• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Perilaku a. Pengertian

Perilaku adalah responden individu terhadap suatu stimulasi atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik maupun tidak.Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (A. Wawan, 2010).Menurut Robert Kwick dalam Notoatmodjo (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat dinikmati dan dapat dipelajari. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang nimbang) individu akanmempertimbangkan

baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Bentuk Perilaku

Pada bentuk perilaku juga dijelaskan bahwamenurut Wawan dan Dewi (2010), bentuk perilaku ada dua macam yaitu:

1) Bentuk Pasif

Bentuk pasif yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.

2) Bentuk Aktif

Bentuk aktif yaitu apabila perilaku jelas dapat diobservasi secara langsung. Bentuk ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata. Di bawah ini macam-macam perilaku menurut Notoatmodjo (2007), perilaku di bedakan menjadi dua yaitu :

a) Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulasi tersebut masih belum dapat diamati oleh orang lain secara jelas. Respon ini masih terbatas pada perhatian perasaan, presepsi, pengetahuan dan terhadap stimulasi yang bersangkutan. b) Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulasi tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain dari luar atau observable behavior.

c. Dominan Perilaku

Menurut Benjamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) dalam seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan :

2) Afektif (afective) dapat diukur dari sikap.

3) Psikomotor (psychomotor) dapat diukur dari tindakan yang dilakukan.

d. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku dan dijelaskan menurut Lawrence Green (1980) dalam Kusmiran (2012):

1) Faktor predisposisi (predisposing factor)

Alam faktor ini terwujud dalam pengetahuan fisik, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tingkat pendidikan, tingkat sosial yang terdapat dalam individu maupun masyarakat.

2) Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor ini terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, seperti tersedianya pelayanan kesehatan dan sumber daya manusia.

3) Faktor pendorong

Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya dukungan dari keluarga, teman dan dukungan masyarakat.

e. Cara Pengukuran Perilaku

Skala Likert digunakan untuk mengukur perilaku, pendapat, dan . persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011). Menurut Azwar (2012) beberapa bentuk jawaban pernyataan yang masuk dalam kategori skala Likert antara lain:

Tabel 2.1 Beberapa Bentuk Jawaban Petanyaan

Pertanyaan Nilai Pertanyaan Nilai Pertanyaan

Positif Negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

Tidak pernah 1 4

Skor individu pada skala perilaku merupakan skor perilakunya, skor dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala.

2. Remaja

a. Pengertian

Remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak-anak menuju masa dewasa (Kusmiran, 2012).

Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik secara fisik, mental, maupun peran sosial (Andhyantoro dan Kumalasari, 2012).

b. Tujuan Perkembangan Remaja

Dalam tujuan perkembangan remaja terdapat perkembangan pribadi yaitu:

1) Keterampilan kognitif dan nonkognitif yang dibutuhkan agar dapat mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu.

2) Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi masalah-masalah pribadi secara efektif.

3) Kecakapan-kecakapan sebagai seorang pengguna kekayaan kultural dan peradaban bangsa.

4) Kecakapan untuk dapat terikat dalam suatu keterlibatan yang intersif pada suatu kegiatan.

Kemudian terdapat perkembangan sosial yaitu:

a) Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan dirinya, baik dalam kelas sosial, subkultur, maupun usia.

b) Pengalaman di mana tindakannya dapat berpengaruh pada orang lain.

c) Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-tujuan bersama (interaksi kelompok).

c Batasan Remaja

Batasan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap perkembangan (Andhyantoro dan Kumalasari, 2012) yaitu : 1) Remaja awal (Early Adolescent) adalah anak yang telah

mencapai usia 10 sampai 12.

a) Lebih dekat dengan teman sebaya. b) Ingin bebas.

d) Mulai berfikir abstrak.

2) Remaja madya atau pertengahan (Middle Adolescent) adalah anak yang telah mencapai usia 13 sampai 15 tahun.

a) Mulai mencari identitas diri.

b) Timbul keinginan untuk berkencan. c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam. d) Berkhayal tentang aktivitas seks.

3) Remaja akhir (Late Adolescent) adalah anak yang telah mencapai usia 17 sampai 20 tahun.

a) Pengungkapan kebebasan diri b) Lebih selektif memilih teman.

c) Mempunyai citra tubuh (body image) d) Dapat mewujudkan rasa cinta

d. Tugas-tugas pada Perkembangan Masa Remaja

Menurut Soejtiningsih (2010) dalam perkembangan masa remaja terdapat tugas-tugas yaitu :

1) Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa.

2) Memperoleh peranan sosial.

3) Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif. 4) Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua.

5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri. 6) Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.

7) Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga. 8) Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral.

e. Masa Transisi Remaja

Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (2000) masa transisi tersebut sesuai pendapat Gunarsa (1978) dalam Kusmiran (2012) yaitu :

1) Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh

Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang konsisten.

2) Tansisi dalam kehidupan emosi.

Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupun marah-marah.

3) Transisi dalam kehidupan sosial

Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, di mana lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri (melepaskan ikatan dengan keluarga).

4) Transisi dalam nilai-nilai moral

Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini ramaja mulai meragukan nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.

5) Transisi dalam pemahaman

Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan kemampuan berfikir abstrak.

f. Karakteristik masa remaja

Perubahan fisik remaja berhubungan dengan karakteristik fisik remaja, perubahan hormonal remaja, tanda kematengan seksual dan reaksi terhadap menarche. Menarche merupakan tanda-tanda dari kematangan fungsi seksual pada wanita. Karakteristik remaja (Adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa, secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual (Yanti, 2012).

g. Karakteristik perubahan fisik remaja wanita

Perubahan fisik remaja yaitu terjadinya perubahan secara biologi yang ditandai dengan kematangan organ seks primer dan sekunder. Yang dimaksud seks primer adalah berhubungan langsung dengan organ seks (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

Menurut Marmi (2013) semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Ovarium dapat menghasilkan sel telur mulai berfungsi

dengan matang dibawah pengaruh hormon gonadotropin dan hipofisis, folikel mulai tumbuh meski belum matang tetapi sudah dapat mengeluarkan estrogen, kemudian korteks suprarenal membentuk androgen yang berperan pada pertumbuhan badan. Selain pengaruh hormon somatotropin diduga kecepatan pertumbuhan dipengaruhi juga oleh estrogen. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual (Kusmiran, 2012) seperti :

1) Pertumbuhan payudara, terjadi pada anak yang telah mencapai usia 7 sampai 13 tahun.

2) Pertumbuhan rambut kemaluan, terjadi pada anak yang telah mencapai usia 7 sampai 14 tahun.

3) Pertumbuhan badan atau tubuh, terjadi pada anak yang telah mencapai usia 9,5 samapai 14,5 tahun.

4) Menarche, pada anak yang telah berusia 10 sampai 16,5 tahun. 5) Pertumbuhan bulu ketiak, terjadi pada 1 sampai 2 tahun setelah

tumbuhnya rambut pubis (pubic hair).

Remaja wanita memiliki kematangan organ-organ seks yang ditandai dengan berkembangnya rahim, vagina dan ovarium (indung telur). Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Yang dimaksut seks Sekunder adalah perubahan pada tubuh yang terjadi pada pemulaan pubertas sebagai akibat pengaruh endrogen testes dan

adrenal atau estrogen ovarium. Ciri-ciri sekunder remaja wanita (Kusmiran, 2012) yaitu :

1) Tumbuh rambut pubis disekitar kemaluan dan ketiak. 2) Bertambah besar buah dada.

3) Bertambah besarnya pinggul. 4) Kulit halus.

5) Suara melenting tinggi.

6) Pinggul lebar, bulat dan membesar.

h. Karakteristik perubahan hormonal remaja

Perumbahan hormonal merupakan awal dari masa pubertas remaja yang terjadi sekitar usia 11 sampai 12 tahun. Pengaruh hormonal perkembangan organ-organ tubuh remaja wanita yaitu, menambah lemak tubuh, memperkuat kematangan organ tubuh dan memperbesar payudara (Yanti, 2012).

i. Konsep Kedewasaan Remaja

Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa. secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. Sementara itu, secara psikologis remaja merupakan masa di mana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral antara masa anak-anak menuju dewasa. Remaja mengevaluasi diri secara keseluruhan dan terdapat beberapa pemisahan dimensi diri, seperti dalam akademik, olahraga, penampilan, hubungan soaial, dan moral. Terdapat bukti bahwa konsep diri remaja berbeda di berbagai konteks dan

remaja memandang diri berbeda jika dengan teman sebaya dibandingkan saat dengan orangtua dan guru (Kusmiran, 2012).

Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai nilai-nilai kedewasaan. Adapun ciri-ciri kedewasaan antara lain:

1) Emosi relatif lebih stabil (mampu mengendalikan emosi). 2) Mandiri (baik secara ekonomi, sosial, dan emosi).

3) Mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri dan lingkungan untuk memecahkan masalah.

4) Adanya interdependensi (saling ketergantungan) dalam hubungan sosial.

5) Adanya interaksi untuk kontak kulit dengan lawan jenis. 6) Memiliki tanggung jawab.

7) Memiliki kontrol diri yang adekuat (mampu menunda kepuasan, melawan godaan, serta mengembangkan standar prestasi sendiri). 8) Memiliki tujuan hidup yang realistis.

9) Memiliki dan menghayati nilai-nilai keagamaan yang dianut. 10) Peka terhadap kepentingan orang lain.

11) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (bersikap luwes), bertindak secara tapat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

j. Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja

Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan nuture. Konsep nature mengungkapakan bahwa masa remaja adalah masa badai

dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Konsep

nurture menyatakan tidak semua remaja mengalami masa badai dan

tekanan tersebut. Dalam pengelompokan sosial, akan muncul nilai-nilai baru yang didapatkan oleh remaja. Nilai-nilai tersebut antara lain yaitu : 1) Nilai baru dalam memilih teman. Pemilihan teman berdasarkan

kesamaan minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan memberi rasa aman, serta yang dapat berbagi masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang dewasa.

2) Nilai baru dalam penerimaan sosial. Remaja menerima teman-teman yang disenangi dan menolak yang tidak disenangi yaitu dimulai dengan menggunakan standar yang sama dengan kelompoknya. 3) Nilai baru dalam memilih pemimpin. Remaja memilih pemimpin

yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh orang lain dan dapat menguntungkan mereka, bukan pada penilaian fisik melainkan pada orang yang bersemangat, bergairah, penuh inisiatif,

bertanggung jawab, banyak ide, dan terluka. Jenis-jenis pengelompokkan sosial remaja antara lain :

a) Teman dekat atau sahabat karib.

b) Kelompok kecil, terdiri atas kelompok teman-teman dekat, biasanya terdiri atas jenis kelamin yang sama.

c) Kelompok besar, terdiri atas beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, biasanya berhubungan dalam aktivitas khusus.

d) Kelompok yang terorganisasi, dibina oleh dewasa, dibentuk oleh sekolah, organisasi masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok kecil atau kelompok besar.

e) Kelompok geng yang terdiri atas anak-anak yang memiliki minat utama yang sejenis untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku antisosial pengaruh geng cenderung meningkat selama masa remaja.

k. Seksualitas Remaja

Seks berarti jenis kelamin. Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut dengan seksualitas. Menurut Masters, Johnson, dan Kolodny (1992) dalam Kusmiran (2012), seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, di antaranya yaitu:

1) Dimensi biologis

Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia, serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Termasuk di dalamnya menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit menular seksual, infeksi saluran

reproduksi (ISR), bagaimana memfungsikan seksualitas sebagai alat reproduksi sekaligus alat rekreasi

secara optimal, serta dinamika munculnya dorongan seksual secara biologis.

2) Dimensi psikologis

Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual dengan identitas jenis kelaminnya, dan bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologis dari berfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia. Misalnya bagaiamana seseorang berperilaku sebagai seorang laki-laki atau perempuan, bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan psikologis dari perilaku yang dihubungkan dengan identitas peran jenis kelamin, serta bagaimana perilaku seksualnya dan motif yang melatarbelakanginya.

3) Dimensi kultural dan moral

Dimensi ini menunjukan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas yang berbeda dengan Negara barat. Berbedanya halnya dengan moralitas agama, misalnya menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya adalah hak Tuhan sehingga penggunaan dan pemanfaatannya harus ditandai dengan norma-norma agama yang sudah mengatur kehidupan seksualitas manusia secara lengkap.

Menurut pendapat Blanch dan Coller (1993) dalam Kusmiran (2012), seksualitas meliputi lima area yaitu:

a) Seksualitas

Adalah kenikmatan yang merupakan bentuk interaksi antara pikiran dan tubuh. Umumnya sensualitas melibatkan pancaindra (aroma, rasa, penglihatan, pendengaran, sentuhan) dan otak (organyang paling kuat terkait dalam seks dalam fungsi fantasi, antisipasi, memori, atau pengalaman).

b) Intimacy

Ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal. Biasanya mengandung unsur-unsur kepercayaan, keterbukaan diri, kelekatan dengan orang lain, kehangatan, kedekatan fisik, dan saling menghargai.

c) Identitas

Peran jenis kelamin yang mengandung pesan-pesan gender perempuan dan laki-laki dan mitos-mitos (feminimitas dan maskulintas), serta orientasi seksual. Hal ini juga menyangkut bagaimana seseorang menghayati peran jenis kelamin sesuai dengan peran jenis kelaminnya.

d) Lingkaran kehidupan

Aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan anatomi dan fisiologis organ seksual.

e) Eksploitasi

Unsur kontrol dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti: kekerasan seksual, pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan seksual.

l. Sikap Positif Terhadap Seksualitas

Tingkah laku yang menunjukan sikap positif terhadap seksualitas adalah sebagai berikut:

1) Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan. 2) Tidak menganggap seks itu jijik, tabu, dan jorok. 3) Tidak dijadikan candaan dan bahan obrolan murahan.

4) Mengikuti norma atau aturan dalam menggunakan seksnya tersebut. 5) Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk

memahami diri dan orang lain, serta pemanfaatan secara baik dan benar sesuai dengan fungsi dan tujuan sakralnya.

m. Tugas Perkembangan Seksualitas Remaja

Secara psikologis, pada fase remaja ini ada dua aspek yang penting yang harus dipersiapkan yaitu sebagai berikut:

1) Orientasi seksual

Heteroseksualitas rasa tertarik terhadap lawan jenis timbul dan sejalan dengan berkembangannya minat terhadap aktivitas yang berhubungan dengan seks. Keadaan ini ditandai oleh rasa ingin tahu yang kuat dan kehausan akan informasi yang selanjutnya dapat berkembang kearah tingkah laku seksual yang sesungguhnya. Relasi heteroseksual manusia umumnya mengikuti pola tertentu, yaitu

pengidolaan (terhadap figure tertentu), cinta monyet (perasaan ketertarikan seksual terhadap lawan jenis yang masih berpindah-pindah), pacaran (menjalin komitmen), bertunangan (going steady), dan menikah.

2) Peran seks

Peran seks adalah menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan tertentu dengan jenis kelaminnya. Bagi remaja laki-laki hal itu mungkin tidak terlalu menjadi masalah. Namun, bagi remaja perempuan, bermacam revolusi dan perubahan pandangan atau nilai terhadap peran perempuan yang berlangsung terus-menerus sampai saat ini dapat menimbulkan masalah tertentu. Perubahan-perubahan nilai dan norma tentang seks yang terjadi saat ini dapat menimbulkan berbagai persoalan bagi remaja (pelacuran, peyakit menular seksual, penyimpangan seksual, kehamilan diluar nikah, dan sebagainya). Batasan remaja berdasarkan umur (Ardhyantoro dan Kumalasari, 2010) yaitu :

a) Masa remaja awal yaitu 10-12 tahun

Masa remaja awal ditandai dengan lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.

b) Masa remaja tengah yaitu 13-15 tahun

Masa remaja tengah ditandai dengan mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, mempunyai rasa cinta

yang mendalam, mengembangkan kemampuan berfikir abstrak, berkhayal tentang aktivitas seks.

c) Masa remaja akhir yaitu 16-21 tahun

Masa remaja akhir dapat ditandai dengan pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai ciri tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri. 3) Seks Pranikah

Masalah seks pada remaja sering kali mencemaskan pada orang tua, juga pendidik, penjabat pemerintah, para ahli dan sebagainya. Remaja yang tidak melakukan hubungan seks, tentunya tidak akan mengalami penyakit menular seksual, karena penyakit ini hanya bisa menular melalui hubungan seks yang berganti-ganti pasangan. Hal itu berarti bahwa remaja yang tidak atau belum bersenggama otomatis tidak ada masalah (Sarwono, 2011).

3. Pernikahan Dini a. Pengertian

Pernikahan adalah peristiwa ketika sepasang mempelai dipertemukan secara formal di hadapan penghulu atau kepala agama tertentu, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami istri melalui upacara, yang telah dikemukakan (Yanti, 2012).

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan yang masih remaja. Pasal 7 Undang-Undang No 1 di Indonesia tentang perkawinan tahun 1974 menetapkan bahwa

perkawinan diizinkan bila pria berusia 19 tahun dan wanita berusia 16 tahun (Andhyantoro dan Kumalasari, 2012).

b. Faktor-faktor penyebab pernikahan usia dini

1) Faktor Sosial Budaya

Beberapa daerah di Indonesia masih menerapkan praktik nikah muda karena dianggap bahwa anak perempuan yang terlambat menikah merupakan aib bagi keluarga.

2) Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang rendah akan menjadikan banyak remaja yang dinikahkan di usia dini.

3) Sulit Mendapat Pekerjaan

Banyak remaja yang menganggap jika mereka menikah di usia muda, tidak perlu mencari pekerjaan, karena keuangan sudah ditanggung suami.

4) Agama

Menikah di usia muda dari segi agama tidak ada larangan, bahkan lebih baik dari pada remaja melakukan perzinahan.

5) Desakan Ekonomi

Pernikahan di usia dini terjadi karena faktor keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk mengurangi beban orang tua maka anak di nikahkan dengan orang yang di anggap mampu (Andhyantoro dan Kumalasari, 2012). Alasan lain yaitu orang tua mempunyai dorongan segera menikahkan anak gadisnya yaitu terdapat dua keuntungan, pertama tanggung jawab ekonomi akan berkurang, kedua dengan

perkawinan akan diperoleh tenaga kerja tambahan yaitu menantu (Wantania dan Ginting, 2011).

Tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi terjadinya pernikahan usia dini. Hal tersebut dikarenakan pada keluarga yang berpendapatan rendah maka pernikahan anaknya berarti lepasnya badan dan tanggung jawab untuk membiayai (Fitriyani, 2009).

6) Paksaan Orang Tua

Peranan orang tua di dalam menentukan pernikahan anak-anaknya di sebabkan oleh beberapa hal yaitu :

a) Sosial Ekonomi Keluarga

Oleh karena beban ekonomi, orang tua dapat mempunyai dorongan segera menikahkan anak gadisnya. Terdapat dua keuntungan, pertama tanggung jawab ekonomi akan berkurang, kedua dengan pernikahan akan diperoleh tenaga kerja tambahan yaitu menantu.

b) Tingkat Pendidikan Keluarga

Makin rendah pendidikan keluarga makin sering ditemukan pernikahan dan kehamilan remaja. Hal ini berkaitan dengan pemahaman berkeluarga yang masih bersifat sederhana.

c) Kepercayaan dan Adat Istiadat dalam Keluarga

Untuk meningkatkan status sosial keluarga, mempererat hubungan antar keluarga dan untuk menjaga garis keturunan keluarga.

d) Kemampuan Keluarga Menghadapi Masalah Remaja

Bila tidak ada alternatif lain, keluarga akan menikahkan anak gadisnya lebih awal daripada terjerumus ke dalam perbuatan maksiat yang mencoreng nama baik keluarga (Wantania dan Ginting, 2011).

7) Kesadaran individu

Adanya keinginan seseorang melakukan pernikahan karena faktor ketertarikan mempunyai pasangan untuk hidup didalam masyarakat dari dalam dirinya sendiri. Alasan orang untuk menikah adalah distimulasi oleh dorongan-dorongan romantik, hasrat untuk mendapatkan kemewahan hidup, ambisi besar untuk mencapai status sosial yang tinggi, keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup, untuk mendapatkan kepuasan seks dengan pasangan, hasrat untuk mendapatkan diri dari belenggu kungkungan keluarga.

c. Risiko pernikahan dini

Remaja yang melakukan perkawinan dini memiliki risiko dalam kehamilan dan proses persalinan, yaitu :

1) Risiko Sosial Peenikahan Dini

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas diri dan membutuhkan pergaulan dengan teman-teman sebaya. Pernikahan dini secara sosial akan menjadi bahan pembicaraan teman-teman remaja dan masyarakat, kesempatan untuk bergaul dengan teman sesama remaja hilang, sehingga remaja kurang dapat membicarakan

Dokumen terkait