• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG COVID-19 TERHADAP TINGKAT STRES DAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG COVID-19 TERHADAP TINGKAT STRES DAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2017"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

CELINE AUGLA D’PRINZESSIN 170100217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

CELINE AUGLA D’PRINZESSIN 170100217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan pada Mahasiswa Farmasi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2017 Nama Mahasiswa : Celine Augla D’Prinzessin

Nomor Induk (NIM) : 170100217

Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Komisi Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pembimbing

dr. Nindia Sugih Arto, M.Ked (Clin.Path), Sp.PK NIP. 198309092009122002

Ketua Penguji Anggota Penguji

Dr. dr. Wulan Fadine, M.Ked (An), Sp.An

NIP. 198503062010122002 Dr. dr. Ririe Fachrina Malisie, Sp.A (K) NIP.196801231999032001 Medan, Desember 2020

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) NIP. 196605241992031002

(4)

telah diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang COVID- 19 terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan pada Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2017” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S (K), yang banyak memberikan dukungan selama proses Pendidikan hingga penyusunan skripsi.

2. Dosen Pembimbing, dr. Nindia Sugih Arto, M.Ked (Clin.Path), Sp.PK yang telah memberikan arahan, masukan, dan ilmu kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ketua Penguji, Dr. dr. Wulan Fadine, M.Ked (An), Sp.An dan Anggota Penguji, Dr. dr. Ririe Fachrina Malisie, Sp.A (K) untuk setiap kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi ini.

4. Dosen Pembimbing Akademik, Dr. dr. Kamal Basri Siregar, M.Ked(Surg), Sp.B(K)Onk, FiCS yang senantiasa memberikan motivasi dan bimbingan selama masa perkuliahan 7 semester.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmu yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua penulis, dr. Suryadi Lee dan dr. Syahfitriyani Siregar, yang selalu memberi dukungan bagi penulis. Adik kandung penulis, Michelle

(5)

7. Sahabat terbaik penulis, Felix Limawan, yang sudah menerima penulis apa adanya dan menjadi pendukung terbesar penulis serta senantiasa selalu berada disamping penulis di kala senang maupun saat susah sedari dulu. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih atas semua dukungan, motivasi, bantuan, dan masukan yang diberikan dari awal hingga akhir skripsi ini dibuat.

8. Sahabat-sahabat penulis, Desmon Andreas Soaduon Lubis, Fakhriza Hidayati Siregar, dan Badrunnisa Permata Sari yang selalu ada disamping penulis sepanjang masa perkuliahan baik disaat senang maupun sedih. Terima kasih atas semua bantuan, dukungan, dan kasih sayang yang senantiasa diberikan kepada Penulis dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini dibuat.

9. Keluarga Kembud Ujian Taskforce, Ahmad Hidayah Wahid, Mustafa Ali Azmi, Naufal Nandita Firsty, Rizky Indah Lestari, Teguh Firdaus dan Ahmad Faridz Azhari yang telah membantu dan membimbing penulis serta memberikan banyak dukungan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Asyifa Khalif Nabila dan N. Kugashini Nadarajan dalam motivasi dan bantuannya, terutama dalam hal menyebarkan kuesioner skripsi hingga target sampel penelitian dapat tercapai.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap kepada semua pihak agar memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaannya. Penulis berharap semoga skripsi yang telah disusun ini dapat bermanfaat dan berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Medan, 15 Desember 2020 Penulis,

Celine Augla D’Prinzessin 170100217

(6)

Daftar Isi iv

Daftar Gambar ... vi

Daftar Tabel vii Daftar Singkatan... viii

Abstrak ix Abstract x BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Hipotesis ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1.Corona Virus Disease 2019 ... 6

2.1.1.1. Epidemiologi ... 6

2.1.1.2. Patofisiologi ... 8

2.1.1.3. Transmisi ... 10

2.1.1.4. Manifestasi Klinis ... 10

2.1.1.5. Pencegahan ... 12

2.1.2.Pengetahuan ... 13

2.1.2.1 Definisi Pengetahuan ... 13

2.1.2.2. Jenis Pengetahuan ... 13

2.1.2.3. Tingkat Pengetahuan ... 15

2.1.2.4. Metode Memperoleh Pengetahuan ... 17

2.1.2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 18

2.1.2.6. Pengukuran Pengetahuan ... 20

2.1.3.Stres ... 20

2.1.3.1. Definisi Stres ... 20

2.1.3.2. Etiologi Stres ... 21

2.1.3.3. Faktor Pemicu Stres ... 22

2.1.3.4. Fisiologi Stres... 22

2.1.3.5. Dampak Stres ... 24

2.1.3.6. Tingkatan Stres... 24

2.1.3.7. Penilaian Tingkat Stres ... 25

2.1.4.Kecemasan ... 26

2.1.4.1. Pengertian Kecemasan ... 26

2.1.4.2. Macam-Macam Kecemasan ... 26

2.1.4.3. Gejala Kecemasan ... 27

(7)

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 31

3.3. Populasi Dan Sampel ... 31

3.3.1. Populasi ... 31

3.3.2. Sampel ... 32

3.3.2.1. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5. Metode Analisis Data ... 34

3.6. Definisi Operasional ... 35

3.6.1. Data Demografi ... 35

3.6.2. Variabel Independen ... 35

3.7. Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner ... 36

3.7.1. Lokasi Dan Waktu Pengujian Kuesioner... 36

3.7.2. Media Uji Kuesioner ... 37

3.7.3. Sampel Uji Kuesioner ... 37

3.7.4. Hasil Uji Kuesioner ... 37

3.7.4.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 37

3.7.4.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 40

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1. Kesimpulan ... 48

5.2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

Lampiran A. Daftar Riwayat Hidup ... 54

Lampiran B. Halaman Pernyataan Orisinalitas ... 56

Lampiran C. Lembar Persetujuan Komisi Etik ... 57

Lampiran D. Surat Izin Penelitian ... 58

Lampiran E. Lembar Penjelasan Penelitian ... 59

Lampiran F. Lembar Persetujuan Responden ... 60

Lampiran G. Kuesioner ... 61

Lampiran I. Distribusi Data Responden ... 69

Lampiran J. Korelasi Tingkat Pengetahuan terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan ... 71

(8)

2.2. Manifestasi klinis COVID-19 ... 11 2.3. Kerangka teori ... 29 2.4. Kerangka konsep ... 30

(9)

3.2. Definisi operasional variabel independen ... 35

3.3. Definisi operasional variabel dependen ... 36

3.4. Uji validitas setiap butir pertanyaan kuesioner stres ... 38

3.5. Uji validitas setiap butir pertanyaan kuesioner kecemasan ... 38

3.6. Hasil uji reliabilitas kuesioner stres ... 39

3.7. Hasil uji reliabilitas kuesioner kecemasan ... 39

4.1. Distribusi frekuensi responden menurut umur dan jenis kelamin ... 40

4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan ... 41

4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stres ... 42

4.4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan ... 43

4.5. Hubungan tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat stres yang dialami mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 selama PSBB berlangsung ... 44

4.6. Hubungan tingkat pengetahuan tentang COVID-19 terhadap tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 selama PSBB berlangsung ... 45

(10)

ARDS : Acute Respiratory Distres Syndrome COVID-19 : Coronavirus Disease – 19

DASS : Depression Anxiety Stres Scale GAS : General Adaptation Syndrome LAS : Local Adaptation Syndrome

MERS-CoV : Middle East Respiratory Syndrome-Coronavirus mRNA : messenger Ribonucleic Acid

NICP : Novel Coronavirus Infected Pneumonia

PHEIC : Public Health Emergency of International Concern PSBB : Pembatasan Sosial Berskala Besar

RNA : Ribonucleic Acid

S1 : Subunit 1

S2 : Subunit 2

SARS-CoV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2 TMPRSS-2 : Transmembrane Protease Serine-2

WHO : World Health Organization

(11)

pemerintah adalah pembatasan aktivitas warga dengan memberlakukan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kondisi ini menimbulkan kecemasan pada masyarakat. Diduga tingkat pengetahuan akan memengaruhi tingkat stres dan kecemasan mahasiswa farmasi. Tujuan.

Mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat stres dan kecemasan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017. Metode. Metode yang digunakan adalah pendekatan analitik cross sectional dengan penggunaan rumus Slovin dalam menentukan jumlah sampel. Data-data yang diperlukan akan diperoleh melalui kuesioner daring. Penelitian ini akan berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Desember 2020. Hasil. Sampel penelitian diperoleh sebanyak 150 orang. Berdasarkan uji korelasi Spearman, didapatkan nilai p = 0,011, mengindikasikan terdapatnya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan yang dirasakan, sementara dalam hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat stres tidak dijumpai adanya signifikansi, ditandakan dengan nilai p berada diatas 0,05, yaitu 0,204. Kesimpulan. Terdapat hubungan lemah antara tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat kecemasan selama masa PSBB pada Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017, sementara tidak terlihat adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan stres yang dirasakan.

Kata Kunci : COVID-19, Tingkat Pengetahuan, Stres, Kecemasan

(12)

some people. It is suggested that there is correlation between the level of knowledge about COVID-19 and the stress and anxiety level expressed in pharmacy students. Objectives. This study was conducted to find the correlation between the level of knowledge on COVID-19 and the stress and anxiety level felt by the students of Faculty of Pharmacy, Universitas Sumatera Utara batch 2017. Methods. The method used analytical cross-sectional study design, and the number of samples was determined using Slovin’s formula. The data was collected through online questionnaire. This research was carried from May until December 2020. Results. A total of 150 samples was acquired. Spearman’s Rho correlation test showed that association between level of knowledge and anxiety symptoms was found (p=0,011) and there was no relation observed between the level of knowledge and level of stress (p=0,204). Conclusion. There is a weak relation between the level of knowledge about COVID-19 and the anxiety symptoms reported in the students of Faculty of Pharmacy, Universitas Sumatera Utara batch 2017, however there is no significant relation observed between level of knowledge and level of stress.

Keywords : COVID-19, level of knowledge, Stress, Anxiety

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pada bulan Desember 2019, serangkaian penyakit pernapasan atipikal akut terjadi di Wuhan, Tiongkok. Penyakit ini dalam waktu yang singkat menyebar cepat dari Wuhan ke daerah lain. Setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, ditemukanlah bahwa strain baru dari coronavirus lah yang bertanggung jawab.

Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV) secara resmi dinamai sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) pada 12 Februari 2020 oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) dan pada hari yang sama, World Health Organization (WHO) juga mendeklarasikan bahwa penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 dinamakan sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) karena homologinya yang tinggi (~80%) terhadap Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus (SARS-CoV), yang menyebabkan Acute Respiratory Distres Syndrome (ARDS) dan angka kematian yang tinggi selama 2002-2003 (Kziazek et al., 2003). Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan penyakit ini sebagai pandemi. Saat proposal penelitian ini dibuat, dilaporkan terdapat lebih dari 1,93 juta kasus di 210 negara di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 120 ribu kematian (Bedford et al., 2020).

Wabah SARS-CoV-2 awalnya dianggap dimulai melalui transmisi zoonosis yang terkait dengan pasar makanan laut Huanan, di Wuhan, Tiongkok. Pada laporan awal diidentifikasi dua spesies ular yang bisa menjadi reservoir COVID- 19. Namun, hingga saat ini, belum ada bukti yang konsisten tentang reservoir coronavirus selain mamalia dan burung (Bassetti et al., 2020). Analisis sekuens genomik dari SARS-CoV-2 menunjukkan 85% kesamaan identitas dengan dua coronavirus yang diturunkan oleh kelelawar [bat-derived-Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)-like coronavirus], yaitu bat-SL-CoVZC45 dan bat- SL-CoVZXC21.Hasil ini menunjukkan bahwa mamalia adalah penghubung utama yang paling mungkin antara COVID-19 dan manusia (Lu et al., 2020).

(14)

Belakangan diketahui bahwa penularan dari manusia ke manusia memainkan peran utama dalam penyebaran infeksi COVID-19. Pernyataan ini didukung oleh kasus-kasus yang terjadi dalam keluarga dan di antara orang-orang yang tidak mengunjungi pasar makanan laut Huanan (Wu et al., 2020).

Virus SARS-CoV-2 menyebar dari manusia ke manusia melalui droplet pernapasan. Seseorang dapat terinfeksi apabila memegang wajah setelah tangannya kontak dengan permukaan benda yang terkontaminasi. Gejala seperti demam, batuk, sesak napas, kelelahan, produksi sputum serta sakit kepala muncul setelah masa inkubasi, yaitu selama 5,2 hari (Li et al., 2020). Penyakit ini menjadi sangat mematikan apabila terjadi komplikasi pneumonia dan ARDS yang dapat muncul 9 hari setelah onset gejala (Rothan dan Byrareddy, 2020). Sampai saat proposal ini dibuat, belum terdapat vaksin untuk mencegah penyakit ini, sehingga langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah mencuci tangan, menutup mulut ketika batuk, dan menjaga jarak dengan orang lain. Sementara kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh sejumlah besar negara di seluruh dunia adalah dengan menerapkan pembatasan aktivitas warganya, karantina lokal, dan penutupan berbagai fasilitas umum, termasuk perkantoran dan sekolah (Raoult et al., 2020).

Pemerintah Indonesia sudah menyatakan pandemik COVID-19 sebagai bencana nasional non alam, dan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus ini, pemerintah memberlakukan beberapa kebijakan, seperti pembatasan aktivitas keluar rumah, mewajibkan pelaksanaan pekerjaan dan pembelajaran daring, dan menghentikan kegiatan beribadah massal. Kebijakan-kebijakan tersebut disebut dengan Lockdown (Yunus, 2020). Kebijakan ini diberlakukan berdasarkan UU No. 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan. Akibat dari kebijakan ini, menimbulkan beberapa respon dari masyarakat, terutama stres dan kecemasan.

Kecemasan merupakan hal umum yang sering terjadi untuk merespon perubahan lingkungan atau kejadian yang menyusahkan. Karakteristik dari kecemasan adalah rasa takut yang menyebar, rasa tidak nyaman, sering ditandai dengan gejala otonom seperti sakit kepala, keringat, palpitasi, sesak di dada, ketidaknyamanan pada daerah perut yang ringan, dan kegelisahan, terindikasi jika

(15)

muncul ketidakmampuan untuk tenang atau diam dalam suatu periode waktu.

Pengalaman kecemasan mempunyai dua komponen umum, yaitu kesadaran akan sensasi psikologis (palpitasi dan berkeringat) dan efek viseral motorik yang memengaruhi konsep berpikir, persepsi, dan belajar (Sadock et al., 2015).

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan, antara lain pengalaman masa lalu, peristiwa kehilangan, kondisi fisik, konflik keluarga, konflik interpersonal (pertemanan), lingkungan tempat tinggal, lingkungan pendidikan, dan lingkungan sosial. Selain itu, faktor internal seperti pengetahuan juga diduga mempengaruhi tingkat kecemasan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Rosgen et al., 2007).

Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres juga diartikan sebagai respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari. Stres dapat mempengaruhi seseorang tanpa memandang usia, mulai dari bayi, anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia (Iwan et al., 2018). Stres disebabkan karena adanya stresor, stresor adalah stimulasi yang merupakan situasi dan kondisi yang mengurangi kemampuan untuk merasa senang, nyaman, bahagia dan produktif (Susane, 2017).

Stresor juga diartikan sebagai agen pemrakarsa atau presipitasi yang mengaktifkan proses stres. Stresor bisa bersifat fisika atau biologis, psikologis dan lingkungan (Gamayanti et al., 2018). Stres yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan dan rentan untuk mengidap suatu penyakit maupun memperburuk penyakit (Azizah dan Hartanti, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa COVID-19 merupakan masalah kesehatan yang sangat penting diperhatikan karena selain menimbulkan permasalahan pada kesehatan fisik, penyakit ini juga menimbulkan permasalahan

(16)

pada kesehatan psikis dalam bentuk stres dan cemas. Diduga tingkat pengetahuan tentang COVID-19 akan mempengaruhi tingkat stres dan kecemasan mahasiswa kesehatan. Namun sampai proposal penelitian ini dibuat, belum terdapat penelitian di Indonesia yang meneliti tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat stres dan kecemasan dalam ruang lingkup COVID-19 pada mahasiswa kesehatan. Dengan demikian, penelitian ini penting untuk dilakukan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditetapkan rumusan masalah penelitian “Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan COVID-19 dengan tingkat stres dan kecemasan pada mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN UMUM

Mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat stres dan kecemasan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017.

1.3.2. TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan COVID-19 pada mahasiswa Fakultas Farmasi angkatan 2017 Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui gambaran tingkat stres selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada mahasiswa Fakultas Farmasi angkatan 2017 Universitas Sumatera Utara.

3. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan selama PSBB pada mahasiswa Fakultas Farmasi angkatan 2017 Universitas Sumatera Utara.

(17)

1.4. HIPOTESIS

H0: tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat stres dan kecemasan pada mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017.

H1: terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan tingkat stres dan kecemasan pada mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara angkatan 2017.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi mengenai gambaran tingkat pengetahuan, stres, dan kecemasan mengenai COVID-19 pada mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi mengenai tingkat pengetahuan, stres, dan kecemasan pada mahasiswa dalam menghadapi pandemi, sehingga bermanfaat untuk ilmu kesehatan masyarakat.

3. Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk memperdalam ilmu dalam bidang kesehatan masyarakat dan penulisan karya tulis ilmiah.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. CORONA VIRUS DISEASE 2019

Akhir tahun 2019, terdapat banyak kasus Novel Coronavirus (2019-nCoV) Infected Pneumonia (NCIP) yang telah diidentifikasi di Wuhan, sebuah kota besar dengan jumlah penduduk sebanyak 11 juta orang di Cina tengah. Pada 29 Desember 2019, 4 kasus pertama yang dilaporkan, dan setelah diinvestigasi, semuanya terkait dengan Pasar Grosir Makanan Laut Huanan (Tiongkok Selatan).

Kasus-kasus tersebut kemudian diidentifikasi oleh rumah sakit setempat menggunakan mekanisme pengawasan untuk pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya (pneumonia of unknown etiology) yang dibuat setelah pandemi wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang terjadi pada tahun 2003, dengan tujuan memungkinkan identifikasi patogen baru seperti 2019-nCoV (Xiang et al., 2013).

Pada akhir Januari 2020, penyakit ini dinyatakan sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia [Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)], dan diakui sebagai pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020 (Suganthan, 2019). Pada saat proposal penelitian ini dibuat, lebih dari 1,93 juta kasus COVID-19 telah dilaporkan di 210 negara dan yang mengakibatkan lebih dari 120.000 kematian. Angka fatalitas kasus (case fatality rate) diperkirakan sebesar 4 persen di Cina, tetapi bervariasi secara signifikan antar negara. (Li et al., 2020).

2.1.1.1. EPIDEMIOLOGI

Otoritas kesehatan di Wuhan, Cina (ibukota Provinsi Hubei), melaporkan sekelompok kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya (pneumonia of unknown etiology) pada 31 Desember 2019, dan penyelidikan diluncurkan pada awal Januari 2020. Sebagian besar kasus memiliki hubungan ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan, sehingga virus tersebut diduga berasal dari zoonosis

(19)

(Rothan dan Byrareddy, 2020). Virus yang menyebabkan wabah ini dikenal sebagai SARS-CoV-2, virus yang baru ditemukan terkait erat dengan coronavirus pada kelelawar (Bai et al., 2020).

Pada 12 April 2020, negara-negara yang mempublikasikan data pengujian mereka rata-rata hanya menguji 1 persen dari penduduk. Banyak negara telah memiliki kebijakan resmi untuk tidak menguji mereka yang hanya memiliki gejala ringan. Analisis fase awal wabah hingga 23 Januari memperkirakan 86 persen infeksi COVID-19 belum terdeteksi, dan bahwa infeksi yang tidak terdokumentasi ini adalah sumber infeksi untuk 79 persen dari kasus yang terdokumentasi (Shereen et al., 2020).

Analisis berdasarkan usia di Cina menunjukkan bahwa proporsi kasus yang relatif rendah terjadi pada individu di bawah usia 20 tahun. Namun, belum jelas apakah ini karena orang muda sebenarnya kurang mungkin terinfeksi, atau lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala yang berat, sehingga tidak mencari pertolongan medis dan tidak diuji. Perkiraan awal jumlah reproduksi dasar (R0) untuk COVID-19 pada bulan Januari adalah antara 1,4-2,5 (Viceconte dan Petrosillo, 2020).

Gambar 2.1. Kasus COVID-19 di Indonesia 30 Mei 2020 (sumber : covid19.go.id)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa terdapat 25.773 kasus terkonfirmasi dengan rincian sebagai berikut, 17.185 orang sedang dalam perawatan atau isolasi mandiri, 7.015 orang sudah dinyatakan sembuh, dan 1.573 orang dinyatakan meninggal.

(20)

2.1.1.2. PATOFISIOLOGI

Coronavirus merupakan virus Ribonucleic Acid (RNA) untai tunggal (~30kb) positif yang terselubungi oleh kapsul. Termasuk kedalam famili Coronaviridae, dan tergolong kedalam ordo Nidovirales, yang menginfeksi berbagai spesies inang, baik vertebrata maupun invertebrata. Coronavirus terbagi menjadi empat genus, yaitu α, β, γ, dan δ. Berdasarkan struktur genomiknya, α dan β coronavirus hanya menginfeksi mamalia (Rabi et al., 2020). Virus corona yang menyerang manusia [Human coronavirus (HcoV)] seperti HCoV 229E, OC43 dan NL63 bertanggung jawab untuk flu biasa (common cold) dan croup dan termasuk dalam α coronavirus. Sebaliknya, menurut International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV), SARS-CoV, Middle East Respiratory Syndrome - Corona Virus (MERS-CoV) dan SARS-CoV-2 tergolong kedalam β coronavirus dengan subgenus Sarbecovirus.

Siklus hidup virus pada host terdiri dari 5 langkah berikut : perlekatan (attachment), penetrasi (penetration), biosintesis (biosynthesis), pematangan (maturation) dan pelepasan (release). Setelah virus mengikat host reseptor (attachment), mereka memasuki sel host dengan cara endositosis atau fusi membran (penetration). Setelah konten viral dilepaskan di dalam sel inang, viral RNA memasuki nukleus untuk replikasi. Viral messenger Ribonucleic Acid (mRNA) digunakan untuk membuat protein virus (biosynthesis). Kemudian, partikel virus baru dibuat, setelah melalui proses maturasi, virus tersebut dilepaskan.

Coronavirus terdiri dari empat protein struktural, yaitu spike (S), membrane (M), envelope (E) dan nucleocapsid (N). Spike terdiri dari glikoprotein trimetrik transmembran yang menonjol dari permukaan virus, yang menentukan keragaman coronavirus dan tropisme inang.

Spike terdiri dari dua subunit fungsional (Greenwood, 2012) : 1. Subunit S1 (S1)

Subunit ini bertanggung jawab untuk menentukan tropisme jaringan inang (Tissue Tropism). Tissue tropism adalah ragam sel dan jaringan yang mendukung pertumbuhan virus atau bakteri tertentu. Fungsi dari subunit S1 adalah mengikat reseptor sel inang.

(21)

2. Subunit S2 (S2)

Subunit S2 berfungsi untuk pelaksanaan fusi membran virus dan seluler.

Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2) diidentifikasi sebagai reseptor fungsional untuk SARS-CoV.

Analisis urutan asam amino primer menunjukkan bahwa protein struktural spike dari SARS-CoV-2 dan SARS-CoV memiliki kesamaan identitas secara struktural dan fungsional sebesar 77,5%, sehingga keduanya mengikat protein ACE-2 sebagai reseptor fungsional (Chen et al., 2020; Zhou et al., 2020; Li et al., 2020). Ekspresi ACE-2 tinggi di paru-paru, jantung, ileum, ginjal dan kandung kemih (Zou et al., 2020). Di paru-paru, ACE-2 terutama sangat diekspresikan pada sel-sel epitel paru-paru.

Setelah pengikatan SARS-CoV-2 dengan protein inang, protein spike mengalami pembelahan protease. Pembelahan protease melalui dua urutan langkah untuk mengaktifkan protein spike dari SARS-CoV dan MERS-CoV, yang terdiri dari pembelahan pada situs pembelahan S1/S2 untuk maturasi dan pembelahan untuk aktivasi di situs S′2, yang merupakan sebuah posisi yang berdekatan dengan fusi peptide dalam subunit S2 (Belouzard et al., 2009; Millet dan Whittaker, 2014; Ou et al., 2020).

Setelah pembelahan pada situs pembelahan S1/S2, subunit S1 dan S2 tetap terikat secara non-kovalen dan subunit S1 distal berkontribusi terhadap stabilisasi subunit S2 yang berada pada keadaan prefusi. Pembelahan berikutnya di situs S′2 mungkin dapat mengaktifkan protein spike untuk fusi membran melalui perubahan konformasi yang ireversibel. Protein spike coronavirus merupakan jenis protein spike yang tidak biasa di antara virus-virus, karena jenis ini dapat dibelah dan diaktifkan oleh berbagai protease yang berbeda.

Karakteristik unik dari SARS-CoV-2 di antara coronavirus lainnya adalah keberadaan situs pembelahan furin di situs S1/S2. Situs S1/S2 dari SARS-CoV-2, selama tahap biosynthesis sepenuhnya mengalami pembelahan, berbeda dengan perotein spike SARS-CoV, yang langsung dirakit tanpa pembelahan.

Meskipun situs S1/S2 juga mengalami pembelahan oleh protease lain seperti Transmembran Protease Serine-2 (TMPRSS-2) dan cathepsin L, ekspresi furin di berbagai tempat memungkinan virus ini menjadi sangat patogen (Yuki et al., 2020).

(22)

2.1.1.3. TRANSMISI

Berdasarkan awal mulanya penyakit yang diduga kuat berasal dari Pasar Grosir Makanan Laut Huanan, penyakit ini ditularkan secara zoonosis. Penyakit ini diyakini terutama menyebar melalui kontak dekat antar manusia, yang mana didukung kuat oleh beberapa laporan kasus yang terjadi pada keluarga orang yang mengunjungi Pasar Grosir Makanan Laut Huanan dan pada kasus yang sama sekali tidak berhubungan dengan pasar tersebut. Transmisi antar manusia terutama terjadi via kontak langsung atau melalui droplet yang dihasilkan selama batuk, bersin, atau berbicara oleh orang yang sudah terinfeksi. Baik dahak maupun air liur dapat membawa muatan virus (viral load) dalam jumlah besar. Droplet pernapasan juga dapat dihasilkan selama bernafas, termasuk ketika berbicara, meskipun virus tidak bersifat menular melalui udara (airborne). Droplet dapat mendarat di mulut atau hidung orang-orang yang berada di dekatnya atau mungkin terhirup ke dalam paru-paru. Virus ini juga dapat menyebar ketika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi, termasuk kulit, dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah timbulnya gejala, meskipun penyebaran mungkin terjadi sebelum gejala muncul (Shereen et al., 2020).

Pada sebuah penelitian kecil yang dilakukan pada wanita hamil yang sudah mencapai trimester ketiga dan terkonfirmasi telah terinfeksi virus corona, tidak dijumpai bukti bahwa penularan vertikal dari ibu ke anak dapat terjadi. Tetapi, semua ibu hamil tersebut menjalani operasi sesar (sectio caesarea) saat proses persalinan, sehingga belum dapat dipastikan apakah penularan dapat terjadi jika proses persalinan normal (Huijun et al., 2020).

2.1.1.4. MANIFESTASI KLINIS

Gejala COVID-19 relatif tidak spesifik dan orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala. Dua gejala yang paling umum adalah demam (88%) dan batuk kering (68%). Gejala yang kurang umum termasuk kelelahan, produksi dahak meningkat, kehilangan indera penciuman, sesak napas, nyeri otot dan

(23)

persendian, sakit tenggorokan, sakit kepala, kedinginan, muntah, hemoptisis, diare, atau sianosis (Wang et al., 2020).

Perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini dapat menyebabkan pneumonia berat, sindrom gangguan pernapasan akut, sepsis, syok septik, dan kematian.

Beberapa dari mereka yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala atau tanpa gejala klinis, tetapi dengan hasil tes yang mengkonfirmasi infeksi. Periode inkubasi yang biasa (waktu antara infeksi dan onset gejala) berkisar antara 1 hingga 14 hari (Wang et al., 2020).

Gambar 2.2. Manifestasi klinis COVID-19 (Rothan dan Byrareddy, 2020).

Gejala dari infeksi COVID-19 muncul setelah melewati masa inkubasi, yaitu sekitar 5,2 hari. Terdapat kesamaan umum dalam manifestasi gejala antara COVID-19 dan beberapa penyakit yang disebabkan oleh β coronavirus sebelumnya. Namun, COVID-19 menunjukkan beberapa manifestasi klinis unik yang menargetkan jalan napas bawah, yang dibuktikan dengan munculnya gejala saluran pernapasan atas seperti rhinorrhoea, bersin, dan sakit tenggorokan. Selain itu, pasien yang terinfeksi COVID-19 juga mengalami gejala yang mengganggu percernaan seperti diare. Pada MERS-CoV dan SARS-CoV, persentase pasien yang menunjukkan gejala ini relatif rendah (Rothan dan Byrareddy, 2020).

(24)

2.1.1.5. PENCEGAHAN

Pencegahan COVID-19 bertujuan untuk menjaga keselamatan kita sendiri dan orang lain. Beberapa langkah pencegahan yang direkomendasikan oleh WHO adalah sebagai berikut (WHO, 2019):

1. Secara teratur dan menyeluruh bersihkan tangan dengan usapan alkohol (alcohol rub) atau cuci dengan sabun dan air. Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan alcohol rub akan membunuh virus yang mungkin ada di tangan.

2. Pertahankan jarak setidaknya 1 meter antar individu. Ketika seseorang batuk, bersin, atau berbicara, droplet akan disemprotkan dari hidung atau mulut yang mungkin mengandung virus. Jika terlalu dekat, droplet tersebut dapat terhirup, termasuk virus COVID-19 di dalamnya

3. Hindari pergi ketempat yang ramai dimana orang-orang berkumpul bersama, kita lebih mungkin untuk melakukan kontak dengan seseorang yang terjangkit COVID-19 dan lebih sulit untuk menjaga jarak fisik 1 meter.

4. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. Tangan menyentuh banyak permukaan dan secara tidak sengaja virus dapat melekat kepadanya. Setelah terkontaminasi, tangan dapat memindahkan virus ke mata, hidung, atau mulut.

Dari poin tersebut, virus dapat masuk ke tubuh dan menginfeksi.

5. Pastikan mengikuti kebersihan pernapasan yang baik, seperti menutupi mulut dan hidung dengan siku saat batuk atau bersin, kemudian segera buang tisu bekas (jika digunakan) dan cuci tangan. Dengan mengikuti kebersihan pernapasan yang baik, kita akan melindungi orang-orang sekitar dari virus.

6. Tetap di rumah dan isolasi diri. Jika harus meninggalkan rumah, kenakan masker untuk menghindari kontak dengan orang lain. Menghindari kontak dengan orang lain akan melindungi kita dan orang lain dari kemungkinan terjangkit COVID-19.

7. Jika mengalami demam, batuk, dan sulit bernapas, cari bantuan medis, tetapi dianjurkan untuk menelepon terlebih dahulu jika memungkinkan dan ikuti petunjuk dari otoritas kesehatan setempat. Menelepon terlebih dahulu akan memungkinkan penyedia layanan kesehatan dengan cepat mengarahkan ke

(25)

fasilitas kesehatan yang tepat. Hal ini juga akan melindungi dan membantu mencegah penyebaran virus.

8. Senantiasa mencari informasi terbaru dari sumber tepercaya, seperti dari laman situs WHO atau otoritas kesehatan lokal dan nasional. Otoritas lokal dan nasional paling baik ditempatkan untuk memberi nasihat tentang apa yang harus dilakukan orang di setiap daerah.

2.1.2. PENGETAHUAN

2.1.2.1 DEFINISI PENGETAHUAN

Menurut McQueen (1999), pengetahuan diartikan sebagai pengalaman, pemahaman dan pemahaman lingkungan atau konteks masalah yang mengatur perilaku kita sedemikian rupa untuk mendapatkan respons yang diperlukan.

Demikian pula, Davenport dan Prusak (1998) mendefinisikan pengetahuan sebagai campuran dari pengalaman, nilai-nilai, informasi kontekstual, serta wawasan ahli yang menyediakan kerangka kerja untuk mengevaluasi dan menggabungkan pengalaman dan informasi baru.

Pengetahuan tidak berasal dari kumpulan fakta yang sederhana, tetapi merupakan proses manusia yang unik yang tidak dapat direduksi atau direplikasi secara sederhana (Krogh et al., 2000). Itulah sebabnya pengetahuan berhubungan dengan kemampuan manusia untuk menyelaraskan informasi pengalaman seseorang atau pengalaman orang lain dengan kemampuan dan pengalaman untuk menggunakan informasi selama pengambilan keputusan, melakukan kegiatan dan mencapai hasil (Judicibus, 2002).

Secara singkat, dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah suatu gabungan pemahaman informasi dengan nilai-nilai serta pengalaman seseorang yang dapat menentukan hasil dari keputusan seseorang.

2.1.2.2. JENIS PENGETAHUAN

Berdasarkan Dombrowski et al. (2013), pengetahuan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut :

1. Pengetahuan eksperimental (Experiental knowledge)

(26)

Pengetahuan eksperimental adalah pengetahuan yang didapatkan dari koneksi langsungdengan lingkungan, melalui sistem sensorik, dan kemudian diproses oleh otak. Misalnya, jika seseorang ingin mengetahui bagaimana melakukan operasi usus buntu atau apendektomi, maka orang tersebut harus melihat proses operasi, memahami bagaimana cara kerjanya, dan juga melakukan operasi tersebut secara langsung. Pengetahuan semacam ini, tidak bisa didapatkan hanya dengan membaca buku dan melihatnya di suatu layar kaca saja tanpa turun langsung ke lapangan. Pengetahuan eksperimental merupakan hal yang personal, karena hanya dapat jika sistem sensorik melakukan kontak langsung yang kemudian informasi tersebut dilanjutkan untuk diproses oleh otak.

Pengetahuan ini secara prinsip didasarkan pada persepsi dan refleksi.

2. Keterampilan (Skills)

Keterampilan diartikan sebagai pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (know-how). Pengetahuan ini didasarkan pada pengetahuan eksperimental, tetapi merupakan pengetahuan yang terstruktur dengan baik dan berorientasi pada aksi yang didapatkan dengan cara melakukan suatu tugassecara berulang dan belajar pada saat melakukannya. Pengetahuan jenis ini digunakan untuk mempelajari hal seperti bagaimana cara memanah, bermain alat musik ataupun berenang. Pengetahuan ini sering juga disebut sebagai pengetahuan prosedural (procedural knowledge).

3. Klaim pengetahuan (Knowledge claims)

Jenis pengetahuan ini adalah pengetahuan yang seseorang ketahui, atau orang tersebut merasa bahwa dia tahu. Tidak dapat diketahui seberapa banyak pengetahuan yang diketahui seseorang karena pengetahuan yang dimaksud termasuk pengetahuan eksplisit dan pengetahuan yang tersirat. Pengetahuan eksplisit adalah sesuatu yang dipelajari di sekolah, yang didapat dari buku, ataupun yang didengar dari pembicara konferensi. Pengetahuan tersirat yang dimaksud berarti pengalaman yang terdapat di zona bawah sadar dan dimanifestasikan sebagai intuisi. Bahasa adalah komponen esensial yang mengubah pengalaman emosional dan spiritual menjadi pengetahuan rasional atau eksplisit.

(27)

2.1.2.3. TINGKAT PENGETAHUAN

Dalam ranah kognitif yang tercantum dalam taksonomi Bloom (1956), dijelaskan bahwa segala aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi yang dilambangkan dengan C (Cognitive), yaitu :

1. C1 (Pengetahuan/Knowledge)

Pada tingkat ini, kemampuan dalam mengingat kembali materi yang telah dipelajari sangat ditekankan. Materi yang dimaksud adalah pengetahuan tentang istilah, fakta tertentu, urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria dan juga metodologi. Jenjang ini merupakan tingkatan terendah, namun menjadi prasyarat dasar agar dapat lanjut ke tingkatan selanjutnya.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk menggambarkan tingkatan ini adalah mendeskripsikan, mengidentifikasi, mengetahui, mengenal, mencatat, meniru, mengulang, memberi kode, menamai, menandai, menggambarkan serta memberi indeks.

Contoh dari pengetahuan dalam tingkat ini adalah menghapalkan undang-undang, memberitahu harga suatu barang kepada konsumen, dan menginformasikan peraturan keselamatan.

2. C2 (Pemahaman/Comprehension)

Pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami suatu materi tertentu yang dipelajari. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud adalah :

a. Translasi : Kemampuan untuk mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain.

b. Interpretasi : Kemampuan untuk menjelaskan materi tertentu.

c. Ekstrapolasi : Kemampuan untuk memperluas arti dari suatu konsep.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah memahami, mengonversi, membedakan, mencontohkan, memperkirakan, menginterpretasikan, mempertahankan, membandingkan, mengurai kata-kata sendiri, menerjemahkan, menyimpulkan, memprediksi serta menuliskan kembali.

(28)

3. C3 (Penerapan/Application)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu konsep pada situasi baru dalam kehidupan nyata. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam tingkatan ini adalah menerapkan, mengubah, mengonstruksi, mendemonstrasikan, memanipulasi, memodifikasi, mengoperasi, memprediksi, dan memecahkan.

4. C4 (Analisis/Analysis)

Dalam tingkatan ini, materi atau konsep dijabarkan menjadi beberapa bagian komponen sehingga struktur organisasi dari konsep tersebut dapat dimengerti.

Kemampuan ini dapat berupa analisis elemen atau bagian-bagian materi, mengidentifikasi hubungan serta analisis pengorganisasian prinsip. Misalnya, mengumpulkan informasi dari suatu departemen dan memilih tugas-tugas tertentu yang diperlukan untuk pelatihan sumber daya manusia baru.

Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam tingkatan ini adalahmenganalisis, menguraikan, membandingkan, mengilustrasikan, menghubungkan, memisahkan, menyimpulkan, melatih, mendiagnosis, dan menguji.

5. C5 (Mengevaluasi/Evaluating)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Pengetahuan dalam tahap ini dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik penerapan baru serta cara baru dalam menganalisis dan sintesis.

Terdapat dua jenis evaluasi, yaitu : a. Evaluasi berdasarkan bukti internal b. Evaluasi berdasarkan bukti eksternal

Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan tingkatan pengetahuan ini adalah membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengkritik, menimbang, memutuskan, memperjelas, menugaskan, memvalidasi serta memproyeksikan.

6. C6 (Menciptakan/Creating)

(29)

Pada tahap ini, seseorang sudah dapat membangun sebuah struktur atau pola dari berbagai kumpulan elemen. Membangun bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan dengan tujuan untuk menciptakan sebuah konsep atau struktur baru. Contoh dari tingkat pemahaman ini adalah membangun sebuah mesin dengan tujuan untuk mengerjakan suatu tindakan tertentu. Kata kerja operasional yang dapat menggambarkan tingkatan ini adalah mengkategorikan, mengombinasikan, mengomposisi, mengorganisasi, merekonstruksi dan merevisi.

2.1.2.4. METODE MEMPEROLEH PENGETAHUAN

Menurut Suryasumantri (2001), pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama, mendasarkan diri kepada rasio atau dapat juga disebut rasionalisme, cara yang kedua adalah mendasarkan kepada pengalaman mengembangkan paham atau dapat juga disebut empirisme.

Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Non-Ilmiah a. Akal sehat

Akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Akal sehat ini dapat menunjukkan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.

b. Intuisi

Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya, yang mana, biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Pendekatan ini tidak bersifat sistemik.

c. Prasangka

Pengetahuan yang didapan melalui akal sehat, dapat bersifat subyektif karena biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya, sehingga membuat pengetahuan ini berubah dari hal yang khusus menjadi terlalu luas. Inilah yang disebut prasangka.

(30)

d. Penemuan coba-coba (trial and error)

Pengetahuan yang didapat menggunakan cara pendekatan ini bersifat tidak terkontrol dan tidak pasti. Dilakukan dengan ketidaksengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama.

e. Otoritas

Pengetahuan yang didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan formal yang tinggi atau memiliki kekuasaan sehingga dipercaya benar, walaupun tidak semuanya benar karena tidak sepenuhnya melalui percobaan yang pasti.

2. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris dan dibangun diatas teori-teori terdahulu sehingga ditemukan pembenaran-pembenaran atau perbaikan-perbaikan atas teori sebelumnya.

Pengetahuan dianggap ilmiah jika memenuhi beberapa syarat, yaitu : a. Objektif : pengetahuan itu sesuai dengan objek.

b. Metodik : pengetahuan itu diperoleh dengan cara-cara tertentu dan terkontrol.

c. Sistematis : pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri satu sama lain saling berkaitan, dan saling menjelaskan, sehingga terbentuk suatu keseluruhan yang utuh.

d. Berlaku secara universal : pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang yang melakukan eksperimen yang sama akan menghasilkan sesuatu yang sama atau konsisten.

2.1.2.5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN Terdapat beberapa hal yang diketahui akan mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007), antara lain:

(31)

1. Pedidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan mempengaruhi pengetahuan, yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pengetahuannya dan semakin mudah orang tersebut menerima informasi.

2. Informasi dan Media Massa

Informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang lebih berguna untuk mengambil suatu keputusan (Sidharta, 1995). Infomasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact), sehingga menghasilkan peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Status sosial dan ekonomi seseorang akan menentukan kemampuannya dalam menjangkau suatu fasilitas pendidikan yang penting untuk meraih pengetahuan. Begitu pula dengan kebudayaan setempat dan kebiasaan keluarga yang dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan baru oleh setiap individu.

(32)

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu (Mubarak, 2012). Peristiwa yang pernah dialami sebelumnya akan memberikan pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang serupa di masa depan.

2.1.2.6. PENGUKURAN PENGETAHUAN

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.

2.1.3. STRES

2.1.3.1. DEFINISI STRES

Pengertian stres pada umumya adalah suatu rasa tertekan yang terjadi didalam individu yang dapat disebabkan oleh adanya ketidakselarasan antara kenyataan dan harapan yang telah direncanakan oleh individu tersebut baik dalam bentuk rohaniah maupun bentuk jasmani (Sukadiyanto, 2010).

Kozier pada tahun 2011 menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi pada individu dimana dia merespon terhadap adanya perubahan dalam status keseimbangan dari normalnya. Stres dapat memberi dampak pada emosi, fisik, sosial, intelektual dan spiritual. Secara intelektual, stres dapat mempengaruhi persepsi seseorang serta kemampuannya. Secara fisik, stres yang muncul akan menyebabkan timbulnya perasaan negatif terhadap dirinya sendiri. Secara sosial, stres yang muncul akan dapat menyebabkan hilangnya suatu keyakinan dan nilai diri seseorang. Selain itu, banyak pula penyakit yang dikaitkan dengan adanya stres yang muncul (Chaidir dan Maulina, 2015).

(33)

Stres adalah suatu permasalahan umum yang sering dihadapi oleh setiap individu. Dalam lingkup pendidikan dan akademik, stres merupakan suatu pengalaman yang sebagian besar akan dihadapi di tiap waktunya. Hal ini berlaku pada setiap pencari ilmu, tak hanya pada siswa yang bersekolah di sekolah dasar, maupun mahasiswa yang berada di universitas. Hal ini dapat dilihat dari adanya tuntutan akademik yang dihadapkan kepada mereka seperti tugas rumah, ujian sekolah, dan lainnya (Gaol, 2016).

2.1.3.2. ETIOLOGI STRES

Stres sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan manusia, namun stres pun tidak akan datang secara tiba-tiba tanpa adanya penyebab, atau stresor pemicunya. Setidaknya secara garis besar ada 3 yang dapat memicu munculnya stres, yaitu :

1. Psikologis

a. Cemas akan hasil yang dicapai

Seseorang yang memiliki suatu target tujuan yang bermacam-macam, namun pada saat proses pencapaiannya tidak sesuai dengan apa yang telah ia rencanakan sehingga hasilnya kurang memuaskan ini akan memicu munculnya stresor stres yang dapat mengganggu pekerjaan lainnya (Sukadiyanto, 2010).

b. Situasi

Seseorang yang dihadapkan dengan situasi yang berkecamuk dengan banyaknya konflik yang ada, situasi yang dapat mengancam, serta adanya situasi frustasi yang lama berkepanjangan dapat memicu munculnya stresor.

c. Perasaan dan emosi

Perasaan yang was-was, perasaan tak nyaman dapat menyebabkan munculnya stresor yang dapat memicu stres. Emosi yang berlebihan, emosi yang tak stabil seperti mudah merasa khawatir, cemburu, takut dan sebagainya dapat memicu juga munculnya stres tersebut.

(34)

2. Biologis

Adanya genetika yang menurun dari orang tua yang sering mendapatkan stesor stres yang berlebih dapat menyebabkan orang tersebut juga dapat mudah memicu stres bagi dirinya.

3. Sosial

Faktor ini dapat berasal dari keluarga. Adanya tuntutan dari keluarga yang berlebih yang sekiranya orang tersebut tidak dapat meraihnya dapat menimbulkan beban yang nantinya akan berimbas terhadap munculnya stres pada diri orang tersebut (Putra et al., 2017).

2.1.3.3. FAKTOR PEMICU STRES 1. Lingkungan

Lingkungan dapat diartikan sebagai lingkungan keluarga, bermasyarakat, maupun kondisi lingkungan sekitar. Beberapa lingkungan tersebut memiliki dua unsur, yakni unsur positif dan unsur negatif. Kedua unsur ini memiliki dampak tersendiri bagi diri seseorang sesuai dengan pemahaman pribadi terhadap lingkungan tersebut. Adanya tuntutan dalam menyesuaikan lingkungan inilah yang dapat menjadi stresor bagi seseorang.

2. Diri sendiri

Adanya kebutuhan diri sendiri berupa tuntutan terhadap suatu keinginan yang ingin dicapai dapat menimbulkan munculnya stres.

3. Pikiran

Pikiran individu yang menumpuk dan tak terselesaikan, ataupun merasa dirinya tak mampu menyelesaikan hal tersebut dapat menimbulkan stresor stres sehingga orang tersebut akan terlihat tertekan, banyak pikiran, dan dapat berakhir pada depresi (Musradinur, 2016).

2.1.3.4. FISIOLOGI STRES

Tubuh memiliki dua repons terhadap rangsangan stres yaitu General Adaptation Syndrome (GAS) dan juga Local Adaptation Syndrome (LAS).

(35)

1. General Adaptation Syndrome (GAS)

Pada sistem ini tubuh merespon stres dengan melibatkan sistem endokrin dan juga sistem saraf otonom, hal ini lah yang menyebabkan GAS disebut juga sistem neuroendokrin, GAS terdiri dari tiga tahap:

a. Alarm reaction (Respon Peringatan)

Tahap ini terjadi dimana tubuh dihadapkan dengan stresor, yang dapat menyebabkan tubuh mengalami kebingungan dan kehilangan arah.

Apabila tubuh telah merespon adanya hal ini, maka tubuh akan mengeluarkan beberapa hormon yang akan dialirkan kedalam darah sebagai akibat dari respon stres tersebut. Aliran hormon dalam darah inilah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan laju pernafasan, detak jatung meningkat, serta otot tubuh akan menegang sebagai persiapan dalam menghadapi aksi energi lebih banyak.

b. Resistance (Tahap Pertahanan)

Pada tahap ini hormon mulai menuju tahap normal, semua sistem tubuh mulai kembali normal, seperti curah jantung juga mulai kembali normal.

Sesaat setelah itu tubuh mulai mempersiapkan penyesuaian terhadap stres dengan melibatkan satu sistem organ secara menyeluruh. Apabila hal ini terjadi terus menerus maka tubuh tidak akan mampu lagi untuk beradaptasi, akibat yang terjadi karena hal ini adalah seorang individu akan mulai merasa gugup, mudah marah, mudah lelah, dan akan kehilangan energi dalam jumlah yang banyak.

c. Exhaustion/Distress (Tahap Kehabisan Energi)

Pada tahap ini seseorang akan mulai kehabisan energi akibat tubuh yang tak mampu lagi beradaptasi dengan stres yang terus menerus, apabila hal ini terus terjadi maka hal terburuk yang akan terjadi adalah kematian jaringan dan organ.

2. Local Adaptation Syndrome (LAS)

Respon tubuh terhadap stres hanya terjadi setempat dan dibutuhkan adanya stresor agar dapat terjadi. LAS hanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat, dan hanya bertujuan untuk homeostasis tubuh regional. Contohnya adalah ketika tubuh terjadi inflamasi di daerah tubuh tertentu (Sherwood, 2014).

(36)

2.1.3.5. DAMPAK STRES

Stres memiliki dua dampak, yakni dampak positif (eustress) dan dampak negatif (distress). Ketika tubuh menghadapi stres dengan bentuk eustress, maka tubuh akan mengalami peningkatan kesehatan dan peningkatan kinerja kerjanya, akan tetapi jika tubuh meresponnya dengan distress, maka mengakibatkan gangguan dalam kesehatan dan gangguan dalam kinerja kerjanya. Stres yang dapat berdampak positif adalah jika stres itu tidak melebihi tingkat maksimal dimana tubuh masih dapat mengompensasi stres tersebut, sedangkan stres yang dapat berdampak negatif adalah ketika stres tersebut mencapai batas maksimal atau melebihinya sehingga tubuh tidak dapat lagi mengompensasi stres tersebut.

Timbulnya eustress dan distress sendiri tergantung pribadi seseorang, jika pribadi tersebut mampu menghadapi sejumlah tuntutan yang dilontarkan serta dapat menerima tuntutan tersebut baik secara fisik maupun psikologis maka dampak yang muncul adalah eustress, sedangkan jika ia tak sanggup menghadapinya, maka dampak yang muncul adalah distress (Gaol, 2016).

2.1.3.6. TINGKATAN STRES

Psychology Foundation of Australia (2014) menjelaskan bahwasanya tingkatan stres dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu :

1. Stres Normal

Pada tingkatan ini, stres terjadi secara alami berasal dari diri sendiri. Biasanya stres pada tingkatan ini muncul saat seseorang mengalami kondisi kesulitan setelah mengerjakan tugas, tidak yakin atas kelulusannya setelah ujian, terjadi peningkatan frekuensi detak jantung dan lainnya.

2. Stres Ringan

Tingkatan stres pada tahap ini dapat berlangsung sekitar beberapa menit ataupun beberapa jam, stresor munculnya stres ini dapat berupa dikritik orang lain, stres setelah dimarahi oleh dosen, serta stres akibat dihadapkan dengan kemacetan. Tahapan stres ini apabila tidak ditangani atau tidak dikelola dengan baik maka akan mengganggu kesehatan diri.

(37)

3. Stres Sedang

Tingkatan stres ini akan berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari.

Contoh stresor pemicu stres ini adalah perselisihan dengan pasangan ataupun teman dekatnya. Seseorang yang telah mencapai stres pada tahap ini ia akan cenderung cemas, mudah lelah, mudah marah, mudah tersinggung, dan menjadi tidak sabaran.

4. Stres Berat

Tingkatan pada stres ini akan berdampak hingga berminggu-minggu, stresor pemicunya masih berkaitan dengan perselisihan dengan pasangan atau teman dekat yang masih berkelanjutan, merasa kekurangan dari segi fisik, dan kekurangan segi finansial. Orang yang berada pada tingkatan ini akan merasa bahwa hidupnya tak berguna, mudah putus asa, terus menerus merasakan tekanan, dan tidak dapat menerima sinyal positif.

5. Stres Sangat Berat

Tingkatan ini telah memasuki fase kronis dimana stres pada tngkatan ini dapat berlangsung hingga berbulan-bulan, bahkan bisa sampai waktu yang tak ditentukan. Orang yang berada pada tahapan ini akan mengalami depresi berat dan merasa bahwa hidupnya tidak berguna dan menyusahkan (Puspitha, 2017).

2.1.3.7. PENILAIAN TINGKAT STRES

Terdapat berbagai cara untuk mengukur tingkat stres seseorang, diantaranya dapat menggunakan skala DASS (Depression Anxiety Stress Scale) 21 dan 42.

Pengukuran tingkat stres dapat menggunakan alat pengukuran ini, dimana DASS telah disusun dan dibuat oleh Lovibond pada tahun 1995. DASS sendiri terdiri dari 2 macam yaitu, DASS 21 dan DASS 42, dikatakan demikian karena sesuai dengan angka pertanyaan yang ada didalamnya. Pada DASS 21 terdapat pertanyaan sebanyak 21 pertanyaan, sedangkan pada DASS 42 terdapat 42 butir pertanyaan. Alat ini digunakan untuk mengukur depresi, kecemasan, dan stres.

Hasil interpretasi dari alat ukur ini yaitu, dapat berupa stres normal, ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

(38)

2.1.4. KECEMASAN

2.1.4.1. PENGERTIAN KECEMASAN

Menurut Kamus Kedokteran Dorland, kata kecemasan atau disebut dengan anxiety adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan, berupa respon- respon psikofisiologis yang timbul sebagai antisipasi bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak di sadari secara langsung (Dorland, 2012). American Psychiatric Association mendefenisikan kecemasan sebagai berikut: Kecemasan adalah ketakutan atau keprihatinan, tegang, atau rasa gelisah yang berasal dari antisipasi bahaya, sumber yang sebagian besar tidak dapat dikenali atau yang tidak dikenal (Miyazaki et al., 2016).

Ansietas adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi ancaman. Pengaruh tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis yaitu, ansietas atau kecemasan (Craske dan Stein, 2016). Dalam arti tradisional, istilah kecemasan menunjuk kepada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi subyektif dan arousal atau rangsangan fisiologis (Morrison dan Heimberg, 2013). Penyebab kecemasan berasal dari dalam dan sumbernya sebagian besar tidak di ketahui sedangkan ketakutan merupakan respon emosional terhadap ancaman atau bahaya yang sumbernya biasanya dari luar yang dihadapi secara sadar. Kecemasan dianggap patologis bilamana mengganggu fungsi sehari- hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar (Anxiety and Depression Association of America, 2017).

2.1.4.2. MACAM-MACAM KECEMASAN

Macam-macam kecemasan yaitu kecemasan obyektif (realistics) ialah jenis kecemasan yang berorientasi pada aspek bahaya-bahaya dari luar seperti misalnya melihat atau mendengar sesuatu yang dapat berakibat buruk. Kecemasan neurosis

(39)

adalah suatu bentuk jenis kecemasan yang apabila insting pada panca indra tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat dikenakan sanksi hukum. Kecemasan moral adalah jenis kecemasan yang timbul dari perasaan sanubari terhadap perasaan berdosa apabila seseorang melakukan sesuatu yang salah (Patel dan Greydanus, 2011).

2.1.4.3. GEJALA KECEMASAN

Beberapa gejala dari kecemasan antara lain (Van Der Heiden et al., 2011):

1. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

2. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan bergairah (excited) yang memuncak, sangat rongseng (irritable), akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.

3. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi dan delusi seperti dikerjar- kejar (delusion of persecution).

4. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan sering kali menderita diare.

5. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

Gejala tersebut kemudian dapat diklasifikasikan menjadi tiga (Starosta dan Brenner, 2018), yaitu :

1. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah dan tersinggung.

2. Gejala sikap dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen.

3. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap suatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, dan sulit berkonsentrasi.

(40)

2.1.4.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN Terdapat dua faktor utama yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu : 1. Pengalaman negatif pada masa lalu

Penyebab utama munculnya kecemasan yaitu adanya pengalaman traumatis yang terjadi pada masa kanak-kanak. Peristiwa tersebut mempunyai pengaruh pada masa yang akan datang. Ketika individu menghadapi peristiwa yang sama, maka akan merasakan ketengangan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan (Yehuda et al., 2015).

2. Pikiran yang tidak rasional

Pikiran yang tidak rasional dapat dibagi lagi menjadi 4 bentuk (Brook dan Schmidt, 2008), yaitu:

a. Kegagalan katastropik : individu beranggapan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan menimpa dirinya sehingga individu tidak mampu mengatasi permasalahannya.

b. Kesempurnaan : individu mempunyai standar tertentu yang harus dicapai pada dirinya sendiri sehingga menuntut kesempurnaan dan tidak ada kecacatan berperilaku.

c. Persetujuan

d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.

Faktor risiko lain yang juga mempengaruhi kecemasan seseorang, antara lain:

1. Usia dan tahap perkembangan, faktor ini memegang peran yang penting pada setiap individu karena berbeda usia, maka berbeda pula terhadap tahap perkembangannya, hal tersebut dapat mempengaruhi dinamika kecemasan pada seseorang (Beesdo et al., 2009).

2. Lingkungan, yaitu kondisi yang ada di sekitar manusia. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi perilaku baik dari faktor internal maupun eksternal.

Terciptanya lingkungan yang cukup kondusif akan menurunkan resiko kecemasan pada seseorang (Hettema et al., 2005).

(41)

3. Pengetahuan dan pengalaman, dengan pengetahuan dan pengalaman seorang individu dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah psikis, termasuk kecemasan (Blanco et al., 2014).

Peran keluarga, keluarga yang memberikan tekanan berlebih pada anaknya yang belum mendapat pekerjaan menjadikan individu tersebut tertekan dan mengalami kecemasan (Blanco et al., 2014).

2.2. KERANGKA TEORI

Gambar 2.3. Kerangka teori

(42)

2.3. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.4. Kerangka konsep.

Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahuan tentang COVID-19

Tingkat Stres

Tingkat Kecemasan

(43)

BAB III

METODE PENELITAN 3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Pada penelitian ini, digunakan metode penelitian analitik, yang meneliti tentang hubungan antara variabel dependen dan independen, dengan variabel dependen yaitu tingkat stres dan tingkat kecemasan, dan variabel independen, yaitu tingkat pengetahuan tentang pandemi COVID-19. Pada penelitian ini, akan dilakukan pengukuran variabel independen dan dependen, yang kemudian akan dianalisis data yang sudah terkumpul untuk mencari hubungan antara kedua variabel tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional.

Menurut Notoatmodjo (2010), pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.

3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang terletak pada Jl. Tri Dharma No. 5, Pintu 4 Kampus USU, Kecamatan Medan Baru, Medan 20153, Sumatera Utara. Namun, berhubung disaat penelitian ini dilaksanakan peraturan PSBB yang ditetapkan pemerintah masih berlaku, penelitian ini akan dilakukan secara daring melalui aplikasi administrasi survei Google Forms. Pemilihan metode ini dipilih dengan alas an agar memudahkan proses pengambilan data yang diperlukan sehingga diharapkan dapat memenuhi besar sampel minimal penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2020.

3.3. POPULASI DAN SAMPEL 3.3.1. POPULASI

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian tentang tingkat stres yang dilakukan oleh Abdulghani (2008) di Saudi Arabia terhadap 494 partisipan, diketahui bahwa prevalensi stres pada mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dengan stigma terhadap pasien positif

Berdasarkan hasil analisi menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Semester 7 tentang hubungan COVID-19 dengan penyakit jantung berada pada

Hubungan respon mahasiswa terhadap pembelajaran blended learning diera covid 19 dengan tingkat stres dibutuhkan melakukan kegiatan yang positif dalam menjalani

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan masyarakat pada pencegahan virus corona disease (covid-19) di

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut permasalahan ini pada penelitian yang berjudul “hubungan tingkat pengetahuan tentang Covid-19

iii LEMBAR PERSETUJUAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG COVID 19 DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pada pengetahuan reseponden terdapat responden 3 10% yang memiliki pengetahuan kurang baik dalam Pencegahan Covid-19.. walaupun kasus