• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pola Tidur

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, fungsi otak dan tubuh anda tetap aktif sepanjang tidur, dan setiap tahap tidur terkait dengan jenis gelombang otak tertentu (terdapat ciri khas aktivitas listrik di otak) dimana terjadi perubahan status kesadaran dalam jangka waktu tertentu (U.S. Department of Health and Human Services, 2011). Ketika seseorang mendapatkan tidur yang cukup, mereka akan merasa tenaganya telah pulih. Tidur juga merupakan metode untuk perbaikan dan pemulihan sistem tubuh. Kualitas dan kuantitas tidur yang tepat dapat memberikan kontribusi terhadap kesehatan yang optimal (Potter et al., 2011).

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur

Bertambahnya usia juga berhubungan dengan penurunan kualitas tidur malam, misalnya sekitar 30% individu mengalami insomnia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan irama sirkadian yang mengatur siklus tidur dan menyebabkan gangguan siklus tidur dan terjaga (Potter et al., 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur, yaitu:

15

Universitas Sumatera Utara 1. Penyakit fisik

Tidur dapat terganggu dengan adanya penyakit fisik yang diderita, diantaranya adalah asma, jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, hipotiroid dan hipertiroid. Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau suasana hati seperti stres, depresi dan kecemasan dapat mempengaruhi masalah tidur. Penyakit juga memaksa kita untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa, seperti memperoleh posisi tertentu agar mencegah komplikasi atau dalam rangka imobilisasi (Potter et al., 2011).

2. Obat-obatan dan zat tertentu

Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping terhadap penurunan tidur REM. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, betablocker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya:

meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari (Potter et al., 2011).

3. Gaya hidup

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur, semakin tinggi tingkat kelelahan maka akan tidur semakin nyenyak yang menyebabkan periode tidur REM lebih pendek. Gaya hidup seseorang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, alkohol, dan penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan masalah tidur. Selain itu faktor akibat bekerja berat, aktivitas sosial yang larut serta perubahan pola makan waktu malam hari dapat merubah pola tidur (Potter et al., 2011).

2.2.3 Fisiologi Tidur

Tubuh manusia memiliki banyak ritme yang mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis, kinerja, suasana hati. Penentu utama tidur adalah jam biologis internal yang mengatur ritme sirkadian selama 24 jam, Gangguan ritme ini bisa mengakibatkan tidur terganggu dan menyebabkan kelelahan, perubahan mental, kesulitan kognitif, dan perubahan fisik. Semakin lama periode waktu seseorang berkerja tanpa tidur yang efektif, semakin kuat pula ia tidur. Proses kedua mengontrol waktu tidur dan terjaga selama siklus siang-malam. Waktu tidur

Universitas Sumatera Utara

16 dikendalikan oleh nukleus suprachiasmatic (CNS) hipotalamus, yang merespon cahaya dan penyebab kantuk di malam hari saat gelap (Howard & Wong, 2001).

Gambar 2.2 Pusat Pengatur Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Pusat pengaturan tersebut terdapat pada medula oblongata (Hidayat, 2008). Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga yaitu Sistem aktivasi retikular (RAS) berlokasi pada batang otak teratas.

RAS dipercayai terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan

17

Universitas Sumatera Utara terjaga. RAS juga menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan sentuhan.

Aktivitas korteks serebral (misal. proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi RAS (Potter & Perry, 2005).

Saat tidur terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR).

Sedangkan pada saat bangun bergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008).

Ketika individu mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam keadaan yang rileks. Stimulus ke RAS menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, aktivasi RAS selanjutnya akan menurun, BSR mengambil alih yang kemudian menyebabkan tidur (Potter & Perry, 2005).

2.2.4 Siklus Tidur

Siklus tidur dibagi menjadi gerakan mata cepat (REM) dan gerakan mata tidak cepat (non-REM) dan dibagi menjadi empat tahap.

1. Siklus REM

Karakteristik kondisi terjaga, pola gelombang pendek dan cepat. Selama Tidur REM, otak mengisi neurotransmitter yang mengatur jaringan saraf yang penting untuk mengingat, pembelajaran, kinerja, dan pemecahan masalah, siklus ini juga mentransfer memori jangka pendek di korteks motorik ke lobus temporal menjadi ingatan jangka panjang. Tidur REM memiliki sifat restoratif sebagai regulator hormon melatonin yang penting untuk merangsang pertumbuhan, dan Hormon ini diproduksi oleh kelenjar pineal, kelenjar endokrin kecil yang ditemukan di dekat pusat otak. Melatonin diproduksi selama tidur dan dilepaskan sebagai respon terhadap perubahan cahaya dan menghambat neurotransmiter yang terlibat dalam gairah, seperti histamin, norepinefrin, dopamin, dan serotonin. Melatonin juga menginduksi sedasi dan lebih rendah dari suhu inti tubuh.

Universitas Sumatera Utara

18 2. Siklus non-REM

Pernapasan, dan detak jantung lambat, Tekanan Darah menurun, dan suhu tubuh turun. Aktivitas gelombang otak selama non-REM didominasi oleh gelombang besar dan lambat yang sangat berbeda dan pendek.

a. Tahap 1 non-REM; Anda tidur ringan dan dapat dibangunkan dengan mudah oleh suara atau gangguan lainnya. mata bergerak perlahan, Otot-otot rileks, dan jantung serta pernapasan mulai melambat.

b. Tahap 2 non-REM; yang didefinisikan oleh gelombang otak lebih lambat dengan sesekali gelombang ombak yang cepat. Ditahap ini setengah malam dihabiskan.

c. Tahap 3 non-REM; Tidur nyenyak dan sulit dibangunkan, gelombang otak semakin melambat secara eksklusif (disebut gelombang Delta).

Gambar 2.3 Siklus Tidur

2.2.5 Skala pengukuran pola tidur

Skala untuk mengukur kualitas dan pola tidur yang paling efektif adalah Pittsburgh Sleep Quality Index atau PSQI (Smyth, 2000). PSQI dikembangkan dengan beberapa tujuan, yaitu: untuk memberikan ukuran yang valid, reliabel, dan

19

Universitas Sumatera Utara standarisasi kualitas tidur, untuk membedakan antara tidur yang baik dan buruk, dan untuk memberikan penilaian singkat yang berguna secara klinis dari berbagai gangguan tidur yang mempengaruhi kualitas tidur. PSQI dapat digunakan dalam penelitian klinis dan studi epidemiologis untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan dalam kualitas tidur. dan lebih baik dibandingkan dengan gold standard diagnosis klinis dan laboratorium. Pengisian lembar PSQI membutuhkan waktu 5-10 menit, dan penilaiannya membutuhkan waktu 5 menit (Buysse et al., 1989).

PSQI terdiri dari 19 item yang dinilai oleh individu dan 5 item tambahan yang dinilai oleh teman sekamar (Buysse et al, 1988; Smyth 2012) Item 1-4 merupakan pertanyaan terbuka tentang kebiasaan individu tidur dan bangun, total waktu tidur, dan sleep latency (menit). Item 5-18 menggunakan skala Likert, yaitu 0 = tidak selama satu bulan terakhir, 1 = kurang dari sekali seminggu, 2 = sekali atau dua kali seminggu, 3 = tiga kali atau lebih dalam seminggu. Item 19 menggunakan skala Likert dalam penilaian kualitas tidur secara keseluruhan, yaitu 0 = very good, 1 = fairly good, 2 = fairly bad, 3 = very bad (Eser et al., 2007).

Sembilan belas item pernyataan menilai berbagai faktor yang berkaitan dengan tidur yang berkualitas dan dikelompokkan dalam tujuh komponen, yang masing-masing memiliki skala 0-3. Ketujuh komponen skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan skor global dari PSQI yang memiliki jangkauan skor 0-21. Skor global PSQI > 5 mengindikasikan ukuran yang sensitif dan spesifik dari kualitas tidur yang buruk pada individu. Semakin tinggi skor global yang didapat semakin buruk pula kualitas tidur individu tersebut (Buysse et al., 1989).

Dokumen terkait