• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A Perencanaa Laba

1. Pengertian perencanaan laba

Menurut Supriyono (2000:7) “perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan organisasi yang akan dicapai perusahaan dan mengatur strategi yang akan dilaksanakan, perencanaan ini dapat disusun untuk jangka pendek atau untuk jangka panjang dan akan dapat dipakai sebagai dasar untuk membandingkan kegiatan perusahaan”.

Menurut Carter Usry (2002:4) “perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dimana implikasi keuangannya dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan rugi laba, neraca, kas dan modal kerja untuk jangka panjang dan jangka pendek”.

Perencanaan laba ditujukan kepada sasaran akhir organisasi dan bermanfaat sebagai pedoman untuk mempertahankan arah kegiatan yang pasti. Perencanaan laba yang baik tidaklah mudah karena ada kekuatan-kekuatan eksternal mempengaruhi bisnis. Kekuatan-kekuatan tersebut meliputi perubahan dalam teknologi, tindakan pesaing, ekonomi, demografi,selera serta pilihan pelanggan, perilaku sosial, serta faktor-faktor politik. Kekuatan-kekuatan tersebut umumnya berada diluar kendali manajemen, dan besar serta arah perubahan seringkali sulit untuk diprediksi. Untuk mengatasi hal tersebut para manajer harus

didorong agar berusaha keras untuk menetapkan sasaran pribadi yang sejalan dengan sasaran perusahaan.

Menurut Carter Usry ( 2002:4) dalam menetapkan sasaran laba ada tiga prosedur yang dapat digunakan yaitu :

1.dalam metode priori, tujuan laba mendominasi perencanaan. Pertama-tama manajemen menentukan tingkat pengembalian yang diinginkan dan berusaha untuk merealisasikan melalui perencanaan.

2.dalam metode posteriori, tujuan laba berada dibawah perencanaan dan diidentifikasi sebagai hasil dari perencanaan

3.dalam metode pragmatis, manajemen menggunakan suatu standar laba yang telah diuji dan dibuktikan melalui pengalaman.

Dalam menentukan sasaran atau tujuan laba, manajemen sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor berikut:( carter Usry 2002:4)

1.laba atau rugi yang diakibatkan dari volume penjualan tertentu

2.volume penjulan yang diperlukan untuk menutup semua biaya plus menghasilkan laba yang mencukupi untuk membayar deviden serta menyediakan kebutuhan bisnis masa depan

3.titik impas

4.volume penjualan yang dapat dicapai dengan kapasitas operasi sekarang 5.kapasitas operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan laba

6.pengembalian atas modal yang digunakan 2. Manfaat dan keterbatasan perencanaan laba

Perencanaan laba memiliki manfaat atau keuntungan (Carter Usry 2002:6) yaitu:

1.perencanaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin atas identifikasi dan penyelesaian masalah.

2.perencanaan laba menyediakan pengarahan ke seuma tingkatan manajemen.

3.perencanaan laba meningkatkan koordinasi antar sesama manajer.

4.perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerja sama dari setiap tingkatan manajemen.

5.anggaran menyediakan suatu tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja aktual dan meningkatkan kemampuan dari individu-individu.

Sementara keuntungan atau manfaat dari perencanaan laba tidak diragukan lagi bersifat impresif dan berwawasan luas, tetapi perencanaan juga memiliki keterbatasan dan kekurangan berikut ini (Carter Usry 2002:7):

1.prediksi bukanlah suatu ilmu pasti; ada sejumlah pertimbangan dan estimasi. Karena suatu anggaran harus didasarkan pada prediksia tau kejadian masa depan, maka revisi atau modifikasi dari anggaran sebaiknya dilakukan ketika variasi dari estimasi membenarkan adanya perubahan dalam rencana.

2.anggaran dapat memfokuskan perhatian manajemen dalam cita-cita (seperti tingkat produksi yang tinggi atau tingkat penjualan kredit yang tinggi) yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan dari organisasi. 3.perencanaan laba harus memperoleh komitmen dari manajemen puncak

dan kerja sama dari semua anggota manajemen.

4.penggunaan anggaran secara berlebihan sebagai alat evaluasi dapat menyebabkan perilaku disfungsional. Manajer mungkin mencoba menggunakan anggaran untuk mencapai anggaran pribadi

5.perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peran administrasi.

6.penyusunannya memakan waktu. B. Pola Perilaku Biaya

Perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan bereaksi atau merespons perubahan aktivitas bisnis. Bila aktivitas bisnis meningkat atau menurun, biaya tertentu mungkin akan naik atau turun atau mungkin juga tetap. Untuk tujuan perencanaan manajer harus dapat mengantisipasi apakah yang akan terjadi. Jika biaya mengalami perubahan, manajer harus tahu sejauh mana perubahannya. Untuk membantu tugas manajer tersebut, biasanya dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu biaya variabel, biaya tetap dan biaya campuran.

Setiap perusahaan mempunyai struktur komponen biaya yang bervariasi dengan kata lain ada perusahaan yang mempunyai struktur biaya dengan biaya tetap lebih besar dibandingkan biaya variabelnya dan ada pula sebaliknya yaitu perusahaan yang mempunyai struktur biaya variabel lebih besar daripada biaya

tetapnya. Perbedaan komposisi biaya ini dalam perusahaan akan mempengaruhi cara manajemen dalam mengambil keputusan (leadership style). Manajemen dengan biaya tetap yang besar, tentu akan bersikap lebih hati-hati dalam bertindak karena setiap keputusan yang diambil akan berepngaruh besar dalam jangka waktu yang lebih lama daripada perusahaan yang struktur biayanya lebih banyak bersifat variabel.

1. Biaya variabel

Menurut Garisson (2000:58) “biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas”. Jika tingkat aktivitasnya dilipatduakan, maka total biaya variabel juga akan dilipat dua kali.

Biaya variabel ini dapat di bagi lagi menjadi beberapa bagian, pembagian yang lebih rinci ini penting karena akan mempengaruhi sikap manajemen dalam menerapkan sejumlah kebijakan dan pemahaman yang kasar terhadap perilaku biaya dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah. Dalam prakteknya, banyak perusahaan yang bangkrut karena manajemen salah dalam menyiasati biaya yang terjadi dalam perusahaannya. Atas dasar perilaku biaya, sejumlah biaya variabel akan benar-benar bersifat proporsional, sebagian lagi bersifat bertahap.

 Biaya variabel bersifat proporsional

Menurut Hariadi (2002:185) ”biaya variabel bersifat proporsional adalah biaya variabel yang berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat kegiatan”. Contoh yang sederhana adalah biaya bahan baku yang berubah sejalan dengan perubahan volume produksi. Biaya bahan baku dapat dikatakan berubah

sepenuhnya oleh tingkat kegiatan karena andaikata tidak ada kegiatan produksi maka biaya bahan juga tidak ada. Misalnya untuk memproduksi 5.000 unit barang jadi diperlukan biaya bahan baku Rp.50.000,00 maka berikutnya untuk memproduksi 10.000 unit barang jadi diperlukan biaya bahan baku sebesar Rp. 100.000,00 dan seterusnya.

 Biaya variabel bertahap

Menurut Hariadi (2002:185) ”biaya variabel bertahap adalah biaya variabel yang berubah setahap demi setahap dalam waktu tertentu atau tingkat kegiatan tertentu”. Contohnya adalah biaya tenaga kerja langsung. Tidak seperti biaya bahan baku, jam tenaga kerja langsung pabrik tak bisa di simpan sebagai persediaan untuk kemudian digunakan pada masa berikutnya. Jam kerja sudah ada dalam jumlah tertentu dan kalau tidak digunakan secara efektif, maka akan hilang begitu saja. Perubahan kapasitas produksi tidak secara otomatis menyebabkan biaya tenaga kerja berubah.

1. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah, terlepas dari perubahan tingkat aktivitas dalam kisaran relevan (relevant range) tertentu. Jenis-jenis biaya tetap yaitu:

 Biaya tetap yang telah ditentukan adalah biaya tetap yang telah ditentukan berkaitan dengan investasi fasilitas, perlatan dan struktur organisasi pokok dalam suatu perusahaan. Contoh biaya ini meliputi penyusutan gedung dan peralatan, pajak bangunan, asuransi, gaji manajemen puncak dan karyawan operasi.

Ciri-ciri biaya tetap yang telah ditentukan adalah (1) bersifat jangka panjang dan (2) tidak dapat dikurangi secara mendadak dalam jangka pendek tanpa mempengaruhi secara serius kegiatan perusahaan. Biaya tetap yang telah ditentukan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjaga agar perusahaan tetap mampu menjalankan kegiatannya dalam kapasitas minimal. Biaya ini tetap dikeluarkan seandainya perusahaan berhenti beroperasi karena bangkrut.

Oleh karena biaya tetap ini bersifat jangka panjang dan tidak dapat diubah seketika maka perencanaan yang hati-hati terhadap biaya ini perlu dilakukan. Pengeluaran biaya ini harus mempertimbangkan rencana kapasitas produksi dan penjualan perusahaan untuk beberapa tahun ke depan karena setelah biaya ini diputuskan maka manajemen sulit untuk mengubahnya dan tindakan manajemen berikutnya adalah bagaimana melakukan kegiatan operasional yang efisien dengan pola yang sudah terbentuk ini.

 Biaya tetap kebijakan adalah biaya yang disebabkan oleh keputusan tahunan yang di buat oleh manajemen untuk membelanjakan biaya tetap tertentu. Contoh biaya tetap kebijakan termasuk iklan, riset, hubungan masyarakat, program pengembangan manajemen dalam magang untuk para mahasiswa.

Ciri-ciri biaya tetap kebijakan adalah (1) bersifat jangka pendek dan (2) dapat diubah atau di perkecil seketika jikalau ada perubahan situasi mendadak di luar perhitungan manajemen. Pemotongan mendadak anggaran biaya tetap ini diharapkan tidak sampai mengurangi kualitas tujuan yang ingin dicapaui perusahaan.

2. Biaya semi variabel ( Biaya campuran)

Biaya semi variabel merupakan biaya yang mengandung unsur-unsur biaya variabel dan biaya tetap. Biaya ini terjadi karena hubungan jumlah biaya dengan basis aktivitas disebut fungsi biaya memiliki unsur yang tetap perubahan volume aktivitas. Sebagian dari biaya semivariabel ini berubah seiring dengan volume atau pemakaian dan sebagian lagi berperilaku tetap selama periode tertentu. Contoh biaya semivariabel antara lain biaya listrik, reparasi, telepon, sewa dan biaya pemeliharaan.

Menurut Hariadi (2002:190)” ada tiga karakteristik penting yang menjadi ciri-ciri biaya semivariabel yaitu:

1. total biaya semivariabel berfluktuasi dengan aktivitas

2. bagian dari biaya semivariabel yang berubah sesuai dengan aktivitas merupakan biaya variabel

3. bagian biaya variabel berubah secara proporsional dengan aktivitas”

Pemisahan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel harus dilakukan manajemen karena pemisahan tersebut sangat bermanfaat karena pemisahan tersebut sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pengendalian. Pertama, manajemen dapat menyusun rencana biaya yang lebih teliti untuk suatu kegiatan tertentu di masa akan datang. Kedua, manajemen dapat menyusun laporan prestasi bawahan yang lebih adil dengan memperhatikan biaya variabel yang terkendali.

Secara umum, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan manajemen untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya variabel dan biaya tetap yaitu:

1. tentukan variabel-variabel yang bersifat tidak bebas dan bebas yaitu total biaya semivariabel dan tingkat kegiatan yang relevan.

2. ambil sampel atas variabel-variabel tersebut di masa lalu

3. buatlah observasi pada sebuah grafik yang disebut diagram pencar (scatter diagram)

4. gunakan salah satu metode untuk memisahkan biaya campuran (metode titik tertinggi dan terendah, metode scattergraph, metode kuadrat terkecil dan metode biaya berjaga)

5. evaluasi hasilnya untuk menetukan ketelitiannya

6. gunakan persamaan Y = a + bx untuk menyusun prediksi yang cerdas, keputusan yang rasional dan evaluasi yang bermanfaat.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa biaya semivariabel harus dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel. Untuk memisahkannya digunakan beberpa metode yaitu:

a. Metode titik tertinggi dan terendah

Metode ini merupakan metode yang paling sederhana diantara metode-metode yang lain. Dalam metode-metode ini hanya perlu menghubungkan 2 titik kegiatan yang paling rendah dan yang paling tinggi untuk membuat garis lurus biaya. Metode ini baik digunakan untuk perusahaan yang biaya semivariabelnya fluktuasinya mudah sekali (perubahannya) dari bulan ke bulan,

Sebagai contoh: dalam data Arnoldson Company terdapat jam mesin yang paling tinggi 8.000 jam pada bulan Juni dan terendah 5.000 jam pada bulan Maret.

Pemicu biaya Biaya pemeliharaan

Bulan Jam mesin

Januari 5600 8790 Februari 7100 8500 Maret 5000 7400 April 6500 8200 Mei 7300 9100 Juni 8000 9800 Juli 6200 7800

Untuk memisahkan elemen biaya variabel dan biaya tetap dengan me nggunakan metode titk tertinggi dan terendah yaitu dengan meghubungkan perubahan antara jam mesin tertinggi dengan jam mesin terendah dalam kegiatan dengan perubahan biayanya yang terjadi.

Mesin Biaya Pemeliharaan Jam Mesin

Tingkat Aktivitas tertinggi (juni) 8000 $9800 Tingkat Aktivitas terendah (Maret) 5000 $7400

Perubahan 3000 $2400

Biaya Variabel = $0.8 sin

3000 2400 $ me jam per Aktivitas Perubahan Biaya Perubahan  

Jadi untuk biaya pemeliharaan biaya variabel per unit $ 0.8 dengan ini dapat digunakan untuk menghitung elemen biaya tetap.

Biaya tetap = Total biaya – biaya variabel

= $ 9.800 – ($0.8 X 8000 jam mesin) = $ 3.400

Metode titik tertinggi dan terendah sanagt sederhana dan mudah dilakukan tetapi banyak mengandung cacat karena hanya menggunakan dua titik saja.

Umumnya, dua titik tidak cukup menghasilkan hasil yang akurat dari dalam analisis biaya. Selanjutnya periode yang tidak biasanya rendah atau tinggi dapat mengakibatkan ketidakakuratan hasilnya. Rumus biaya yang diestimasi hanya dengan menggunakan data dari periode yang memiliki biaya abnormal akan menyebabkan kesalahan dalam menyajikan hubungan biaya yang sesungguhanya.

b. Metode diagram pencar

Metode dioagram pencar berusaha memperhitungkan lebih banyak titik-titik biaya dan kegiatan yang ada agar garis biaya yang ditarik di antara dua titik-titik akan lebih mewakili berbagai tingkat biaya dan kegiatan dapat menggambarkan keadaan yang lebih relistis. Garis yang ditarik untuk menghubungkan antara biaya dan tingkat kegiatan dalam grafik yang di sebut regression line atau garis rata-rata, tidak hanya sekedar menghubungkan titik tertinggi dan terendah, tapi juga memperhatikan pertimbangan visual. Hasil dari metode ini masih lebih baik daripada metode titik tertinggi dan terendah karena berusaha memeprtimbangkan perhitungan rata-rata dari bermacam-macam titik-titik biaya campuran yang digambarkan dalam grafik.

Metode ini kurang akurat karena memiliki kekurangan yaitu pertama metode ini bersifat subjektif. Tidak ada dua analis yang dihadapkan pada

scattergraph membuat garis regresi yang sama persisi. Kedua, perkiraan biaya tetap tidak sama persis dengan perkiraan biaya tetap pada metode lainnya karena sangat sulit untuk mengukur dengan tepat perpotongan antara garis regresi dengan sumbu Y (sumbu biaya).

c. Metode kuadrat terkecil

Metode kuadrat terkecil dianggap lebih obyektif dan lebih cermat dalam mengukur garis regresi daripada metode scattergraph karena metode kuadrat terkecil menggunakan pendekatan matematis untuk menentukan garis regresi daripada menggunakan pendekatan visual ataupun hanya sekedar menghubungkan titik tetinggi dan terendah dalam grafik. Tidak seperti metode titiktertinggi dan terendah, metode kuadrat terkecil memperhitungkan seluruh data ketika menghitung rumus biaya. Persamaan garis lurus yang digunakan dalam metode kuadrat terkecil adalah :

Y = a + bX dengan, Y = variabel tidak bebas (total biaya campuran) a = garis intercep vertikal (total biaya tetap) b = slope garis (tarif biaya variabel)

X = variabel bebas (tingkat kegiatan) Rumus dari persamaan tersebut sebagai berikut:

b = 2 2 ) ( . . X X N Y X N      a = N X b Y   

Contoh: biaya reparasi dan pemeliharaan mesin per bulan dalam tahun 1997 dalam tabel berikut ini.

Bulan Ke

Biaya reparasi dan pemeliharanan mesin (Y) 000 Jam Mesin X XY (000) X2 (000) 1 2 3 4 750 700 600 600 4.000 5.500 4.000 4.000 4.500 3.850 4.000 2.400 36.000 30.250 16.000 16.000

5 6 7 8 9 10 11 12 600 850 500 1000 800 800 600 600 4.500 7.000 6.000 8.000 8.000 6.000 4.500 4.500 2.700 5.950 3.000 8.000 4.800 4.800 2.700 2.700 20.250 49.000 36.000 64.000 36.000 36.000 20.250 20.250 8.400 66.000 47.8000.0000 380.000.000 N=12 XY XXY 2 X  b = 0.09 ) 000 . 66 ( 000 . 380 12 400 . 8 000 . 66 000 . 800 . 47 12 2      a = 205 12 000 . 66 09 . 0 400 . 8  

Dengan diketahui a dan b maka dapat dihitung reparasi dan pemeliharaan yang variabel dan tetap :

biaya variabel = Rp.90/ jam mesin (0.09 X 1.000) biaya tetap = Rp.205 per bulan

Bila dimsukkan dalam fungsi linear biaya tersebut adalah : Y= 205.000 + 90 X

Ukuran yang digunakan sebagai dasar perhitungan antara lain : a. jumlah jam tenaga kerja langsung

b. biaya tenaga kerja langsung c. jam mesin

d. jumlah bahan baku yang digunakan

Kekurangan metode ini berkaitan dengan waktu dan sumber daya manusia, membutuhkan waktu agak lama dalam perhitungan dan sumber daya manusia yang memadai.

d.Metode biaya berjaga

Metode biaya berjaga ini mencoba menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan apabila perusahaan di tutup untuk sementara ( tidak berproduksi sama sekali), biaya berjaga ini merupakan biaya tetap. Selama proses produksi berjalan, biaya yang dikeluarkan dikurangi biaya berjaga tersebut merupakan biaya variabel.

Contoh: pada tingkat produksi 10.000 jam mesin untuk bulan Agustus 1998 dengan dikeluarkan biaya Rp.80.000. berdasarkan data apabuila perusahaan tidak berproduksi, biaya yang dikeluarkan Rp.30.000 per bulan.

Total biaya pada tingkat 10.000 jam mesin Rp.80.000,- Biaya tetap (biaya berjaga) Rp.30.000,-

Biaya variabel Rp.50.000,-

Biaya variabel perjam mesin + Rp.50.000 : 10.000 + Rp.5 per jam mesin, bila dinyatakan dalam fungsi biaya sebagai berikut: y = 30.000 + 5x

Metode ini kurang akurat, karena memperhatikan kapasitas produksi dan untuk menentukan biaya tetap harus memperhatikan produksi, maka dengan itu menunjukkan volume produksi tidak diperhatikan padahal besarnya biaya itu sangat dipengaruhi kapasitas produksi.

C. Pengertian Biaya Volume dan Laba

Analisis biaya volume dan laba merupakan suatu metode estimasi begaimana perubahan variabel-variabel berikut akan mempengaruhi laba : biaya variable per unit, harga jual per unit, jumlah biaya tetap per periode, volume

penjualan dan bauran penjualan. Analisis biaya volume dan laba dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk mengidentifikasi cakupan dan pemecahannya.

Menurut Blocher (2000:3) “analisis biaya volume dan laba merupakan metode untuk menganalisis bagaimana keputusan beroperasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba bersih berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya variable, biaya tetap, harga jual perunit dan tingkat output”.

Menurut Garrison (2000:250) analisis biaya volume dan laba meliputi suatu studi hubungan antara lima elemen berikut:

1. harga produk

2. volume atau tingkat aktivitas 3. biaya variable per unit 4. total biaya tetap

5. bauran produk yang terjual

Oleh karena analisis biaya volume dan laba membantu manajer untuk memahami hubungan antara biaya, volume dan laba, alat ini sangat berguna untuk proses pengambilan keputusan. Keputusan ini termasuk produk apa yang akan dibuat atau dijual, bagaimanakh kebijakan penentuan harganya, apakah strategi pemasaran yang digunakan, tipe fasilitas produksi apa yang diperlukan.

Dalam analisis biaya volume dan laba ada beberapa asumsi penting yaitu ( Hansen Mowen 2005:292):

1.analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linear

2.analisis mengasumsikan bahwa harga, total biaya tetap dan biaya variabel per unit dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang yang relevan

3.analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dapat dijual

4.untuk analisis multi produk, diasumsikan bahwa bauran penjualan diketahui

D. Analisis Biaya Volume dan laba

Dalam penerapan biaya volume dan laba harus dipahami tentang konsep Margin Kontribusi. Margin kontribusi merupakan perbedaan antara jumlah penjualan dengan jumlah biaya variabel. Apabila mergin kontribusi lebih besar dari jumlah biaya tetap maka akan didapatkan laba, namun apabila jumlah margin kontribusi lebih kecil dari jumlah biaya tetap maka terjadi rugi

Pendekatan margin kontribusi digunakan dalam perencanaan internal sebagai alat pembuatan keputusan dengan menggunakan anlisis biaya volume dan laba. Pendekatan ini sangat berguna untuk menilai kinerja manajemen, laporan lab per segmen, dan dalam penganggaran. Lebih jauh lagi, pendekatan margin kontribusi membantu manajer mengorganisasikan data yang berkaitan dengan semua jenis pembuatan keputusan seperti analisis lini produk, penentuan harga, menggunakan sumber daya yang terbatas, dan analisis membuat atau membeli.

Contoh margin kontribusi: PT.Akustik memproduksi speaker sebanyak 350 unit dengan data sebagai berikut:

PT.Akustik Laporan Laba Rugi Kontribusi

Periode 2006

Jumlah Per unit Penjualan $ 87.500 $ 250. Kurang: Biaya variabel $ 52.500 $ 150 Margin kontribusi $ 35.000 $ 100 Kurang: Biaya tetap $ 35.000

Laba (Rugi) bersih $ 0

Dari laporan laba rugi kontribusi nampak bahwa margin kontribusi sebesar $ 35.000 merupakan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap agar di peroleh laba bersih. Apabila margin kontribusi tidak mencukupi biaya tetap maka akan timbul kerugian pada kontribusi tersebut. Sebagai contoh PT.Akustik hanya memproduksi 200 unit speaker maka margin kontribusinya adalah:

PT.Akustik

Laporan Laba Rugi Kontribusi Periode 2006

Jumlah Per unit Penjualan (200 unit) $ 50.000 $ 250. Kurang: Biaya variabel $ 30.000 $ 150 Margin kontribusi $ 20.000 $ 100 Kurang: Biaya tetap $ 35.000

Dari contoh tersebut didapat bahwa margin kontribusi sebesar $20.000 tidak mampu menutupi biaya tetap sehingga mengakibatkan rugi sebesar $15.000.

Selain disajikan berdasarkan per unit, penjualan dan biaya variabel, margin kontribusi dapat disajikan dalam bentuk persentase penjualan yaitu:

Rasio margin kontribusi =

Penjualan Kontribusi in

Marg

Contoh pada PT.Akustik dengan data sebagai berikut: PT.Akustik

Laporan Laba Rugi Kontribusi Periode 2006

Jumlah Per unit Penjualan (400 unit) $100.000 $ 250. Kurang: Biaya variabel $ 60.000 $ 150 Margin kontribusi $ 40.000 $ 100 Kurang: Biaya tetap $ 35.000

Laba (Rugi) bersih $ 5.000)

Rasio margin kontribusi = 40% 0000 . 100 $ 000 . 40 $.

Rasio margin kontribusi sangat berguna karena menunjukkan bagaimana margin kontribusi dipengaruhi total penjualan PT.Akustik memiliki margin kontribusi 40% artinya setiap kenaikan penjualan sebesar $.1, total margin kontribusi akan meningkat 40 sen dengan asumsi tidak ada perubahan biaya tetap.

Perhitungan dengan analisis biaya volume dan laba terdiri dari analisi titik impas, target laba, margin of safety, dan bauran penjualan.

1. Titik Impas

Titik impas yaitu menentukan volume penjualan dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah beban sehingga laba sama dengan nol. Titik impas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaa matematis atau menggunakan margin kontribusi.

Metode persamaan matematis memanfaatkan data-data dari laporan laba rugi yang disusun dengan format margin kontribusi. Metode ini menggunakan pendekatan matematis untuk menggambarkan perubahan unsur-unsur biaya, volume dan laba.dalam metode ini, diasumsikan bahwa harga jual dan biaya variabel per unit adalah kostan sedangkan biaya tetap secara konstan tetap tetapi biaya tetap per unit akan berubah tergantung tingkat kegiatan, akibatnya laba/unit akan berbeda pula.

Persamaannya : Laba = Penjualan – (Biaya Variabel + Biaya Tetap) Atau : Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba

Contoh: apabila diterapkan pada PT.Akustik (data contoh seblumnya) titik impas dihitung sebagai berikut:

Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba 250 p = 150 p + $ 35.000 + 0

100 p = $ 35.000

p =350 unit VCD Player

Pendekatan metode margin kontribusi memusatkan pada ide bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan

untuk menutup biaya tetap. Untuk menentukan berapa unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas dapat dihitung dengan cara:

Titik impas (unit) =

unit per kontribusi in m tetap Biaya arg

Titik impas dengan margin kontribusi dapat juga dinyatakan berdasarkan nilai penjualan:

Titik impas (penjualan) =

kontribusi in m rasio tetap biaya arg

Contoh untuk PT.Akustik margin kontribusi per unit $ 40.000 Harga jual per unit $ 250

Kurang: Biaya variabel per unit $ 150

Dokumen terkait