Adalah kondisi pembangunan ekonomi berjalan cepat, sementara pembangunan manusia berjalan relatif lambat.
Katagori di atas memberikan pilihan untuk mendahulukan pembangunan ekonomi? Ataukah mendahulukan pembangunan sosial? Hal ini bukan merupakan pilihan yang mudah, sebab menurut UNDP:1966: pembangunan ekonomi dengan pembangunan manusia bersifat timbal balik. Pembangunan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia, berlaku juga sebaliknya. Pembangunan manusia yang berkelanjutan perlu didukung oleh pembangunan ekonomi yang memadai. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan perlu didukung oleh pembangunan manusia (SDM) yang memadai.
Menurut UNDP, 1990: pembangunan manusia melihat keterlibatan atau partisipasi aktif penduduk dalam pembangunan, mulai dari perumusan, penentuan kebijakan hingga evaluasi, sehingga disebut sebagai pembangunan yang berpusat pada masyarakat (people centered
APS 2014 40
development), yaitu : Oleh Penduduk (berpartisipasi dalam pembangunan),
Tentang Penduduk (investasi di bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya), dan Untuk Penduduk (penciptaan lapangan kerja).
IPM bukan angka statistik semata, melainkan holistik analysis (yang memperhitungkan konsistensi antar waktu dan antar wilayah, serta data pendukung lainnya untuk statistical adjustment; extrapolation,
econometrics regression), sampai dengan program pembangunan ekonomi,
sosial, lingkungan, dan sebagainya.
Dari sudut pandang ekonomi, kemajuan pertumbuhan IPM Kabupaten Bandung selama beberapa periode ternyata sangat ditunjang oleh peningkatan komponen kemampuan daya beli masyarakat. Capaian daya beli penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2010 sebesar Rp.572.910. Pada tahun 2011 dilakukan penyesuaian metode penghitungan daya beli, sehingga penghitungan daya beli pada tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 masing-masing sebesar Rp.641.810, Rp.642.190, Rp.643.090, dan Rp.645.110.
APS 2014 41 3.2. Capaian IPM Menurut Kecamatan
Apabila ditinjau menurut kecamatan, sebaran pencapaian Angka Harapan Hidup (AHH) di tiap-tiap kecamatan cukup menggembirakan. Hal ini terlihat dari banyaknya kecamatan yang memiliki pencapaian Angka Harapan Hidup (AHH) diatas rata-rata Kabupaten Bandung yakni lebih dari 50 persen. Menurut data Survei Khusus IPM 2014, enam kecamatan rangking teratas ditinjau dari Angka Harapan Hidup (AHH) terdapat di Kecamatan Cileunyi yang mencapai 73,54 tahun, Majalaya yang mencapai 73,13 tahun, Ibun yang mencapai 73,02 tahun, Kecamatan Rancaekek yang mencapai 72,99 tahun, Cilengkrang yang mencapai 72,10 tahun, dan Banjaran yang mencapai 72,05 tahun.
Peningkatan Angka Melek Huruf (AMH) di Kabupaten Bandung relatif melambat. Hal ini dikarenakan penduduk buta huruf yang ada kemungkinan sudah berada di luar usia produktif dan jumlahnya sangat sedikit. Menurut data Survei Khusus IPM 2014, enam kecamatan rangking teratas ditinjau dari Angka Melek Huruf (AMH) terdapat di Kecamatan Margahayu yang mencapai 99,79%; Dayeuhkolot yang mencapai 99,60%; Rancaekek yang mencapai 99,27%; Katapang yang mencapai 99,29%; Cileunyi yang mencapai 99,24%; dan Cicalengka yang mencapai 98,99%.
Pola yang hampir serupa terjadi pada Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Hampir separuh kecamatan di Kabupaten Bandung yang memiliki Rata-rata Lama Sekolah (RLS) diatas angka Kabupaten. Kondisi tersebut tentunya belum cukup membanggakan karena target pendidikan adalah untuk mencapai tuntas pendidikan dasar (RLS = 9 tahun). Dan disparitas /kesenjangan antara kecamatan yang memiliki Rata-rata Lama Sekolah (RLS) paling tinggi dengan kecamatan yang memiliki Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terendah ternyata masih cukup besar, yaitu mencapai 3,96 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kesempatan menikmati pendidikan di beberapa wilayah masih begitu rendah dibandingkan wilayah lainnya.
APS 2014 42 Dengan sebaran wilayah yang sangat luas, kabupaten Bandung memang akan memiliki kendala dalam membangun fasilitas pendidikan yang memadai dan mudah dijangkau oleh penduduknya. Menurut data Survei Khusus IPM 2014, enam kecamatan rangking teratas ditinjau dari Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terdapat di Kecamatan Margahayu yang mencapai 10,39 tahun; Dayeuhkolot yang mencapai 9,87 tahun; Cileunyi yang mencapai 9,42 tahun; Rancaekek yang mencapai 9,39 tahun; Pameungpeuk yang mencapai 8,94 tahun; dan Cimenyan yang mencapai 8,68 tahun.
Menurut data Survei Khusus IPM 2014, enam kecamatan rangking teratas ditinjau dari kemampuan Daya Beli terdapat di Kecamatan Baleendah yang mencapai Rp.672.270; Kecamatan Bojongsoang yang mencapai Rp.661.470; Kecamatan Cileunyi yang mencapai Rp.660.290; Kecamatan Dayeuhkolot yang mencapai Rp.659,980; Kecamatan Rancaekek yang mencapai Rp.659.180; Kecamatan Rancabali yang mencapai Rp.655.150.
Menurut data Survei Khusus IPM 2014, enam kecamatan rangking teratas ditinjau dari Angka Harapan Hidup (AHH) terdapat di Kecamatan Cileunyi yang mencapai 73,54 tahun; Majalaya yang mencapai 73,13 tahun; Ibun yang mencapai 73,02 tahun; Kecamatan Rancaekek yang mencapai 72,99 tahun; Cilengkrang yang mencapai 72,10 tahun; dan Banjaran yang mencapai 72,05 tahun.
Sementara itu, terdapat 14 kecamatan yang memiliki angka harapan hidup dibawah rata-rata Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Cikancung (67,13 tahun), Solokan Jeruk (68,26 tahun), Pacet (68,38 tahun), Kertasari (68,46 tahun), Cicalengka (69,43 tahun), Paseh (69,79 tahun), Bojongsoang (70,00 tahun), Cimenyan (70,14 tahun), dan Katapang (70,19 tahun).
Sementara itu, sisanya sebanyak 16 kecamatan memiliki AMH dibawah angka Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Ciparay (98,32), Banjaran (98,34), Cikancung (98,35), Ciwidey (98,19), Majalaya (98,32), Kutawaringin (97,35), Cimenyan (98,36), Cilengkrang (97,74), Ibun (97,03), Rancabali
APS 2014 43 (98,01), Paseh (97,63), Pacet (97,27), Pangalengan (97,38), Kertasari (97,35), Arjasari (96,75) dan Cimaung (96,80).
Peningkatan AMH di Kabupaten Bandung relatif melambat. Hal ini dikarenakan penduduk buta huruf yang ada kemungkinan sudah berada di luar usia produktif dan jumlahnya sangat sedikit. Jika dilihat menurut kecamatan, terdapat 15 kecamatan yang memiliki AMH diatas rata-rata angka Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Margahayu (99,79), Dayeuhkolot (99,74), Cileunyi (99,61), Katapang (99,45), Cicalengka (99,43), Rancaekek (99,43), Soreang (99,40), Pameungpeuk (99,35), Pasir Jambu (99,31), Bojongsoang (99,24), Margaasih (99,21), Cangkuang (99,17), Baleendah (99,10), Solokanjeruk (99,01), Nagreg (98,91).
Sementara itu, sisanya sebanyak 16 kecamatan memiliki AMH dibawah kecamatan yakni Kecamatan Ciparay (98,80), Banjaran (98,78), Cikancung (98,76), Ciwidey (98,73), Majalaya (98,54), Kutawaringin (98,52), Cimenyan (98,50) , Cilengkrang (98,39), Ibun (98,27), Rancabali (98,26), Paseh (98,20), Pacet (97,96), Pangalengan (97,80), Kertasari (97,64), Arjasari (97,50) dan Cimaung (97,06).
Pola yang hampir serupa terjadi pada Rata-ata Lama Sekolah (RLS). Hampir separuh kecamatan di Kabupaten Bandung yang memiliki rata-rata lama sekolah diatas angka Kabupaten. Kondisi tersebut tentunya belum cukup membanggakan karena target pendidikan adalah untuk mencapai tuntas pendidikan dasar (RLS = 9 tahun). Dan disparitas/kesenjangan antara kecamatan yang memiliki rata-rata lama sekolah paling tinggi dengan kecamatan yang memiliki rata-rata lama sekolah terendah ternyata masih cukup besar, yaitu mencapai sebesar 3,39 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kesempatan menikmati pendidikan di beberapa wilayah masih begitu rendah dibandingkan wilayah lainnya. Dengan sebaran wilayah yang sangat luas, kabupaten Bandung memang akan memiliki
APS 2014 44 kendala dalam membangun fasilitas pendidikan yang memadai dan mudah dijangkau oleh penduduknya.
Gambar 3.
Posisi Teratas Capaian IPM Kecamatan Di Kabupaten Bandung, Tahun 2014
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM Tahun 2014
Berdasarkan hasil survei IPM 2014 Kabupaten Bandung, lima urutan tertinggi capaian IPM ditempati oleh Kecamatan Cileunyi, diikuti secara berurutan oleh Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Margahayu. Besaran nilai IPM-nya masing-masing sebesar 79,13; 78,72, 78,47; 78,28; dan 77,45.
Cileunyi 79,13
Margahayu 77,45
Dayeuhkolot 78,28
Baleendah 78,47
APS 2014 45 Sedangkan urutan Kecamatan yang memiliki angka IPM terendah pada tahun 2014 adalah: Kecamatan Kertasari (70,00), Kecamatan Pacet (71,29), Kecamatan Cikancung (71,47), Kecamatan Solokanjeruk (73,37), dan Kecamatan Paseh (73,72). Angka IPM Kecamatan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.
Gambar 4.
Posisi Terendah Capaian IPM Kecamatan Di Kabupaten Bandung, Tahun 2014
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM Tahun 2014
Kertasari 70,00 Pacet 71,29
Cikancung 71,47
Solokanjeruk 73,37
APS 2014 46