• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan Belanda Terhadap T

Dalam dokumen Syarikat Islam dan Perkembangan Sejarah (Halaman 48-54)

BAB IV. PROSES BERDIRINYA NEGARA ISLAM INDONESIA 1 Sikap SM Kartosuwiryo Terhadap perjuangan Nasional

3. Tindakan Belanda Terhadap T

Setelah pasukan siliwangi meninggalkan Jawa Barat, Belanda segera mempersiapkan diri untuk masuk keseluruh pelosok Jawa Barat guna menancapkan kuku-kuku penjajahan kembali. Namun langkahnya terhenti setelah mengetahui masih adanya satuan-satuan gerilya yang tidak mematuhi perjanjian renvile itu yang kemudian mengkoordinasikan diri menjadi Tentara Islam Indonesia. Tentara menghubungi Jendral Sudirman di Yogya, Sebagai penanggung jawab perjanjian renvile untuk segera memerintahkan satuan-satuan gerilya yang masih ada di Jawa Barat untuk mengosongkan daerah itu. Sudirman mengirim utusannya Sutoko untuk memerintahkan/membujuk SM. Kartosuwiryo beserta TII-nya untuk segera meninggalkan Jawa Barat, tapi SM. Kartosuwiryo yang merasa tidak terikat kepada republik apalagi dengan renvile, menolak perintah itu. Dengan tegas beliau menjawab “Apapun resiko yang terjadi kami akan tetap mempertahankan Jawa Barat, dan melundungi rakyat yang mayoritas muslim, lebih baik mati berhalang tanah sebagai shuhada daripada harus tunduk kepada penjajah dan menyerahkan ummat islam Jawa Barat ke dalam cengkraman mereka”.

Begitu tinggi sifat ksatria SM. Kartosuwiryo dalam usaha melindungi ummat, tidak seperti pemimpin-pemimpin republik yang pengecut dan licik. Pemimpin republik hanya mementingkan keselamatan dirinya, tanpa menghiraukan nasib rakyatnya yang akan segera ditindas dan dijajah kembali oleh Belanda.

Setelah mengetahui usaha Sudirman untuk membujuk SM. Kartosuwiryo dan TII-nya gagal, Belanda segera mengerahkan pasukannya untuk menyerang posisi TII, pada tanggal 17 februari baru saja 6 hari dibentuknya TII yang berada di daerah Gunung Cepu, meliputi 2 kecamatan yaitu Cikoneng dan Cihaur Beuti. Belanda masuk dari daerah timur Cikoneng, yaitu dari kota Ciamis. tentara Islam yang sudah bisa di koordinir dan membuat pertahanan di daerah itu, baru satu batalion yang dibawah pimpinan Nur Lubis dengan perlengkapan 17 pucuk senjata api saja. Pak Oni yang kebetulan ada disana, langsung memegang komandan taktis, maka berhadapanlah dua pasukan dan dua kekuatan yang sangat berbeda ideologi dan tujuannya, yang pertama pasukan islam yang berdiri tegak di atas landasan Aqidah, dalam rangka mempertahankan dan menegakan Dienullah, dengan mengharap ridho Allah semata.

mereka mengharap kebahagiaan ukhrowi yaitu Jannah, dan juga mereka mencintai mati syahid, karena tanpa mati dalam jihad tak mungkin bertemu Jannah.

Dengan ini mereka mempunyai kekuatan jiwa yang besar dan mental yang kokoh sedikit pun persenjataan mereka, dan besarnya persenjataan musuh, tidak mempengaruhi jiwa mereka, bahkan iman mereka semakin mantap, dan semakin besar kepasrahannya kepada Allah, mereka hanya menunggu satu diantara dua kebaikan, terbunuh menjadi syuhada-langsung surga atau hidup mendapatkan kemenangan dan kemuliaan. Sementara lawan adalah pasukan kafir yang berdiri diatas falsafah (ideologi) yang rapuh. Motivasinya adalah hawa nafsu yang penuh dengan kesesatan dan kepalsuan. Orientasinya adalah duniaw, karena itu mereka cinta dunia, dan pasti takut mati. Kekuatannya tanpa didukung oleh kekuatan jiwa tidak banyak berarti. Pertempurannya pun tidak bisa dielakan lagi karena memang tidak ada kompromi dan diplomasi lagi bagi tentara islam. Belanda memulai serangannya dengan geger dan membabi buta dan menggunakan senjata-senjata berat lainnya, tentara islam tidak menjadi kecut dan berkecil hati, dengan penuh kewaspadaan dan ketenangan, mereka mengatur siasat menyadari persenjataan yang relative sangat sedikit dan peluru yang sangat terbatas maka mereka berusaha menggunakannya seefisien mungkin, mereka tidak akan menembak kalau tidak benar-benar tepat sasarannya. Penguasaan medan sampai kedetail-detailnya sangat menguntungkan mereka. Allah Maha Benar dan menepati janji-Nya untuk memberikan pertolongan pada tentaranya yang ada dibumi (TII) dengan menunjukan jalan (siasat) dalam menghadapi musuh-musuhnya. sesuai dengan firman Allah dalam surat An Anfal ayat 9 dengan keberanian yang luar biasa satu pasukan TII berhasil menguasai posisi yang strategis yang menjadi titik kelemahan pihak musuh(Belanda), kemudian mereka meluncurkan tembakan- tembakan yang tepat pada sasaran yang vital. tentara Belanda terkejut mereka panik mendapat serangan dari arah yang mereka tidak diduga-duga, mereka seperti melihat kekuatan baru pada tentara islam, yang jumlahnya seolah-olah lebih besar dari jumlah mereka.

Menurut pengelihatan mata mereka inilah mungkin yang digambarka Allah SWT dalam Q.S. 3/33, posisi Belanda menjadi porak poranda, mereka jatuh mental, jiwanya dicekan perasaan takut mati, ngeri melihat kawan-kawannya yang mulai berjatuhan, tidak ada jalan lain kecuali mengundurkan diri. Pertempuranpun berhenti selam berlangsungnya satu hari penuh, kemenangan mutlak berada di tangan Tentara Islam, yang telah berhasil menewaskan puluhan tentara Belanda dan merampas sebanyak 53 pucuk senjata dan kini jumlah tentara islam menjadi 70 pucuk.

Alhamdulillah mereka memanjatkan syukur kehadirat Allah yang telah berkenan memberikan tolong dan karunianya kepada mereka.

Imam SM. Kartosuwiryo pada saat itu tidak berada di front (daerah Gunung Cepu), beliau sedang sibuk melanjutkan musyawarah dengan tokoh-tokoh MI lainnya dalam menyusun dan menyempurnakan struktur pemerintahan majelis islam yang dilanjutkan dengan konfrensi Cijoho dan Ciperendeuy, beliau telah memberikan mandat penuh kepada Pak Oni sebagai panglima pada saat itu, untuk mengatur taktik dan strategi dalam menghadapi serangan Belanda dengan pertimbangan, mungkin Belanda akan melaksanakan serangan besar-besaran untuk membalas kekalahannya. Maka Pak Oni yang juga merangkap sebagai komandan resimen menyusun kekuatan yang masih ada di luar front, Batalion Pak Danu dengan mambawa dua buah brand di tambah satu granat dan Pasukan Zainal Abidin yang bermarkas di daerah Garut, daerah gunung Cepu, yang meliputi kecamatan Cikoneng dan Cihaurbeuti merupakan daerah defacto Majelis Islam. Kecamatan Cikoneng dengan penduduk berjumlah 53 ribu, dipimpin oleh Ustadz Masduki yang bertindak sebagai camat dan Komandan Pertahanan Kecamatan Cihaurbeuti dengan jumlah penduduk 43 ribu dipimpin oleh R. Basuki, 2 kecamatan ini kemudian dijadikan front pertahanan utama yang didukung oleh 4 batalion TII dengan persenjataan 3 buah brand dan sekitar 170 pucuk senjata biasa, untuk beberapa bulan Belanda tidak masuk daerah ini, bahkan mereka memasang papan pengumuman bahwa daerah ini adalah “daerah berbahaya”.

Sekitar 1 Juni 1938 barulah Belanda bisa mengerahkan pasukannya secara besar- besaran untuk tindakan balas dendam setelah mengadakan persiapan matang selama 3 bulan lebih, dengan mengerahkan pasukan tidak kurang 14 batalion yang diperkuat dengan tank baja serta didukung oleh angkatan udara. Balanda bermaksud untuk mengepung dan menghancurkan daerah gunung Cepu sebagai basis pertahanan TII. Jendral Spoor yang menjabat sebagai gubernur militer sekaligus merangkap pucuk pimpinan tertinggi pemerintah kolonial di Indonesia ini, memimpin langsung pasukan ini. Belanda sebagai kekuatan Nasional (kafir) sangat membenci terhadap gerakan- gerakan islam, oleh karenanya mereka ingin sekali menghancurkan secara tuntas dengan sesingkat mungkin. Mereka merencanakan untuk masuk/mengepung daerah pertahanan Gunung Cepu dari segala arah kemudian membombardirnya dengan meriam dan canon. ternyata usaha mereka itu tidak dapat terlaksanan dengan secepatnya karena daerah pertahanan islam itu dibentengi oleh sungai Citanduy yang cukup lebar dan dalam dari sebelah selatan, sedangkan dari sebelah utara ada bukit- bukit yang sudah di jaga tentara islam. Memang sudah di atur sedemikian rupa oleh

Pak Oni ahli strategi. sehingga Belanda cukup sulit untuk mendobrak daerah pertahanan itu.

Pasukan-pasukan Belanda yang dipilih untuk berjaga dihutan dengan didukung oleh pasukan tank baja, mencoba menerobos dengan melintas jembatan Citanduy (Cirahong) yang panjangnya 150m Sedangkan diseberang sana tentara islam dengan 3 buah brand siap untuk menembak musuh yang coba-coba untuk melintas jembatan. Setelah dikomando tentara Belanda mulai masuk kejembatan tapi sampai ditengah mereka mulai diberondong dengan brand. dan mayatpun bergelimpangan masuk ke sungai. Datang lagi pasukan lain setelah dipaksa komandannya untuk maju dan mereka pun menjadi sasaran peluru tentara islam dari seberang sana. Tentara Belanda terus meju dengan bergelombang setelah tidak kurang dari 2000 tentara mereka yang tewas dan tentara islam pun semakin menipis persediaan amunisinya dan akhirnya bobolah pertahanan TII dari daerah selatan yang dipimpin oleh H. Zaenal Abidin, dan Belanda pun masuk, tentara islam memundurkan daerah pertahanannya dengan meninggalkan 7 desa, yaitu sindang tasik sebelah timur, Nasal, Panaragan, Cimahi, Darma Caang, Cegempalan dan desa Cikoneng, yang kemudian diduduki oleh Belanda dari sinilah mereka menggempur posisi TII dengan tembakan canon dan meriam dengan tidak henti-hentinya angkatan udara dengan pesawat-pesawat tempurnya membantu serangan ini dengan tembakan dari atas, posisi TII manjadi terkepung dari berbagai arah dan semakin terjepit.

Kemudian Ustadz Masduki sebagai komandan pertahanan daerah Cikoneng melihat kejadian ini berakhir saban (mengadakan introspeksi ke dalam) kenapa pertahanan islam bisa didobrak musuh padahal tidak ada sunnahnya dari rasul waktu perang khandaq tidak ada musuh yang bisa masuk kedaerah pertahanan tentara rasulullah, kecuali untuk mati. Setelah diperiksa ternyata ada syar’ie (Hududullah) yang dilakukan oleh beberapa anggota TII. Ada seorang mata-mata yang cermat maka terbongkarlah kegiatan-kegiatannya selaku mata-mata Belanda. Untuk mencari dan mendapatkan informasi/data penting tentang kekuatan TII. Hukuman mati adalah yang paling tepat untuk pengkhianat saking marah dan geramnya, Beberapa anggota TII anak buah A.Z. Abidin melakukan tindakan melampui batas yaitu memotong-motong kemaluan orang yang telah ditembak itu. Inilah kiranya yang menjadi penyebab datangnya malapetaka itu, sebagai peringatan dari Allah, dengan bobolnya pertahanan batalion Zainal Abidin. Pimpinan TII memerintahkan agar semuanya bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas perbuatan isrof- nya(berlebihan) yang telah mereka lakukan.

Kemudian para pimpinan mengadakan musyawarah untuk merencanakan langkah- langkah selanjutnya dalam menghadapi situasi yang genting itu. Pak Masduki sebagai salah seorang komandan merangkap pimpinan daerah setelah mendapat mandat dari komandan rerimen untuk mengatur siasat, mengajukan suatu gagasan yang sangat tepat sekali, beliau berkata dihadapan komandan batalion “saat ini lihat benar-benar terjepit, terkepung dari segala arah, dari utara mulai dari Ciamis-Kawali sampai Panjalu rapat dengan tentara musuh, begitupula dengan sebelah barat Panambangan sudah dikuasai musuh, sebelah selatan jalan raya sampai Banjar sudah penuh dengan tank baja. Beruntung kita punya pertahanan alam yaitu Citanduy tetapi karena kekuatan kita sangat terbatas kita tidak akan bisa mempertahankan daerah ini. Apalagi brigade khusus musuh yang membawa peralatan berat sudah sampai di basis utara di belakang kita. Untuk mengatasi situasi yang sangat genting ini saya telah diberi mandat oleh komandan tempur untuk mencari jalan keluar, karena itu saya memutuskan seluruh anggota TII supaya berusaha keluar dari daerah blokade ini, kemudian membuat front yang lebih terbuka dengan sistem gerilya, kita bukan front (lari meninggalkan perang) tetapi kita bersiasat melaksanakan surat An Anfal ayat 16. Jadi keluar daerah ini sudah menjadi keputusan kita tinggal bermunajat kepada Allah, kalu memang jalan ini dibenarkan Allah pasti Allah akan memberikan cara dan jalan keluarnya, karena kalau kita melihat dhohirnya sulit untuk bisa keluar, sebab harus menembus pagar senjata dan tank baja”. (Q.S. 29/69). Demikianlah Pak Masduki telah memutuskan diluar dugaan seorang TII yang bertugas diTasikmalaya yang menjabat sebagai Stoot Resimen yang bernama Syaifullah, dia mendapat tugas dari Bupati MI Tasikmalaya, H.A. Sobari untuk minta bantuan pasukan satu regu saja guna menghadapi keganasan CV-CV Belanda (orang-orang pribumi yang menjadi kaki tangan Belanda). yang selaulmemeras dan menindas rakyat. Inilah rupanya jalan yang diberikan Allah memecahkan kesulitan. Akhirnya diputuskan bukan hanya satu regu yang akan dikirimkan, tapi semua pasukan yang terdiri dari tiga batalion akan dikeluarkan dari daerah ini, dan ditempatkan dan ditempatkan didaerah Raja Polah, Tasikmalaya. Siasat pun diatur untuk mengeluarkan pasukan dan para keluarganya serta orang-orang luka tembakan.

Kemudian ditawarkan kepada komandan-komandan, siapa yang bersedia untuk menyamar dan menipu musuh, resikonya kalau ketahuan akan ditembak musuh. Syaifullah yang tampil menyanggupkan diri, lalu ia ganti pakaian untuk menyamar sebagai rakyat biasa. tugasnya ialah datang kemarkas Belanda. minta izin untuk membawa rakyat keluar yang terkena luka tembakan canon dan meriam dan

melaporkan bahwa tentara islam (Sabilillah) telah lari meninggalkan tempat. Siasat itu rupanya berhasil Syaifullah diizinkan keluar dengan membawa orang-orang yang sakit rombongan ini selamat sampai ketempat tujuan. Bersamaan dengan itu pasukan TII pun bergerak keluar melalui Cijoho dan Cihaur. tepat jam 12 malam tentara belanda yang ada di pos sebelah barat, utara dan melihat iring-iringan tentara islam, mereka terkejut dan panik kemudian lari meninggalkan posnya tanpa mengadakan perlawanan, dengan demikian tentara islam dapat melintasi pos-pos tentara Belanda yang telah aman dan leluasa dan mereka baru sampai ditempat tujuan yaitu daerah Tajamaya, Raja Polah, Tasikmalaya pada jam 3 dini hari, peristiwa ini terjadi pada tanggal 20 juni, siang harinya Belanda mulai mengadakan serangan-serangan dengan gencar sekali, menggunakan senapan otomatis biasa sampai persenjataan artileri berat. Dari atas dan dari bawa, semuanya memuntahkan peluru dengan satu sasaran, yaitu markas-markas TII, yang merasa belum tahu bahwa tempat itu sudah dikosongkan, jejak-jejak TII waktu menerobos keluar sempat dihapus oleh rakyat setempat pada malam hari itu juga. Sehingga sama sekali tidak melihat jejak bahwa TII sudah keluar. Serangan pun dihentikan setelah melihat tidak ada reaksi dari lawan, dan ternyata tempat itu sudah kosong. Sementara TII yang sudah sampai di tempat tujuan kemudian cepat menyebar. melihat tempat-tempat strategis dan melancarkan serangan gerilya dengan mendadak Belanda yang mendapat serangan mendadak dari belakang itu menjadi jatuh mentalnya, mereka kalang kabut dan lari meninggalkan meda. Sama sekali Belanda menderita kekalahan besar, dengan tewasnya ribuan tentara mereka secara sia-sia. Mereka melihat suatu kekuatan besar yang tidak dilihat sebelumnya, jendral Spoor sebagai gubernur militer yang memimpin langsung pasukan raksasa tersebut, tidak tahan menaggung malu dan aib atas kesalahannya ini, dan langsung mengambil keputusan jalan pintas”bunuh diri”. Peristiwa Gunung Cepu ini sangat penting artinya bagi perjuangan tentara islam, peristiwa yang penuh dengan karomah, dan merupakan awal kemenangan tentara islam. Maka untuk menghargai peristiwa-peristiwa ini, Imam memberikan gelar (GT) (Gunung Tjupu) bagi pasukan yang terlibat dalam perang ini, sesuai dengan sunnah, dimana Rasulullah pun memberikan gelar “Ahlil Badri” sebagai penghargaan terhadap pasukan-pasukan yang ikut ambil bagian dalam perang badar.

Tentara Islam kini dapat menyusun strategi dan siasat yang jauh lebih mantap lagi. Mereka menguasai daerah lebih banyak lagi dan ummat pun semakin besar simpati dan dukungannya terhadap perjuangan TII. Sekarang mereka tidak menggunakan lagi sistem konsentrasi dan frontal, tapi menggunakan sistem gerilya malam hari, sasaran

vital Belanda dihancurkan, tanpa diberi kesempatan untuk memberikan perlawananan yang cukup berarti, Akhirnya Belanda dipaksa untuk meninggalkan daerah-daerah Jawa Barat. Mereka hanya menguasai kota-kota besar saja seperti bandung, dan Jakarta. dengan pertahanan yang cukup tangguh.

melihat kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh TII dalam melawan tentara Belanda Jenderal Sudirman yang dulu memerintahkan SM. Kartosuwiryo dan TII-nya meninggalkan Jawa Barat sekarang dia menaruh simpati dan mendukung langkah- langkah yang diambil oleh TII dalam usaha mempertahankan Jawa Barat, Bahkan secara diam-diam dia mengirimkan persenjataan dari Yogya. Tindakan Sudirman ini sempat tercium oleh Belanda yang kemudian hal ini di jadikan alasan oleh Belanda untuk menyerag Yogya dengan militernya yang kedua pada 19 desember 1948.

Dalam dokumen Syarikat Islam dan Perkembangan Sejarah (Halaman 48-54)

Dokumen terkait