PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP
TINGKAT STRES DAN POLA TIDUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
SKRIPSI
Oleh:
DIRGA FILANNIRA DESKY 170100039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP
TINGKAT STRES DAN POLA TIDUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
DIRGA FILANNIRA DESKY 170100039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
i
Universitas Sumatera Utara HALAMAN PENGESAHAN
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillah.. Alhamdulillahirrobilamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat kepada Nabi besar Muhammad SAW karena atas rahmat dan berkah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Pengaruh pandemi C0VID-19 terhadap Tingkat Stres dan Pola Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada:
1. Ayah saya, Ahmad Yani dan Alm. Ibu saya Vera Marlini serta kedua Saudara kandung saya, abangda Diva Wirawan dan adinda Fadhilah Safa yang selalu mendukung, memberikan semangat, kasih sayang, bantuan dan rasa kebersamaan yang tidak pernah berhenti sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), yang banyak memberikan kami dukungan selama proses pendidikan hingga penyusunan skripsi.
3. Dosen Pembimbing, dr. Eka Roina Megawati, M.Kes yang telah memberikan arahan, masukan, dan ilmu, kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Ketua Penguji, dr. Selly Azmeila, M.Ked(Oph), Sp.M dan Anggota Penguji, dr. Khairina M.Ked(DV), Sp.KK untuk setiap saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi ini.
5. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Elvita Rahmi Daulay, M.Ked., Sp.Rad (K) yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan 7 semester.
6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmu yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.
iii
Universitas Sumatera Utara 7. Sahabat-sahabat penulis, Nasvatia Harsyah, Nadya Riqqoh, Raudhah Nadira,
Dinda Depari, Rifdah ayuni, Nuril Hasanah, Devi Yuliana, Astri Milliani, Ahmad Wahid, Zennisa, dan Fransiska serta sahabat terbaik lainnya yang tak bisa disebut satu per-satu yang selalu ada dan bersahabat baik dari awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.
8. Teman-Teman Departemen Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU 2018 dan 2019
9. Teman-Teman UKM SCORE dan Foskami PEMA FK USU Arif, Ilman, Ariq, Dawy, Naufal, Chairiza, Thariq, Cici, Febby, Sarah, Mei, Ahmad Razi, Wirasaid, Naomi, dan teman-teman baik lainnya yang pernah bekerja sama dengan baik selama organisasi di perkuliahan terima kasih.
10. Sahabat sedari kecil saya Marini sofia, Muetya permata, Boby, dan orang- orang baik lainnya yang secara tidak langsung menjadi support system dan membagikan kebaikannya.
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi pembahasan yang disampaikan maupun tata cara penulisannya.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan menjadi kebermanfaatan bagi yang lainnya.
Medan, 23 November 2020 Penulis
Dirga Filannira Desky 170100039
v
Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR SINGKATAN ...x
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Untuk Bidang Penelitian ... 3
1.4.2 Untuk Bidang Pendidikan ... 3
1.4.3 Untuk Masyarakat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...5
2.1 Stres ... 5
2.2.1 Definisi ... 5
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres ... 6
2.2.3 Klasifikasi Stres ... 7
2.2.4 Patofisiologi ... 9
2.2.5 Manifestasi Klinis ... 11
2.2.6 Penatalaksanaan Stres ... 11
2.2.7 Skala Pengukuran Stres ... 13
2.2 Pola Tidur ... 14
2.2.1 Definisi ... 14
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur ... 14
2.2.3 Fisiologi Tidur ... 15
2.2.4 Siklus Tidur ... 17
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Skala pengukuran pola tidur ... 18
2.3 Pandemi COVID-19 ... 19
2.4 Hubungan Pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres dan Pola Tidur ... 20
2.5 Kerangka Teori ... 21
2.6 Kerangka Konsep ... 22
2.7 Hipotesis ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ...23
3.1 Rancangan Penelitian ... 23
3.2 Lokasi Penelitian ... 23
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
3.3.1 Populasi ... 23
3.3.2 Sampel ... 23
3.3.3 Kriteria Inklusi ... 23
3.3.4 Kriteria Eksklusi ... 24
3.3.5 Estimasi Besar Sampel ... 24
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 25
3.4.1 Data Primer ... 25
3.4.2 Instrumen Penelitian ... 25
3.5 Definisi Operasional ... 26
3.6 Uji Validitas dan Reabilitas ... 28
3.6.1 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Pandemi COVID-19 ... 28
3.6.2 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner DASS21 ... 29
3.6.3 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner PSQI ... 30
3.7 Metode Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...32
4.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 32
4.2 Hasil ... 33
4.2.1 Karakteristik Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 33
4.2.2 Karakteristik Pola tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 34
4.2.3 Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 35
vii
Universitas Sumatera Utara 4.2.4 Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Pola Tidur pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 36
4.3 Pembahasan ... 36
4.4 Keterbatasan Penelitian ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...39
5.1 Kesimpulan ... 39
5.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ...41
LAMPIRAN A ...44
LAMPIRAN B ...47
LAMPIRAN C ...48
LAMPIRAN D ...49
LAMPIRAN E ...50
LAMPIRAN F...51
LAMPIRAN G ...57
LAMPIRAN H ...58
LAMPIRAN I ...60
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva Yerkes-Dodson, Greenberg 2008, Hal 69. ... 7
Gambar 2.2 Pusat Pengatur Tidur ... 16
Gambar 2.3 Siklus Tidur ... 18
Gambar 2.4 Kerangka Teori ... 21
Gambar 2.5 Kerangka Konsep ... 22
ix
Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perubahan Hormon Utama Respon Stres (Sherwood, 2014) ... 10
Tabel 3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pandemi COVID-19 ... 28
Tabel 3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner DASS21 ... 29
Tabel 3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner PSQI ... 30
Tabel 4.1 Karakteristik responden penelitian... 32
Tabel 4.2 Interpretasi Hasil kuesioner DASS21 pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 33
Tabel 4.3 Karakteristik Pola Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 34
Tabel 4.4 Interpretasi Hasil Kuesioner PSQI Pola Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 35
Tabel 4.5 Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Tingkat stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 35
Tabel 4.6 Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Pola Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 36
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN ACh : Acetylcholine
BSR : Bulbar Synchronizing Regional CNS : Central Nervous System COVID-19 : Coronavirus Disease 2019
CRH : Corticotropin Releasing Hormone DASS : Depression, Anxiety and Stress Scale EEG : Elektroensefalografi
EKG : Elektrokardiogram EMG : Elektromiografi
HPA : Hypothalamic Pituitary Adrenal H20 : Hidrogen Dioksida
NREM : Non Rapid Eye Movement
PHEIC : Public Health Emergency of International Concern PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index
RAS : Retikular Ascending System REM : Rapid Eye Movement
SPSS : Statistical Product and Service Solution WHO : World Health Organization
xi
Universitas Sumatera Utara ABSTRAK
Latar Belakang. Coronavirus 2019 (COVID-19) merupakan penyakit dengan penularan infeksi yang tinggi seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). SARS CoV2 merupakan jenis virus baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya pada manusia, dan pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkannya sebagai PHEIC / KKMMD (Public Health Emergency of International Concern / Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia. Tiongkok sejak pandemi COVID-19 menemukan 53,8% responden mengalami dampak psikologis berupa gejala sedang atau berat; 16,5%
mengalami gejala depresi sedang hingga berat; 28,8% mengalami gejala kecemasan sedang hingga berat, dan 8,1% melaporkan mengalami stres sedang hingga berat. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh pandemi COVID-19 terhadap tingkat stres dan pola tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode Penelitian. ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional yang akan menerima kuesioner tentang pandemi, stres, depresi dan kecemasan, serta kuesioner pola tidur.
Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada 100 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hasil. Uji statistik korelasi spearman non parametrik memiliki hasil yang signifikan (p = 0,000) bahwa ada hubungan antara pengaruh pandemi COVID-19 terhadap tingkat stres dan pola tidur. Kesimpulan. Pengaruh pandemi COVID-19 memiliki korelasi yang signifikan mempengaruhi tingkat stres dan pola tidur mahasiswa.
Kata kunci: pandemi COVID-19, Tingkat stres, Pola tidur.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Background. Coronavirus 2019 (COVID-19) is a disease with high infectious transmissions such as Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). SARS CoV2 is a new type of virus that has never been previously identified in humans, and on January 30, 2020 WHO has designated it as PHEIC / KKMMD (Public Health Emergency of International Concern / Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia. The survey results in Tiongkok since the COVID-19 pandemic found that 53.8% of respondents had a psychological impact as moderate or severe symptoms; 16.5% moderate to severe depressive symptoms; 28.8% had moderate to severe anxiety symptoms, and 8.1% reported moderate to severe stress. Objectives. To find out the effect of the COVID-19 pandemic on stress levels and sleep patterns in students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra.
Methods. This study was an observational analytic study using a cross-sectional study design. All respondents will receive a questionnaire about pandemic, stress, depression and anxiety, as well as a sleep pattern questionnaire. Data collection will be carried out using a questionnaire to 100 students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra. Results. The non-parametric spearman correlation statistical test had a significant result (p = 0.000) that there was a relationship between the influence of the COVID-19 pandemic on stress levels and sleep patterns.
Conclusion. The effects of the covid-19 pandemic have correlation significant affected student stress levels and sleep patterns.
Keywords : COVID-19 pandemic, Stress levels, Sleep patterns.
1
Universitas Sumatera Utara BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wabah Coronavirus disease 2019 atau penyakit coronavirus 2019 (COVID- 19) dinyatakan sebagai suatu pandemi global oleh World Health Organization (WHO) pada 30 Januari 2020 (Emanuel et al., 2020). Coronavirus baru atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dilaporkan pertama kali terjadi di Wuhan, provinsi Hubei, China pada bulan Desember 2019.
COVID-19 ini mempunyai daya virulensi atau penularan yang sangat cepat. Pada minggu-minggu berikutnya, infeksi menyebar ke seluruh Cina dan negara-negara lain di seluruh dunia (Zu et al., 2020). Hingga 30 Oktober 2020, terhitung 44.888.869 kasus terkonfirmasi dan 1.178.475 angka kejadian kematian akibat COVID-19 diseluruh dunia, 9.138.338 kasus terkonfirmasi di Asia Tenggara, serta di Indonesia 404.048 kasus terkonfirmasi dengan 3565 kasus terbaru dalam 24 jam terakhir dan 13.701 angka kejadian kematian kumulatif di Indonesia (World Health Organization, 2020).
Cara untuk memperlambat penyebaran penyakit COVID-19 adalah dengan memutus rantai penularan dengan melakukan, 3M memakai masker, mencuci tangan dan membatasi jarak sosial atau fisik disebut dengan istilah social atau physical distancing (sekiranya 1-2 meter). Selain itu juga agar mengurangi kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk beradaptasi mempertahankan hubungan sosial secara virtual, seperti teleworking atau bekerja dari rumah, pembelajaran jarak jauh juga untuk menghindari keramaian, penutupan fasilitas dan layanan yang tidak penting, pembatasan pergerakan lokal atau nasional (Practice, 2020).
Oleh karena angka penularan yang makin tinggi, Jika seseorang didiagnosa positif COVID-19 atau disangkakan positif COVID-19 dengan keadaan fisik yang baik atau orang dalam pengawasan, maka individu tersebut dianjurkan untuk melakukan karantina diri secara mandiri. Karantina ini artinya orang tersebut tidak melakukan kontak fisik sama sekali dengan orang lain. Namun, karantina sering
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi siapa saja yang mengalaminya. Perpisahan dari orang yang dicintai, hilangnya kebebasan, ketidakpastian status penyakit, dan kebosanan dapat menciptakan efek dramatis hingga stres berat bahkan hingga bunuh diri (Brooks et al., 2020).
Karantina adalah salah satu faktor paling prediktif dari gejala gangguan stres akut. Efek psikologis negatifnya berupa gejala stres pasca-trauma, kebingungan, dan kemarahan akibat durasi tekanan karantina yang lebih lama, menyebabkan ketakutan akan infeksi, frustrasi, persediaan yang tidak memadai, stigma informasi dan kerugian finansial (Brooks et al., 2020). di Hong kong kesehatan mental sangat berhubungan dengan perilaku atau aktivitas yang akan dilakukan, Salah satunya tidur, tidur yang cukup dapat menyebabkan hormon melatonin meningkat dan diproduksi serta dapat mengurangi kecemasan dan merangsang sistem imunitas yang baik, Namun ketika stres kebanyakan orang sulit tidur dengan teratur diwaktu yang tidur yang seharusnya, itu kenapa anak-anak yang positif COVID-19 lebih cepat pulih karena sering merasa bahagia dan tidur yang cukup membuat produksi imunitas jadi baik (Ho et al., 2020).
Menurut Dr Hans Henri P. Kluge, Direktur WHO Eropa “Hal yang paling mengganggu saat COVID-19 yaitu pembatasan jarak sosial - yang saat ini mendominasi dikehidupan kita sehari-hari, penting bagi kita untuk mengingatkan satu sama lain, bisa melalui panggilan atau obrolan video, serta peka memperhatikan kesehatan mental sekitar. Kecemasan dan ketakutan memang harus diakui dan tidak boleh diabaikan baik individu, komunitas maupun pemerintah” (World Health Organization, 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres dan Pola Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara?
3
Universitas Sumatera Utara 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres dan Pola Tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui Pola Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
c. Untuk mengetahui pengaruh Pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
d. Untuk mengetahui pengaruh Pandemi COVID-19 terhadap Pola Tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Bidang Penelitian
a. Menambah pengetahuan dan digunakan sebagai pembelajaran dalam melakukan penelitian pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres dan Pola Tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.4.2 Untuk Bidang Pendidikan
a. Menyediakan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian yang sama.
b. Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berpikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelesaikan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.
Universitas Sumatera Utara
4
1.4.3 Untuk Masyarakat
a. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang pengaruh psikologis dari pandemi COVID-19 sehingga dapat melakukan upaya pencegahan lebih dini.
5
Universitas Sumatera Utara BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres 2.2.1 Definisi
Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan seluruh manusia (Kupriyanov et al., 2014) juga reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan apabila fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.
Stres juga terbukti berdampak negatif pada pembelajaran (Lin & Huang, 2014).
Akhir dari stres menghasilkan kecemasan atau emosi dan perasaan negatif lainnya seperti rasa sakit, kesedihan, serta mengakibatkan gangguan psikologis yang serius seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD) atau depresi (Shahsavarani et al., 2015).
Gangguan mood atau gangguan afektif merupakan gejala yang paling menonjol dari peningkatan stres atau depresi suasana hati. Bentuk paling ekstrim dari kegembiraan (mania) atau depresi (melankolis) ini telah diakui sejak tulisan Hippocrates ada atau sebelumnya, serta menghasilkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan, sedangkan depresi adalah gangguan mental yang umum, ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah dan merendahnya harga diri, tidur atau nafsu makan terganggu, perasaan lelah dan konsentrasi yang buruk. Gejala depresi dapat bertahan lama bahkan berulang, secara substansial mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam bekerja atau bersekolah, atau mengatasi masalah dalam kehidupan sehari- hari. Dalam kasus berat, depresi dapat menyebabkan bunuh diri, sedangkan kasus ringan, depresi dapat diobati tanpa obat-obatan dan jika sedang atau berat, mungkin memerlukan pengobatan serta terapi konseling (World Health Organization, 2020).
Universitas Sumatera Utara
6
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres 2.1.1.1 Faktor Biologis
Banyak penelitian telah melaporkan kelainan biologis pada pasien dengan gangguan mood. Sampai baru-baru ini, neurotransmiter monoamine meliputi norepinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin adalah fokus utama teori dan penelitian tentang etiologi gangguan ini (Sadock et al., 2015).
2.1.1.2 Faktor Genetik
Data menunjukkan bahwa jika satu orang tua memiliki gangguan mood, seorang anak akan memiliki risiko antara 10-25 persen untuk gangguan mood, jika kedua orang tua terkena, risiko ini bertambah. Semakin banyak anggota keluarga yang terpengaruh, semakin besar risikonya pada seorang anak (Sadock et al., 2015).
Pendapat yang lain tentang faktor untuk tingkat stres dikemukakan oleh Weiten, ia menjelaskan adanya empat jenis tingkat stres, yaitu berasal dari:
a. Perubahan
Kondisi yang dijumpai ternyata merupakan kondisi yang tidak semestinya serta membutuhkan adanya suatu penyesuaian.
b. Tekanan
Kondisi dimana terdapat suatu harapan atau tuntutan yang sangat besar terhadap individu untuk melakukan perilaku tertentu.
c. Konflik
Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling berbenturan, dimana masing-masing perilaku tersebut butuh untuk diekspresikan atau malah saling memberatkan.
d. Frustasi
Kondisi dimana individu merasa jalan yang akan ditempuh untuk meraih tujuan dihambat.
7
Universitas Sumatera Utara 2.2.3 Klasifikasi Stres
Selye (dalam Pin. 2011) menggolongkan stres menjadi dua golongan.
Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya:
1. Distress (stres negatif)
Selye menyebutkan distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
2. Eustress (stres positif)
Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Hanson (dalam Pin, 2011) mengemukakan frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.
Gambar 2.1 Kurva Yerkes-Dodson, Greenberg 2008, Hal 69.
Universitas Sumatera Utara
8 Sedangkan Menurut Amberg, gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali tidak disadari. Berikut adalah keenam tingkatan tersebut:
a. Stres tingkat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan seperti:
1. Semangat besar
2. Penglihatan tajam tidak sebagaimana mestinya
3. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan masalah pekerjaan lebih dari biasanya
b. Stres tingkat 2
Dalam tingkatan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan yang sering dikemukakan seperti:
1. Merasa letih ketika bangun pagi 2. Merasa lelah sesudah makan siang 3. Merasa lelah sepanjang sore
4. Terkadang gangguan sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar
5. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher) 6. Perasaan tidak bisa santai
c. Stres tingkat 3
Pada tingkatan ini keluhan keletihan nampak disertai dengan gejala-gejala:
1. Gangguan usus terasa 2. Otot terasa lebih tegang
3. Perasaan tegang yang semakin meningkat
4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun dan sukar tidur kembali, atau bangun pagi-pagi)
5. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh) d. Stres tingkat 4
Tingkatan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk, yang ditandai dengan ciri-ciri:
9
Universitas Sumatera Utara 1. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit
2. Hal yang menyenangkan kini terasa sulit
3. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat
4. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari
5. Perasaan negativistik
6. Kemampuan konsentrasi menurun tajam 7. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan e. Stres tingkat 5
Tingkat ini merupakan keaadaan yang lebih mendalam dari tingkatan diatas:
1. Keletihan yang mendalam
2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu
3. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya diare
f. Stres tingkat 6
Tingkatan ini merupakan tingkatan puncak yang merupakan keadaan darurat.
1. Debaran jantung terasa amat keras 2. Nafas sesak
3. Badan gemetar
4. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, (pingsan/collap) 2.2.4 Patofisiologi
Menurut Lazarus & Folkman, kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor (Lazarus &
Folkman, 1987) Istilah stresor diperkenalkan pertama kali oleh Selye, kesehatan yang memburuk itu disebabkan oleh adanya rangsangan atau stimulus yang datang dari luar diri mereka. Rangsangan tersebut merupakan situasi peperangan yang akan dihadapi, mereka membayangkan bahwa situasi peperangan yang akan terjadi adalah sangat berbahaya. Alhasil, karena mereka banyak memikirkan hal tersebut kesehatan mereka pun cenderung memburuk (Lumban Gaol, 2016).
Respon fisiologis terhadap stresor merupakan mekanisme protektif dan adaptif
Universitas Sumatera Utara
10 untuk memelihara keseimbangan homeostasis tubuh. Ini merupakan rangkaian peristiwa neural dan hormonal yang mengakibatkan konsekuensi jangka pendek dan panjang bagi otak dan tubuh. Dalam respon stres, impuls aferen akan ditangkap oleh organ pengindra dan internal ke pusat saraf otak lalu diteruskan sampai ke hipotalamus. Kemudian diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan respon yang diperlukan untuk mengembalikan tubuh dalam keadaan homeostasis (Smeltzer dan Bare, 2008). Jika tubuh tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, maka dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan tubuh (Sunaryo, 2011).
Perbedaan respon stres pada pria dan wanita berkaitan dengan aktivitas HPA axis dan sistemsaraf simpatis yang akan memberikan feedback negatif saat tubuh mengalami stres. HPA axis bekerja dalam mengatur produksi dari hormon kortisol, sedangkan sistem saraf simpatis bekerja dalam pengaturan denyut jantung dan tekanan darah. Respon HPA dan autonomik lebih tinggi pada pria sehingga mempengaruhi respon seseorang dalam mengatasi stressor. Selain itu, hormon seks pada wanita akan menurunkan respon HPA dan sympathoadrenal yang dapat menyebabkan penurunan feedback negatif hormon kortisol ke otak sehingga wanita cenderung mudah stres (Rahmayani et al., 2019).
Tabel 2.1 Perubahan Hormon Utama Respon Stres (Sherwood, 2014)
HORMON PERUBAHAN TARGET
Insulin Turun Bekerja sama untuk meningkatkan glukosa darah dan asam lemak darah
Glukagon Naik
Epinefrin Naik Meningkatkan kerja jantung
Memoblisasi simpanan karbohidrat dan lemak
Meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak darah
Renin, Angiotensin, Aldosteron
Naik Menahan garam dan H20 untuk
Meningkatkan volume plasma
Mempertahankan tekanan darah jika terjadi pengeluaran akut plasma
11
Universitas Sumatera Utara
Kortisol Naik Membantu perkembangan otot,
menyebabkan hati melepaskan gula yang merupakan sumber tenaga dalam menghadapi stresor serta mempertahankan diri dari reaksi alergi dan peradangan
Vasopresin Naik Vasokonstriksi Arteriol membuat tekanan darah meningkat
2.2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Hardjana (1994 :24-26), gejala stres dibagi menjadi empat bagian antara lain, yaitu:
1. Gejala Fisik : sakit kepala, tidur tidak teratur, sakit punggung, sulit buang air besar, gatal-gatal pada kulit, urat tegang terutama pada leher dan bahu, sering berkeringat, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya energi.
2. Gejala Emosional : gelisah atau cemas, sedih, mudah menangis, mood berubah-ubah, mudah marah, gugup, merasa tidak aman, mudah tersinggung, gampang menyerah atau bermusuhan.
3. Gejala Intelektual : susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, hilang rasa humor, prestasi kerja menurun, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, dalam kerja bertambah jumlah kekeliruan yang dibuat.
4. Gejala Interpersonal : kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah membatalkan janji, suka mencari-cari kesalahan orang lain, mengambil sikap untuk membentengi diri, mendiamkan orang lain, menyerang orang lain dengan kata-kata.
2.2.6 Penatalaksanaan Stres
Manajemen atau penatalaksanaan stres, depresi dan cemas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik somatik, konseling, psikologik/psikiatrik, psikososial dan religius. Di bidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam
Universitas Sumatera Utara
12 keadaan stress, maka sebaiknya kekebalan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stressor (penyebab) psikososial yang muncul dengan cara hidup yang teratur, serasi, selaras dan seimbang antara dirinya dengan Tuhan, orang lain dan lingkungan alam sekitarnya, pada kasus akut yang timbul pertama- tama tentunya adalah kecemasan (Ulul, 2011).
Stres merupakan kejadian atau situasi yang melebihi kemamampuan pikiran atau tubuh saat berhadapan dengan sumber stres tersebut. ketika situasi tersebut memberikan rangsangan, maka individu akan melakukan appraisal (penilaian) dan coping (penanggulangan). faktor yang juga dapat menyebabkan perbedaan tingkat stres seseorang adalah mekanisme koping. Mekanisme koping yang buruk dapat memperparah stres seseorang, begitupun sebaliknya. Jika seseorang bisa melawan stres yang ia rasakan dengan melakukan mekanisme koping yang benar, maka stres tersebut bisa berkurang bahkan menghilang (Rahmayani et al., 2019).
Penatalaksanaan stres dapat dikelompokkan menjadi:
1. Upaya Sendiri
Memperbanyak stres coping skills, Contohnya: Stres yang mirip dengan yang pernah dialami sebelumnya dapat dihadapi dengan menggunakan strategi yang sebelumnya berhasil. Seseorang yang punya aset, selain pengalaman dan ilmu pengetahuan seperti misalnya dibidang kedokteran, kurang dan merasa stres bila menghadapi diri atau saudaranya yang terkena stresor berupa penyakit.
Peningkatan aset baik fisik, pendidikan, finansial, pengalaman maupun intelektual dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri seseorang menghadapi stres. Menjaga kesehatan fisik diri sendiri sangat penting artinya untuk menghadapi dimensi biologik dan stres dengan menjaga kebugaran lewat latihan- fisik, menjaga berat badan serta berekreasi (Ulul, 2011).
2. Upaya Sekeliling
Disini dimaksudkan adanya upaya dukungan sosial seperti keluarga dan masyarakat. Namun, tidak semua stresor dapat dibawa untuk mendapat pertolongan masyarakat, Kita melihat sekeliling apabila jenis stresor yang kita hadapi terlalu berat atau merupakan transisi dari suatu keadaan yang normal.
Permintaan bantuan dari sekeliling biasanya akan menurunkan tingkatnya,
13
Universitas Sumatera Utara biasanya pertolongan kebutuhan akan kenyamanan, reassurance dan nasehat- nasehat.Buat ia merasa diterima di lingkungan rumahnya dalam keadaan apapun, serta bahagia. Upaya untuk berbincang-bincang dan membuat suasana kerja lebih akrab juga dapat meningkatkan spirit dan kemampuan kerja, seperti diawali fase pendidikan, membuat pasien menyadari permasalahannya dapat diatasi dengan memiliki keterampilan-keterampilan pengatasan yang tepat; kemudian fase latihan, dimana pasien diperkenalkan kepada dan dilatih penggunaannya berbagai respon pengatasan kognitif dan behavioral, dan terakhir adalah fase aplikasi, dimana pasien harus melatih diri untuk mempergunakan respon-respon tersebut dalam menghadapi situasi-situasi stres secara bertahap. Terapi ini telah dipergunakan secara luas untuk mengatasi berbagai kondisi secara baik.
Kemudian biofeedback adalah suatu cara di mana seseorang yang berada dalam keadaan tegang dan ansietas dapat melihat keadaan dininya lewat alat-alat seperti EEG, EKG dan EMG. Setelah itu dengan relaksasi pasien dapat diajarkan untuk mencapai keadaan santai (Potter et al., 2011).
3. Psikoterapi
Biasanya mengikuti teori pendekatan, setiap psikoterapi akan bertahap dimana pasien dipersiapkan untuk dapat mandiri dan tidak tergantung kepada terapisnya. Psikoterapi pada umumnya menitikberatkan pada adanya hubungan terapis-pasien yang baik, yang menjadi landasan untuk langkah-langkah terapi selanjutnya. Horowitz mengajukan model psikoterapi singkat yang ditujukan terhadap sindrom pascatrauma. Di sini pasien diajak untuk mengambil langkah- langkah yang realistik dan positif serta menilai kejadian yang traumatik sebagai acuan untuk maturasi dan perkembangan selanjutnya (Potter et al., 2011).
4. Obat Golongan Antidepressan
Untuk stres kronis golongan obat antidepressan dianjurkan namun ada baiknya terapi awal saja untuk mengatur pola hidup sehat seperti makan, tidur, aktivitas, tidak merokok, berolahraga, berekreasi, dan mengatur keseimbangan sosial ekonomi (Potter et al., 2011).
2.2.7 Skala Pengukuran Stres
Skala-skala berikut ini merupakan skala untuk pengukuran stres yang terpercaya, Kessler Psychological Distress Scale ialah skala ordinal (Andrew G,
Universitas Sumatera Utara
14 2005) sedangkan Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col) terdiri dari 54 pertanyaan yang merupakan suatu skala yang terdiri dari kejadian umum yang tidak menyenangkan bagi para mahasiswa. Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres (Silalahi, 2009).
Perceived Stress Scale (PSS) merupakan self report questionnaire yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres beberapa bulan yang lalu dalam kehidupan subjek penelitian, menanyakan tentang perasaan dan pikiran responden dalam satu bulan terakhir ini, subjek akan diminta untuk mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun pikiran dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan.
2.2 Pola Tidur 2.2.1 Definisi
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, fungsi otak dan tubuh anda tetap aktif sepanjang tidur, dan setiap tahap tidur terkait dengan jenis gelombang otak tertentu (terdapat ciri khas aktivitas listrik di otak) dimana terjadi perubahan status kesadaran dalam jangka waktu tertentu (U.S. Department of Health and Human Services, 2011). Ketika seseorang mendapatkan tidur yang cukup, mereka akan merasa tenaganya telah pulih. Tidur juga merupakan metode untuk perbaikan dan pemulihan sistem tubuh. Kualitas dan kuantitas tidur yang tepat dapat memberikan kontribusi terhadap kesehatan yang optimal (Potter et al., 2011).
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Tidur
Bertambahnya usia juga berhubungan dengan penurunan kualitas tidur malam, misalnya sekitar 30% individu mengalami insomnia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan irama sirkadian yang mengatur siklus tidur dan menyebabkan gangguan siklus tidur dan terjaga (Potter et al., 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur, yaitu:
15
Universitas Sumatera Utara 1. Penyakit fisik
Tidur dapat terganggu dengan adanya penyakit fisik yang diderita, diantaranya adalah asma, jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, hipotiroid dan hipertiroid. Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau suasana hati seperti stres, depresi dan kecemasan dapat mempengaruhi masalah tidur. Penyakit juga memaksa kita untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa, seperti memperoleh posisi tertentu agar mencegah komplikasi atau dalam rangka imobilisasi (Potter et al., 2011).
2. Obat-obatan dan zat tertentu
Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping terhadap penurunan tidur REM. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, betablocker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya:
meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari (Potter et al., 2011).
3. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur, semakin tinggi tingkat kelelahan maka akan tidur semakin nyenyak yang menyebabkan periode tidur REM lebih pendek. Gaya hidup seseorang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, alkohol, dan penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan masalah tidur. Selain itu faktor akibat bekerja berat, aktivitas sosial yang larut serta perubahan pola makan waktu malam hari dapat merubah pola tidur (Potter et al., 2011).
2.2.3 Fisiologi Tidur
Tubuh manusia memiliki banyak ritme yang mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis, kinerja, suasana hati. Penentu utama tidur adalah jam biologis internal yang mengatur ritme sirkadian selama 24 jam, Gangguan ritme ini bisa mengakibatkan tidur terganggu dan menyebabkan kelelahan, perubahan mental, kesulitan kognitif, dan perubahan fisik. Semakin lama periode waktu seseorang berkerja tanpa tidur yang efektif, semakin kuat pula ia tidur. Proses kedua mengontrol waktu tidur dan terjaga selama siklus siang-malam. Waktu tidur
Universitas Sumatera Utara
16 dikendalikan oleh nukleus suprachiasmatic (CNS) hipotalamus, yang merespon cahaya dan penyebab kantuk di malam hari saat gelap (Howard & Wong, 2001).
Gambar 2.2 Pusat Pengatur Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Pusat pengaturan tersebut terdapat pada medula oblongata (Hidayat, 2008). Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga yaitu Sistem aktivasi retikular (RAS) berlokasi pada batang otak teratas.
RAS dipercayai terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan
17
Universitas Sumatera Utara terjaga. RAS juga menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan sentuhan.
Aktivitas korteks serebral (misal. proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi RAS (Potter & Perry, 2005).
Saat tidur terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR).
Sedangkan pada saat bangun bergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008).
Ketika individu mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam keadaan yang rileks. Stimulus ke RAS menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, aktivasi RAS selanjutnya akan menurun, BSR mengambil alih yang kemudian menyebabkan tidur (Potter & Perry, 2005).
2.2.4 Siklus Tidur
Siklus tidur dibagi menjadi gerakan mata cepat (REM) dan gerakan mata tidak cepat (non-REM) dan dibagi menjadi empat tahap.
1. Siklus REM
Karakteristik kondisi terjaga, pola gelombang pendek dan cepat. Selama Tidur REM, otak mengisi neurotransmitter yang mengatur jaringan saraf yang penting untuk mengingat, pembelajaran, kinerja, dan pemecahan masalah, siklus ini juga mentransfer memori jangka pendek di korteks motorik ke lobus temporal menjadi ingatan jangka panjang. Tidur REM memiliki sifat restoratif sebagai regulator hormon melatonin yang penting untuk merangsang pertumbuhan, dan Hormon ini diproduksi oleh kelenjar pineal, kelenjar endokrin kecil yang ditemukan di dekat pusat otak. Melatonin diproduksi selama tidur dan dilepaskan sebagai respon terhadap perubahan cahaya dan menghambat neurotransmiter yang terlibat dalam gairah, seperti histamin, norepinefrin, dopamin, dan serotonin. Melatonin juga menginduksi sedasi dan lebih rendah dari suhu inti tubuh.
Universitas Sumatera Utara
18 2. Siklus non-REM
Pernapasan, dan detak jantung lambat, Tekanan Darah menurun, dan suhu tubuh turun. Aktivitas gelombang otak selama non-REM didominasi oleh gelombang besar dan lambat yang sangat berbeda dan pendek.
a. Tahap 1 non-REM; Anda tidur ringan dan dapat dibangunkan dengan mudah oleh suara atau gangguan lainnya. mata bergerak perlahan, Otot-otot rileks, dan jantung serta pernapasan mulai melambat.
b. Tahap 2 non-REM; yang didefinisikan oleh gelombang otak lebih lambat dengan sesekali gelombang ombak yang cepat. Ditahap ini setengah malam dihabiskan.
c. Tahap 3 non-REM; Tidur nyenyak dan sulit dibangunkan, gelombang otak semakin melambat secara eksklusif (disebut gelombang Delta).
Gambar 2.3 Siklus Tidur
2.2.5 Skala pengukuran pola tidur
Skala untuk mengukur kualitas dan pola tidur yang paling efektif adalah Pittsburgh Sleep Quality Index atau PSQI (Smyth, 2000). PSQI dikembangkan dengan beberapa tujuan, yaitu: untuk memberikan ukuran yang valid, reliabel, dan
19
Universitas Sumatera Utara standarisasi kualitas tidur, untuk membedakan antara tidur yang baik dan buruk, dan untuk memberikan penilaian singkat yang berguna secara klinis dari berbagai gangguan tidur yang mempengaruhi kualitas tidur. PSQI dapat digunakan dalam penelitian klinis dan studi epidemiologis untuk mengidentifikasi kelompok- kelompok yang memiliki perbedaan dalam kualitas tidur. dan lebih baik dibandingkan dengan gold standard diagnosis klinis dan laboratorium. Pengisian lembar PSQI membutuhkan waktu 5-10 menit, dan penilaiannya membutuhkan waktu 5 menit (Buysse et al., 1989).
PSQI terdiri dari 19 item yang dinilai oleh individu dan 5 item tambahan yang dinilai oleh teman sekamar (Buysse et al, 1988; Smyth 2012) Item 1-4 merupakan pertanyaan terbuka tentang kebiasaan individu tidur dan bangun, total waktu tidur, dan sleep latency (menit). Item 5-18 menggunakan skala Likert, yaitu 0 = tidak selama satu bulan terakhir, 1 = kurang dari sekali seminggu, 2 = sekali atau dua kali seminggu, 3 = tiga kali atau lebih dalam seminggu. Item 19 menggunakan skala Likert dalam penilaian kualitas tidur secara keseluruhan, yaitu 0 = very good, 1 = fairly good, 2 = fairly bad, 3 = very bad (Eser et al., 2007).
Sembilan belas item pernyataan menilai berbagai faktor yang berkaitan dengan tidur yang berkualitas dan dikelompokkan dalam tujuh komponen, yang masing-masing memiliki skala 0-3. Ketujuh komponen skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan skor global dari PSQI yang memiliki jangkauan skor 0-21. Skor global PSQI > 5 mengindikasikan ukuran yang sensitif dan spesifik dari kualitas tidur yang buruk pada individu. Semakin tinggi skor global yang didapat semakin buruk pula kualitas tidur individu tersebut (Buysse et al., 1989).
2.3 Pandemi COVID-19
Wabah COVID-19 diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai PHEIC atau Kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia dan sebagai penyakit menular dengan penyebaran secara internasional, atau peristiwa kesehatan masyarakat yang tidak biasa, serius, atau tidak terduga yang melebihi sumber daya kesehatan setempat, yang memerlukan tindakan internasional segera (Xiao et al., 2020) COVID-19 secara resmi disebut pandemi. Ini adalah infeksi
Universitas Sumatera Utara
20 baru dengan manifestasi klinis yang serius, termasuk kematian, dan telah mencapai setidaknya 124 negara dan wilayah. (Emanuel et al., 2020).
Wabah COVID-19 pada bulan Desember 2019 ini telah membuat banyak orang bertanya-tanya, yang berpotensi kontak dengan infeksi harus segera mengisolasi diri di rumah atau dikarantina khusus. Akibat tingkat penularannya yang cepat, keputusan tentang cara menerapkan karantina ini juga harus banyak didasarkan pada bukti yang tersedia. Akibatnya efek psikologis negatif termasuk gejala stres pasca-trauma, kebingungan, dan kemarahan. Meningkatnya stresor, saat durasi karantina yang lebih lama, ketakutan akan infeksi, frustrasi, kebosanan, persediaan yang tidak memadai, kurang informasi, kerugian finansial, dan stigma masyarakat yang meresahkanpun berdatangan (Brooks et al., 2020).
2.4 Hubungan Pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres dan Pola Tidur Dampak dari pandemi COVID-19 ini bukan hanya menimbulkan angka infeksi yang terus bertambah tapi juga memicu ketakutan, kekhawatiran dan kepedulian yang besar pada populasi. Secara epidemiologi, penyakit infeksi tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik pasien tetapi juga mempengaruhi kesehatan psikologis dan kesejahteraan populasi yang tidak terinfeksi. Ini telah menunjukkan bahwa prevalensi penyakit menular baru, seperti sindrom pernafasan akut yang parah (SARS), dapat meningkatkan kecemasan, depresi, dan tingkat stres pada populasi umum. Emosi negatif ini juga memengaruhi kualitas tidur (Xiao et al., 2020).
Sebuah survei dilakukan di Tiongkok sejak awal wabah COVID-19 ditemukan bahwa 53,8% responden berdampak psikologis sebagai gejala sedang atau parah;
16,5% dilaporkan gejala depresi sedang hingga berat; 28,8% dilaporkan gejala kecemasan sedang hingga berat, dan 8,1% dilaporkan tingkat stres sedang hingga berat. Ketakutan psikologis mungkin lebih intensif sekarang dibandingkan dengan 17 tahun lalu selama periode SARS, dengan peningkatan perjalanan udara dan peningkatan keterhubungan global yang membuat penyebaran pandemi jauh lebih mudah (Ho et al., 2020).
21
Universitas Sumatera Utara 2.5 Kerangka Teori
Gambar 2.4 Kerangka Teori
COVID-19
Pandemi COVID-19
Social / Physical Distancing &
Work from home
Stres
Pola Tidur
Penularan Tinggi
Universitas Sumatera Utara
22 2.6 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variebel Dependen
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis
Terdapat pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres dan Pola Tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Tingkat Stres Pandemi COVID-19
Pola Tidur
23
Universitas Sumatera Utara BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross sectional untuk menilai pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres dan Pola Tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan kuiesioner depresi dan kecemasan juga kuesioner kualitas tidur.
3.2 Lokasi Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017, 2018, dan 2019.
3.3.2 Sampel
Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2017, 2018 dan 2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan diambil secara stratified random sampling, dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara acak untuk setiap strata, kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi satu sampel yang terbebas dari variasi untuk setiap strata.
3.3.3 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi subjek penelitian adalah :
a) Mahasiswa FK USU aktif angkatan 2017, 2018 atau 2019.
b) Bersedia menjadi subjek penelitian dan telah menandatangani informed consent.
Universitas Sumatera Utara
24
3.3.4 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi subjek penelitian adalah :
a) Mahasiswa yang tidak bersedia mengisi kuesioner.
b) Mengkonsumsi obat-obatan sedatif, mengkonsumsi zat atau obat tertentu yang memberi efek insomnia.
c) Pernah atau sedang terdiagnosa oleh dokter mengalami gangguan jiwa berat
d) Pernah mengalami riwayat gangguan tidur (Insomnia)
3.3.5 Estimasi Besar Sampel
Besar sampel keseluruhan ditentukan dengan rumus minimal sample size (Lemeshow, 1997):
n =
𝑍2.𝑁.𝑝.𝑞 𝑑2(𝑁−1)+𝑍2.𝑝.𝑞
Keterangan:
n = jumlah sampel N = jumlah populasi
Z = Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI 95%
d = Derajat ketepatan yang digunakan oleh 90% atau 0,1 p = proporsi target populasi adalah 0,5
q = Proporsi tanpa atribut 1-p = 0,5
Maka disusunlah penjumlahan sebagai berikut :
n =
1,962.(255+255+249).0,5.0,5
0.12(749−1)+1.962.0,5.0,5
=
85,35Untuk mempermudah perhitungan dan pengolahan data pada sampel, maka peneliti membulatkan angka sampel menjadi 86 sampel minimal dan untuk pengambilan sampel dilakukan sebanyak 100 sampel. Setelah diketahui besar sampel keseluruhan, dilakukan pengukuran besar sampel per strata dengan rumus stratified random sampling (Imron, 2014):
25
Universitas Sumatera Utara
ni =
𝑁𝑖𝑁
𝑛
Keterangan:
ni = jumlah sampel menurut stratum Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya n = jumlah sampel seluruhnya
Angkatan 2017 = 255 x 100 : 759 = 33,59 = 34 Angkatan 2018 = 255 x 100 : 759 = 33,59 = 34 Angkatan 2019 = 249 x 100 : 759 = 32,80 = 33
3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara berdasarkan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:
3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden diperoleh dengan cara stratified random sampling dari mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent.
3.4.2 Instrumen Penelitian
Instrumen berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data, melalui kuesioner Pandemi COVID-19 yang sudah divalidkan, Depression Anxiety Stress Scale untuk Stres, depresi dan kecemasan serta kuesioner Pittsburgh Sleep Quality untuk pola tidur, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner online dalam bentuk Google form.
Kuesioner yang telah diisi terlebih dahulu dikumpulkan kemudian diperiksa kelengkapannya, dimasukkan dan diolah dengan sistem komputerisasi menggunakan program pengolahan data dengan melalui beberapa tahap-tahap sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
26
a. Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian dari formulir atau kuesioner.
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean pada masing-masing pertanyaan sesuai dengan tujuan pengumpulan data, pemberian kode ini berguna dalam memasukkan data (data entry).
c. Entry
Jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program atau software computer.
d. Cleaning
Cleaning adalah membersihkan data dari kesalahan memasukkan data. Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan- kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmojo, 2012).
3.5 Definisi Operasional a. Pandemi COVID-19
Definisi : Wabah Kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia sebagai penyakit menular terkonfirmasi oleh manusia antar manusia yang sangat cepat dan menimbulkan efek psikologis dalam pencegahannya.
Cara Ukur : Angket Kuesioner
Alat Ukur : Kuesioner Pandemi COVID-19
Skala Ukur : Ordinal
b. Tingkat Stres
Definisi : Tingkatan suatu perasaan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau harga diri rendah, tidur atau nafsu makan terganggu, perasaan lelah dan konsentrasi yang buruk.
27
Universitas Sumatera Utara
Cara Ukur : Angket Kuesioner
Alat Ukur : Kuesioner Depression, Anxiety, and Stress Scale (DASS21), dengan kriteria;
3.2 Normal 0-9 3.3 Ringan 10-13 3.4 Sedang 14-20 3.5 Berat 21-27 3.6 Sangat berat ≥28
Skala Ukur : Ordinal
c. Pola Tidur
Definisi : Penilaian terhadap kualitas tidur yang subjektif, masa laten tidur, lama waktu tidur, habitual sleep efficiency, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan di siang hari pada waktu sebulan yang lalu (Nainggolan, 2017).
Cara Ukur : Angket Kuesioner
Alat Ukur : Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk memberikan gambaran yang valid dan standar ukuran kualitas tidur dan membedakan pola tidur yang “baik” dan yang “buruk”, terdiri dari 19 pertanyaan self-rated. 19 item menilai berbagai faktor yang berkaitan dengan pola tidur, termasuk perkiraan durasi tidur, latensi dan frekuensi, serta tingkat keparahan masalah tidur secara spesifik. 19 item lalu dikelompokkan menjadi 7 komponen untuk menentukan nilai PSQI global, masing-masing berbobot sama pada skala 0-3. 7 skor komponen tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan skor PSQI global, yang memiliki skor 0-21. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas tidur yang buruk. Dalam semua kasus, skor “0”
menunjukkan tidak ada kesulitan, sementara skor “3” menunjukkan kesulitan yang parah. 7 komponen skor tersebut kemudian ditambahkan untuk menghasilkan satu “global” skor, dengan kisaran 0- 21 poin, “0-5” menunjukkan tidak ada gangguan dan “6-21”
menunjukkan gangguan berat disemua bidang (Lakshono, 2018).
Universitas Sumatera Utara
28
Skala Pengukuran : Ordinal
3.6 Uji Validitas dan Reabilitas
Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment dan untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka digunakan komputerisasi untuk mengujinya. Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner ini akan dilakukan dengan komputerisasi. Sampel yang digunakan pada validitas dan reliabilitas adalah mahasiswa kedokteran yang memiliki karakteristik sama dengan sampel. Kuesioner yang valid dan reliabel dapat menjadi alat ukur untuk menilai sesuatu yang akan dinilai dalam penelitian dan dapat memberikan hasil yang sama jika dilakukan pengambilan data kuesioner secara berulang.
3.6.1 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Pandemi COVID-19
Tabel 3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pandemi COVID-19
Variabel Nomor Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Cronbach’s Alpha
Status
Pandemi COVID-19
1 0.752 Valid 0.768 Reliabel
2 0.702 Valid Reliabel
3 0.644 Valid Reliabel
4 0.789 Valid Reliabel
5 0.709 Valid Reliabel
Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada awal bulan September 2020, Kuesioner yang diuji ini terdiri atas 5 pertanyaan yang kemudian dibagikan kepada 20 mahasiswa. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.1 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kuesioner penelitian ini valid dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
29
Universitas Sumatera Utara 3.6.2 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner DASS21
Tabel 3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner DASS21
Variabel Nomor Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Cronbach’s Alpha
Status
Stres Depresi
dan Kecemasan
1 0.718 Valid 0.793 Reliabel
2 0.605 Valid Reliabel
3 0.585 Valid Reliabel
4 0.786 Valid Reliabel
5 0.604 Valid Reliabel
6 0.703 Valid Reliabel
7 0.706 Valid Reliabel
8 0.834 Valid Reliabel
9 0.586 Valid Reliabel
10 0.874 Valid Reliabel
11 0.544 Valid Reliabel
12 0.465 Valid Reliabel
13 0.689 Valid Reliabel
14 0.847 Valid Reliabel
15 0.504 Valid Reliabel
16 0.698 Valid Reliabel
17 0.634 Valid Reliabel
18 0.815 Valid Reliabel
19 0.366 Valid Reliabel
20 0.543 Valid Reliabel
21 0.837 Valid Reliabel
Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada awal bulan juni 2020, Kuesioner yang diuji ini terdiri atas 21 pertanyaan yang kemudian dibagikan
Universitas Sumatera Utara
30
kepada 20 mahasiswa. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.2 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kuesioner penelitian ini valid dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
3.6.3 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner PSQI
Tabel 3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner PSQI
Variabel Nomor Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Cronbach’s Alpha
Status
Kualitas Tidur
1 0.643 Valid 0.506 Reliabel
2 0.466 Valid Reliabel
3 0.686 Valid Reliabel
4 0.544 Valid Reliabel
5 0.874 Valid Reliabel
6 0.524 Valid Reliabel
7 0.879 Valid Reliabel
8 0.681 Valid Reliabel
9 0.635 Valid Reliabel
10 0.829 Valid Reliabel
11 0.771 Valid Reliabel
12 0.645 Valid Reliabel
13 0.620 Valid Reliabel
14 0.833 Valid Reliabel
15 0.484 Valid Reliabel
Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada awal bulan Juni 2020.
Kuesioner yang diuji ini terdiri ataspertanyaan yang kemudian dibagikan kepada 20 mahasiswa. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.3 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kuesioner penelitian ini valid dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
31
Universitas Sumatera Utara 3.7 Metode Analisis Data
Menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution), dengan uji korelasi Spearman rank bekerja dengan menguji hipotesis asosiatif dua variabel berskala ordinal (ranking) atau berjenjang dan juga bebas distribusi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Proses pengumpulan data dilakukan dari awal bulan September hingga awal November 2020 yang dilakukan secara online dengan menggunakan google form yang disebar melalui media sosial. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa FK USU angkatan 2017, 2018 dan 2019. Data yang digunakan merupakan data primer dari hasil pengisian kuesioner oleh responden yang telah mengikuti rangkaian penelitian, data karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Karakteristik responden penelitian
Penelitian ini terdiri dari 100 responden dengan kelompok terbesar berdasarkan jenis kelaminnya adalah kelompok perempuan yaitu sebanyak 61 mahasiswa (61%), sedangkan pada kelompok laki-laki terdapat 39 mahasiswa (39%). Berdasarkan angkatan yang mengisi kuesioner yaitu, angkatan 2017 berjumlah 40 orang (40%), diikuti angkatan 2018 berjumlah 32 orang (32%), dan angkatan 2019 berjumlah 28 mahasiswa (28%).
Karakteristik Jumlah (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 39 39,0
Perempuan 61 61,0
Angkatan
2017 40 40.0
2018 32 32.0
2019 28 28.0
33
Universitas Sumatera Utara 4.2 Hasil
4.2.1 Karakteristik Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Interpretasi Hasil kuesioner DASS21 pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dari table 4.2 diperoleh hasil berdasarkan tingkat stres yang normal berjumlah 59 mahasiswa (59%), ringan 16 mahasiswa (16%), sedang 10 mahasiswa (10%), dan yang menderita berat 8 mahasiswa (9%) serta yang sangat berat berjumlah 6 mahasiswa (6%). Berdasarkan 100 responden, berikut persentase dari kuesioner yang telah dibagikan berisikan pertanyaan yang terdiri atas 21 pertanyaan yaitu pertanyaan pertama sulit ditenangkan sekitar 0,58%, merasa mulut kering 0,63%, tidak dapat merasakan perasaan positif 0,72%, merasa sulit bernafas 0,26%, sulit mendapatkan semangat melakukan sesuatu sekitar 1,08%, cenderung bertindak berlebihan 0,62%, gemetaran pada tangan 0,19%, banyak menggunakan energi cemas sekitar 1,05%, merasa khawatir terhadap situasi pandemi dan melakukan hal bodoh 0,52%, merasa tidak memiliki masa depan 0,40%, merasa semakin gelisah 0,83%, sulit untuk rileksasi 0,70%, merasa sedih dan murung 0,90%, merasa tidak sabar dan bertahan terhadap apa yang dilakukan 0,68%, mudah panik 0,71%, tidak antusias terhadap sesuatu 0,81%, merasa tidak berharga 0,54%, mudah tersentuh 0,90%, merasakan kerja jantung saya 0,72%, merasakan takut tanpa alasan yang jelas 0,68%, dan merasa hidup ini tidak berarti sebesar 0,41%.
Tingkat Stres Jumlah (%)
Normal 59 59,0
Ringan 16 16,0
Sedang 10 10,0
Berat 9 9,0
Sangat Berat 6 6,0
Universitas Sumatera Utara
34
4.2.2 Karakteristik Pola tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Karakteristik Pola Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa mahasiswa yang sulit memulai tidur selama pandemi saat 15 menit pertama sebanyak 23 mahasiswa (23%), sedangkan durasi 16-30 menit sebanyak 37 mahasiswa (37%), diikuti durasi 31-60 menit sebanyak 26 mahasiswa (26%) serta diatas durasi 60 menit sebanyak 14 mahasiswa (14%).
Berdasarkan durasi lama tidur di malam hari, durasi > 7 jam sebanyak 21 mahasiswa (21%), diikuti durasi 6-7 jam sebanyak 42 orang (42%), dan di durasi 5-6 jam sebanyak 29 mahasiswa (29%), serta durasi < 5 jam hanya sebanyak 8 mahasiswa (8%).
Sedangkan untuk efisiensi tidur yaitu lama tidur dibagi lama ditempat tidur dikali 100% lalu dihasilkan, didapati di persentase 85% sebanyak 46 mahasiswa
Karakteristik Jumlah (%)
Latensi Tidur (Kesulitan memulai tidur)
15 menit 23 23,0
16-30 menit 37 37,0
31-60 menit 26 26,0
> 60 menit 14 14,0
Lama tidur malam
>7 jam 21 21,0
6-7 jam 42 42,0
5-6 jam 29 29,0
< 5 jam 8 8,0
Efisiensi Tidur
> 85% 46 46,0
75-85% 38 38,0
65-74% 9 9,0
< 65% 7 7,0