• Tidak ada hasil yang ditemukan

TPA No Uraian

4.2.2. Timbulan dan komposisi sampah

Total timbulan sampah di kota Medan yang dihasilkan setiap hari adalah 4.285,9 m3. Dari jumlah timbulan sampah tersebut hanya 79,24% yang terangkut. Daerah Pelayanan sampah kota Medan saat ini baru mencakup 80% dari jumlah penduduk kota Medan atau yang lebih dikenal dengan Daerah terbangun. Dengan demikian, masih sekitar 20% dari jumlah pendudk kota Medan yang belum terlayani sarana pengangkutan sampah.

Dengan demikian persentase sampah terangkut, akan menjadi + 60,65%, apabila daerah palayanannya mencakup 100% jumlah penduduk kot Medan.

Pada daerah yang belum mendapat pelayanan ini, penanganan sampah dilakuakn sendiri oleh masing-masing warga dengan cara mengumpulkan sampah dalam lubang tanah kemudian ditimbun atau dibakar. Ada sebagian warga yang membuang sampahnya ke sungai.

Dilihat dari komposisinya, sampah kota Medan didominasi oleh sampah organik (48,2%), yang terdiri dari sampah makanan, sayuran dan daun-daunan. Sampah dengan kandungan organik tinggi sangat berpotensi di daur ulang menjadi kompos. Apabila kegiatan pengomposan dapat dilakukan di lokasi sumber sampah (rumah tangga), maka akan sangat membantu mengurangi jumlah timbulan sampah yang harus dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Selain itu juga perlu digalakkan dan disosialisasikan Program Pemisahan Sampah pada sumbernya dan Program 3R (Reuse, Recycle dan Reduce).

4.2.3 Kegiatan Pengumpulan

Pengumpulan sampah di kota Medan dilakukan dengan cara pengumpulan individual langsung dan pengumpulan individual tidak langsung. Pengumpulan sampah dengan cara individual tidak langsung tidak semuanya dapat dilakukan setiap hari, tergantung dengan tingkat timbulan sampah yang ada dan tersedianya sarana gerobak/becak sampah di suatu wilayah. Dengan komposisi sampah organik yang cukup tinggi, maka seharusnya pengumpulan sampah dilakukan setiap hari, hal ini untuk mencegah berkembangnya vector penyakit dan bau yang tidak sedap.

Apabila jumlah becak/gerobak sampah bertambah, maka pelayanan pengumpulan sampah dari rumah ke rumah untuk wilayah / daerah yang tidak dapat dilalui truk pengangkut sampah dan jumlah sampah yang terangkut akan semakin meningkat. Selain itu , untuk mengurangi jumlah timbulan sampah, maka setiap rumah tangga harus mulai melakukan upaya pemilahan sampah.

Sedangkan cara pengumpulan sampah individual langsung dilakukan oleh dump truck dan compactor truck. Cara pengumpulan sampah ini sangat banyak menghabiskan waktu operasional. Waktu yang dibutuhkan truk sampah dari rumah ke rumah pada rute jalan yang dilalui sangat lama, karena harus mengambil sampah dari rumah ke rumah. Namun waktu ritasi yang lama dapat dipersingkat

apabila setiap rumah tangga melakukan pewadahan sampah dengan baik dan mengetahui jadwal pengambilan sampah.

Ditinjau dari segi wadah, masih banyak masyarakat yang belum melakukan pewadahan dengan baik. Rat-rata dari daerah pengamatan, masyarakat masih banyak yang menggunakan keranjang sampah. Wadah seperti ini tidak memiliki nilai estetika, sampah menjadi berserakan dan menimbulkan bau. Dengan penggunaan wadah yang memenuhi syarat (berupa tong sampah atau kantong plastik), maka akan sangat membantu petugas dalam proses dan waktu pengumpulan sampah.

Selain itu, masih ada beberapa masyarakat yang karena tidak mau dikutip biaya retribusi, membuang sampah pada lahan kosong, yang pada akhirnya sampah menumpuk di lokasi tersebut tanpa pernah dilakukan pengangkutan sampah.

Mengingat kondisi daerah permukiman di kota Medan, maka sangat baik dikembangkan cara pengumpulan sampah pola individual tidak langsung, sampah diambil langsung dari rumah-rumah dengan becak/gerobak sampah dan dikumpulkan ke TPS/container terdekat. Hal ini didukung oleh kondisi wilayah yang relative datar, yang memungkinkan pengumpulan sampah dilakukan dengan becak/gerobak sampah. Sedangkan sistem pengumpulan sampah dnegan pola individual langsung hanya dilakukan pada daerah yang sulit dicari lokasi untuk TPS. Dengan demikian waktu pengumpulan dapat lebih dihemat dan tenaga pengangkutan sebagian dapat dialihkan untuk kegiatan

pengumpulan sampah. Yang pada akhirnya akan memungkinkan penambahan ritasi pengangkutan sampah dalam satu hari.

4.2.4 Tempat Pembuangan Sampah Sementara

Tempat pembuangan sampah sementara di Kota Medan ada 3 jenis, yaitu bak sampah container, TPS Terapung dan Transfer Dipo.

a. Bak sampah kontainer

Bak sampah untuk tempat pembuangan sampah sementara yang berupa kontainer sangat baik untuk ditingkatkan penggunaannya. Kontainer berfungsi sebagai tempat pembuangan sementara sampah yang telah dikumpulkan oleh gerobak/becak sampah. Pengangkutan sampahnya dilakukan menggunakan arm roll truk dengan sistem pemindahan secara mekanis, sehingga operasi pengangkutan sampah bisa menjadi lebih cepat. Kondisi container saat ini sebagian besar masih berupa bak terbuka, namun sejak tahun 206 ada beberapa yang sudah berupa bak tertutup. Mengingat umur bak container sebagian besar sudah cukup lama, sehingga kondisi bak kontainernya banyak yang mengalami pengeroposan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan harus segera dilakukan peremajaan, sehingga tidak mengganggu kegiatan pengangkutan sampah.

Keuntungan dari penggunaan kontainer adalah :

- Dapat memberikan kemudahan dalam pengumpulan sampah dan pengambilannya untuk diangkut oleh kendaraan sampah ke TPA.

- Kontainer lebih higienis, karena alat ini dapat ditutup, sehingga dapat terhindar dari gangguan binatang, seperti anjing dan kucing.

- Kontainer lebih tahan lama, karena terbuat dari bahan besi / baja yang kuat dan kedap air.

b. Transfer Depo

Pada saat ini, transfer depo berfungsi tidak lebih hanya sebagai tempat berkumpulnya gerobak / becak sampah sementara menunggu truk pengangkutan sampah dating. Pemindahan sampah dilakukan secara manual ke truk sampah tanpa melalui sarana yang telah ada di transfer depo. Hal ini terjadi karena terbatasnya sarana pengangkutan, sehingga sulit mempertemukan gerobak dengan truk sampah pada jadwal yang telah ditentukan. Selain itu juga disebabkan adanya kerusakan-kerusakan yang terjadi pada transfer depo.

c. TPS Terapung

TPS Terapung adalah suatu istilah yang digunakan oleh Dinas Kebersihan, untuk proses pemindahan sampah dari gerobak / becak di suatu lokasi pelayanan ke truk pengangkutan sampah. Pemindahan dilakukan secara manual oleh petugas gerobak / becak. Gerobak / becak sampah berkumpul di suatu tempat, biasanya dipinggir jalan yang bisa dilalui truk sampah, menunggu datangnya truk pengangkut sampah. TPS Terapung ini cukup banyak di Kota Medan. Hal ini terjadi karena keterbatasan lahan, permukiman yang sangat padat dan banyak warga yang menolak penempatan container sampah di wilayahnya. Sebagai contoh adalah TPS Terapung di Jl. Kapten Muslim (depan Mess PTPN III).

Penempatan lokasi TPS pada saat tidak dapat mengacu sepenuhnya kepada peraturan yang ada, karena banyaknya kendala-kendala di lapangan, seperti yang disebutkan di atas.

4.2.5 Kegiatan Pengangkutan

Kapasitas sampah terangkut kota Medan saat ini sebesar 2.396 m3/hari atau melayani 79.24% dari timbulan sampah yang dihasilkan di Daerah Terbangun. Pengangkutan sampah dengan Arm Roll Truck yang menggunakan sistem Terbangun. Pengangkutan sampah dengan Arm Roll Truck yang menggunakan sistem container angkat cara 1, sudah cukup baik karena waktu yang dipergunakan untuk pengangkutan sampah dapat dipersingkat. Hal ini karena pengumpulan sampah di bak container dilakukan dengan baik, dimana tidak ada lagi sampah yang berserakan di sekitar lokasi container, sehingga waktu pengangkutan bisa lebih cepat. Jumlah ritasi pengangutan sampah oleh Arm Roll Truck, yang sebanyak rata-rata 6 rit/hari, sudah sangat maksimal, mengingat batasan ritasi Arm Roll Truck adalah 5 rit/hari. Dengan ritasi yang tinggi akan meningkatkan jumlah sampah yang terangkut ke TPA. Namun yang harus diperhatikan juga adalah umur kendaraan yang sudah melebihi 10 tahun, akan memerlukan biaya perawatan yang sangat tinggi. Dengan demikian, biaya operasional dan perawatan untuk arm roll truck akan semakin tinggi.

Selain itu yang harus menjadi perhatian adalah jumlah Arm Roll Truck yang hanya 18 unit, tanpa adanya kendaraan cadangan, akan sangat mengganggu kontinuitas dari pengangkutan sampah ke TPA.

Kendaraan sampah jenis Dump Truck, yang menggunakan sistem container tetap masih belum optimal penggunaanya, terutama dalam sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah langsung dari rumah ke rumah. Dengan sistem ini, mengharuskan dump truck memerlukan waktu pengumpulan yang lebih lama, sehingga dalam 1 (satu)hari hanya sanggup melakukan 2 (dua) kali ritasi. Hal ini dapat diperbaiki dengan menerapkan pola pengumpulan sampah secara individual tidak langsung, sehingga kendaraan pengangkut sampah hanya mengumpulkan sampah pada TPS yang telah disediakan. Dengan cara ini diharapkan dapat dilakukan penambahan jumlah trip dalam 1 (satu) hari.

BAB V

Dokumen terkait