• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TA’ZIR DALAM HUKUM ISLAM.

D. Tindak Pidana Narkotika sebagai Jarimah Ta’zir dalam

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan dalam UURI no 35 tahun 2009 tentang narkotika dimana

salah satu dari narkotika golongan I.16

Narkotika memang memiliki dua sisi yang sangat antagonis. Pertama, narkotika dapat memberi manfaat besar bagi kepentingan hidup dengan beberapa ketentuan. Kedua, narkotika dapat membahayakan pemakaiannya karena efek negatif yang distrubtip. Dalam kaitan ini pemerintah republik Indonesia telah membuat garis-garis kebijaksanaan yang termuat dalam Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat perangsang yang sejenisnya oleh kaum remaja erat kaitannya dengan beberapa hal yang menyangkut sebab. Motivasi dan akibat yang ingin dicapai. Secara sosiologis, penyalahgunaan narkotika oleh kaum remaja merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan pengetahuan atau pengalaman sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari proses

interaksi sosial.17

16 Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus,(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 90 17 Oemar Seno, Hukum-hakim Pidana,(Jakarta: Erlangga, 1984), 124.

Hukuman ta’zir adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’,

melainkan diserahkan kepada hakim, baik penentuannya maupun

pelaksanaanya.18 Syara’ tidak menyebutkan macam-macamnya hukuman

untuk jarimah untuk tiap-tiap jarimah ta’zir, tetapi hanya menyebutkan

sekumpulan hukuman, dari seringan-ringannya sampai kepada seberat- beratnya. Dalam hal ini hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman-

hukuman mana yang sesuai dengan hukuman ta’zir serta keadaan si

pembuatnya juga. Jadi hukuman ta’zir tidak mempunyai batas tertentu.19

Sedangkan jarimah ta’zir deserahkan kepada hakim untuk

menentukannya, dengan syarat harus sesuai dengan kepentingan-kepentingan masyarakat dan tidak boleh berlawanan dengan nas-nas (ketentuan-

ketentuan) syara’ dengan prinsip-prinsip yang umum.20

Mengenai hukuman ta’zir di atas ini, maka di dikelompokkan ke

dalam tiga bagian :

1. Hukuman Ta’zir atas Perbuatan Maksiat

Bahwa hukuman ta’zir diterapkan atas setiap perbuatan maksiat

yang tidak dikenakan hukuman had dan tidak pula kafarat, baik perbuatan maksiat tersebut menyinggung hak Allah (hak masyarakat) maupun hak adami (hak individu).

Pengertian maksiat adalah melakukan perbuatan yang diharamkan

dilarang oleh syara’ dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang

18 Ibid,19.

19 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), 8. 20 Ibid., 9.

diharamkan (dilarang) oleh syara’ dan meninggalkan perbuatan perbutan

yang diwajibkan (diperintahkan) olehnya.21

Perbuatan-perbuatan maksiat dibagi kedalam tiga bagian :

a. Perbuatan maksiat yang dikenakan hukuman had, tetapi kadang-

kadang ditambah dengan human kifarat, seperti, pembunuhan,

pencurian minuman keras, dan sebgainya. Untuk jarimah tersebut,

selain dikenakan hukuman had, dapat juga dikenakan hukuman ta’zir.

Pada dasarnya jarimah-jarimah tesebut cukup dikenakan hukuman

had, tetapi dalam kondisi tertentu apabila dikenakan kemaslahatan

umum. Maka tidak ada halangannya ditambah dengan hukuman ta’zir.

b. Perbuatan maksiat yang dikenakan hukuman kifarat, tetapi tidak

dikenakakan hukuman had. Menyetubuhi istri pada siang hari bulan

Ramadhan. Pada dasarnya kifarat itu merupakan hukaman karena

wujudnya merupakan melakukan kesalahan yang dilarang oleh syara’

dan pemberian hukumanya pembebasan hamba sahaya, atau puasa atau memberi makanan kepada orang miskin.

c. Perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had dan tidak pula

kifarat, maka akan dikenakan hukuman ta’zir.

2. Hukuman Ta’zir dalam Rangka Mewujudkan Kemaslahatan Umum

Menurut kaidah umum yang berlaku selama ini dalam syariat

Islam hukuman ta’zir hanya dikenakan terhadap perbuatan maksiat, yaitu

perbuatan yang dilarang keras zat perbuatannya itu sendiri.

21 Ibid,.41.

3. Hukuman Ta’zir Atas Perbuatan-Perbuatan Pelangggaran (Mukallafah)

Pelanggaran mukalafah melakukan perbuatan makruh dan

meninggalkan perbuatan mandub, menjatuhkan hukuman ta’zir atas

perbuatan mukalafah, disyaratkan berulang-ulangnya perbuatan yang

akan dikenakan hukuman ta’zir.

Para ahli fiqih dalam menentukan batas maksimal sanksi hukuman

ta’zir yaitu:22

a. Hukuman ta’zir itu diterapkan dengan pertimbangan kemaslahatan

dan dengan memperhatikan kondisi fisik terhukum.

b. Hukuman yang dijatuhkan tidak boleh melebihi hukumana had.

c. Hukuman ta’zir bisa diberikan maksimalnya tidak boleh melebihi 10

kali cambukan.

22 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar,

40 BAB III

PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NO :67/PID.SUS/2015/PT.MDN TENTANG PERANTARA JUAL BELI NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM

BENTUK TANAMAN

A. Deskripsi Kasus tentang Perantara Jual Beli Narkotika Golongan I Dalam

Bentuk Tanaman1

Pada dasarnya kasus yang diteliti oleh penulis adalah tindak pidana melanggar hukum tentang Perantara jual beli narkotika golongan I dalam bentuk tanaman, yaitu dilakukan oleh SAHAT AGRIANTO HUTAPEA, dengan kronologi sebagai berikut :

Hari Minggu tanggal 16 Juli 2014 sekitar jam 21:00 WIB saksi-saksi dari polres Simalungun melakukan penangkapan terhadap terdakwa Biston Sitohang yang diduga melakukan penyalahgunaan Narkotika jenis ganja selanjutnya para saksi bertanya kepada terdakwa Biston Sitohang dari siapa Terdakwa membeli ganja tersebut dan terdakwa Biston Sitohang mengakui bahwa terdakwa Biston Sitohang membeli ganja tersebut dari terdakwa Sahat Agrianto Hutapea berdasarkan pengakuan terdakwa tersebut para saksi menyuruh untuk menghubungi terdakwa Sahat Agrianto Hutapea dengan mengunakan handphone untuk memesan daun ganja kering seberat 1 (satu)

1 Keputusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 67/PID.SUS/2015/PT.MDN, Tanggal Putus 18

kg selanjutnya terdakwa Sahat Agrianto Hutapea mengatakan bahwa akan mengantar daun ganja yang telah dipesan kerumah terdakwa Biston Sitohang lalu saksi-saksi melakukan penangkapan terhadap terdakwa Sahat Agrianto Hutapea dan dari tanngan terdakwa Sahat Agrianto Hutapea ditemukan barang bukti berpa 1 (satu) bungkus daun ganja kering yang di lakban selanjutnya para saksi-saksi mengintrogasi terdakwa Sahat Agrianto Hutapea dan menanyakan apakah masih mneyimpan daun ganja lagi dan pada saat itu mengakui bahwa masih ada daun ganja kering dirumahnya selanjutnya para saksi-saksi kerumag]h terdakwa Sahat Agrianto Hutapea ditemukan 1 (satu) bungkus daun ganja kering dan tidak memiliki izin dari pihak yang berwewenang kemudian oleh saksi-saksi melakukan penangkapan terhadap terdakwa berserta barang bukti untuk diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

B. Keterangan Saksi

JEFRI GIRSANG , menerangkan sebagai berikut :

Bahwa pada tanggal 16 juli 2014 sekitar pukul 21.00 WIB saksi menangkap BISTON SITOHANG dirumahnya, setelah diperiksa BISTON SITOHANG menerangkan bahwa ganja tersebut dibeli dari terdakwa. Setelah itu saksi-saksi menyuruh BISTON SITOHANG menghubungi terdakwa untuk memesan ganja seberat 1 (satu)kg, keesokan harinya ganja tersebut diantar kerumah BISTON SITOHANG lalu saksi-saksi langsung melakukan penangkapan terhadap terdakwa yang mengantarkan pesanan Biston

Sitohang dengan mengendari sepedah motor tanpa plat nomor polisi. Bahwa pada diri terdakwa terdapat ganja seberat 1(satu)kg yang dibungkus koran, setelahn itu saksi-saksi melanjutkan pencarian barang bukti kerumah terdakwa dan menemukan lagi ganja seberat 47,80 gram. Terdakwa mempercayai BISTON SITOHANG karena sebelumnya pernah memesan

ganja kepada terdakwa seberat ½ kilogram. Ganja tersebut diperoleh dari

IGUN yang tinggal di Asrama Koramil, saksi-saksi tidak berani melakukan penyelidikan lebih lanjut dikarenakan saksi-saksi pernah melakukan

pengejaran kedalah Asrama Koramil, saksi-saksi dikejar massa.2

Saksi II

Marudut Nababan menerangkan sebagai berikut :

Bahwa benar pada tanggal 16 juli 2014 sekitar pukul 21.00 WIB saksi Jefri Girsang dan saksi Mardut Nababan melakukan penangkapan terhadap Biston Sitohang dirumahnya, setelah diperiksa Biston Sitohang menerangkan bahwa ganja tersebut dibeli dari terdakwa. Setelah itu saksi-saksi menyuruh Biston Sitohang untuk mneghubunggi terdakwa untuk memesan ganja seberat 1 (satu)kilogram dan dalam percakapan via sms tersebut terdakwa berjanji untuk mengantarkan pesanan tersebut kerumah Biston Sitohang, pada tanggal 17 juli 2014 jam 08.00 wib. Saksi-saksi langsung melakukan penangkapan terhadap terdakwa yang mengantarkan pesanan Biston Sitohang dengan mengendari sepedah montor tanpa plat nomor polisi. Bahwa

2 Ibid.

pada diri terdakwa didapati barang bukti lebih dari 1(satu) kilogram yang dibungkus koran. Saksi-saksi melanjutkan pencarian barang bukti dirumah terdakwa dan dalam pemeriksaan dirumah terdakwa saksi-saksi menemukan lagi ganja seberat 47,80 gram yang dibungkus koran. Barang bukti yang ada pada terdakwa seluruhnya diperoleh dari IGUN yan menurut terdakwa adalah banadar ganja yang tingal di belakang kantor Koramil, yang dibelinya dengan harga Rp. 1.400.000,- (satu juta empat ratus ribu rupiah).. saat saksi-saksi melakukan pengejaran terhadap IGUN, ternyata IGUN tinggal di Asrama Koramil maka saksi-saksi tidak berani melakukan penyelidikan lebih lanjut kepada IGUN karena saksi pernah melakukan pengejaran dan saksi-saksi

dikejar oleh massa.3

C. Pertimbangan Hukum Yang Dipakai Hakim Pengadilan Tinggi Medan

Dalam Memutus Perkara Nomer : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN Tentang Perantara Jual Beli Narkotika Golongan I dalam Bentuk Tanaman

Dalam persidangan perkara tentang perbuatan melanggar hukum karena menjadi perantara di Pengadilan Tinggi Medan, persidangan ini di pimpin oleh Bantu Ginting,S.H. sebagai Hakim Ketua Majelis, Janes Aritonang SH.MH. dan Ridwan Ramli, SH.MH. sebagai Hakim Anggota , Marthin A.P.Sinaga, SH. Sebagai Panitera Pengganti.

Yang dijadikan alat bukti di dalam persidangan yaitu :

3 Ibid.

1. 1 (satu) bungkus daun ganja kering yang dibungkus dengan kertas koran yang dilakban dengan berat Brutto 788,34 gram (Nettto 792,34 gram - 5 gram (digunakan untuk kepentingan Laboratoris).

2. 1 (satu) bungkus daun ganja kering yang dibungkus dengan kertas koran

seberat Brutto 44 gram (Netto 47,80 gram - 3,80 gram (digunakan untuk kepentingan Laboratoris).

3. 1 (satu) unit HP merk Nokia

4. 1 (satu) unit sepedah motor merk merk Yamaha Vega R tanpa nomor

polisi.4

Sedangkan saksi-saksi yang diajukan didalam persidangan , yaitu : 1. Saksi “JEFRI GIRSANG”

2. Saksi “MARUDUT NABABAN”

Jaksa penuntut umum meminta kepada majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan memberikan tuntutan kepada terdakwa sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa SAHAT AGRIANTO HUTAPEA terbukti

bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak atau melawan hukum

menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual-beli, menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I sebagaimana Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

4 Ibid.

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa SAHAT AGRIANTO HUTAPEA dengan pidana penjara selama 15 (lima belas) tahun dikurangkan selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan.

3. Menyatakan barang bukti berupa : 1 (satu) bungkus daun ganja kering

yang dibungkus dengan kertas, koran yang dilakban dengan berat keseluruhan 792,34 gram setelah digunakan untuk kepentingan Laboratoris maka sisa barang bukti yang digunakan untuk kepentingan pembuktian dengan berat 787,34 gram, 1 (satu) bungkus daun ganja kering yang dibungkus dengan kertas koran seberat 47,80 gram setelah digunakan untuk kepentingan Laboratoris maka sisa barang bukti yang digunakan untuk kepentingan pembuktian dengan berat brutto 44 gram, 1 (satu) unit HP merk Nokia, dirampas untuk dimusnahkan dan 1 (satu) unit sepeda motor merk Yamaha Vega R tanpa nomor polisi, dirampas untuk Negara.

4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,-

D. Isi Putusan Pengadilan Tinggi Medan Dalam Memutus Perkara Nomer : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN Tentang Perantara Jual Beli Narkotika Golongan

I dalam Bentuk Tanaman 5

Berdasarkan keterangan saksi-saksi, pengakuan terdakwa dan dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan dipersidangan, maka hakim telah memperoleh keyakinan bahwa terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana karena perbuatan melanggar hukum karena menjadi perantara jual beli narkotika golongan I dalam bentuk tanaman. Putusan Tingkat

Banding Pengadilan Tinggi Medan Nomor 67/PID.SUS/2015/PT.MDN6

Menerima permintaan banding dari Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simalungun ;

Memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri Simalungun tanggal 18 Desember 2014 Nomor : 622/Pid.Sus/2014/ PN.Sim. yang dimintakan banding tersebut khususnya mengenai Pidana yang dijatuhkan terhadap Terdakwa sebagaimana dalam amar dibawah ini ;

1. Menyatakan terdakwa SAHAT AGRIANTO HUTAPEA telah terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan

melawan hukum menjadi perantara dalam jual beli Narkotika Golongan I

dalam bentuk tanaman“ ;

5 Ibid.

6 Keputusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 67/PID.SUS/2015/PT.MDN, Tanggal Putus 18

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan denda sebesar Rp. 1.000.000,000,- (satu milyard rupiah) dan apabila denda tersebut tidak dibayar oleh terdakwa maka diganti pidana penjara selama 6 (enam) bulan ;

3. Memerintahkan lamanya masa penangkapan dan penahanan yang telah

dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

4. Memerintahkan terdakwa tetap ditahan ;

5. Menetapkan barang bukti berupa :

a. 1 (satu) bungkus daun ganja kering yang dibungkus dengan kertas

koran yang dilakban dengan berat Brutto 788,34 gram (Nettto 792,34 gram - 5 gram (digunakan untuk kepentingan Laboratoris);

b. 1 (satu) bungkus daun ganja kering yang dibungkus dengan kertas

koran seberat Brutto 44 gram (Netto 47,80 gram - 3,80 gram (digunakan untuk kepentingan Laboratoris) ;

c. 1 (satu) unit HP merk Nokia ;

d. 1 (satu) unit sepeda motor merk Yamaha Vega R tanpa nomor polisi ;

Dirampas untuk Negara ;

6. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa dalam dua tingkat

peradilan, yang dalam tingkat banding sejumlah Rp. 2.500.- (dua ribu lima ratus rupiah).

48 BAB IV

ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA PERANTARA JUAL BELI NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM BENTUK

TANAMAN

A. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor :

67/PID.SUS/2015/PT.MDN Tentang Perantara Jual Beli Narkotika Golongan I Dalam Bentuk Tanaman

Dalam kasus dengan nomor perkara 67/PID.SUS/2015/PT.MDN adalah perkara pidana perantara jual beli narkotika golonga I dalam bentuk tanaman oleh Sahat Agrianto Hutapea. Sahat Agrianto Hutapea mendapatkan ganja seberat 1 (satu) kilogram dari Igun yang tinggal di asrama TNI Martoba pematang Siantar terdakwa hanya mengantarkan kepada Biston Sitohang untuk mendaptkan upah sebesar Rp. 200.000,-. Sahat Agrianto Hutapea mempercayai pesanan Biston Sitohang karena sebelumnya Biston Sitohang sudah oernah memesan ganja kepadanya seberat ½ kilogram, dan ancaman hukuman pada pasal 114 ayat (1) Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang narkotika dengan dipidana paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda minimal Rp 1.000.000.000,00 dan paling maksimal Rp10.000.000.00,00. Hakim Pengadilan Tinggi Medan hanya menjatuhan hukuman 10 tahun dan denda Rp1.000.000.000,00 apabila denda tidak

dibayar maka akan diganti dengan pidana penjara 6 bulan, padahal hukuman yang diberikan bisa saja lebih dari itu.

Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simalungun dan terdakwa mengajukan permintaan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Simalungun dan permintaan banding terdakwa telah dengan sempurna diberitahukan kepada Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simalungun. Setelah Pengadilan Tinggi meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara yang terdiri dari Berita Acara Pemeriksaan oleh Penyidik, Berita Acara Persidangan, Salinan resmi Putusan Pengadilan Negeri Simalungun tanggal 18 Desember 2014 Nomor : 622/Pi d.Sus/2014/PN.Sim. serta, Memori Banding dari Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Simalungun,

Pengadilan Tinggi berpendapat adalah sebagai berikut : “Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan sependapat dengan HakimPengadilan Tingkat pertama dalam putusannya, bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan melawan hukum

menjadi perantara dalam jual beli Narkotika Golongan I dalam bentuk

tanaman“ sesuai Dakwaan Kesatu Penuntut Umum dan pertimbangan hukum

Hakim Pengadilan Tingkat Pertama tersebut diambil alih dan dijadikan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan sendiri dalam memutus perkara ini pada tingkat banding kecuali mengenai pidana yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Tingkat Pertama kepada Terdakwa, oleh Majelis hakim Tingkat Banding dirasa terlalu ringan karena tidak

Tujuan pemidanaan yang dijatuhkan kepada terdakwa selain

dimaksudkan sebagai shock teraphy bagi orang lain agar tidak melakukan

tindak pidana yang sama, juga untuk menimbulkan efek jera bagi terdakwa untuk tidak mengulangi perbuatannya. Berdasarkan alasan-alasan dan pertimbangan tersebut maka Pengadilan Tinggi Medan akan memperbaiki pemidanaan yang akan dijatuhkan terhadap terdakwa, dan oleh karena itu Putusan Pengadilan Negeri Simalungun No: 622/Pid.Sus/2014/PN.Sim. haruslah dirubah sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa, sehingga amar selengkapnya sebagaimana yang tercantum dalam amar selengkapnya sebagaimana yang tercantum dalam amar putusan dibawah ini, sedangkan putusan selain dan selebihnya dapat dipertahankan untuk dikuatkan.

Tujuan hukuman terdapat tiga pokok dasar tentang tujuan yang ingin dicapai dengan suatu pemidanaan, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri.

2. Membuat orang menjadi jera melakukan kejahatan-kejahatan

3. Membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk

melakukan

Kejahatan-kejahatan yang lain, yakni penjahat-penjahat yang dengan cara lain sudah tidak dapat diperbaiki kembali. Jadi pemberian putusan hakim kepada terdakwa yang melakukan tindak pidana narkotika golongan 1 bagi pelanggaran tindak pidana karena dijelaskan di dalam KUHP

setiap orang melakukan tindak pidana dengan sengaja akan dikenakan hukuman yang telah ditentukan oleh undang-undang.

Pertimbangan hakim dalam memberikan putusan-putusan didasarkan dari fakta-fakta yang terungkap dari persidangan baik itu keterangan saksi-saksi, maupun barang bukti dan petunjuk-petunjuk lain. Hakim juga berpedoman kepada aturan pemberian pidana. Berdasarkan alat- alat bukti tersebut ditambah dengan ditambah dengan keyakinan hakim yang didasari oleh pertimbangan rasa keadilan yang tumbuh didalam diri seorang hakim sesuai dengan sikap dan persepsinya.

Hakim menjatuhkan pidana harus dalam rangka manjamin tegaknya kebenaran, keadilan hukum, kepastian hukum bagi seorang. Jadi, bukan hanya balas dendam, rutinitas pekerjaan ataupun bersifat formalitas. Memang apabila kita kembali ke pada tujuan hukum acara pidana, secara sedergana adalah untuk menemukan kebenaran materiil. Bahkan sebenarnya tujuannya lebih luas yaitu tujuan hukum secara pidana adalah mencari dan menemukan kebenaran materiil. Artinya ada tujuan akhir yaitu yang menjadi tujuan seluruh tertib hukum di Indonesia, dalam hal itu mencapai suatu

masyarakat yang tertib, tentram, damai, adil, dan sejahtera.1

Hukuman bisa menjadi patokan jaksa dalam mengambil sebuah tuntutan,sampai hakim dalam mengambil sebuah keputusan. Hal ini dilakukan untuk menjaga perbandingan hukuman, tinggi rendahnya hukuman terhadap perkara sejenis agar tidak terlalu jomplang. Jadi tidak semua kasus

1

disamaratakan hukumannya. Tujuan untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Namun kepastian hukum tetap berlaku bahwa orang bersalah pasti dikenakan hukuman.

Sesuai dengan uraian-uraian diatas tersebut maka pertimbangan hukum yang dilakukan oleh hakim dalm Putusan Banding No. 67/PID.SUS/2015/PT.MDN dinilai sudah tepat. Karena hakim dengan cermat mempertimbangkan fakta-fakta yang ada, baik saksi maupun barang bukti yang dihadirkan didalam persidangan. Dan telah terbukti terdapat kesalahan

dalam putusan hakim dalam tingkat pertama karena tidak

mempertimbangkan secara cermat.

B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap pertimbangan Hukum Putusan No. 67/PID.SUS/2015/PT.MDN Tentang Perantara Jual Beli Narkotika Golongan I Dalam Bentuk Tanaman

Seorang hakim dalam Islam memiliki kewenangan yang luas dalam melaksanakan keputusan hukum dan bebas dari pengaruh siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan dan persamaan terhadap siapapun. Selain itu, putusan seorang hakim harus mencerminkan rasa keadilan hukum dengan tidak memandang kepada siapa hukum itu diputuskan.

Hukum Islam mengenai sanksi hukum bagi perantara jual beli narkotika golongan 1 dalam bentuk tanaman yang terdapat pada putusan No. 67/PID.SUS/2015/PT.MDN. Dari pertimbangan hakim diatas jika dikaitkan dengan fiqih jinayah memandang bahwa putusan tersebut perbuatan jinayah.

Jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik

perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta dan lainnya. Objek pembahasan fikih

jinayah secara garis besar adalah hukum - hukum syara’ yang menyangkut

masalah tindak pidana dan hukumannya.Mengingat ketidak seimbangan antara manfaat yang ditimbulkan oleh narkotika pada satu sisi dan besarnya bahaya yang ditimbulkan pada sisi yang lain, maka hukum Islam secara tegas menyatakan bahwa penyalahgunaan narkotika dihukumi haram dan diberikan hukuman yang sesuai dengan apa yang dilakukan

Menurut A. Dzajuli bahwa hukuman yang baik adalah sebagai berikut:

1. Harus mancegah seseorang dari berbuat maksiat atau mencegah sebelum terjadinya perbuatan (preventive) dan menyerahkan setalah terjadinya perbuatan

2. Batas tertinggai dan terendah suatu hukuman sangat tergantung kepada

kebutuhan kemaslahatan masyarakat, apabila kemaslahatan menghendaki beratnya hukuman, maka hukuman diperbuat. Demikian sebaliknya, bila kebutuhan kemaslahatan masyarakat menghendaki ringannya hukuman, maka hukuman diperingan.

3. Memberikan hukuman kepada orang yang melakukan kejahatan itu bukan

berarti bals dendam, melainkan sesungguhnya unutk kemaslahatnnya, seperti dikatakan ibnu taimiyah bahwa hukuman itu disyariatkan sebagai rahmat allah bagi hambanya dan sebagai cermin dari keinginan allah untuk insan kepada Hambanya. Oleh karena itu, sepantasnyalah bagi orang yang memberikan hukuman kepada orang lain atas kesalahannya

harus bermaksud melakukan ihsan dan memberi rahmat kepadanya

seperti seorang bapak yang member pelajaran kepada anaknya, dan seperti seorang dokter yang mengobati pasiennya.

4. Hukuman adalah upaya terakhir dalam menjaga seseorang supaya tidak

terjadi kedalam suatu maksiat. 2

Pertimbangan hakim diatas adalah termasuk pada kategori

kejahatan ta’zir. Yang mana landasan dan penentuan hukumannya pada

ijma’(konsesnsus) berkaitan dengan hak Negara muslim untuk melakukan

2

kriminalitas dan menghukum semua perbuatan yang tidak pantas, yang menyebabkan kerugian atau fisik, polotik, financial, atau moral bagi individu atau masyarakat secara keseluruhan. Perbuatan yang diatas dianggap sebagai jarimah karena perbuatan tersebut telah merugikan kepada tata aturan

Dokumen terkait