• Tidak ada hasil yang ditemukan

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

Sumber: Lampiran, data diolah

Berdasarkan Tabel 6 uji stasioner diperoleh semua variabel stationer pada level kecuali tvariabel LNDEV, LNER tidak stationer pada level, oleh karena itu diperlukan pengujian pada first difference, setalah melakukan pengujian pada first difference variabel LNDEV dan LNER stasioner dengan nilai p-value sebesar 0.0000 lebih kecil secara aktual dari taraf nyarta sebesar 5%. Hal ini menunjukan bahwa semua variabel stasioner pada taraf nyata 5%.

Uji Stabilitas VAR

Setelah melakukan pengujian optimum lag pada sistem VAR, maka dilanjutkan dengan melakukan pengujian kestabilan dari sistem VAR pada omptimum lag tersebut. Estimasi VAR stabil jika seluruh rootsnya memiliki modulus lebih kecil dari satu dan terletak pada unit circle nya (Firadus 2011). Setelah melakukan pengujian stabilitas terhadap VAR bagi setiap negara di ASEAN 5, dapat disimpulkan bahwa seluruh sistem VAR dalam penelitian

24

bersifat stabil sehingga analisis IRF dan VD yang dihasilkan dianggap valid. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Hasil Uji Stabilitas VAR

Negara Modulus Indonesia 0.261788-0.991231 Malaysia 0.317923-0.980640 Singapura 0.343563-0.992380 Thailand 0.323929-0.995264 Filipina 0.474447-0.994894

Sumber: Lampiran, data diolah

Uji Optimum Lag

Lag dalam sebuah sistem VAR merupakan hal yang penting yang berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sebuah sistem VAR. Pengujian lag optimal pada penelitian ini menggunkan kriteria Schwarz Information Criterion (SC). Lag yang dipilih adalah model dengan nilai yang paling kecil, karena jika terlalu banyak panjang lag, akan mengurangi derajat bebas, sehingga,

lag yang lebih kecil disarankan untuk dapat memperkecil spesifikasi error

(Firdaus 2011). Hasil uji lag optimal dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini. Tabel 8 Uji Optimum Lag pada Negara ASEAN 5

Negara SC Lag Indonesia 1.283448* 1 Malaysia -8.542204* 1 Singapura -8.269091* 1 Thailand -0.463725* 1 Filipina 3.989854* 4

SC: Schwarz information criterion

Sumber: Lampiran, data diolah

Berdasarkan Tabel 8 uji optimum lag untuk negara Indonesia berada pada lag 1 hal ini menujukan bahwa respon variabel dengan variabel lainnya terjadi pada lag 1. Malaysia berada pada lag 1 hal ini menunjukan bahwa respon variabel dengan variabel lainnya terjadi pada lag 1. Singapura berada pada lag 1 hal ini menunjukan bahwa respon variabel dengan variabel lainnya terjadi pada lag 1. Thailand berada pada lag hal 1 ini menunjukan bahwa respon variabel dengan variabel lainnya terjadi pada lag 1. Filipina berada pada lag 4 hal ini menujukan bahwa respon variabel dengan variabel lainnya terjadi pada lag 4.

Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji stasioner dan juga merupkan salah satu syarat penting dalam estimasi dengan Ordinary Least Square (OLS). Dengan melakukan uji ini dapat diketahuai sifat stasioneritas persamaan yang akan di estimasi, sehingga dapat disimpulkan apakah memiliki keseimbangan

25 jangka panjang atau tidak. Pengambilan keputusan dari uji kointegrasi ini adalah dengan melihat apabila prob < dari taraf nyata 5 persen, maka persamaan tersebut memiliki keseimbangan pada jangka panjang (Gujarati 2006). Dari pengolahan yang dilakukan, pengujian kointegrasi pada negara ASEAN 5 terdapat

deterministic trend yang berbeda-beda, hal ini disebabkan dari perbedaan data kondisi data dari setiap negara di kawasan ASEAN 5.

Tabel 9 Uji Kointegrasi pada Negara ASEAN 5

Negara Hipotesis P-value Keterangan

Indonesia At most 1 * 0.0015 Terkointegrasi

Malaysia None * 0.0270 Terkointegrasi

Singapura None * 0.0145 Terkointegrasi

Thailand None * 0.0000

Terkointegrasi At most 1 * 0.0012

Filipina None * 0.0000 Terkointegrasi

At most 1 * 0.0000

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

Sumber: Lampiran diolah

Berdasarkan Tabel 9, pengujian kointegrasi dapat dilihat bahwa, dengan menggunakan pengujian hipotesis sebagai berikut:

Pada None

H0 : p-value = 0tidak terkointegrasi H1 : p-value < 0 terkointegrasi di lag 1 Pada At most 1

H0 : p-value = 0 terkointegrasi di lag 1 H1 : p-value < 0 terkointegrasi di lag 2

Dari pengujian kointegrasi diperoleh p-value lebih kecil dibandingkan dengan taraf nyata 5%. Untuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina masing-masing memiliki dua rank konintegrasi pada taraf nyata 5% yang digunakan. Artinya secara multivariate pada masing-masing negara tersebut terdapat dua persamaan linear jangka panjang yang dikandung didalam model. Dengan adanya kointegrasi, hasil selanjutnya menggunakan model VECM.

Uji Granger Causality

Uji kausalitas Granger dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas diantara variabel-variabel yang ada didalam model. Pengujian sebab akibat, dengan menggunakan F-test untuk menguji apakah lag informasi dalam variabel Y memberikan informasi statistik yang signifikan tantang variabel X dalam menjelaskan perubahan X. Jika tidak, Y tidak ada hubungan sebab akibat Granger dengan X, dimana X merupakan variabel eksogen dan Y merupakan variabel endogen, hipotesis dari uji Granger (Firdaus 2011).

H0: α2 = 0, variabel X tidak mempengaruhi variabel Y

26

Uji Granger pada hipotesis diatas melihat nilai probabilitas dari setiap variabel. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari pada taraf nyata 10% maka dapat disimpulkan tolak H0. Hasil uji Granger pada Tabel 10 menujukan adanya hubungan antara neraca perdagangan dengan exchange rate, GDP, CPI, dan cadangan devisa pada kawasan ASEAN 5 sebagai berikut.

Indonesia

Tabel 10 Uji Kausalitas Granger Indonesia

Hipotesis nol Prob Kausalitas

LNER tidak menyebakan LNNP 0 0813 Ya

LNNP tidak menyebabkan LNER 0 3905 Tidak

LNGPD tidak menyebakan LNNP 0 0009 Ya

LNNP tidak menyebabkan LNGDP 0 4289 Tidak

LNDEV tidak menyebakan LNNP 0 0039 Ya

LNNP tidak menyebakan LNDEV 0 8830 Tidak

CPI tidak menyebakan LNNP 0 3277 Tidak

LNNP tidak menyebakan CPI 0 0392 Ya

Sumber: Lampiran, diolah

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa terdapat empat hubungan yang signifikan (menolak H0). Hubungan yang terjadi pada semua variabel memiliki hubungan satu arah. Keempat hubungan searah tersebut adalah exchange rate

(LNER) dengan neraca perdagangan (LNNP), gross domestic product (LNGDP) dengan neraca perdagangan (LNNP), cadangan devisa (LNDEV) dengan neraca perdagangan (LNNP), dan neraca perdagangan (LNNP) dengan consumer price index (CPI). Pola hubungan kausalitas tersebut memperlihatkan adanya pengaruh perubahan pada setiap variabel exchange rate, gross domestic product (GDP),

cadangan devisa pada satu kuartal sebelumnya terhadap perubahan neraca perdagangan Indonesia. Pengaruh perubahan pada variabel neraca perdagangan Indonesia pada satu kuartal sebelumnya akan mempengaruhi perubahan variabel

consumer price index (CPI) Indonesia.

Malaysia

Tabel 11 Uji Kausalitas Granger Malaysia

Hipotesis nol Prob Kausalitas

LNER tidak menyebakan LNNP 0 0677 Ya

LNNP tidak menyebabkan LNER 0 7395 Tidak

LNGPD tidak menyebakan LNNP 0 0006 Ya

LNNP tidak menyebabkan LNGDP 0 0923 Tidak

LNDEV tidak menyebakan LNNP 0 0001 Ya

LNNP tidak menyebakan LNDEV 0 8881 Tidak

CPI tidak menyebakan LNNP 0 7312 Tidak

LNNP tidak menyebakan CPI 0 0658 Ya

Sumber: Lampiran, diolah

Variabel exchange rate, cadangan devisa, dan CPI yang bisa dilihat pada Tabel 11, memiliki hubungan satu arah dengan neraca perdagangan, artinya adanya hubungan kausalitas yang mempengaruhi neraca perdagangan Malaysia.

27 Sedangkan hubungan dua arah terjadi antara neraca perdagangan dengan GDP, artinya apabila terjadi shock pada neraca perdagangan, maka GDP Malaysia akan terkena imbasnya. Demikian pula jika terjadi sebaliknya, perubahan pada GDP akan berdampak pada neraca perdagangan Malaysia.

Singapura

Tabel 15 Uji Kausalitas Granger Singapura

Hipotesis nol Prob Kausalitas

LNER tidak menyebakan LNNP 0 4818 Ya

LNNP tidak menyebabkan LNER 0 0502 Tidak

LNDEV tidak menyebakan LNNP 0 0099 Ya

LNNP tidak menyebakan LNDEV 0 1690 Tidak

CPI tidak menyebakan LNNP 0 0635 Tidak

LNNP tidak menyebakan CPI 0 0021 Ya

Sumber: Lampiran diolah

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa terdapat tiga hubungan yang signifikan (menolak H0). Hubungan yang terjadi pada semua variabel memiliki hubungan satu arah. Ketiga hubungan searah tersebut adalah exchange rate

(LNER) dengan neraca perdagangan (LNNP), cadangan devisa (LNDEV) dengan neraca perdagangan (LNNP), dan neraca perdagangan (LNNP) dengan consumer price index (CPI). Pola hubungan kausalitas tersebut memperlihatkan adanya pengaruh perubahan pada setiap variabel exchange rate, gross domestic product

(GDP), cadangan devisa pada satu kuartal sebelumnya terhadap perubahan neraca perdagangan Singapura. Pengaruh perubahan pada variabel neraca perdagangan Singapura pada satu kuartal sebelumnya akan mempengaruhi perubahan pada variabel consumer price index (CPI) Singapura.

Thailand

Tabel 16 Uji Kausalitas Granger Thailand

Hipotesis nol Prob Kausalitas

LNER tidak menyebakan LNNP 0 0813 Ya

LNNP tidak menyebabkan LNER 0 3905 Tidak

LNGPD tidak menyebakan LNNP 0 0009 Ya

LNNP tidak menyebabkan LNGDP 0 4289 Tidak

LNDEV tidak menyebakan LNNP 0 0039 Ya

LNNP tidak menyebakan LNDEV 0 8830 Tidak

CPI tidak menyebakan LNNP 0 3277 Tidak

LNNP tidak menyebakan CPI 0 0392 Ya

Sumber: Lampiran, diolah

Variabel exchange rate, cadangan devisa, dan GDP yang bisa dilihat pada Tabel 16, memiliki hubungan satu arah dengan neraca perdagangan, artinya adanya hubungan kausalitas yang mempengaruhi neraca perdagangan Thailand. Pola hubungan kausalitas tersebut memperlihatkan adanya pengaruh perubahan pada setiap variabel neraca perdagangan pada satu kuartal sebelumnya terhadap perubahan consumer price index (CPI) Thailand.

28

Filipina

Tabel 17 Uji Kausalitas Granger Filipina

Hipotesis nol Prob Kausalitas

LNER tidak menyebakan LNNP 0 0813 Ya

LNNP tidak menyebabkan LNER 0 3905 Tidak

LNGPD tidak menyebakan LNNP 0 0009 Ya

LNNP tidak menyebabkan LNGDP 0 4289 Tidak

LNDEV tidak menyebakan LNNP 0 0039 Ya

LNNP tidak menyebakan LNDEV 0 8830 Tidak

CPI tidak menyebakan LNNP 0 3277 Tidak

LNNP tidak menyebakan CPI 0 0392 Ya

Sumber: Lampiran diolah

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa terdapat empat hubungan yang signifikan (menolak H0). Hubungan yang terjadi pada semua variabel memiliki hubungan satu arah. Keempat hubungan searah tersebut adalah exchange rate

(LNER) dengan neraca perdagangan (LNNP), cadangan devisa (LNDEV) dengan neraca perdagangan (LNNP), dan neraca perdagangan (LNNP) dengan consumer price index (CPI). Pola hubungan kausalitas tersebut memperlihatkan adanya pengaruh perubahan pada setiap variabel exchange rate, gross domestic product

(GDP), cadangan devisa pada satu kuartal sebelumnya terhadap perubahan neraca perdagangan Filipina. Pengaruh perubahan pada variabel neraca perdagangan Filipina pada satu kuartal sebelumnya akan mempengaruhi perubahan pada variabel consumer price index (CPI) Filipina.

Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger pada negara ASEAN 5 terdapat pola yang sama dimana setiap variabel endogen yaitu: exchange rate, gross domestik product (GDP), consumer price index (CPI), dan cadangan devisa memiliki hubungan searah dengan variabel eksogennya yaitu: neraca perdagangan.

Impuls Respon Function (IRF)

Impuls respon function (IRF) bertujuan untuk melihat respon saat ini dan masa yang akan datang setiap variabel akibat guncangan pada satu variabel terhadap variabel lain, dimana dalam analisis ini tidak hanya dalam waktu pendek tetapi dapat menganalisis informasi jangka panjang. Analisis IRF juga berfungsi untuk melihat berapa lama pengaruh tersebut terjadi. Sumbu horisontal merupakan periode dalam tahun, sedangkan sumbu vertikal menunjukan nilai respon dalam presentase (Firdaus 2011).

Jangka waktu yang digunakan untuk menganalisis respon neraca perdagangan negara ASEAN 5 terhadap varibel yang digunakan dalam menganalisis respon ini adalah dalam waktu 12 kuartal (tiga tahun) ke depan. Hasil dari analisis IRF dapat dilihat pada Gambar 14 sebagai berikut.

29

-2 -1 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Impuls Respon Function of

Thailand LNNP LNGDP LNER LNDEV CPI -5 0 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Impuls Respon Function of

Indonesia LNNP LNER LNGDP CPI LNDEV -0 1 0 0 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Impuls Respon Function of

Singapura LNNP LNGDP CPI LNER -0 2 0 0 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Impuls Respon Function Of

Malaysia LNNP LNDEV LNGDP LNER CPI -5 0 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Impuls Respon Function Of

Filipina

LNNP LNDEV LNGDP LNER CPI

Sumber: Lampiran, data diolah

Gambar 8 Impuls Respon Function of LNNP ASEAN 5

Semua variabel pada impuls respon function (IRF) diberikan guncangan sebesar satu standar deviasi, yang bertujuan melihat hubungan neraca perdagangan pada jangka pendek dan jangka panjang setiap guncangan yang diberikan pada setiap variabel yang digunkan dalam model VECM ini.

30

Guncangan yang diberikan pada neraca perdagangan Indonesia sebesar satu standar deviasi, bisa dilihat pada Gambar 8 pada kuartal pertama akan menyebakan peningkatan pada neraca perdagangan sebesar 2.99 persen, guncangan terhadap neraca perdagangan dari kuartal pertama sampai kuartal keempat pada tahun ketiga direspon positif oleh neraca perdagangan itu sendiri. Respon neraca perdagangan terhadap guncangan neraca perdagangan mencapai keseimbangan pada jangka panjang, yakni pada kuartal ketiga pada tahun kedua sampai kuartal keempat pada tahun ketiga dengan kisaran nilainya sebesar 0.52– 0.92 persen. Jadi pada jangka pendek maupun jangka panjang guncangan pada neraca perdagangan selalu direspon positif oleh neraca perdagangan.

Impuls respon function pada neraca perdagangan Malaysia yang terlihat pada Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa guncangan neraca perdagangan pada kuartal pertama akan menyebakan peningkatan pada neraca perdagangan sebesar 0.17 persen. Respon neraca perdagangan yang diberikan guncangan direspon positif oleh neraca perdagangan itu sendiri, mencapai keseimbangan pada jangka panjang, yakni pada kuartal pertama pada tahun kedua sampai kuartal keempat pada tahun ketiga dengan kisaran nilainya sebesar 0.01- 0.03 persen. Jadi pada jangka pendek maupun jangka panjang guncangan pada neraca perdagangan selalu direspon positif oleh neraca perdagangan..

Guncangan neraca perdagangan pada Singapura, dimana pergerakan guncangannya bisa dilihat pada Gambar 8. Guncangan (shock) pada kuartal pertama menyebakan peningkatan pada neraca perdagangan sebesar 0.08 persen. Guncangan terhadap neraca perdagangan ini dari kuartal pertama sampai kuartal keempat pada tahun ketiga direspon positif oleh neraca perdagangan itu sendiri. Respon neraca perdagangan terhadap guncangan neraca perdagangan mencapai keseimbangan pada jangka panjang, yakni pada kuartal ketiga pada tahun kedua sampai kuartal keempat pada tahun ketiga dengan kisaran nilainya sebesar 0.03-0.05 persen. Guncangan neraca perdagangan selalu direspon positif oleh neraca perdagangan itu sendiri baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Impuls respon function pada neraca perdagangan Thailand yang terlihat pada Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa guncangan neraca perdagangan pada kuartal pertama akan menyebakan peningkatan pada neraca perdagangan sebesar sebesar 5.59 persen. Respon neraca perdagangan yang diberikan guncangan diresopn positif oleh neraca perdagangan itu sendiri, mencapai keseimbangan pada jangka panjang, yakni pada kuartal pertama pada tahun kedua sampai kuartal keempat pada tahun ketiga dengan kisaran nilainya sebesar 4.05 persen. Jadi guncangan neraca perdagangan daik dalam jangka pendek maupun pada jangka panjang selalu direspon positif oleh neraca perdagangan.

Guncangan neraca perdagangan pada Filipina, dimana pergerakan guncangannya bisa dilihat pada Gambar 8, pada kuartal pertama akan menyebakan peningkatan pada neraca perdagangan sebesar 3.80 persen. Pada kuartal ketiga dan keempat guncangan pada neraca perdagangan direspon negatif oleh neraca perdagangan, yakni sebesar 0.43 persen dan 0.27 persen. Respon neraca perdagangan terhadap guncangan neraca perdagangan mencapai keseimbangan pada jangka panjang, yakni pada kuartal pertama pada tahun kedua sampai kuartal keempat pada tahun ketiga dengan kisaran nilainya sebesar 0.10 - 1.82 persen. Pada jangka panjang guncangan pada neraca perdagangan direspon

31 positif oleh neraca perdagangan itu sendiri, sedangkan pada jangka pendek guncangan oleh neraca perdagangan direspon negatif oleh NP.

Variabel exchange rate, GDP, CPI , dan cadangan devisa pada setiap negara ASEAN 5, setiap guncangan yang diberikan sebesar satu standar deviasi pada kuartal pertama tahun pertama belum direspon oleh neraca perdagangan. Neraca perdagangan mulai merespon guncangan yang diberikan pada setiap variabel pada kuartal kedua.

Guncangan yang diberikan pada nominal exchange rate (ER) Indonesia sebesar satu standart deviasi yang terlihat pada Gambar 8, mulai pada kuartal kedua pada tahun pertama guncangan pada nominal exchange rate baru direspon negatif oleh neraca perdagangan sebesar 1.06 persen, namun guncangan nominal exchange rate pada kuartal ketiga pada tahun pertama direspon positif oleh neraca perdagangan sebesar 0.20 persen. pada kuartal keempat pada tahun pertama guncang nominal exchange rate direspon negatif oleh neraca perdagangan sebesar 0.01 persen. Pada akhirnya guncangan nominal exchange rate direspon oleh NP mencapai keseimbangan dimulai dari kuartal kedua tahun kedua sampai kuartal keempat tahun ketiga, guncangan nominal exchange rate direspon positif oleh neraca perdagangan sekitar 0.03 - 0.06 persen. Jadi guncangan nominal exchange rate pada periode ini menyebakan terjadinya peningkatan pada neraca perdagangan, karena guncangan yang diberikan pada nominal exchange rate

direspon positif oleh neraca perdagangan pada jangka panjang.

Analisis IRF pada Malaysia yang berada pada Gambar 8. Guncangan

nominal exchange rate (ER) sebesar satu standart deviasi pada kuartal pertama belum direspon oleh neraca perdagangan. Mulai pada kuartal kedua pada tahun pertama guncangan pada nominal exchange rate baru direspon negatif oleh neraca perdagangan sebesar 0.03 persen, namun guncangan nominal exchange rate pada kuartal ketiga dan keempat pada tahun pertama direspon negatif oleh neraca perdagangan, yakni sebesar 0.05 persen dan 0.09 persen. Pada akhirnya guncangan nominal exchange rate direspon oleh neraca perdagangan mencapai keseimbangan dimulai dari kuartal ketiga tahun kedua sampai kuartal keempat tahun ketiga, guncangan nominal exchange rate direspon negatif oleh neraca perdagangan sekitar 0.05-0.06 persen.

Impuls respon function pada Singapura yang bisa dilihat pada Gambar 8. Guncangan pada nominal exchange rate mulai direspon oleh neraca perdagangan pada kuartal kedua pada tahun pertama baru direspon positif oleh neraca perdagangan sebesar 0.01 persen. Keseimbangan jangka panjang dimulai dari kuartal keempat tahun pertama sampai kuartal keempat tahun ketiga, setiap guncangan yang diberikan nominal exchange rate direspon positif oleh neraca perdagangan sekitar 0.02 persen. Jadi guncangan nominal exchange rate pada periode ini menyebakan terjadinya peningkatan pada neraca perdagangan, baik pada jangka pendek maupun pada jangka panjang guncangan pada nominal exchange rate selalu direspon positif oleh neraca perdagangan.

Impuls respon function pada Thailand yang bisa dilihat pada Gambar 8. Guncangan pada nominal exchange rate mulai direspon oleh neraca perdagangan pada kuartal kedua pada tahun pertama baru direspon positif oleh neraca perdagangan sebesar 1.76 persen. Keseimbangan jangka panjang dimulai dari kuartal ketiga tahun kedua sampai kuartal keempat tahun ketiga, guncangan

32

persen. Jadi guncangan nominal exchange rate pada jangka pendek maupun jangka panjang selalu direspon negatif oleh neraca perdagangan.

Impuls respon function pada Filipina yang bisa dilihat pada Gambar 8. Guncangan pada nominal exchange rate mulai direspon oleh neraca perdagangan pada kuartal kedua pada tahun pertama baru direspon positif oleh neraca perdagangan sebesar 1.47 persen, namun guncangan nominal exchange rate pada kuartal kedua pada tahun kedua direspon negatif oleh neraca perdagangan sebesar 0.02 persen. Pada kuartal ketiga pada tahun kedua guncang nominal exchange rate

kembali direspon positif oleh nerca perdagangan sebesar 0.18 persen. Guncangan

nominal exchange rate pada jangka panjang direspon oleh neraca perdagangan pada kuartal ketiga pada tahun ketiga, yakni sebesar 0.17 persen. Jadi pengaruh guncangan nominal exchange rate direspon positif oleh neraca perdagangan sedangkan pada jangka panjang pengaruh guncangan nominal exchange rate di respon negatif oleh neraca perdagangan.

Guncangan GDP dan cadangan devisa Indonesia berdasarkan analisis IRF yang bisa dilihat pada Gambar 8. Guncangan GDP dan cadangan devisa Indonesia pada jangka pendek direspon negatif oleh neraca perdagangan sebesar 0.51 persen dan 0.73 persen. Kesimbangan jangka panjang dimulai dari kuartal pertama tahun ketiga, setiap guncangan pada GDP dan devisa Indonesia selalu direspon negatif oleh neraca perdagangan dengan kisaran 0.10-0.30 persen dan dengan kisaran 0.58 persen hingga 0.46 persen. jadi pada jangka pendek maupun jangka panjang guncangan pada GDP dan devisa selau direspon negatif oleh neraca perdagangan Indonesia.

Analisis impuls respon function Malaysia yang bisa dilihat pada gambar 8. Guncangan GDP dan cadangan devisa Malaysia sebesar satu standart deviasi pada kuartal pertama belum direspon oleh neraca perdagangan. Kuartal kedua guncangan GDP dan cadangan direspon positif oleh neraca perdagangan, yakni sebesar 0.15 persen dan 0.02 persen. Kesimbangan jangka panjang dicapai pada kuartal pertama tahun kedua sampai kurtal keempat tahun ketiga, setiap guncangan yang diberikan pada GDP dan cadangan devisa selalu direspon positif oleh neraca perdagangan, yakni sebesar 0.10-0.11 persen dan 0.01-0.02 persen. Respon guncangan GDP dan cadangan devisa pada jangka pendek maupun jangka panjang devisa selalu direspon positif oleh neraca perdagangan Malaysia.

Analisis impuls respon function Singapura yang bisa dilihat pada gambar 8. Guncangan cadangan devisa Singapura sebesar satu standart deviasi pada kuartal pertama belum direspon oleh neraca perdagangan, mulai pada kuartal kedua pada tahun pertama guncangan pada cadangan devisa baru direspon positif oleh neraca perdagangan sebesar 0.01 persen. Pada akhirnya guncangan cadangan devisa direspon oleh neraca perdagangan mencapai keseimbangan jangka panjang dimulai dari kuartal kedua tahun kedua sampai kuartal keempat tahun ketiga, guncangan cadangan devisa direspon positif oleh neraca perdagangan sekitar 0.01 persen. Jadi guncangan cadangan devisa pada periode ini menyebakan terjadinya peningkatan pada neraca perdagangan, baik pada jangka pendek maupun pada jangka panjang guncangan pada cadangan devisa selalu direspon positif oleh neraca perdagangan Singapura.

Guncangan GDP dan cadangan devisa Thailand berdasarkan analisis IRF yang bisa dilihat pada Gambar 8. Guncangan GDP dan cadangan devisa Thailand pada jangka pendek direspon negatif oleh neraca perdagangan sebesar 1.58 persen

33 dan 1.19 persen. Keseimbangan jangka panjang yang dimulai pada pada kuartal ketiga tahun kedua sampai kurtal keempat tahun ketiga, setiap guncangan yang diberikan pada GDP dan cadangan devisa direspon oleh neraca perdagangan, yakni sebesar 1.32-1.33 persen dan 0.25-0.28 persen. Jadi guncangan GDP dan cadangan devisa pada jangka pendek maupun jangka panjang selalu direspon negatif oleh neraca perdagangan Thailand.

Guncangan GDP dan cadangan devisa Filipina berdasarkan analisis IRF yang bisa dilihat pada Gambar 8. Guncangan GDP Filipina pada jangka pendek direspon positif oleh neraca perdagangan sebesar 1.64 persen, sedangkan pada jangka pendek guncangan pada cadangan devisa Filipina direspon negatif yang terlihat pada kuartal ketiga tahun pertama yakni sebesar 0.275 persen. Keseimbangan jangka panjang yang dimulai pada pada kuartal ketiga tahun ketiga sampai kurtal keempat tahun ketiga, setiap guncangan yang diberikan pada GDP

Dokumen terkait