• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tidak Terjadi Pengurangan Hasil Perolehan Suara Sah Pasangan Calon Nomor Urut 5 (Pemohon)

AB. Suara sah dan Tidak Sah

A. Suara Sah

II. Tidak Terjadi Pengurangan Hasil Perolehan Suara Sah Pasangan Calon Nomor Urut 5 (Pemohon)

Bahwa alasan-alasan keberatan Pemohon mengenai pengurangan suara Pemohon tidak relevan untuk membuktikan terjadinya pengurangan suara Pemohon karena yang dimaksud dengan pengurangan suara adalah berkurangnya jumlah suara pasangan dari jumlah yang semestinya/seharusnya. Dengan demikian pengurangan suara hanya terkait dengan berkurangnya jumlah suara, bukan berhubungan dengan indikiasi pelanggaran yang tidak dapat dibuktikan sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon:

Bahwa tudingan pengurangan hasil perolehan suara Pemohon hanya didasarkan pada dugaan adanya indikasi pelanggaran, yaitu peristiwa yang sesungguhnya tidak secara konkrit menunjukan adanya pengubahan jumlah perolehan suara pasangan calon yang mengakibatkan berkurangnya jumlah suara Pemohon. Dengan demikian dugaan adanya pelanggaran tersebut tidak fair dan tidak realistis untuk dijadikan sebagai acuan atau pedoman untuk mengklaim terjadi pengurangan suara Pemohon;

Bahwa Pemohon menuding Termohon telah mengurangi hasil perolehan suara Pemohon dengan alasan telah beberapa pelanggaran, oleh karena itu Termohon membantah tudingan terjadinya pelanggaran tersebut yang diuraikan di bawah ini:

1. Intimidasi terhadap PHTT yang dilakukan oleh Kabag Humas Pemda Kabupaten Bombana

Bahwa andaikata benar peristiwa tersebut terjadi (quod non), hal itu tentunya tidak ada hubungannya dengan Tupoksi Termohon dan tidak pula mempengaruhi penghitungan hasil perolehan suara pasangan calon yang menjadi tugas Termohon;

2. Money politic

Bahwa dalil ini tidak perlu ditanggapi oleh Termohon karena tidak terkait dengan Tupoksi dan tata kerja Termohon. Lagi pula hal ini tidak

korelatif dengan dalil pengurangan suara Pemohon sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon di dalam keberatannya;

3. Amplop Surat Suara dalam Kondisi Rusak dan Sertifikat/Berita Acara Hasil Perolehan Suara Hilang

Bahwa tidak benar amplop surat suara dari PPK Kecamatan Poleang Tenggara dalam keadaan rusak pada saat dibuka dalam Rapat Pleno KPU Kabupaten Bombana tanggal 12 Mei 2011. Amplop surat suara yang dianggap rusak oleh Pemohon adalah amplop surat suara yang tidak disegel kembali dengan rapi setelah dibuka oleh Panitia Penerima Berita Acara Rekapitulasi hasil Perolehan Suara dan Logistk Pemilukada;

Bahwa mengenai Sertifikat/Berita Acara Hasil Perolehan Suara yang dianggap hilang oleh Pemohon sesungguhnya hanya kesalahan penempatan di dalam kotak suara. Andaikata benar Sertifikat/Berita Acara tersebut hilang (quod non) tentunya masih dapat diperoleh dari saksi pasangan calon, Panwaslu Lapangan dan Termohon yang juga ikut mendapat tembusan Sertifikat/Berita Acara Hasil Perolehan Suara Pasangan Calon tersebut;

Bahwa lagi pula rusaknya amplop surat suara atau hilangnya Sertifikat/Berita Acara Hasil Perolehan Suara Pasangan Calon sama sekali tidak mempengaruhi jumlah perolehan suara Pasangan Calon; 4. Hilangnya Surat Suara di Beberapa TPS di Kecamatan Kabaena

Bahwa dalil ini sesungguhnya tidak urgen ditanggapi oleh Termohon, selain karena tidak dijelaskan saat kapan hilangnya surat suara tersebut dan di TPS mana, apakah sebelum atau sesudah pemungutan suara, juga karena dalil tersebut terkesan mengada-ada karena hingga saat pelaksanaan Rapat Pleno di Tingkat KPU Kabupaten Bombana tanggal 12 Mei 2011 tidak pernah ada keberatan mengenai kekurangan atau hilangnya surat suara di beberapa TPS di Kecamatan Kabaena;

Bahwa surat suara di Kecamatan Kabaena yang telah diterima oleh PPK Kabaena dapat dibuktikan oleh Termohon dengan Berita Acara Serah Terima Logistik Pemilukada dari Termohon kepada PPK Kecamatan Kabaena (Bukti T-364). Surat suara tersebut telah

dipergunakan dalam pemungutan suara tanggal 8 Mei 2011 dan telah pula dihitung lalu direkap dan selanjutnya PPK Kabaena menyerahkan hasil rekapirulasi tersebut kepada Termohon sebagaimana yang tertuang di dalam Formulir Model DA 4-KWK.KPU (Bukti T-365);

Bahwa Pemohon yang menganggap seluruh dugaan pelanggaran yang dilakukan Termohon tersebut telah mengakibatkan bertambahnya perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 2 (penggelembungan) sebanyak 3.488 suara dan pengurangan perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5 sebanyak 966 suara sebagaimana yang disajikan dalam tabel oleh Pemohon adalah langkah yang sangat manipulatif karena angka-angka yang disajikan tidak jelas sumber perolehan dan dasar penghitungannya. Oleh karena itu, dalil penggelembungan hasil perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 2 dan pengurangan hasil perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5 yang didalilkan Pemohon adalah dalil yang sangat lemah dan tidak didukung bukti valid, hal ini disebabkan karena penghitungan yang dilakukan oleh pemohon hanya didasarkan pada asumsi. Oleh karena itu, dalil Pemohon tersebut tidak beralasan sehingga patut untuk ditolak atau dikesampingkan seluruhnya; III. Tidak Terjadi Pelanggaran Administrasi Oleh Termohon

1. Penundaan Pemilukada Putaran Kedua

Bahwa penundaan beberapa kali tahapan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana Putaran Kedua semata-mata disebabkan karena ketidaksiapan anggaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana. Pasca keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 152/PHPU.D-VIII/2010, Termohon telah berupaya optimal untuk menggelar Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana Putaran Kedua, namun karena ketidaktersediaan anggaran dari Pemerintah Kabupaten Bombana sehingga Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana Putaran Kedua tidak dapat dilaksanakan tepat waktu;

Bahwa penundaan pelaksanaan Pemilukada Kabupaten Bombana Putaran Kedua tersebut dilakukan oleh Termohon setelah terlebih dahulu dikoordinasikan dengan semua komponen termasuk DPR Kabupaten Bombana, Pemerintah Kabupaten Bombana, KPU Provinsi Sulawesi Tenggara, Komisi Pemilihan Umum, dan terakhir dengan Mendagri (Bukti T-366, Bukti T-367, Bukti T-368, Bukti T-369, Bukti T-370, Bukti T-371, Bukti T-372, Bukti T-373 dan Bukti T-374);

Bahwa Pemohon yang menduga penundaan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana Putaran Kedua terkait dengan upaya agar rating survey Pasangan Calon Nomor Urut 2 melebihi rating survey Pasangan Calon Nomor Urut 5 (Pemohon) adalah dugaan tanpa dasar. Termohon sebagai penyelenggara sama sekali tidak berkepentingan terhadap kemenangan para pasangan calon;

Bahwa penundaan beberapa kali pelaksanaan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana Putaran Kedua semata-mata hanya alasan ketidaktersediaan anggaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana, bukan karena kerjasama antara Termohon dengan Pejabat Bupati Bombana seperti yang dituduhkan Pemohon. Termohon dengan berbagai upaya telah melakukan pendekatan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana agar Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana Putaran Kedua segera dilaksanakan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi bahkan termohon telah mengadukan ketidaktersediaan anggaran tersebut kepada Menteri Dalam Negeri dan kepada Komisi Pemilihan Umum di Jakarta;

Bahwa fakta-fakta tersebut di atas membuktikan bahwa tudingan Pemohon mengenai adanya kerjasama penundaan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana Putaran Kedua dengan Pejabat Bupati Bombana adalah tudingan tanpa dasar dan tidak didukung oleh bukti-bukti yang valid, oleh karena itu dalil Pemohon mengenai hal ini patut ditolak;

2. Pengabaian Surat Kementerian Dalam Negeri Nomor 270/385/OTDA Bahwa dalil Keberatan Pemohon mengenai pengabaian surat Kementerian Dalam Negeri Nomor 270/385/OTDA adalah permasalahan yang tidak berhubungan dengan kedudukan Termohon sebagai penyelenggara Pemilukada Kabupaten Bombana Putaran Kedua sehingga hal ini tidak relevan untuk diberi tanggapan oleh Termohon;

3. Dugaan Pelanggaran Administrasi dan Kode Etik

Bahwa tudingan Pemohon yang mendalilkan Termohon telah melakukan pelanggaran administrasi dan kode etik berdasarkan Berita Acara Panwaslu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bombana Tahun 2011 Nomor 40/PANWASLU-BBN/V/2011 tanggal 16 Mei 2011 adalah dalil yang sangat lemah karena Termohon dalam proses dan tahapan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten

Bombana Putaran Kedua Tahun 2011 tidak pernah melakukan pelanggaran administrasi dan kode etik. Hingga saat diajukannya jawaban ini, Termohon belum pernah mendapat pemberitahuan dari KPU Provinsi Sulawesi Tenggara perihal Rekomendasi Panwaslu Kabupaten Bombana tersebut. Karena demikian maka dalil Pemohon tersebut tidak beralasan sehingga patut untuk ditolak;

4. Penolakan Hasil Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana Putaran Kedua Tahun 2011 oleh Panwaslu Kabupaten Bombana

Bahwa dalil Termohon mengenai penolakan Panwaslu Kabupaten Bombana atas Hasil Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana Putaran Kedua Tahun 2011 adalah dalil yang tidak substansi;

Bahwa selain karena penolakan tersebut tidak beralasan, menurut ketentuan Pasal 78 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Panwaslu Kabupaten Bombana juga tidak berwenang untuk menolak hasil Pemilukada. Oleh karena itu, andaikata penolakan Panwaslu Kabupaten Bombana tersebut benar (quod non) maka penolakan tersebut inkonstitusional, tidak mengikat dan tidak mempunyai akibat hukum;

IV. Tidak Terjadi Pelanggaran Sistematis, Terstruktur, dan Masif 1. Pelanggaran Sistematis

Bahwa dugaan adanya pelanggaran sistematis yang diindikasikan Pemohon dengan fakta kehadiran Ketua KPU Kabupaten Bombana pada acara Rakerda DPD PAN Kabupaten Bombana adalah tudingan yang berlebih-lebihan dan sangat tendensius. Termohon hendak menegaskan bahwa kehadiran Ketua KPU Kabupaten Bombana dalam acara tersebut bukan untuk mengikuti Rakerda DPD PAN Kabupaten Bombana dengan agenda membahas strategi pemenangan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bombana, tetapi menghadiri undangan resmi sebagai Ketua KPU Kabupaten Bombana pada tanggal 10 Juni 2011 (jauh sebelum Pemilukada Kabupaten Bombana Putaran Pertama) untuk memberikan penjelasan mengenai Tahapan dan Program Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Bombana Tahun 2010 (Bukti T-375);

Bahwa selain hadir pada acara tersebut di atas, Ketua KPU Bombana juga menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 6 untuk memberikan penjelasan mengenai Tahapan dan Program Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Bombana Tahun 2010 pada bulan Agustus 2010 di Hotel Rahmat Bombana. Kehadiran Ketua KPU Bombana pada kedua acara tersebut justru dalam rangka menjalankan tugas-tugas KPU untuk mensosialisasikan Tahapan dan Program Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Bombana Tahun 2010, oleh karena itu kehadiran Ketua KPU Bombana tidak dapat dikualifikasi sebagai keperpihakan kepada pasangan calon;

Bahwa sebagaimana pula telah dikemukakan di muka, penemuan kotak suara di luar kantor Termohon tidak dapat dikualifikasi sebagai pelanggaran karena kotak suara tersebut tidak terkait sama sekali dengan penghitungan hasil rekiputulasi penghitungan suara pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bombana Putaran Kedua Tahun 2010. Dengan demikian hal ini tidak tepat dijadikan sebagai indikasi pelanggaran terstruktur yang dilakukan oleh Termohon;

Bahwa sebagaimana telah dipaparkan dimuka, penundaan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Bombana Putaran Kedua Tahun 2011 tidak ada kaitannya dengan acara Rakerda PAN Kabupaten Bombana, penundaan tersebut semata-mata karena alasan ketidaktersediaan anggaran. Andaikata benar penundaan tersebut merugikan Pemohon (quod non) maka menurut Termohon semua pasangan calon terkena akibat penundaan tersebut termasuk pasangan Pihak Terkait;

Bahwa Termohon membantah dengan tegas dalil Pemohon yang menyatakan Termohon tidak pernah melaporkan penundaan Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Bombana Putaran Kedua kepada Komisi Pemilihan Umum karena kenyataannya termohon secara tertib melaporkan setiap kali penundaan kepada Komisi Pemilihan Umum;

Bahwa materi Pleno Panwaslu Kabupaten Bombana tanggal 16 Mei 2011 yang menghasilkan Rekomendasi Nomor 40/PANWASLU-BBN/V/2011 tidak dapat dijadikan sebagai bukti telah terjadi pelanggaran terstruktur, selain karena penolakan hasil Pemilukada Kabupaten Bombana adalah tindakan inkonstitusional karena bukan merupakan

kewenangan Panwaslu Kabupaten Bombana, juga jenis pelanggaran yang diindikasikan oleh Panwaslu Kabupaten Bombana sangat lemah alasan dan bukti-buktinya;

Bahwa berdasarkan argumentasi di atas maka sudah jelas, Termohon tidak terbukti melakukan pelanggaran sistematis dan terstruktur seperti yang didalilkan oleh Pemohon;