit dan mengambil keuntungan yang besar, sebagai seorang wirausahan wajar-wajar saja jika ingin mendapatkan keuntungan yang besar, tapi kini tidak semua prinsip orang yang berwirausaha seperti itu. Kini banyak wirausahawan dengan cara mengambil keuntungan kecil agar dapat memiliki pelangan yang banyak, dari pada menggambil untuk besar tapi sepi peminat dan sedikitnya langganan.

Wirausaha yang sukses seringkali dianggap sebagai orang-orang yang mencapai keberhasilannya dengan bersikap kikir dan pelit. Stereotype semacam itu diperkuat dengan tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dan kartun seperti karakter “Paman Gober” dalam serial kartun Donald Duck karya Walt Disney yang digambarkan kaya namun kikir.

Tidak heran banyak yang akhirnya enggan menjadi Wirausaha karena menganggap untuk menjadi wirausaha sukses maka harus menempuh jalan yang penuh tipu muslihat, licik dan kikir. Apakah benar demikian?

Kalau kita lihat fakta hari ini, maka kita dapat menyaksikan bahwa kegiatan- kegiatan Philantrophy atau kedermawanan didominasi oleh figur Wirausaha sukses. Nama-nama seperti Bill Gates, Warren Buffet, Richard Branson, hingga wirausaha muslim India Azim Premji, telah menyumbangkan Milyaran Dollar kekayaan mereka untuk kegiatan sosial. Dan apakah mereka jatuh miskin karena banyak memberi? Ternyata tidak. Dari tahun ke tahun kekayaan mereka justru semakin berlipat.

Ini membuka wawasan baru bagi para Wirausaha jaman sekarang. Bahwa ternyata para Wirausaha sukses lebih banyak memberi, sebelum mereka kemudian menerima lebih banyak lagi.

Memberi Akan Melatih Mindset Wirausaha

Banyak Wirausaha pemula mengalami kegagalan bukan karena faktor keahlian, pengetahuan atau modal. Namun mereka gagal justru karena tidak memiliki cara berpikir atau mindset yang tepat. Wirausaha pemula justru umumnya berangkat dari latar belakang keahlian yang cukup, pendidikan dan pengetahuannya luas, dan memiliki akses yang luas terhadap penyedia modal. Namun semuanya bisa sia-sia apabila tidak disertai dengan cara berpikir yang benar.

Cara berpikir yang umumnya berkembang di masyarakat adalah cara berpikir kelangkaan atau “scarcity”. Bahwa segala yang ada didunia ini serba terbatas, sehingga untuk memilikinya kita harus saling berebut, saling bersaing, saling mengalahkan. Yang menang menguasai semua, yang kalah tidak kebagian apa-apa. Cara berpikir demikian menyebabkan lahirnya wirausaha-wirausaha rakus dan tamak. Mereka berbasis pada persaingan yang saling membunuh, bukan kerjasama yang saling menguntungkan. Sepintas awalnya wirausaha demikian akan berhasil. Namun sejarah telah membuktikan, bahwa cara berpikir demikian dalam jangka panjang akan mengundang kegagalan dan kesengsaraan.

Sebaliknya, para Wirausaha yang kesuksesannya berkesinambungan, adalah justru mereka yang memiliki cara pandang keberlimpahan atau “abundance”. Bahwa Allah SWT telah menghamparkan rizki yang berlimpah di muka bumi ini. Sehingga tidak perlu kita bersaing dengan segala cara dan saling menjatuhkan. Hamparan rizki Allah SWT sangat luas untuk diperebutkan dengan cara demikian. Tersedia begitu banyak potensi di alam semesta ini yang menunggu kita gali. Mindset scarcity menimbulkan perasaan kekhawatiran, kecemasan dan pada akhirnya ketamakan. Sedangkan mindset abundance akan menimbulkan perasaan yakin, optimis dan keikhlasan. Karena mereka yang memiliki mindset abundance, yakin bahwa Allah SWT menyediakan rizki yang cukup untuk kita semua. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan peluang yang ada di depan kita.

Memberi akan melatih kita untuk memiliki mindset abundance. Karena dengan memberi kita belajar untuk yakin pada Allah SWT Yang Maha Kaya, bukan yakin pada harta yang saat ini di tangan kita. Harta yang kita pegang saat ini bisa datang dan pergi setiap saat. Tapi mereka yang memiliki mindset abundance paham, bahwa Yang Maha Kaya tidak akan pernah berkurang kekayaannya.

Dampak Memberi Pada Usaha

Selain akan melatih kita untuk memiliki mindset “abundance”, memberi juga akan memberikan dampak positif langsung kepada usaha kita.

Wirausaha pemula yang sering mengeluhkan bahwa usaha mereka masih kurang dikenal, sebenarnya punya formula jitu untuk membuat usahanya dikenal luas, yaitu: banyak memberi.

Wah, bagaimana bisa banyak memberi jika usaha saja baru mulai dan belum banyak profit. Nah, ini bagian dari cara berpikir kelangkaan. Karena, justru dengan banyak memberi akan menjadi jalan keluar untuk mendatangkan lebih banyak profit. Lagipula, memberi tidak harus memberikan uang cash. Banyak hal lain yang kadang nilainya justru lebih tinggi daripada cash.

Anda bisa saja memberikan knowledge tentang bidang yang menjadi keahlian Anda. Misalnya kita membuka usaha jasa Arsitektur, Design atau Pengembang aplikasi. Banyak pengetahuan soal dunia arsitektur, design atau pengembangan aplikasi yang masyarakat awam tidak tahu. Kalau kita rajin berbagi pengetahuan melalui tulisan di media massa, melalui blog, milis atau bahkan media social seperti Facebook atau Twitter, maka akan semakin banyak orang yang mengenal Anda dan jasa yang Anda tawarkan.

Kita juga bisa memberikan sample produk secara gratis kepada calon pelanggan kita. Manusia pada dasarnya akan merasa senang diberi sesuatu. Sample gratis akan memungkinkan orang mencoba produk kita, sehingga peluang produk kita untuk semakin dikenal semakin tinggi.

Pemberian gratis kepada pelanggan dan calon pelanggan juga bisa dalam bentuk fasilitas atau prasarana. Misalnya Anda memiliki restoran, Anda bisa memberikan fasilitas hot-spot gratis bagi pelanggan yang ingin terhubung ke internet. Atau hal- hal sederhana yang kadang dilupakan namun sangat dibutuhkan, seperti tempat melakukan charge battery Ponsel atau Laptop. Fasilitas gratis seperti ini akan mengundang lebih banyak pelanggan.

Mengembangkan Kebiasaan Memberi

Setelah memahami pentingnya memberi sebagai cara pandang dan bagian strategi pengembangan usaha, maka kita perlu cara efektif untuk menjadikan memberi sebagai kebiasaan positif kita.

Pertama, biasakanlah untuk memiliki sikap bahwa uang adalah akibat bukan sebab. Orang yang menjadikan uang sebagai sebab, cenderung memperhitungkan segala sesuatu dari nilai uang. Akibatnya enggan melakukan hal-hal yang sifatnya “extra-miles” kepada pelanggan, jika tidak ada uang nya. Percayalah, uang

sekedar akibat atau konsekuensi. Karena kita memuaskan pelanggan, maka akibatnya kita menerima uang.

Kedua, kita bisa memulai dengan membiasakan diri untuk memberikan sesuatu setiap bertemu dengan orang lain. Orang tua jaman dahulu memiliki kebiasaan membawa bingkisan ketika berkunjung ke teman atau keluarga. Ini kebiasaan baik yang akan mengembangkan sikap memberi. Tidak perlu sesuatu yang mahal, namun bisa sesuatu yang sederhana namun bermanfaat. Bahkan apabila tidak ada yang bisa diberikan, minimal berikanlah doa untuk orang yang Anda kunjungi. Ketiga, kita bisa belajar melakukan “Pay It Forward”. Ini adalah cara untuk menghormati orang yang sudah membantu atau memberikan sesuatu untuk kita dengan cara membantu orang lain. Misalnya hari ini Anda merasa terbantu dengan pemberian orang lain, maka sebagai “balasan” lakukan hal positif atau berikan sesuatu kepada orang lan. Ini akan menciptakan efek berantai melakukan

kebaikan, seperti yang pernah diceritakan dalam sebuah film dengan judul yang sama.

Dengan demikian Memberi akan menjadi habit yang kita lakukan sehari-hari tanpa beban, dan pada gilrannya apa yang kita berikan akan kembali kepada kita

berlipat-lipat. InsyaAllah.

BAB VII

Dalam dokumen SIKAP NEGATIF MAYARAKAT TERHADAP WIRAUSA (Halaman 35-49)

Dokumen terkait