• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK LANJUT

Dalam dokumen Perawatan PICU 1 (Halaman 75-79)

Sakit berat tanpa sebab yang jelas

BAB 8. ANAK DENGAN HIV/AIDS

8.6 TINDAK LANJUT

8.6.1 Pemulangan dari rumah sakit

 Anak dengan infeksi HIV mungkin memberi respons lambat atau tidak lengkap terhadap pengobatan yang biasa. Anak mungkin menderita demam yang persisten, diare persisten atau batuk kronik. Apabila keadaan umumnya baik, anak ini tidak perlu tetap tinggal di rumah sakit, tetapi dapat dapat diperiksa secara teratur sebagai pasien rawat jalan.

8.6.2 Rujukan

Jika rumah sakit tidak mempunyai fasilitas, pertimbangkan untuk merujuk anak dengan tersangka infeksi HIV:

Untuk tes HIV dengan konseling pra- maupun pasca-tes

Ke rumah sakit lain untuk pemeriksaan lebih lanjut atau pengobatan lini kedua, jika respons terhadap pengobatan sangat minimal atau tidak ada

Ke konselor terlatih untuk HIV dan konseling pemberian makan bayi, jika petugas kesehatan lokal tidak dapat melakukan hal ini

Ke program pelayanan komunitas/keluarga atau ke pusat konseling dan tes sukarela yang berbasis masyarakat/institusi, atau program dukungan sosial berbasis masyarakat untuk konseling lebih lanjut atau melanjutkan dukungan psikososial.

Harus dilakukan upaya khusus untuk merujuk anak yatim/piatu ke tempat pelayanan esensial termasuk pendidikan perawatan kesehatan dan pembuatan surat kelahiran.

8.6.3 Tindak lanjut klinis

 Anak yang diketahui atau tersangka infeksi HIV yang tidak sakit, harus mengunjungi klinik bayi sehat seperti anak lain. Sebagai tambahan, mereka juga membutuhkan tindak lanjut klinis secara teratur di fasilitas kesehatan tingkat pertama minimal 2 kali setahun untuk memantau:

Kondisi klinis   Pertumbuhan Asupan Gizi Status imunisasi

Dukungan psikososial (jika mungkin, hal ini harus diberikan melalui program berbasis masyarakat).

8.7 PERAWATAN PALIATIF DAN FASE TERMINAL

 Anak dengan infeksi HIV sering merasa ti dak nyaman, sehingga perawatan paliatif m enjadi sangat penting. Buatlah semua keputusan bersama ibunya dan komunikasikan secara jelas kepada petugas yang lain (termasuk yang dinas malam). Pertimbangkan perawatan paliatif di rumah sebagai alternatif dari perawatan di rumah sakit. Beberapa pengobatan untuk mengatasi rasa nyeri dan menghilangkan kondisi sulit (seperti kandidiasis esofagus atau kejang) dapat secara signifikan memperbaiki kualitas sisa hidup anak.

Beri perawatan fase terminal jika:

penyakit memburuk secara progresif

semua hal yang memungkinkan telah diberikan untuk mengobati penyakitnya.

Perlu dijamin bahwa keluarga mendapat dukungan yang tepat untuk menghadapi kemungkinan kematian anak, karena hal ini sangat penting sebagai bagian dari perawatan fase terminal dari HIV/AIDS. Orang tua harus didukung dalam upaya mereka memberi perawatan paliatif di rumah, sehingga anak tidak perlu lagi dirawat di rumah sakit.

8.7.1 Mengatasi nyeri

8.7.2 Tatalaksana anoreksia, mual dan muntah

8.7.3 Pencegahan dan pengobatan dari luka akibat dekubitus 8.7.4 Perawatan mulut

8.7.5 Tatalaksana jalan napas 8.7.6 Dukungan psikososial

8.7.1 MENGATASI NYERI

Tatalaksana nyeri pada anak dengan infeksi HIV mengikuti prinsip yang sama dengan penyakit kronis lainnya seperti kanker. Perhatian khusus perlu diberikan dengan menjamin bahwa perawatannya tepat dan sesuai dengan budaya pasien, yang pada prinsipnya adalah:

Memberi analgesik melalui mulut, jika mungkin (pemberian IM menimbulkan rasa sakit)

Memberi secara teratur, sehingga anak tidak sampai mengalami kekambuhan dari rasa nyeri yang sangat, untuk mendapatkan dosis analgetik berikutnya

Memberi dosis yang makin meningkat, atau mulai dengan analgetik ringan dan berlanjut ke analgetik yang kuat karena kebutuhan untuk mengatasi nyeri meningkat atau terjadi toleransi

Atur dosis untuk tiap anak, karena anak mempunyai kebutuhan dosis berbeda untuk mendapatkan efek yang sama.

Gunakan obat berikut ini untuk mengatasi nyeri secara efektif:

Anestesi lokal: untuk luka kulit atau mukosa yang nyeri atau pada saat melakukan prosedur yang menimbulkan rasa sakit.

o Lidokain: bubuhkan pada kain kasa dan oleskan ke luka di mulut yang nyeri sebelum makan (gunakan sarung tangan, kecuali jika anggota keluarga atau petugas kesehatan sudah Positif HIV dan tidak membutuhkan pencegahan terhadap infeksi); dan akan mulai memberi reaksi setelah 2 –5 menit.

o TAC (tetracaine, adrenaline, cocaine): bubuhkan pada kain kasa dan letakkan di atas luka yang terbuka, hal ini terutama berguna saat menjahit luka.

Analgetik: untuk nyeri yang ringan dan sedang (seperti sakit kepala, nyeri pasca trauma, dan nyeri akibat kekakuan/spastik).

o  parasetamol

o obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen.

Analgetik yang kuat seperti opium: nyeri yang sedang dan berat yang tidak memberikan respons terhadap pengobatan dengan analgetik.

o morfin, merupakan analgetik yang murah dan kuat: beri secara oral atau IV setiap 4-6 jam, atau melalui infus

o petidin: beri secara oral setiap 4-6 jam

o kodein: beri secara oral setiap 6-12 jam, dikombinasikan dengan obat non opioid untuk menambah efek analgetik. Catatan: Pantau hati-hati adanya depresi pernapasan. Jika terjadi toleransi, dosis perlu

ditingkatkan untuk mempertahankan bebas nyeri.

Obat lain: untuk masalah nyeri yang spesifik. Termasuk di sini diazepam untuk spasme otot,

karbamazepin atau amitriptilin untuk nyeri saraf, dan kortikosteroid (seperti deksametason) untuk nyeri karena penekanan pada syaraf oleh pembengkakan akibat infeksi.

8.7.2 TATALAKSANA ANOREKSIA, MUAL DAN MUNTAH

Hilangnya nafsu makan pada fase terminal dari penyakit, sulit ditangani. Doronglah agar pengasuh dapat terus memberi makan dan mencoba:

memberi makan dalam jumlah kecil dan lebih sering, terutama pada pagi hari ketika nafsu makan anak mungkin lebih baik

menghindari makanan yang asin atau berbumbu.

Jika terjadi mual dan muntah yang sangat, beri metoklopramid secara oral (1 –2 mg/kgBB) setiap 2 –4  jam, sesuai kebutuhan.

8.7.3 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN DARI LUKA

 AKIBAT DEKUBITUS

 Ajari pengasuh untuk membalik badan anak paling sedik it sekali dalam 2 jam. Jik a timbul luka tekan, upayakan agar tetap bersih dan kering. Gunakan anestesi lokal seperti TAC untuk menghilangkan nyeri.

8.7.4 PERAWATAN MULUT

 Ajari pengasuh untuk membersihkan mulut setia p kali sesudah makan. Jika timbul luka di mulut,

bersihkan mulut minimal 4 kali sehari dengan menggunakan kain bersih yang digulung seperti sumbu dan dibasahi dengan air bersih atau larutan garam. Bubuhi gentian violet 0.25% atau 0.5% pada setiap luka. Beri parasetamol jika anak demam tinggi, atau rewel atau merasa sakit. Potongan es dibungkus kain kasa dan diberikan kepada anak untuk diisap, mungkin bisa mengurangi rasa nyeri. Jika anak diberi minum dengan botol, nasihati pengasuh untuk mengganti dengan sendok dan cangkir. Jika botol terus digunakan, nasihati pengasuh untuk mencuci dot dengan air setiap kali akan diminumkan.

Jika timbul thrush, bubuhi gel mikonazol pada daerah yang sakit paling sedikit 3 kali sehari selama 5 hari, atau beri 1 ml larutan nistatin 4 kali sehari selama 7 hari, dituang pelan-pelan ke dalam ujung mulut, sehingga dapat mengenai bagian yang sakit.

Jika terdapat nanah akibat infeksi bakteri sekunder, beri salep tetrasiklin atau kloramfenikol. Jika ada bau busuk dari mulut, beri Benzilpenisilin (50 000 unit/kg setiap 6 jam) IM, ditambah metronidazol oral (7.5 mg/kgBB setiap 8 jam) selama 7 hari.

8.7.5 TATALAKSANA JALAN NAPAS

Jika orang tua menghendaki anaknya meninggal di rumah, tunjukkan pada mereka cara merawat anak yang tidak sadar dan cara menjaga agar jalan napas tetap lancar.

Jika terjadi gangguan napas saat anak mendekati kematian, letakkan anak pada posisi duduk yang nyaman dan lakukan tatalaksana jalan napas bila perlu. Memprioritaskan agar anak tetap nyaman, lebih baik daripada memperpanjang hidupnya.

Membantu orang tua dan saudaranya melewati reaksi emosional mereka terhadap anak yang menjelang ajal, merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam perawatan fase terminal penyakit HIV. Cara melakukannya bergantung pada apakah perawatan diberikan di rumah, di rumah sakit atau di rumah singgah/penampungan. Di rumah, sebagian besar dukungan dapat diberikan oleh keluarga dekat, keluarga dan teman.

Mereka perlu tahu cara menghubungi kelompok konseling HIV/AIDS dan program lokal perawatan rumah yang berbasis masyarakat. Pastikan apakah pengasuh mendapat dukungan dari kelompok ini. Jika tidak, diskusikan sikap keluarga terhadap kelompok tersebut dan kemungkinan menghubungkan keluarga ini dengan mereka.

Dalam dokumen Perawatan PICU 1 (Halaman 75-79)

Dokumen terkait