• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIDAK MASALAH JIKA TETAP DI SINI aat pertama masuk kuliah di Universitas Sanata Dharma, saya

Dalam dokumen Pancasila dalam racikan obatku (Halaman 190-194)

merasa mahasiswa yang paling aneh dan berbeda, karena mayoritas agama di kampus adalah agama Kristen dan saya berasal dari kelurga yang menganut agama Islam. Saya merasa saya yang paling aneh karena saya adalah wanita yang menggunakan hijab atau berkerudung. Pada saat melihat pembagian kelas, saya mendapatkan kelas D atau sering disebut dengan FSMD. Lambat laun saya mulai bersyukur mendapat kelas D, karena selain mendapat teman yang seagama dengan saya, saya juga bersyukur karena di kampus ini sangat bertoleransi terhadap teman yang berbeda agama.

Pengalaman yang saya dapatkan selama satu semester ini adalah pengetahuan yang baru dan pelajaran yang baru dan tentunya tidak mudah untuk dipelajari atau susah untuk dicerna oleh otak. Emmz… kalau menurut saya, mata kuliah yang menguras otak itu adalah mata kuliah Biologi Sel Molekuler dan Kimia Dasar, mungkin karena waktu duduk di sekolah menengah atas, di sekolah saya tidak terlalu mendalami mata pelajaran IPA karena saya berasa dari SMF (Sekolah Menengah Farmasi). Kata kating (kakak tingkat) sih ini masih semester awal masih selow lah. Terbayangkan bagaimana, semester awal saja menurut saya sudah agak sulit, apalagi semester atasnya. Tetapi saya beruntung mempunyai teman dari jurusan IPA saat SMAnya, karena dia sering membantu saat mata kuliah Biologi Sel Molekuler dan Kimia Dasar berlangsung dan belajar bersama sebelum ujian tengah semester. Pelajaran yang menurut saya menyenangkan itu, seperti mata kuliah Farmasetika Dasar dan Pancasila. Kalau Pancasila, materinya kurang suka, dan yang bikin suka itu karena dosenya (Pak Hendra) itu lucu, suka cerita dan ekspresi mukanya yang lebih lucu (ahahhah). Saya pernah mendapat nilai 0 (nol) karena waktu itu saya lupa membawa

modul Botani Farmasi. Karena saya pernah mendapat nilai nol, sekarang saya selalu membawa modul Botani Farmasi. Saya selalu merasa bahwa saya itu orang terbodoh di kelas, mungkin karena masih semester awal dan saya belum terbiasa dengan metode pembelajaran di kampus. Saya mempunyai teman yang lumayan dekat. Untuk saat ini, saya merasa nyaman dan sangat senang karena teman saya sering mengingatkan saya untuk sholat atau beribadah dan sering membantu saat saya dalam kesulitan.

Saya juga sering disebut oleh teman-teman dengan sebutan “micin” dan “jambu air”. Micin yang mengartikan bahwa saya itu agak kurang nalar dan susah untuk mengerti, yaitu LoLa (loading lama), dan jambu air itu karena hidung saya yang minimalis atau kurang mancung atau mancung kedalam dan yang lebih jelanya lagi pesek. Saya senang mendapatkan nama-nama panggilan seperti itu karena saya merasa bahwa mereka menyukai saya dan saya sangat menyukai mereka, menyukai kampus ini, dan menyukai apapun yang ada di sini.

HARAPAN BAGI IBU PERTIWI ndonesia Joss, Pancasila Joss”. Tidak terasa hampir satu semester akan berlalu. Banyak pengalaman yang telah dilalui, khususnya pengalaman bersama mata kuliah Pendidikan Pancasila. Sebelumnya juga, saya beranggapan jika mata kuliah Pendidikan Pancasila ini hanya akan berlangsung dengan membosankan. Dalam pikiran saya kuliah ini hanya akan diisi dengan presentasi-presentasi dan ceramah mengenai Pancasila.

Seperti biasa, pertemuan pertama diisi dengan perkenalan dan kesepakatan lain yang kami buat di hari pertama, yaitu perkuliahan selama beberapa pertemuan ke depan akan diisi dengan materi dari beliau, dan selanjutnya akan dilanjutkan dengan presentasi-presentasi dari kami, para mahasiswa mengenai materi Pendidikan Pancasila sendiri. Pertemuan pertama dengan Pak Hendra Kurniawan sudah cukup membuka mata kita akan Pancasila. Hal ini juga sekaligus menghapus konotasi buruk saya terhadap mata kuliah non eksak. Rasanya tidak sabar untuk segera melewati masa-masa kuliah yang selanjutnya agar kita lebih mengerti dan paham akan masalah Indonesia. Kalimat yang selalu mengiringi penjelasan dari Pak Hendra adalah “Kalian perlu tahu tentang masalah Indonesia yang berkaitan erat dengan profesi kalian nanti untuk melayani masyarakat”. Kalimat itulah yang memberikan motivasi bagi saya untuk mau tahu apa sebenarnya yang sedang ditanggung oleh Indonesia.

Kesepakatan pertama untuk beberapa minggu ke depan, perkuliahan masih dikendalikan oleh Pak Hendra dengan segala pengetahuannya mengenai masalah Indonesia saat ini. Setelah beberapa minggu berlalu, kini tiba saatnya giliran kami tampil di depan kelas untuk presentasi. Presentasi kami tidak jauh-jauh dari materi Pancasila, yaitu mengenai nilai-nilai Pancasila dan bagaimana implementasinya

dalam kehidupan. Tidak hanya presentasi, terkadang kita dipertontonkan film-film yang lagi-lagi berhubungan dengan masalah negeri kita. Salah satu film yang masih saya ingat yaitu film tentang rasis atau keserakahan di bagian kelompok tertentu. Salah satu fakta yang mengejutkan dari film tersebut bahwa di Indonesia sangatlah sering terjadi ketidakadilan dan perperangan.

Saya pikir, seperti itulah gambaran umum dari saya ketika mengikuti kuliah dengan Pak Hendra. Metode yang digunakan beliau sudah cukup bagus, karena pada setiap pertemuannya kita selalu dihadapkan dengan masalah-masalah nyata di sekitar kita dan juga masalah besar lainnya yang sedang dialami Indonesia. Tidak hanya itu, selain mencari masalah yang nyata, beliau juga selalu memberikan solusi bagaimana cara untuk meminimalisir masalah-masalah tersebut. Selain itu, dengan adanya pembagian kelompok untuk presentasi, kami jadi mempunyai ruang untuk mengekspresikan pendapat kami mengenai Pancasila. Hal ini juga dapat memberikan dampak positif bagi mahasiswa untuk membangun rasa kepercayaan diri dan juga keberanian mengutarakan pendapat. Untuk ke depannya saya harap problem-problem yang sedang dihadapi Indonesia secepatnya bisa ditangani dengan tepat dengan mengacu pada dasar negara kita, yaitu Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila. Selain itu, sebagai mahasiswa farmasi juga diajarkan betapa pentingnya Pendidikan Pancasila terutama pelayanan untuk masyarakat umum.

AKHIRNYA KU MENEMUKANMU

Dalam dokumen Pancasila dalam racikan obatku (Halaman 190-194)

Dokumen terkait