• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Koping, Stres, dan Kecemasan pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam Masa New Normal COVID-19 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Strategi Koping, Stres, dan Kecemasan pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam Masa New Normal COVID-19 SKRIPSI"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Koping, Stres, dan Kecemasan pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam Masa New Normal COVID-19

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

ASYIFA RIZVI AL-MIRAZA 161301157

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)
(3)
(4)

Strategi Koping, Stres, Dan Kecemasan Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Dalam Masa New Normal COVID-19

Asyifa Rizvi Al-Miraza1 dan Raras Sutatminingsih2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran strategi koping, stres dan kecemasan pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam Masa New Normal COVID-19. Stres adalah ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk menghadapi tuntutan-tuntutan tersebut. Kecemasan adalah

erasa

an gelisah, gugup, atau tegang dalam menghadapi suatu situasi yang tidak pasti Situasi yang dialami adalah perkuliahan daring pandemi COVID-19. Dalam meminimalisir dampak tersebut, dibutuhkan upaya khusus yang disebut strategi koping. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling pada 290 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres, kecemasan, dan Brief COPE Scale oleh Carver.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 190 orang (65,51%) mahasiswa dikategorikan dalam stres sedang, 223 orang (76,9%) mahasiswa dikategorikan dalam kecemasan sedang, 259 orang (89,31%) mahasiswa dikategorikan dalam strategi koping sedang.

Kata Kunci: COVID-19, mahasiswa, strategi koping, stres, kecemasan.

1Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

(5)

Coping Strategies, Stress, And Anxiety on

University of North Sumatera Students in the New Normal Period of COVID-19

Asyifa Rizvi Al-Miraza1 dan Raras Sutatminingsih2

ABSTRACT

This study aims to provide an overview of coping strategies, stress and anxiety at the University of North Sumatera students in the COVID-19 New Normal Period. Stress is an imbalance between a demanding situation and the individual's feelings about his or her ability to deal with these demands. Anxiety is a feeling of restlessness, nervousness, or tension in the face of an uncertain situation. The situation experienced is online learning for the COVID-19 pandemic. In minimizing these impacts, special efforts are needed called coping strategies. The research uses quantitative methods with descriptive research types. The sampling technique used in this study was accidental sampling technique on 290 students of the Faculty of Psychology, University of North Sumatera. The measuring instrument used in this study was the stress, anxiety, and Brief COPE Scale by Carver. The results showed that 190 students (65.51%) were categorized as moderate stress, 223 (76.9%) students were categorized as In moderate anxiety, 259 students (89.31%) were categorized in moderate coping strategies.

Keywords: COVID-19, students, coping strategies, stress, anxiety.

1Psychology Student, Under Graduete Program, Faculty of Psychology, University of North Sumatera

2Lecture at Faculty of Psychology, Universitas of North Sumatera

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari gelapnya zaman kebodohan hingga ke zaman penuh ilmu pengetahuan dengan Islam.

Skripsi ini berjudul “Strategi Koping, Stres dan Kecemasan pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam Masa New Normal COVID-19” yang diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengerahkan usaha yang keras dan membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam penyusunan skripsi ini. Namun, hari-hari yang dilalui penulis dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari dukungan orang-orang terdekat yang selalu membantu, mendukung, dan mendoakan penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga dan penghargaan setinggi- tingginya kepada keluarga penulis; Ayahanda Asrial dan Ibunda Halimatussa’diah yang selalu mendukung dan tidak pernah absen menyebut nama penulis dalam doanya. Adik tersayang Baina Salsabila Al-Miraza, M. Yusril Ihza Al-Miraza Hasibuan dan sepupu Fanisa Dwi Adisty yang selalu menghadirkan tawa setiap kali penulis merasa lelah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Zulkarnain Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Bapak Eka Danta Jaya Ginting, M.A., Psikolog selaku Wakil Dekan I Fakultas Psikologi USU, Bapak Ferry Novliadi, M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Psikologi USU dan Ibu Hasnida, Ph.D., Psikolog selaku Wakil Dekan III Fakultas Psikologi USU.

2. Ibu Raras Sutatminingsih, Ph.D., Psikolog selaku dosen pembimbing skripsi yang penuh kesabaran dalam membimbing penulis, meluangkan waktunya

(7)

Hanya Allah yang mampu membalas setiap kebaikan Ibu dengan pahala dan rezeki yang berlimpah, Aamiin.

3. Ibu Rahma Fauzia, M.Si., Psikolog dan Bapak Ari Widyanta, M.Si., Psikolog selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan bimbingan serta arahan dalam memperbaiki skripsi ini.

4. Ibu Fasti Rola, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam akademis dari awal perkuliahan hingga saat ini.

Kepada Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi USU, terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan. Semoga penulis dapat memanfaatkan ilmu tersebut dengan sebaik-baiknya. Seluruh staf pegawai Fakultas Psikologi USU yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis. Teman-teman angkatan 2016 yang membantu penulis belajar dan bertumbuh selama menuntut ilmu di Fakultas Psikologi USU.

5. Mbak Cut Annisa Namira dan Mutia Zulfahira, sahabat karib penulis sejak duduk di bangku SMP hingga saat ini yang selalu hadir dalam suka dan duka, memberikan dukungan emosional dan nasehat. Mas Febri Suprayitno yang selalu hadir dalam setiap momen, memberikan dukungan moril dan materil selama penulis mengerjakan skripsi. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

6. Teman seperjuangan “Chunning Squad”; Yuni Adeline Bay Hutajulu yang selalu siap siaga menemani penulis dalam suka dan duka, siap diajak ke manapun saat penulis butuh udara segar melepas penat, saling mendukung agar dapat menyelesaikan studi. Putri Desifa Parahima Ritonga, teman berbagi sudut pandang tentang banyak hal, yang senang diajak mengerjakan skripsi sambil minum kopi. Si kembar Dwi Angreini dan Dwi Ambarini yang selalu membuka pintu menyambut kedatangan penulis ke rumahnya dan selalu membuat penulis rindu dengan nasi goreng masakannya. Fajri Zahara, mama muda yang memberikan penulis banyak nasihat dan pengalaman dalam hidup. Shafira Ulfa Rahmani yang selalu sigap saat penulis bertanya tentang hal-hal mengenai skripsi. Kepada Tribelawaty Matanari, terima kasih sudah menjadi

‘pembimbing’ penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

7. Kopi Bara Bumi, terima kasih telah menjadi tempat yang nyaman bagi penulis untuk mengerjakan skripsi, dengan kopi yang membantu penulis berkonsentrasi serta pelayanan yang ramah dan bersahabat.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mulai dari proses persiapan hingga akhirnya selesai yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis mohon maaf atas kekurangan dalam skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu psikologi ke depannya dan bagi pihak-pihak yang sifatnya membangun penulis sangat harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu psikologi ke depannya dan bagi pihak-pihak terkait.

Medan, Juni 2021

Asyifa Rizvi Al-Miraza

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Stres ... 9

2.1.1 Definisi Stres ... 9

2.1.2 Faktor Penyebab Stres ... 9

2.1.3 Aspek Stres ... 10

2.1.4 Sumber Stres ... 11

2.15 Jenis-jenis Stres ... 11

2.2 Kecemasan ... 12

2.2.1 Definisi Kecemasan ... 12

2.2.2 Aspek-aspek Kecemasan ... 13

2.2.3 Proses Terjadinya Kecemasan ... 13

(10)

2.2.4 Simtom Psikologis Kecemasan ... 14

2.3 Strategi Koping ... 14

2.3.1 Definisi Strategi Koping ... 14

2.3.2 Bentuk Strategi Koping ... 15

2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Strategi Koping ... 16

2.3.4 Aspek-aspek Strategi Koping ... 18

2.4 Keterkaitan antara Strategi Koping Stres dan Kecemasan ... 21

2.5 Strategi Koping, Stres dan Kecemasan Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara ... 21

2.6 Mahasiswa Universitas Sumatera Utara ... 23

2.7 New Normal COVID-19 ... 23

2.8 Kerangka Konsep ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Identifikasi Variabel Penelitian ... 25

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 27

3.4 Metode Pengambilan Data ... 28

3.5 Uji Coba Alat Ukur ... 32

3.5.1 Uji Validitas dengan Pearson Correlation ... 33

3.5.2 Uji Reliabilitas dengan Cronbach Alpha ... 36

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 37

(11)

3.6.2 Tahap Pengumpulan Data ... 38

3.6.3 Tahap Pengolahan Data ... 38

3.7 Analisa Data ... 39

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 39

A. Uji Normalitas ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Analisa Data ... 40

4.1.1 Gambaran Data Demografi Responden Penelitian ... 40

4.1.2 Kategorisasi Data Penelitian ... 41

4.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 44

A. Uji Normalitas ... 44

4.1.4 Hasil Analisa Data ... 45

A. Hasil Analisa data Variabel Stres ... 46

a. Hasil Analisa Data Variabel Stres Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

b. Hasil Analisa Data Variabel Stres Berdasarkan Usia ... 46

c. Hasil Analisa Data Variabel Stres Berdasarkan Program Studi ... 50

d. Hasil Analisa Data Variabel Stres Berdasarkan Angkatan ... 51

B. Hasil Analisa Data Variabel Kecemasan ... 53

a. Hasil Analisa Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelamin .. 53

b. Hasil Analisa Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Usia ... 54

c. Hasil Analisa Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Program Studi .. 57

d. Hasil Analisa Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Angkatan ... 58

C. Hasil Analisa Data Variabel Strategi Koping ... 60 a. Hasil Analisa Data Variabel Strategi Koping Berdasarkan Jenis Kelamin 60

(12)

b. Hasil Analisa Data Variabel Strategi Koping Berdasarkan Usia ... 62

c. Hasil Analisa Data Variabel Strategi Koping Berdasarkan Program Studi ... 64

d. Hasil Analisa Data Variabel Strategi Koping Berdasarkan Angkatan .. 65

4.1.5 Kategorisasi Data Variabel Stres, Kecemasan dan Strategi Koping 68 a. Kategorisasi Data Variabel Stres Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68

b. Kategorisasi Data Variabel Stres Berdasarkan Usia ... 69

c. Kategorisasi Data Variabel Stres Berdasarkan Program Studi ... 72

d. Kategorisasi Data Variabel Stres Berdasarkan Angkatan ... 73

e. Kategorisasi Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelamin .... 75

f. Kategorisasi Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Usia ... 76

g. Kategorisasi Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Program Studi ... 78

h. Kategorisasi Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Angkatan ... 79

i. Kategorisasi Data Variabel Strategi Koping Berdasarkan Jenis Kelamin 82 j. Kategorisasi Data Variabel Strategi Koping Berdasarkan Usia ... 83

k. Kategorisasi Data Variabel Strategi Koping Berdasarkan Program Studi 85 l. Kategorisasi Data Variabel Strategi Koping Berdasarkan Angkatan ... 86

4.1.6 Bentuk Strategi Koping Mahasiswa Psikologi USU ... 88

4.2 Pembahasan ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Aitem Skala Stres 29

Tabel 3.2 Norma Skala Stres 30

Tabel 3.3 Distribusi Aitem Skala Kecemasan 30

Tabel 3.4 Distribusi Aitem Skala Strategi Koping 32

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Aitem Variabel Stres 33 Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Aitem Variabel Kecemasan 34 Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Aitem Variabel Strategi Koping 35

Tabel 4.1 Data Demografi Responden Penelitian 40

Tabel 4.2 Hasil Analisa Statistik Deskriptif Data Hipotetik Penelitian 42

Tabel 4.3 Kategorisasi Data Variabel Stres 42

Tabel 4.4 Kategorisasi Data Variabel Kecemasan 43

Tabel 4.5 Kategorisasi Data Variabel Strategi Koping 43 Tabel 4.6 Hasil Analisa Data pada Variabel Stres, Kecemasan dan

Strategi Koping 45

Tabel 4.7 Hasil Analisa Data pada Variabel Stres Berdasarkan Jenis Kelamin 46 Tabel 4.8 Hasil Analisa Data pada Variabel Stres Berdasarkan Usia 47 Tabel 4.9 Hasil Analisa Data pada Variabel Stres Berdasarkan Program Studi 50 Tabel 4.10 Hasil Analisa Data pada Variabel Stres

Berdasarkan Angkatan di S1 Psikologi 51

Tabel 4.11 Hasil Analisa Data pada Variabel Stres

Berdasarkan Angkatan di Magister Psikologi 52

Tabel 4.12 Hasil Analisa Data pada Variabel Kecemasan

Berdasarkan Jenis Kelamin 54

Tabel 4.13 Hasil Analisa Data pada Variabel Kecemasan

Berdasarkan Usia 55

Tabel 4.14 Hasil Analisa Data pada Variabel Kecemasan

Berdasarkan Program Studi 57

(14)

Tabel 4.15 Hasil Analisa Data pada Variabel Kecemasan

Berdasarkan Angkatan di S1 Psikologi 58

Tabel 4.16Hasil Analisa Data pada Variabel Kecemasan

Berdasarkan Angkatan di Magister Psikologi 59

Tabel 4.17 Hasil Analisa Data pada Variabel Strategi Koping

Berdasarkan Jenis Kelamin 61

Tabel 4.18 Hasil Analisa Data pada Variabel Strategi Koping

Berdasarkan Usia 62

Tabel 4.19 Hasil Analisa Data pada Variabel Strategi Koping

Berdasarkan Program Studi 64

Tabel 4.20 Hasil Analisa Data pada Variabel Strategi Koping

Berdasarkan Angkatan di S1 Psikologi 65

Tabel 4.21 Hasil Analisa Data pada Variabel Strategi Koping

Berdasarkan Angkatan di Magister Psikologi 66

Tabel 4.22 Kategorisasi Data Variabel Stres, Kecemasan dan Strategi Koping 68 Tabel 4.23 Kategorisasi Data Variabel Stres Berdasarkan Jenis Kelamin 69 Tabel 4.24 Kategorisasi Data Variabel Stres Berdasarkan Usia 69 Tabel 4.25 Kategorisasi Data Variabel Stres Berdasarkan Program Studi 72 Tabel 4.26 Kategorisasi Data Variabel Stres

Berdasarkan Angkatan di S1 Psikologi 73

Tabel 4.27 Kategorisasi Data Variabel Stres

Berdasarkan Angkatan di Magister Psikologi 74

Tabel 4.28 Kategorisasi Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelamin 75 Tabel 4.29 Kategorisasi Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Usia 76 Tabel 4.30 Kategorisasi Data Variabel Kecemasan Berdasarkan Program Studi 79 Tabel 4.31 Kategorisasi Data Variabel Kecemasan

Berdasarkan Angkatan di S1 Psikologi 80

Tabel 4.32 Kategorisasi Data Variabel Kecemasan

Berdasarkan Angkatan di Magister Psikologi 81

(15)

Berdasarkan Jenis Kelamin 82 Tabel 4.34 Kategorisasi Data Variabel Strategi Koping Berdasarkan Usia 83 Tabel 4.35 Kategorisasi Data Variabel Strategi Koping

Berdasarkan Program Studi 85

Tabel 4.36 Kategorisasi Data Variabel Strategi Koping

Berdasarkan Angkatan di S1 Psikologi 86

Tabel 4.37 Kategorisasi Data Variabel Strategi Koping

Berdasarkan Angkatan di Magister Psikologi 87

Tabel 4.38 Bentuk Strategi Koping Mahasiswa Psikologi USU 88 Tabel 4.39 Bentuk Strategi Koping pada Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan 93 Tabel 4.40 Bentuk Strategi Koping Mahasiswa berdasarkan Program Studi 94

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 24

Gambar 3.1 Rumus Penentuan Jumlah Sampel Taro Yamane 28

Gambar 3.2 Rumus Uji Reliabilitas 36

Gambar 4.1 Rumus Mean Teoretik dan Standar Deviasi Teoretik 42

Gambar 4.2 Rumus Kategorisasi Data Penelitian 42

Gambar 4.3 Grafik Normal Q-Q Plot Hasil Uji Normalitas

pada Variabel Stres 44

Gambar 4.4 Grafik Normal Q-Q Plot Hasil Uji Normalitas

pada Variabel Kecemasan 44

Gambar 4.5 Grafik Normal Q-Q Plot Hasil Uji Normalitas

pada Variabel Strategi Koping 45

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini, dunia sedang disibukkan dengan kasus pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia, virus ini biasanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan, mulai dari flu biasa hingga penyakit serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa di Wuhan, China kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2) dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). (Kemenkes, 2020)

Pemerintah pun mulai mengenalkan istilah New Normal agar masyarakat dapat menjalani hidup berdampingan dengan virus corona sembari tetap menerapkan protokol kesehatan selama beraktivitas di luar rumah, seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan. Masyarakat juga dihimbau hanya beraktivitas di luar rumah seperlunya. Sebelum menerapkan new normal, pemerintah menetapkan daerah-daerah zona hijau dan zona merah yang dapat menerapkan new normal tersebut. (Fajar, 2020)

Walaupun saat ini Indonesia sudah mulai menjalani masa new normal COVID- 19, hal ini tetap memberikan dampak dari berbagai aspek. Salah satunya aspek psikologis yang berdampak pada berbagai lapisan masyarakat termasuk mahasiswa.

Mahasiswa cenderung merasa cemas dengan pandemi COVID-19 yang terus menunjukkan peningkatan angka kasus. Meskipun sudah memasuki masa new normal, sejumlah kampus memilih menutup segala akses dan mengganti sistem pembelajaran menjadi online untuk membantu upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Kampus yang ditutup membuat mahasiswa menjadi terkendala dengan urusan administrasi perkuliahan. Terlebih untuk kampus di Sumatera Utara yang

(18)

belum mendapatkan persetujuan pelaksanaan new normal. Berdasarkan Keputusan Bersama oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Corona Virus Disesase (COVID-19) pada tanggal 15 Juni 2020 menyatakan untuk Pola Pembelajaran Pendidikan Tinggi di Tahun Ajaran 2020/2021 adalah sebagai berikut:

a) Tahun akademik pendidikan tinggi 2020/2021 tetap dimulai pada bulan Agustus 2020, tahun akademik pendidikan tinggi keagamaan 2020/2021 pada bulan September 2020.

b) Pembelajaran di perguruan tinggi pada semua zona wajib dilaksanakan secara daring untuk mata kuliah teori, demikian juga untuk mata kuliah praktik sedapat mungkin tetap dilakukan dengan daring. Dalam hal ini mata kuliah tidak dapat dilaksanakan secara daring, mata kuliah diletakkan di bagian akhir semester.

c) Pemimpin perguruan tinggi pada semua zona hanya dapat mengizinkan aktivitas mahasiswa di kampus jika memenuhi protokol kesehatan dan kebijakan yang akan dikeluarkan direktur jenderal terkait untuk kegiatan yang tidak dapat digantikan dengan pembelajaran daring, seperti:

- Penelitian di laboratorium untuk skripsi, tesis dan disertasi;

- Tugas laboratorium, praktikum, studio, bengkel, dan kegiatan akademik/vokasi serupa.

Perubahan sistem pembelajaran ini tentunya menuntut mahasiswa untuk beradaptasi dan mengatasi kecemasan serta stres agar tetap fokus dalam belajar daring.

Pandemi memunculkan stres secara akademik bagi mahasiswa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hairani Lubis dkk pada jurnal “Stres Akademik Mahasiswa dalam Melaksanakan Kuliah Daring Selama Masa Pandemi Covid19” terhadap mahasiswa FISIP Universitas Mulawarman menunjukkan bahwa

(19)

Stress akademik kategori tinggi sebanyak sebanyak 55 orang (27%), kategori rendah sebanyak 48 orang (21%), kategori sangat tinggi sebanyak 14 orang (6,9%), dan kategori sangat rendah sebanyak 11 orang (5,4%). Artinya mahasiswa merasakan tekanan yang cukup berat selama melaksanakan pembelajaran daring di masa pandemi COVID-19. (Lubis, 2021)

Mahasiswa Psikologi USU yang menjadi populasi dalam penelitian ini memiliki tuntutan untuk dapat terbiasa berinteraksi dengan masyarakat luas. Oleh karena itu, proses pembelajaran di Fakultas Psikologi menuntut mahasiswa untuk lebih banyak melakukan praktik di lapangan, seperti pengambilan data kualitatif dan kuantitatif untuk tugas kuliah atau skripsi, praktikum eksperimen, pengabdian masyarakat, maupun studi kasus dengan klien ataupun kelompok masyarakat tertentu.

Namun, pandemi COVID-19 menghambat mahasiswa Psikologi USU untuk mencapai tuntutan tersebut. Mahasiswa harus menjalankan perkuliahan secara daring.

Padahal, mahasiswa butuh kegiatan nyata di masyarakat untuk dapat merasakan pengalaman dan mengaplikasikan teori-teori pembelajaran yang telah didapatkan selama perkuliahan. Tetapi, segala bentuk praktikum mahasiswa Psikologi USU diubah dalam bentuk daring dikarenakan kondisi pandemi di Indonesia saat ini.

Ketika tuntutan-tuntutan tersebut tidak berhasil dicapai dengan baik, maka akan timbul stres pada mahasiswa. Berdasarkan hasil tanya jawab dengan sejumlah mahasiswa di Fakultas Psikologi USU, mereka menyatakan kuliah online membuat mereka menjadi tidak fokus belajar karena teralihkan dengan hal-hal lain di rumah.

Mahasiswa mengaku stres karena tugas selama kuliah online lebih banyak dibanding kuliah tatap muka. Peraturan selama perkuliahan online lebih ketat dibandingkan perkuliahan tatap muka. Materi yang diberikan juga sulit untuk dipahami karena penjelasan dari dosen tidak tersampaikan dengan jelas. Kendala jaringan internet juga menjadi alasan mahasiswa merasa stres karena tidak dapat memenuhi tuntutan belajar untuk memahami materi yang disampaikan dosen.

Pandemi COVID-19 ini juga memberikan situasi tidak menyenangkan bagi mahasiswa, menyebabkan mahasiswa merasa cemas karena pandemi yang tidak pasti kapan akan berakhir. Pada penelitian yang dilakukan oleh Astrid Dinda dkk dalam

(20)

jurnal “Tingkat Kecemasan Mahasiswa di Masa Pandemi Covid-19” terhadap mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta menunjukkan bahwa sebanyak 254 mahasiswa (48%) berada pada kategori kecemasan normal, kategori ringan sebanyak 95 mahasiswa (18%), kategori sedang sebanyak 138 mahasiswa (26%), kategori berat sebanyak 38 mahasiswa (7%) dan kategori sangat berat sebanyak 5 mahasiswa (1%).

(Ilahi, 2021)

Beberapa hal yang membuat mahasiswa merasa cemas selama masa pandemi yaitu, mahasiswa merasa cemas tidak dapat mengikuti perkuliahan dengan baik dan menyelesaikan studi tepat waktu. Mahasiswa yang harus melaksanakan praktikum atau mini riset juga merasa kesulitan karena situasi pandemi menghambat mereka untuk proses pengambilan data di lapangan. Tugas kuliah yang mengharuskan mereka melakukan kontak langsung dengan responden atau klien menjadi terhambat, karena sejumlah instansi tempat pengambilan data tidak mengizinkan kunjungan selama masa pandemi. Mahasiswa juga merasakan sulit tidur karena merasa cemas akan ketinggalan informasi. Hal ini diakui mahasiswa dari perilaku mereka yang memeriksa smartphone lebih sering dari biasanya. Selama masa pandemi COVID-19 ini, situasi yang terasa tidak menyenangkan membuat mahasiswa merasa stres dan cemas dalam mengikuti perkuliahan secara online.

Meskipun begitu, mahasiswa menyatakan ada beberapa hal positif yang dapat dirasakan dari perkuliahan online di masa pandemi COVID-19 ini, yaitu mereka tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk berangkat ke kampus. Mereka juga merasa dapat menghemat pengeluaran karena tidak perlu membeli buku atau print out tugas.

Beberapa mahasiswa juga merasa lebih percaya diri untuk mengajukan pertanyaan ketika kuliah online karena merasa tidak menjadi pusat perhatian seperti saat perkuliahan tatap muka. Belajar juga lebih nyaman karena dilakukan di rumah.

Walaupun begitu, mahasiswa tetap merindukan belajar, berdiskusi dan bertemu teman-teman di kampus. Bertemu dengan teman membuat mahasiswa lebih terdorong untuk belajar dan terpacu untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Kuliah daring diakui mahasiswa menjadikan diri mereka terlena dan tidak termotivasi, serta

(21)

Agar mampu bertahan dalam situasi ini, perlu strategi untuk mengatasi kecemasan dan stres yang dialami. Salah satu yang dapat dilakukan adalah memilih strategi koping yang tepat bagi diri sendiri agar dapat mengurangi kecemasan serta stres selama masa pandemi COVID-19. Strategi koping merupakan cara-cara yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengurangi dampak stres dan kecemasan selama perkuliahan di masa pandemi COVID-19. Mahasiswa mencoba menerima kondisi yang membatasi mereka untuk belajar ataupun mengerjakan skripsi dan thesis. Hal ini menjadi salah satu bentuk strategi yang dapat dilakukan mahasiswa agar dapat meminimalkan dampak stres dan kecemasan sehingga mereka dapat berkonsentrasi dalam menjalani proses perkuliahan daring.

Sebelum COVID-19, salah satu wabah yang pernah terjadi secara global adalah pandemi influenza H1N1 (disebut juga sebagai swine flu). Swine Flu terdeteksi pada April 2009 dan ditetapkan sebagai pandemi global pada Juni 2009 oleh World Health Organization (WHO). Pandemi ini berlangsung hingga tahun 2010 dan menelan banyak korban. (Chan, dalam Wheaton, 2011) Selama pandemi berlangsung, Wheaton (2011) bersama rekan-rekannya melakukan penelitian dengan survey terhadap 315 mahasiswa University of North Carolina pada 26 September 2009-16 Februari 2010. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa mengalami stres dan kecemasan selama masa pandemi. Hal ini juga disebabkan oleh faktor pemberitaan media massa yang membahas angka korban terinfeksi dan kematian akibat pandemi swine flu. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti melihat adanya kesamaan situasi yang dihadapi mahasiswa saat ini. Peneliti berasumsi wabah yang sedang terjadi menimbulkan stres dan kecemasan pada mahasiswa, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Pada penelitian terhadap wabah sebelumnya yang terjadi di Indonesia, peneliti hanya berfokus pada pencegahan, penyebaran dan pengobatan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Radji (2006) tentang Avian Influenza atau lazim dikenal dengan flu burung yang difokuskan pada pathogenesis, penyebaran dan pencegahan pada manusia. Atau penelitian yang sama oleh Miftahudin dan Kartinah (2008) yang meneliti hubungan pengetahuan tentang flu burung dengan sikap masyarakat yang

(22)

memelihara unggas. Sedangkan masalah psikologis yang dialami masyarakat maupun pasien selama wabah tidak banyak dibahas dalam penelitian terdahulu. Meskipun sudah banyak penelitian mengenai strategi koping terhadap stres dan kecemasan pada mahasiswa, penelitian ini berbeda dikarenakan adanya faktor eksternal (pandemi COVID-19) yang terjadi secara global.

Dalam menghadapi dampak psikologis dari pandemi COVID-19, mahasiswa perlu memilih strategi koping yang tepat bagi diri mereka. Strategi koping merupakan upaya khusus yang dapat dilakukan mahasiswa untuk meminimalkan dampak yang dirasakan dari pandemi COVID-19. Dampak yang dirasakan seperti kecemasan dan stres dapat diatasi dengan strategi koping yang tepat. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan daring dengan baik.

Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisa strategi koping, kecemasan dan stres pada mahasiswa selama masa new normal COVID-19. Diharapkan penelitian ini dapat membantu mahasiswa memilih strategi koping yang tepat dalam mengatasi kecemasan dan stres.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada sebagaimana dikemukakan pada latar belakang, maka identifikasi permasalahan yang akan diungkapkan melalui penelitian ini adalah “Bagaimana strategi koping, kecemasan dan stres pada mahasiswa dalam masa new normal COVID-19 secara umum dan ditinjau dari jenis kelamin, usia, program studi dan angkatan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa strategi koping, kecemasan, dan stres pada mahasiswa dalam masa new normal COVID-19.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kecemasan, stres dan strategi koping pada mahasiswa dalam masa new normal COVID-19. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya untuk dikembangkan maupun dikritisi.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengatasi kecemasan dan stres dengan strategi koping yang tepat dalam masa new normal COVID-19.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan merupakan bagian awal proposal penelitian yang berisi:

a. Latar belakang penelitian, memaparkan tentang alasan peneliti tertarik untuk meneliti masalah penelitian

b. Identifikasi masalah penelitian, berisi pengenalan dan inventarisasi masalah.

c. Tujuan penelitian, menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian tersebut dilakukan.

d. Manfaat penelitian, berisi tentang manfaat yang diperoleh biasanya dipandang dari berbagai aspek.

e. Sistematika penulisan, berisi tentang urutan penulisan setiap bahasan bagian dalam proposal penelitian mulai dari bab 1 sampai bab terakhir.

BAB II Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dimaksudkan sebagai landasan teoritik dalam analisis penelitian. Pada tinjauan pustaka peneliti mengaitkan teori dengan penelitian yang akan diteliti. Tinjauan pustaka memuat berbagai teori mengenai variabel- variabel yang ada di dalam penelitian, juga teori pendukung yang berasal dari penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu berisi kerangka pikir peneliti dalam melakukan penelitian.

(24)

BAB III Metode Penelitian

Dalam metode penelitian menjelaskan secara rinci tentang metode yang ingin digunakan dan jenis penelitian. Termasuk beberapa komponen seperti populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Berisikan data hasil penelitian, analisa statistika dan membahas hasil penelitian tersebut berdasarkan landasan teori yang ada pada bab sebelumnya.

Pembahasan termasuk bagaimana deskripsi hasil penelitian setiap variabel.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya serta memberikan saran pada subjek penelitian dan juga peneliti selanjutnya.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres

2.1.1 Definisi Stres

Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan stres sebagai hubungan atau interaksi antara individu dengan lingkungan yang dihayati sebagai beban atau dirasakan melebihi kekuatannya. Sedangkan Selye (dalam Kring, 2010) mengartikan stres sebagai respon biologis pada tubuh ketika menghadapi suatu peristiwa yang memicu stres.

Kendal dan Hammen (dalam Safaria, 2009) menyatakan stres dapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk menghadapi tuntutan-tuntutan tersebut.

Situasi yang menuntut tersebut dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.

Dengan demikian, stres dapat diartikan sebagai respon biologis tubuh ketika menghadapi sesuatu yang dianggap sebagai beban atau tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.

2.1.2 Faktor Penyebab Stres

Rice (dalam Septiani, 2013) mengatakan bahwa penyebab stres atau yang sering disebut stressor dapat berasal dari dalam diri individu (internal) dan dapat pula berasal dari luar diri individu (eksternal).

Stressor internal. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang dapat menjadi penyebab timbulnya stres. Penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya harga diri dan konsep diri. Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu

(26)

yang berbahaya, mengancam, dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut secara efektif.

Stressor eksternal. Faktor-faktor luar yang dapat menyebabkan individu mengalami stres. Selanjutnya, menurut Maramis (2008 dalam Larasaty, 2012) lingkungan merupakan salah satu sumber stres pada individu. Sebagai contoh seorang mahasiswa dihadapkan pada beban tuntutan dari lingkungan. Selain itu, mahasiswa seringkali memiliki konflik permasalahan dengan teman sebaya. Berbagai macam permasalahan pada akhirnya dapat memicu timbulnya stres. Morgan (dalam Septiani, 2013) mengemukakan bahwa perubahan dalam lingkungan, seperti kelahiran anak, kematian pasangan, pernikahan yang tidak bahagia, perceraian, hubungan interpersonal dengan orang-orang yang ada di sekitar dapat menimbulkan stres.

2.1.3 Aspek Stres

Smet (1994) menyatakan ada tiga aspek stres, yaitu:

a. Stimulus

Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor.

b. Respon

Respon adalah reaksi seseorang terhadap stressor. Terdapat dua komponen yang saling berhubungan, komponen fisiologis dan komponen psikologis.

Dimana kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.

1) Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, kelelahan, keringat.

2) Komponen Psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi c. Proses

Stres sebagai suatu proses terdiri dari stressor dan strain ditambah dengan satu dimensi yang penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian antara manusia dengan lingkungan, yang di dalamnya termasuk perasaan yang dialami dan

(27)

2.1.4 Sumber Stres

Menurut Lahey (dalam Septiani, 2013) ada beberapa sumber utama stres:

(1) Life event (peristiwa dalam hidup) yaitu kejadian penting secara psikologis yang terjadi pada kehidupan seseorang, seperti perceraian, kelahiran, atau perubahan pada posisi/ jabatan. Umumnya penyebab stres itu dapat berupa tindak kriminal, kekerasan seksual, dan saksi kejahatan; kehilangan anggota keluarga; bencana alam; teror; masalah-masalah sehari-hari.

(2) Frustration (frustrasi), merupakan keadaan yang muncul sebagai hasil tidak terpuaskannya suatu tujuan atau motif seseorang.

(3) Conflict (konflik), merupakan keadaan dimana terdapat dua atau lebih motif yang tidak terpuaskan karena motif-motif itu saling berkaitan satu sama lain.

(4) Pressure (tekanan), merupakan suatu keadaan yang menimbulkan konflik, ketika individu merasa terpaksa atau dipaksa untuk tidak melakukan hal-hal yang diinginkannya. Tekanan yang kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stres yang hebat. Tekanan dapat berasal dari luar diri maupun dari dalam diri sendiri.

2.1.5 Jenis-jenis Stres

Selye (1979 dalam Wulandari, 2012) membagi stres menjadi dua, yaitu eustress dan distress.

Eustress. Stres yang menghasilkan respon individu bersifat sehat, positif, dan membangun. Respon positif tersebut tidak hanya dirasakan oleh individu tetapi juga oleh lingkungan sekitar individu, seperti dengan adanya pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Eustress juga merupakan situasi atau kondisi apapun yang dapat memberikan inspirasi dan memberikan motivasi untuk bertindak positif. Biasanya situasi yang termasuk dalam situasi yang membangkitkan semangat individu untuk bertingkah laku secara positif dan mengoptimalkan seluruh fungsi fisik dan psikisnya. Situasi ini dimasukkan ke dalam stres, karena menimbulkan reaksi fisik dan psikologis yang sama, dengan

(28)

peningkatan hormon dari kelenjar adrenalin dan adanya gejolak emosi. Dapat dikatakan bahwa stres yang baik berasal dari situasi yang dapat dikendalikan (Roshental, dalam Septiani 2013).

Distress. Distress adalah stres yang berlawanan dengan eustress, yaitu tidak sehat, negatif, dan merusak. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti tingkat ketidakhadiran yang tinggi, sulit berkonsentrasi, sulit menerima hasil yang didapat. Stres buruk ini banyak dibahas oleh para ahli karena dampaknya yang begitu besar terhadap kehidupan individu. Distress atau stres negatif ini dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: Pertama, stres akut, muncul cukup kuat, tapi menghilang dengan cepat. Misalnya ketika mendapat tekanan atau ancaman dari orang lain, atau ketika terlambat ke tempat kuliah dan lain-lain. Kedua, stres kronis kemunculannya tidak terlalu kuat, tapi bisa bertahan lama sampai berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan. Stres ini apabila berulang-ulang terjadi pada diri kita maka kesehatan tubuh dan produktivitas akan terpengaruh. Inti dari stres ini yaitu dapat menyebabkan kesakitan baik itu secara mental, spiritual, dan lain sebagainya (Roshental, dalam Septiani, 2013).

2.2 Kecemasan

2.2.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan dan ditunjukkan dengan khawatir, prihatin, dan ketakutan (Atkinson & dkk, 2008). Haber dan Runyon (1984) mengatakan bahwa jika individu mengalami perasaan gelisah, gugup, atau tegang dalam menghadapi suatu situasi yang tidak pasti, berarti orang tersebut mengalami kecemasan, yaitu ketakutan yang tidak menyenangkan dan merupakan suatu pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi.

Kecemasan dapat diartikan sebagai emosi yang tidak menyenangkan dan ditunjukkan dengan khawatir, prihatin, gelisah, gugup, tegang dan ketakutan ketika menghadapi suatu situasi yang tidak pasti.

(29)

2.2.2 Aspek-aspek Kecemasan

Aspek-aspek kecemasan yang dibentuk dalam tiga reaksi menurut Calhoun dan Acocella (dalam Safaria, 2009):

a) Reaksi emosional: Reaksi ini merupakan komponen yang berkaitan dengan persepsi.

b) Reaksi kognitif: Reaksi ini merupakan reaksi takut dan khawatir yang memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir.

c) Reaksi fisiologis: Reaksi yang ditunjukkan oleh tubuh.

2.2.3 Proses Terjadinya Kecemasan

Kecemasan pada individu terjadi melalui suatu proses atau rangkaian yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal, sampai suatu keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau membahayakan. Spielberger (dalam Astuti, 2002) menyebutkan ada lima proses terjadinya kecemasan pada individu, yaitu:

1. Evaluated Situation: adanya situasi yang mengancam secara kognitif sehingga ancaman ini dapat menimbulkan kecemasan.

2. Perception of Situation: situasi yang mengancam diberi penilaian oleh individu, biasanya penilaian ini dipengaruhi oleh sikap, kemampuan, dan pengamalaman individu.

3. Anxiety State of Reaction: individu menganggap bawa ada situasi berbahaya, maka reaksi kecemasannya akan timbul. Kompleksitas respon dikenal sebagai reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan respon fisiologis seperti denyut jantung dan tekanan darah.

4. Cognitive Reappraisal Follows: individu kemudian menilai kembali situasi yang mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan pertahanan diri (defense mechanism) atau dengan cara meningkatkan aktivitas kognisi atau motoriknya.

5. Coping: individu menggunakan jalan keluar dengan menggunakan pertahanan diri (defense mechanism) seperti proyeksi atau rasionalisasi.

(30)

2.2.4 Simtom Psikologis Kecemasan

Menurut Blackburn dan Davidson (dalam Sutadi 1994) beberapa definisi menekankan pada simtom-simtom fisiologis, sedangkan yang lain menekankan pada simtom-simtom psikologis. Secara keseluruhan, kurang ada kesesuaian pendapat mengenai apakah kedua simtom tersebut harus muncul, atau sampai pada tingkat apa simtom-simtom ini harus muncul agar dapat diberikan diagnosis bawa seseorang memang dalam keadaan cemas.

Berikut adalah berbagai fungsi yang dapat dipengaruhi oleh gangguan kecemasan:

1. Suasana hati : Mudah marah, perasaan sangat tegang

2. Pikiran : Khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong, membesar- besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.

3. Motivasi : Menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin melarikan diri.

4. Perilaku : Gelisah, gugup, kewaspadaan yang berlebihan.

5. Gejala biologis : Gerakan otomatis meningkat seperti berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.

2.3 Strategi Koping

2.3.1 Definisi Strategi Koping

Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kecemasan yang dihadapi, merupakan suatu proses yang disebut dengan strategi koping (Santrock, 2003). Strategi koping adalah upaya khusus, baik secara perilaku ataupun psikologis yang digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan dampak (MacArthur dalam Suliswati, 2005). Sedangkan menurut Gowan (dalam Suliswati, 2005), strategi koping adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan dari sumber stres.

(31)

Dapat disimpulkan, strategi koping adalah upaya khusus yang dilakukan untuk mengelola, menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalkan dampak dari tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan oleh sumber stres.

2.3.2 Bentuk Strategi Koping

Folkman & Lazarus (dalam Sarafino, 2006) membedakan bentuk strategi koping ke dalam dua klasifikasi yaitu problem focused coping dan emotion focused coping.

a. Problem Focused Coping

Problem focused coping adalah bentuk strategi koping yang cenderung diarahkan dalam upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan, dalam arti koping yang muncul terfokus pada masalah individu yang akan mengatasi stres dengan mempelajari cara-cara keterampilan yang baru. Individu cenderung menggunakan strategi ini ketika individu percaya bahwa tuntutan dari situasi dapat diubah (Sarafino, 2006).

b. Emotion Focused Coping

Emotion focused coping adalah bentuk strategi koping yang diarahkan untuk mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan. Individu dapat mengatur respon emosional dengan pendekatan behavioral dan kognitif. Contoh dari pendekatan behavioral adalah mencari dukungan emosional dari teman-teman dan mengikuti berbagai aktivitas seperti berolahraga atau menonton televisi yang dapat mengalihkan perhatian individu dari masalahnya.

Sementara pendekatan kognitif melibatkan bagaimana individu berfikir tentang situasi yang menekan. Dalam pendekatan kognitif, individu melakukan pendefinisian terhadap situasi yang menekan seperti membuat perbandingan dengan individu lain yang mengalami situasi lebih buruk, dan melihat sesuatu yang baik di luar dari masalah. Individu cenderung menggunakan strategi ini ketika mereka percaya bahwa mereka dapat melakukan sedikit perubahan untuk mengubah kondisi yang menekan (Sarafino, 2006).

(32)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problem focused coping adalah perilaku yang dilakukan individu untuk menyelesaikan masalahnya. Emotion focused coping adalah bentuk koping yang diarahkan untuk mengatur respon emosional terhadap situasi yang menekan.

2.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Strategi Koping

McCrae (dalam Sijangga 2010) menyatakan bahwa perilaku menghadapi tekanan adalah suatu proses yang dinamis ketika individu bebas menentukan bentuk perilaku yang sesuai dengan keadaan diri dan pemahaman terhadap masalah yang dihadapi. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi sehingga individu menentukan bentuk perilaku (strategi koping) tertentu. Faktor- faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kepribadian

Carver, dkk (dalam Sijangga, 2010) mengkarakteristikkan kepribadian berdasarkan tipenya. Ada dua tipe kepribadian yaitu: Tipe A dengan ciri-ciri ambisius, kritis terhadap diri sendiri, tidak sabaran, melakukan pekerjaan yang berbeda dalam waktu yang sama, mudah marah dan agresif, akan cenderung menggunakan strategi koping yang berorientasi emosi (emotion focused coping).

Sebaliknya seseorang dalam kepribadian Tipe B, dengan ciri-ciri suka rileks, tidak terburu-buru, tidak mudah terpancing untuk marah, berbicara dan bersikap dengan tenang, serta lebih suka untuk memperluas pengalaman hidup, cenderung menggunakan strategi koping yang berorientasi pada masalah (problem focused coping).

b. Jenis kelamin

Menurut penelitian yang dilakukan Lazarus dan Folkman (dalam Sijangga, 2010) ditemukan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan kedua bentuk coping yaitu emotion focused coping dan problem focused coping. Namun menurut pendapat Billings dan Moos (dalam Sijangga, 2010) wanita lebih cenderung berorientasi pada emosi dalam mengatasi masalah, sedangkan pria lebih

(33)

berorientasi pada tugas. Oleh karena itu, wanita diprediksi akan lebih sering menggunakan emotion focused coping.

c. Tingkat pendidikan

Lazarus dan Folkman (dalam Sijangga, 2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa subjek dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung menggunakan problem focused coping dalam mengatasi masalah mereka. Menurut Menaghan (dalam Sijangga, 2010) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian pula sebaliknya. Hal ini berdampak besar terhadap sikap, konsepsi cara berpikir dan tingkah laku individu yang selanjutnya berpengaruh terhadap strategi kopingnya.

d. Konteks lingkungan dan sumber individual

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Sijangga, 2010), sumber-sumber individual seseorang, yaitu: pengalaman, persepsi, kemampuan intelektual, kesehatan, kepribadian, pendidikan dan situasi yang dihadapi sangat menentukan proses penerimaan suatu stimulus yang kemudian dapat dirasakan sebagai tekanan atau ancaman.

e. Status sosial ekonomi

Menurut Westbrook (dalam Sijangga, 2010) seseorang dengan status sosial ekonomi rendah akan menampilkan koping yang kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal atau menampilkan respon menolak, dibandingkan dengan seseorang yang status ekonominya lebih tinggi.

f. Dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan salah satu pengubah stres. Menurut Pramadi dan Lasmono (dalam Sijangga, 2010) dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasihat verbal atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi individu. Lebih lanjut Pramadi dan Lasmono mengatakan jenis dukungan ini meliputi: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dan dukungan informatif.

(34)

Sebagai makhluk sosial, individu tidak bisa lepas dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Dukungan sosial yang tinggi akan memunculkan strategi koping sedangkan tidak ada atau rendahnya dukungan sosial yang diterima tidak akan memunculkan strategi koping.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa faktor-faktor strategi koping meliputi kepribadian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, konteks lingkungan dan sumber individual, status sosial ekonomi, dan dukungan sosial.

2.3.4 Aspek-aspek Strategi Koping

Carver dkk (1989) menyusun COPE scale yang merupakan pengembangan dari konseptualisasi yang dibuat oleh Lazarus dan Folkman. Pada tahun 1997, Carver memperbarui lagi alat ukur yang diberi nama Brief COPE ini dengan aspek-aspek sebagai berikut:

a. Koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) 1) Perilaku aktif (active coping)

Active coping merupakan proses pengambilan langkah secara aktif guna untuk mencoba menghilangkan stressor atau untuk meringankan dampaknya. Active coping mencakup mengambil keputusan untuk bertindak secara langsung dan melakukan usaha penyelesaian masalah secara bertahap.

2) Perencanaan (planning)

Planning merupakan pemikiran tentang bagaimana cara untuk mengatasi stressor, seperti memikirkan suatu strategi untuk bertindak, langkah- langkah apa yang harus diambil dan bagaimana cara paling baik untuk mengatasi masalah.

3) Mencari dukungan instrument (using instrumental support)

Dukungan instrumental adalah dengan mencari nasihat, saran, bantuan, maupun dukungan informasi yang dapat menyelesaikan masalah.

(35)

b. Koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping) 1) Reframing positif (positive reframing)

Penilaian kembali masalah secara positif terhadap situasi yang dihadapi merupakan upaya yang dilakukan individu untuk menanggulangi tekanan emosi yang timbul akibar masalah dibandingkan dengan menanggulangi masalah itu sendiri.

2) Penyangkalan (denial)

Denial adalah suatu usaha individu untuk menyangkal bahwa dirinya dihadapkan pada suatu masalah

3) Penerimaan (acceptance)

Penerimaan merupakan individu dapat menerima kenyataan terhadap situasi yang sedang dihadapi.Sikap menerima memiliki dua makna, yakni individu menerima kenyataan yang dihadapi sebagai suatu kenyataan atau hal tersebut terjadi karena belum adanya langkah nyata untuk menghadapi stressor.

4) Menggunakan dukungan emosional (using emotional support)

Definisi using emotional support hampir sama dengan dukungan sosial pada problem focused coping, yang membedakan adalah using emotional support berfokus hanya untuk menenangkan diri. Dukungan emosional seperti mencari dukungan moral, simpati atau pengertian.

5) Agama (religion)

Sikap individu untuk menenangkan apa yang dirasakan secara keagamaan atau mencoba untuk mengembalikan permasalahan yang dihadapi pada agama dengan cara memohon pertolongan kepada Tuhan dan beribadah.

6) Mengekspresikan perasaan (venting)

Venting adalah kecenderungan seseorang untuk melepasan emosi yang dirasakannya.

7) Pengalihan diri (self-distraction)

(36)

Berbagai aktivitas yang berfungsi untuk mengalihkan perhatian individu dari pemikiran tentang permasalahan yang sedang dihadapi, seperti melamun, tidur, atau menonton TV.

8) Perilaku menyimpang (behavioral disengangement)

Bentuk coping yang berupa berkurangnya usaha-usaha yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi stressor. Dengan kata lain behavioral disengangement dapat dikatakan sebagai kecenderungan individu menyerah untuk berusaha mencapai tujuan yang terhambat oleh stressor.

9) Penggunaan zat (substance use)

Usaha individu untuk menghilangkan tekanan dengan melarikan diri pada pengkonsumsian alkohol atau obat-obatan terlarang.

10) Menyalahkan diri sendiri (self-blame)

Self-blame adalah mengkritik diri sendiri sebagai penanggung jawab dalam sebuah situasi.

11) Lelucon (humor)

Individu mencoba membuat lelucon mengenai masalah yang sedang dihadapi.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan aspek-aspek dari Carver (1997) yang merupakan adaptasi dari aspek-aspek yang telah dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman (1986). Aspek-aspek yang dikembangkan Carver (1997) merupakan hasil dari penelitian lanjutan terkait dengan coping stress dengan menambahkan subaspek yang lebih spesifik. Aspek-aspek yang telah dipaparkan di atas, menunjukkan cerminan usaha individu ketika merasakan stres ataupun tekanan. Usaha individu tersebut dibedakan menjadi dua yaitu koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) dan koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping).

Individu akan memiliki usaha atau upaya yang berbeda-beda dalam menghadapi stres yang dirasakannya.

(37)

2.4 Keterkaitan antara Strategi Koping, Stres dan Kecemasan

Pandemi COVID-19 memberikan dampak secara psikologis terhadap mahasiswa. Dampak yang dirasakan yaitu stres dan kecemasan. Kendal dan Hammen (dalam Safaria, 2009) menyatakan stres dapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk menghadapi tuntutan-tuntutan tersebut. Situasi yang menuntut tersebut dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres dapat muncul akibat stressor yang menstimulasi berupa keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang. (Smet, 1994). Sedangkan kecemasan dapat muncul sebagai emosi yang tidak menyenangkan akibat dari rasa takut, tegang dan gelisah pada situasi yang tidak pasti. (Haber dan Runyon, 1984). Situasi yang dialami mahasiswa yaitu pandemi COVID-19 menimbulkan perasaan tegang dan gelisah, sehingga memunculkan stres dan kecemasan.

Strategi koping merupakan upaya khusus berupa perilaku maupun psikologis yang dilakukan untuk mengatasi dan meminimalkan dampak. (MacArthur dalam Suliswati, 2005). Dalam hal ini dampak yang dirasakan oleh mahasiswa selama pandemi COVID-19 adalah stres dan kecemasan. Dengan demikian, strategi koping dapat menjadi upaya yang bisa dilakukan mahasiswa untuk meminimalkan dampak stres dan kecemasan.

2.5 Strategi Koping, Stres dan Kecemasan Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara

Menurut Kendal dan Hammen (dalam Safaria, 2009) stres dapat terjadi pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk menghadapi tuntutan-tuntutan tersebut.

Situasi yang menuntut tersebut dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.

Situasi pandemi COVID-19 menuntut mahasiwa untuk menjalani perkuliahan daring. Mahasiswa mengaku stres karena tugas selama kuliah daring lebih banyak

(38)

dibanding kuliah tatap muka. Peraturan selama perkuliahan daring lebih ketat dibandingkan perkuliahan tatap muka. Materi yang diberikan juga sulit untuk dipahami karena penjelasan dari dosen tidak tersampaikan dengan jelas. Kendala jaringan internet juga menjadi alasan mahasiswa merasa stres karena tidak dapat memenuhi tuntutan belajar untuk memahami materi yang disampaikan dosen.

Mahasiswa kesulitan memenuhi tuntutan selama proses perkuliahan daring sehingga menimbulkan stres.

Selain itu, dampak psikologis lainnya yang muncul akibat pandemi COVID-19 adalah kecemasan. Kecemasan muncul sebagai emosi yang tidak menyenangkan akibat dari rasa takut, tegang dan gelisah pada situasi yang tidak pasti. (Haber dan Runyon, 1984). Beberapa hal yang membuat mahasiswa merasa cemas selama masa pandemi yaitu, mahasiswa merasa cemas tidak dapat mengikuti perkuliahan dengan baik dan menyelesaikan studi tepat waktu. Mahasiswa yang harus melaksanakan praktikum atau mini riset juga merasa kesulitan karena situasi pandemi menghambat mereka untuk proses pengambilan data di lapangan. Tugas kuliah yang mengharuskan mereka melakukan kontak langsung dengan responden atau klien menjadi terhambat, karena sejumlah instansi tempat pengambilan data tidak mengizinkan kunjungan selama masa pandemi. Mahasiswa juga merasakan sulit tidur karena merasa cemas akan ketinggalan informasi. Hal ini diakui mahasiswa dari perilaku mereka yang memeriksa smartphone lebih sering dari biasanya. Selama masa pandemi COVID-19 ini, situasi yang terasa tidak menyenangkan membuat mahasiswa merasa cemas dalam mengikuti perkuliahan daring.

Dalam mengatasi dampak stres dan kecemasan, mahasiswa memerlukan upaya untuk meminimalkan dampak psikologis tersebut. Strategi koping merupakan upaya khusus berupa perilaku maupun psikologis yang dilakukan untuk mengatasi dan meminimalkan dampak. (MacArthur dalam Suliswati, 2005). Upaya yang dilakukan mahasiswa adalah mencoba menerima kondisi yang membatasi mereka untuk belajar ataupun mengerjakan skripsi dan thesis. Hal ini menjadi salah satu bentuk strategi koping yang dapat dilakukan mahasiswa agar dapat meminimalkan dampak stres dan

(39)

kecemasan sehingga mereka dapat berkonsentrasi dalam menjalani proses perkuliahan daring.

2.6 Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan salah satu universitas unggulan di Sumatera Utara. Dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera pada tanggal 4 Juni 1952 oleh Gubernur Sumatera Utara. Universitas ini diresmikan oleh Presiden Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri pada 20 November 1957.Saat ini terdapat 15 fakultas dan gedung pascasarjana di bawah naungan Rektor Bapak Prof.

Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. (Sumber: usu.ac.id)

Mahasiswa aktif yang ada di Universitas Sumatera saat ini berjumlah 41.285 orang, sedangkan mahasiswa Fakultas Psikologi yang menjadi populasi dari penelitian ini berjumlah 1.060 orang (PDDikti, 2020).

2.7 New Normal COVID-19

New normal (Kenormalan Baru) merupakan istilah yang dikemukakan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan pola kehidupan baru di tengah pandemi COVID-19. Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, tapi ditambah dengan penerapan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19.

Prinsip new normal adalah bisa menyesuaikan pola hidup, membiasakan masyarakat untuk memakai masker, menjaga jarak fisik, mencuci tangan, serta istirahat yang cukup dan tidak panik agar imunitas tubuh terjaga sehingga memperkecil kemungkinan tertular COVID-19. (Fajar, 2020)

(40)

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan fenomena yang telah peneliti paparkan dan kaitannya dengan teori pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep penelitian ini digambarkan pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Pandemi COVID-19

Perubahan sistem pembelajaran menjadi daring

Mahasiswa harus belajar dan bimbingan skripsi/thesis

secara daring

Timbul stres karena perubahan sistem

Timbul kecemasan karena pandemi

Strategi Koping digunakan untuk meminimalkan dampak

stres dan kecemasan

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Creswell (2014), penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisis data berbentuk angka atau numerik untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dan berdasarkan teori- teori tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan tiga variabel, yaitu strategi koping, kecemasan dan stres pada mahasiswa selama masa new normal COVID-19.

3.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2016), variabel penelitian merupakan informasi tentang segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan memberikan kesimpulan. Pada penelitian ini,peneliti menggunakan 3 variabel yaitu:

a. Strategi Koping b. Kecemasan c. Stres

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional merupakan suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2010). Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

a. Stres

Stres merupakan respon biologis pada tubuh mahasiswa Psikologi USU ketika dihadapkan suatu pemicu stres seperti tugas kuliah, bimbingan skripsi atau thesis, dan juga perubahan sistem perkuliahan daring. Respon biologis yang timbul terdiri dari dua komponen, yaitu komponen fisiologis dan komponen psikologis. Komponen fisiologis antara lain detak jantung tidak normal, berkeringat, pusing, tubuh terasa lelah dan lemas. Sedangkan

(42)

komponen psikologis antara lain tidak bersemangat, tidak termotivasi belajar, malas, dan kesulitan menyelesaikan tugas.

Alat ukur yang digunakan adalah alat yang dikonstruksikan sendiri oleh penelitiberdasarakan komponen dalam aspek stres yaitu aspek respon yang dikemukakan oleh Smet (1994).

Semakin tinggi skor stres yang didapatkan responden maka semakin tinggi tingkat stres yang dialami, sedangkan skor stres yang rendah menunjukkan stres yang dialami responden berada tingkatan stres yang rendah.

b. Kecemasan

Kecemasan dapat diartikan sebagai emosi yang tidak menyenangkan dan ditunjukkan mahasiswa Psikologi USU dengan khawatir, prihatin, gelisah, gugup, tegang dan ketakutan ketika menghadapi suatu situasi pandemi COVID- 19 yang tidak pasti.

Alat ukur yang digunakan adalah alat yang dikonstruksikan sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecemasan menurut Calhoun dan Acocella.

Skor kecemasan yang tinggi menunjukkan tingkat kecemasan yang dialami responden juga tinggi sedangkan skor kecemasan yang rendah menunjukkan tingkat kecemasan yang rendah.

c. Strategi Koping

Strategi koping adalah upaya khusus, baik secara perilaku maupun psikologis yang digunakan mahasiswa Psikoogi USU untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan dampak stres dan kecemasan.

Alat ukur yang digunakan adalah Brief COPE scale oleh Carver (1997). Skor strategi koping yang tinggi menunjukkan seberapa sering responden menggunakan aspek-aspek strategi koping dalam meminimalkan dampak stres dan kecemasan, sedangkan skor yang rendah menunjukkan responden jarang menggunakan aspek-aspek strategi koping dalam meminimalkan dampak stres dan kecemasan.

(43)

3.3 Populasi Dan Metode Pengambilan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah objek atau subjek penelitian secara generalisasi yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti dan ditarik kesimpulannya atau keseluruhan dari jumlah subjek atau objek yang akan diteliti (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) yang terdampak COVID-19 berjumlah 1.060 orang (PDDikti, 2020)

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasinya.Pengambilan sampel dengan memfokuskan pada sebagian populasi menjadi pertimbangan untuk efisiensi sehingga arah permasalahan lebih tersentralisasi (Subagyo, 2011). Sedangkan teknik pengambilan sampel (teknik sampling) menurut Margono (2010) adalah teknik dalam menentukan jumlah sampel sebagai sumber data sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan peneliti sehingga sampel tersebut sesuai dengan karakteristik populasinya. Teknik sampling digunakan untuk mendapatkan sampel yang representatif bagi populasi, karena penelitian dianalisis berdasarkan pada data sampel dan kesimpulannya akan diterapkan pada populasi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yang bersifat non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap mahasiswa atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. (Sugiyono, 2016). Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini karena tidak semua mahasiswa Psikologi USU dalam populasi berpeluang menjadi sampel.

Peneliti memilih mahasiswa aktif Psikologi USU, yaitu mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan atau bimbingan skripsi/thesis secara daring. Sampel dipilih dengan accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu mahasiswa yang secara kebetulan melihat link google form yang disebarkan

(44)

peneliti dan memenuhi kriteria (mahasiswa aktif Psikologi USU yang sedang menjalani perkuliahan atau bimbingan skripsi/thesis secara daring) dapat dijadikan sampel.

Untuk penentuan jumlah sampel yang memenuhi unsur representatif, peneliti menggunakan rumus Taro Yamane (dalam Riduan & Kuncoro, 2008) yang tergambar pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

n = ___N__

N.d2+1

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dicari

N = Jumlah Populasi

d = Jumlah presisi 5% (0,05)2 dengan tingkat kepercayaan 95%

Gambar 3.1 Rumus Penentuan Jumlah Sampel Taro Yamane (dalam Riduan & Kuncoro, 2008)

Berdasarkan Gambar 3.1, maka dapat dihitung besarnya sampel dari jumlah populasi yang ada yaitu sebagai berikut:

n = 1.060

1.060 x (0,05)2 + 1 n = 1.060

1.060(0,0025) + 1 n = 1.060

3,65 n = 290,410959

Dengan demikian peneliti menetapkan jumlah sampel berjumlah 290 orang mahasiswa Psikologi USU dengan kesimpulan jumlah sampel yang ditetapkan sudah mewakili dari populasi yang ada.

3.4 Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian bertujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Azwar, 2010). Metode yang digunakan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Distribusi Aitem Skala Stres
Tabel 3.3 Distribusi Aitem Skala Kecemasan
Tabel 3.4 Distribusi Aitem Skala Strategi Koping  Bentuk
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian (Cao, dkk., 2020) juga menunjukkan bahwa ter- dapat hubungan signifikan antara adanya kerabat atau kenalan yang terinfeksi COVID-19 dengan tingkat kecemasan dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data mengenai strategi koping mahasiswa dalam menghadapi stres serta memperoleh hubungan antara tingkat stres dengan

Jika melihat dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa memelihara hewan peliharaan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi koping yang dapat dilakukan

Walaupun berdasarkan hasil penelitian ini tidak terdapat relasi antara tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat stres yang dirasakan, stres dengan

Selama pandemi COVID-19, Ibu hamil yang terpapar COVID-19 dapat mengalami sejumlah masalah seperti infeksi COVID-19 maupun masalah psikologis seperti kecemasan, stres dan

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik selama pandemi COVID-19 dengan kualitas tidur mahasiswa FK USU menunjukkan bahwa terdapat banyak faktor yang dapat

Kecemasan merupakan salah satu emosi negatif yang dirasakan oleh manusia, kecemasan yang berlebihan akan menyebabkan orang tersebut stres. Pandemi Covid-19 ini membuat

MANAJEMEN STRATEGI DI MASA PANDEMI COVID-19 Herbert Siregar1, Agus Rahayu2, Lili Adi Wibowo3 123Universitas Pendidikan Indonesia Email: [email protected] Abstrak Esai ini bertujuan