• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAKAN DALAM SENTRA DIAGNOSTIK PATOLOGI ANATOMIK BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS

Dalam dokumen DOC-20170508-WA0003.pdf (Halaman 29-55)

Pemeriksaan Sitologi aspirasi yang pengambilan bahan sel dari suatu lesi yang teraba maupun tidak teraba dengan menggunakan jarum suntik atau spinal nomor 27 G hingga 23 G yang dilakukan oleh tenaga medis yang memiliki kompetensi, dan berguna sebagai penapisan awal sifat biologik suatu lesi dengan metode invasif minimal.

Alat yang diperlukan :

a. Tray/papan Slaid b. Slaid

c. Staining Jar berisi alkohol 96% d. Kapas alkohol

e. Kassa steril f. Plester lebar 3 cm g. Ethyl Chloride Spray

h. Jarum halus berukuran 23G-27G i. Spuit 5 cc dan 20 cc

j. Pistol aspirator atau syringe holder k. Sarung tangan

m. Masker n. Pensil/pulpen Prosedur

Sebelum melakukan tindakan BAJaH, pasien mendapatkan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan memberikan persetujuan secara tertulis (informed consent). Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan indikasi.

TINDAKAN BIOPSI JARUM HALUS (BAJaH) Prosedur/Teknis Pelaksanaan :

BENJOLAN SUPERFISIAL/teraba:

1. Pasien diposisikan sampai lesi dapat terlihat jelas untuk dilakukan BAJaH

2. Lakukan prosedur aseptik-antiseptik pada daerah target BAJaH dan sekitarnya dengan alkohol. 3. Bila pasien sangat sensitif dapat dilakukan anestesi lokal terlebih dahulu dengan ethyl chloride 4. Palpasi secara perlahan untuk mengetahui ukuran, bentuk, konsistensi, pergerakan dari massa

target BAJaH.

5. Segera fiksasi target massa BAJaH untuk mencegah mobilisasi target.

6. Tusukkan jarum 25 G atau lebih kecil ke dalam massa target BAJaH sesuai dengan besarnya benjolan (ukuran jarum tergantung dari konsistensi massa tumor)

7. Lakukan manuver dengan cara menarik dan menusukkan jarum dan menggerakan maju mundur satu arah untuk menghindari perdarahan di dalam, dengan kedalaman yang berbeda selama beberapa kali, namun ujung jarum tidak boleh sampai keluar dari kulit

8. Pengambilan aspirat lesi superfisial dapat mengandalkan aspirasi pasif dari jarum ataupun aspirasi aktif dengan spuit ataupun menggunakansyringe holder.

9. Jarum yang berisi sampel aspirat segera lepaskan dari spuitnya, kemudian isi spuit dengan udara dan sambungkan kembali dengan jarum, segera sempritkan aspirat pada kaca benda minimal 2 Slaid ( 1 untuk pewarnaan Papanicolaou, satu lainnya untuk pewarnaan Giemsa) setelah itu segera lakukan apusan pada kaca benda. Slaid untuk papanicoulaou harus segera dimasukkan ke dalam cairan fiksasi (alkohol 96%) segera setelah diapuskan.

10. Spuit dan jarum yang sudah terpakai dimasukkan ke dalam kontainer berwarna kuning (safety box)

11. Bila benjolan berukuran besar atau pada saat BAJaH pertama tidak didapatkan bahan pemeriksaan yang adekuat lakukan BAJaH lebih dari satu tempat.

12. Puncture atau aspirasi dapat diulang secukupnya dengan mempertimbangkan kecukupan spesimen serta nyeri yang dirasakan pasien.

BENJOLAN TERLETAK DALAM (tidak teraba) /ORGAN DALAM

1. Pasien diposisikan sampai lesi dapat terlihat jelas dengan pencitraan menggunakan USG atau CT Scan bergantung kebutuhan untuk dilakukan BAJaH

2. Khusus untuk kasus tulang, BAJaH dapat dilakukan dengan tuntunan foto polos tulang posisi AP dan lateral.

3. Lakukan prosedur aseptik-antiseptik pada daerah target BAJaH dan sekitarnya dengan alkohol dan povidon iodine 10%.

5. Tusukkan jarum spinal 25 G ke dalam massa target BAJaH dengan pencitraan (ukuran jarum tergantung dari konsistensi massa tumor)

6. Lakukan aspirasi aktif dengan menggunakan spuit atau syringe holder

7. Jarum yang berisi sampel aspirat segera lepaskan dari spuitnya, kemudian isi spuit dengan udara dan sambungkan kembali dengan jarum, segera sempritkan aspirat pada slaid minimal 2 Slaid ( 1 untuk pewarnaan Papanicolaou, satu lainnya untuk pewarnaan Giemsa) setelah itu segera lakukan apusan pada kaca benda. Slaid untuk papanicolaou segera dimasukkan ke dalam cairan fiksasi alkohol 96% setelah diapuskan

8. Spuit dan jarum yang sudah terpakai dimasukkan ke dalam kontainer berwarna kuning (safety box)

9. Bila benjolan berukuran besar atau pada saat BAJaH pertama tidak didapatkan bahan pemeriksaan yang adekuat lakukan BAJaH lebih dari satu tempat

POTONG BEKU

Pemeriksaan menggunakan metode potong beku adalah pemeriksaan jaringan yang dilakukan secara cepat dengan metode fiksasi pembekuan cepat durante operasi. Tujuan pemeriksaan potong beku adalah untuk memberi arahan kepada klinisi tentang tindakan selanjutnya intraoperatif. Ruangan untuk melakukan potong beku harus berada di Instalasi Bedah atau sangat dekat dengan instalasi bedah untuk mempercepat pengiriman jaringan serta keseluruhan proses diagnostik potong beku. Indikasi potong beku, yaitu:

• Menegakkan diagnosis potong beku untuk keputusan intraoperatif • Menilai batas operasi

• Menilai keadekuatan jaringan dari spesimen biopsi dalam suatu prosedur terbuka atau rumit Modalitas potong beku hanya digunakan untuk melihat batas sayatan operasi (radikalitas), misalnya pada keganasan kulit dan jaringan lunak serta pada Morbus Hirschsprung, anak sebar kelenjar getah bening, serta diagnosis kemungkinan keganasan pada payudara, tiroid, dan ovarium. Modalitas ini tidak dapat dilakukan untuk pemeriksaan kecurigaan limfoma dan tumor jaringan lunak.

Permintaan tindakan potong beku dapat ditolak, bila:

• Jika saat menegakkan diagnosis dibutuhkan keseluruhan sampel jaringan dan tidak memungkinkan menyisakan jaringan yang tidak beku (misal: lesi kulit berpigmen)

• Jika seluruh spesimen tampak uniform dan secara makroskopik jinak, misal: kista serosa. • Spesimen sangat mungkin mengandung infeksi, misal: tuberkulosis, dan tidak ada cryotome

cadangan untuk dekontaminasi cryotome yang dipakai. • Bila tidak ada kejelasan waktu dilakukan operasi. Alat

1. Cryotome dengan chamber tertutup, dilengkapi dengan pengatur suhu digital dan metode dekontaminasi. Tidak diperkenankan menggunakan cryotome model jung (pendingin CO2) tanpa chamber 2. Mikroskop binokuler 3. Staining jar 4. Pisau 5. Pinset 6. Alas potong 7. Lemari asam

8. Pipet 9. Kuas

Reagensia dan bahan habis pakai 1. Reagen Hematoksilin 2. Reagen Eosin 3. Alkohol (70%, 96%, absolut) 4. Xylol 5. Formalin buffer 10% 6. Mounting medium 7. Slaid 8. Kaca penutup 9. Microtome blade

10. Frozen Embedding medium

Langkah-langkah Pemeriksaan Potong Beku

1. Petugas/teknisi potong beku Departemen Patologi Anatomik (PA) menerima formulir/surat permintaan atau mendapat informasi jadwal operasi selambat-lambatnya satu hari sebelumnya. 2. Pada hari pelaksanaan, teknisi potong beku memeriksa kesesuaian antara data yang terdapat

pada formulir/surat permintaan dengan spesimen/jaringan yang diterima.

3. Teknisi potong beku dan Spesialis Patologi Anatomik (SpPA) menggunakan alat pelindung diri (APD).

4. SpPA menilai kelayakan besar jaringan untuk dapat dilakukan potong beku.

5. SpPA berwenang meminta tambahan jaringan atau menolak pemeriksaan jika jaringan kecil dan diperkirakan tidak cukup untuk pemeriksan lanjutan (imunologik, molekuler).

6. SpPA memeriksa, mencatat gambaran makroskopik, memilih bagian dari spesimen/jaringan yang representatif untuk diproses potong beku.

7. Spesimen dibekukan cepat dan dipotong setebal 3-5 µm dan diwarnai dengan hematoksilin eosin.

8. Jika diperlukan, SpPA mengambil jaringan imprint dan diwarnai dengan hematoksilin eosin oleh teknisi.

9. Teknisi memproses jaringan sampai menjadi sediaan yang siap dibaca.

10. Sediaan imprint dan potong beku diperiksa dengan mikroskop cahaya untuk menentukan diagnosis.

11. Jawaban disampaikan sesegera mungkin via telepon.

12. Hasil pemeriksaan ditulis dalam formulir jawaban potong beku dan formulir permintaan dan ditandatangani SpPA.

13. Teknisi melakukan fiksasi sisa jaringan potong beku sesuai dengan kaidah yang berlaku (lihat teknik fiksasi). Formulir permintaan dan Slaid potong beku serta imprint disertakan.

Cara Pelaporan

1. Deskripsi makroskopik

2. Membuat diagnosis potong beku 3. Disclaimer (bila ada)

5. Lembar jawaban kemudian diserahkan ke dokter pemohon (untuk disimpan di dalam status/rekam medik pasien) dan duplikat lembar jawaban untuk arsip Departemen/ Instalasi Patologi Anatomik

LAYANAN PEMERIKSAAN AUTOPSI KLINIK

Autopsi Klinik adalah prosedur pembedahan pascamati (postmortem) yang dilakukan oleh SpPA pada kasus kematian yang berhubungan dengan penyakit. Pemeriksaan yang dilakukan adalah berupa pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam meliputi pemeriksan makroskopik dan mikroskopik seluruh organ, dengan pulasan rutin dan khusus. Hasil dari seluruh pemeriksaan akan disimpulkan sebagai laporan lengkap Autopsi klinik. Tujuan Pemeriksaan Autopsi klinik adalah untuk mencari dan menentukan penyebab dan cara kematian serta mengevaluasi penyakit atau jejas yang terjadi.

Prosedur:

1. SpPA dan teknisi (tim) melakukan persiapan autopsi berupa pengecekan kelengkapan administrasi, data klinik dan sarana

2. Pemeriksaan autopsi dilakukan oleh tim di ruang autopsi klinik

3. Semua penemuan dalam pemeriksaan luar dan dalam didokumentasikan dalam bentuk tertulis 4. Dilakukan pengambilan sampel dari semua organ untuk dilakukan pemeriksaan histopatologik 5. Penutupan kembali mayat dilakukan setelah pemeriksaan dalam selesai.

Alat

1. Alat pelindung diri (cap, goggle, masker, apron, jas laboratorium, sepatu boot) 2. Pisau 3. Alat pengukur 4. Timbangan 5. Botol spesimen 6. Formalin buffer 10% 7. Kamera Cara Pelaporan

LAPORAN PEMERIKSAAN AUTOPSI No. Reg. Ked. For :

_________________________________________________________________________ Umur : -- Jenis kelamin : Bangsa : Alamat : Tanggal meninggal : Pemeriksaan luar : Pemeriksaan dalam : Dokter penanggung jawab :

Pemeriksa :

LAPORAN DIAGNOSIS :

RINGKASAN KETERANGAN KLINIK : PENEMUAN PADA PEMERIKSAAN AUTOPSI : EPIKRISIS (Ringkasan Temuan Penting): SEBAB KEMATIAN (Kesimpulan):

Tempat dan tanggal laporan dibuat

Tanda tangan dokter SpPA ______________________________________________________________________________ REFERENSI

1. Bancroft JD, Layton C, Suvarna SK. Bancroft’s Theory and Practice of Histological Techniques. 7th ed. Beijing: Churchill Livingstone Elsevier; 2013.

2. Koss LG, Melamed MR, editors. Koss’ Diagnostic Cytology and its histopathologic bases. 5th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2006.

BAB IV

STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat penting dalam layanan patologi anatomik, khususnya karena banyak pekerjaan yang membutuhkan keterlibatan manusia, tetapi menuntut ketelitian dan ketepatan yang tinggi.

Dalam menentukan standar ketenagakerjaan perlu diperhatikan antara lain : 1. Kualifikasi tenaga berdasarkan pendidikan

2. Adanya penanggung jawab teknis

3. Jumlah tenaga teknis dan administrasi disesuaikan dengan Rasio jumlah pelayanan dan Besaran beban kerja (analisis beban kerja).

NO JENIS KETENAGAAN PENDIDIKAN

JUMLAH MINIMAL BERDASARKAN KELAS RUMAH SAKIT*

KELAS A KELAS B KELAS C

1 Dokter spesialis Sp1 – Patologi Anatomik

3 1 2 Teknisi Laboratorium D3 – Ahli Teknologi

Laboratorium Medik

5 2 1** 3 Perawat kesehatan D3- Ilmu

Keperawatan

2 1 4 Teknisi laboratorium khusus Sarjana Biologi/ D4 -

Ahli Teknologi Laboratorium Medik

2 0

5 Administrasi umum, loket, arsip D3 Administrasi 5 2 1 6 Pekarya SMU atau setara 2 1

(*) Disesuaikan dengan rasio jumlah pelayanan dan analis beban kerja (**) Dapat digabungkan dengan tenaga teknis dari Patologi Klinik

Analisis beban kerja dibuat berdasarkan data jenis kelamin, jumlah kasus yang ditangani, jumlah blok dan slide pada kurun waktu tertentu. Dibuat perhitungan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk setiap satuan output layanan (blok atau slide) dalam setiap langkah mulai dari penerimaan permintaan di loket, hingga pemberian jawaban dan pengarsipan. Dari total jumlah waktu yang didapat dibagi dengan 7 jam (sesuai dengan jam kerja perhari 8 jam dikurangi waktu istirahat dan makan siang 1 jam). Dari penghitungan ini akan didapat jumlah tenaga yang dibutuhkan.

Penghitungan SDM dr. SpPA dapat mengacu pada jumlah kasus kecil, sedang, besar dan sitologi yang ditangani, misalnya untuk kasus kecil membutuhkan waktu ± 15 menit, sedang 30 menit dan besar 60 menit. Sediaan sitologi papsmear membutuhkan 15 menit per kasus, dan sediaan FNAB serta ... membutuhkan 20 menit tanpa memanfaatkan jasa skriner.

Kondisi ini untuk kasus-kasus reguler atau tidak sulit. Pada pemeriksaan imunohistokimia , interpretasi jaringan payudara dan limfoma membutuhkan waktu sekitar 30 menit, sedangkan interpretasi kasus sukar (...) lainnya membutuhkan waktu sekitar 60-120 menit.

Dengan konsep yang sama, diperoleh jumlah jam yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kasus dalam sehari dibagi 7 jam untuk SpPA full time dan 3,5 jam untuk SpPA part time.

BAB V

STANDAR MINIMAL SARANA PRASARANA DAN ALAT MEDIS LABORATORIUM SARANA PRASARANA

Fasilitas Gedung minimal

No JENIS RUANGAN KEBUTUHAN RUANGAN BERDASARKAN KELAS RUMAH SAKIT

KELAS A KELAS B KELAS C

GEDUNG Permanen

1 Ruang tunggu Disesuaikan dengan struktur dan kebutuhan Rumah Sakit

2 Loket penerimaan jaringan Disesuaikan dengan struktur dan kebutuhan Rumah Sakit

3 Ruang pemotongan jaringan & pemeriksaan makroskopik serta Prosesing jaringan

40 m2 * 30 m2 * - 4 Ruang Proses lanjutan

(Embeding sampai dengan pewarnaan)

3x4 m2 * 3x3 m2 * - 5 Ruang sisa Gros / spesimen

dengan Rak terpasang

3x4 m2 * 3x3 m2 * - 6 R. Sitologi 3x4 m2 * 3x3 m2 * (**) 7 R. Imunohistokimia 3x4 m2 * 8 R. Histokimia 3x4 m2 * 9 R. Patologi Molekuler 3x4 m2 * 10 Ruang tindakan FNA &

Papsmear

3x4 m2 * 4 x 4 m 11 Ruang Diagnosis dan dokter

serta perpustakaan

3x4 m2 * 5 x 5 m

12 Ruang Administrasi 3x4 m2 * 4 x 4 m 4 x 4 m 13 Ruang Arsip kertas hasil lab 6 x 4,5 m 7 x 4,5 m v 14 Ruang Arsip Blok 6 x 4,5 m 7 x 4,5 m

15 Ruang Arsip Preparat slaid kaca

6 x 4,5 m 7 x 4,5 m 18 Gudang sesuai persyaratan

B3

3x4 m2 * - 19 Ruang multifungsi (pantry

dll)

Disesuaikan dengan struktur dan kebutuhan Rumah Sakit 20 Toilet pasien / pengunjung Disesuaikan dengan struktur dan

kebutuhan Rumah Sakit 21 Toilet dokter / karyawan Disesuaikan dengan struktur dan

kebutuhan Rumah Sakit 22 Tempat ibadah Disesuaikan dengan struktur dan

kebutuhan Rumah Sakit (*) Disesuaikan dengan beban kerja layanan

Fasilitas Penunjang wajib

No JENIS KELENGKAPAN

RUANGAN

KEBUTUHAN KELENGKAPAN RUANGAN BERDASARKAN KELAS RUMAH SAKIT

KELAS A KELAS B KELAS C

1 Penerangan / lampu 5 watt / m2 2 Daya Listrik 5.5 KVA 3 Ventilasi 1/3 kali luas lantai atau

Pemasangan Air Conditioner (AC) 2 PK per 20m2

4 Air mengalir / bersih 50 liter / karyawan / hari 5 Air untuk kebutuhan lab Air sesuai dengan lab (ph

netral, tidak ada bakteri dan solut/ logam berat

6 Generator Disesuaikan dengan daya listrik dan fasilitas rumah sakit

Kriteria minimal suatu Sentra diagnostik Patologi Anatomi disesuaikan dengan kelas rumah sakit dan beban kerja layanan.

 Total luas bangunan minimal untuk Rumah Sakit kelas A : 60 m2  Total luas bangunan minimal untuk Rumah Sakit kelas B : 50 m2

Persyaratan Ruang Laboratorium Patologi Anatomik sebagai bagian dari sentra diagnostik dikelompokan pada Biosafety Level -2 yaitu laboratorium yang mempunyai hubungan dengan penyakit pada manusia Sesuai pada jenis pekerjaan yang karateristik agennya berpotensi hazard sedang kepada karyawan dan lingkungan, maka perlu diperhatikan beberapa hal menyangkut fasilitas ruangan laboratorium, antara lain :

 Laboratorium mempunyai pintu yang bisa dikunci  Tempat cuci tangan dengan air mengalir

 Ruangan, koridor dan lantai serta permukaan tempat kerja mudah dibersihkan

 Atap dan permukaan meja pemeriksaan tidak tembus air, asam, alkali dan larutan organik  Furniture secukupnya

Dipasang Biological Safety Cabinet  Pencahayaan yang cukup  Peralatan pencuci mata

 Aliran udara di dalam laboratorium cukup tanpa resilkulasi dengan non lab  Jendela dengan kawat anti serangga

 Lokasi terpisah dengan masyarakat sekitar  Struktur bangunan konstruksi normal  Ventilasi langsung

Beberapa Ruangan yang dapat digabungkan :

1. Ruang Potong makroskopik dan prosesing serta ruangan penyimpanan sisa pemotongan makroskopik dengan sistem ruangan tertutup serta ventilasi udara yang baik ( hepafilter ) 2. Ruang prosesing lanjutan :

Rumah sakit kelas B : Dapat menggabungkan ruang histopatologi, sitologi, histokimia, dan imunologi

Rumah sakit kelas A : Ruangan masing – masing laboratorium terpisah

3. Ruang administrasi penerimaan specimen dan ruang penyimpanan arsip hasil di Rumah sakit kelas C dapat digabungkan dengan laboratorium patologi klinik

4. Ruangan arsip, diagnostik, dan administrasi di rumah sakit kelas A dan B harus ditempatkan terpisah.

5. Ruang Tindakan BAJaH diletakkan terpisah

ALAT MEDIS MINIMAL LABORATORIUM 1. Peralatan Pemotongan makroskopik

NO NAMA ALAT

JUMLAH MINIMAL BERDASARKAN KELAS RUMAH SAKIT

KELAS A* KELAS B*

1 Work station / Grossing station 1 1 2 Autopsi set 2 2 3 Pisau Potong (1 set) 3 set 2 set 4 Gunting (lurus,bengkok,kecil) 5 3 5 Gergaji listrik untuk tulang 1 1 6 Pinset, scalpel 5 3 7 Alat pengukur (penggaris besi) 2 2 8 Alat pengukur berat (timbangan) < 1 kg 2 2 9 Alat pengukur berat (timbangan) > 1 kg 2 2 10 Loop / kaca pembesar 2 2 11 Talenan ( alas memotong jaringan) 4 3 (*) Jumlah minimal peralatan disesuaikan dengan ratio jumlah layanan spesimen

2. Alat prosesing minimal laboratorium histopatologi

NO JENIS ALAT MEDIS LABORATORIUM

KEBUTUHAN MINIMAL SESUAI KELAS RUMAH SAKIT

KELAS A KELAS B

1 Automatic Tissue Processing * 2 1 2 Manual Tissue Processing 1 1 3 Automatic Staining Machine* 2 1 4 Manual Staining / peralatan gelas manual 1 1

5 Embedding Center * 2 1

6 Fully motorize rotary microtome 2* 0

7 Manual Microtome * 3 2

8 Waterbath 4 1

9 Cryostat / alat potong beku 3 1

10 Hotplate 3 1

11 Peralatan gelas untuk processing manual 30 30

12 Timer 5 3

13 Mikroskop Binokular 2 1

14 Virtual microscope ± 0

15 Lemari asam 2 1 16 Bench top fume hood 3* 1 17 Ph meter 1 1 18 Alkohol meter 1 1

(*) disesuaikan dengan jumlah layanan

3. Ruang laboratorium sitologi

NO NAMA ALAT

JUMLAH MINIMAL BERDASARKAN KELAS RUMAH SAKIT

KELAS A KELAS B KELAS C

1 Manual Staining Jar 20 20 3**

2 Centrifuge 1500 rpm 1 1 1**

3 Cyto Centrifuge 1 1

4 Timer 2 1

5 Pipet set (dari kecil sd besar) masing-masing 2 2 6 Mikroskop binokular 3* 1* 7 Liquid Base Cytology Manual 1 1 8 Liquid Base Cytology Automatic / machine* 1 1

9 Vortex 2 1

10 Lemari pendingin / kulkas 1 1 1 11 Alkohol meter 1 1

(*) Disesuaikan dengan ratio jumlah kasus

(**)Disesuaikan dengan jenis layanan laboratorium terpadu

Comment [MS1]: DILETAKKAN DI MASING-MASING LAYANAN LABORATORIUM

4. Ruang Laboratorium Imunohistokimia NO NAMA ALAT JUMLAH MINIMAL BERDASARKAN KELAS RUMAH SAKIT KELAS A KELAS B

1 Mesin standar automatic pulasan immunohistokimia* 1 1 2 Fully motorize rotary microtome* 1 1

3 Moist chamber 1 1 4 Micropipet adjustable 3 3 5 Waterbath* 1 1 6 Hotplate* 1 1 7 Lemari pendingin 4°C 1 1 8 Freezer -20°C 1 1 9 Timer 4 2 10 Mikroskop binokular 3 1

11 Microscope double head 1* 0

12 Mikroskop flouresensi lengkap dengan kamera, komputer +

PC 1** 0

(*) disesuaikan dengan ratio kasus layanan

(**) disesuaikan dengan laboratorium pelayanan terpadu

5. Ruang Laboratorium Patologi Molekular*

No NAMA ALAT

JUMLAH MINIMAL BERDASARKAN KELAS

RUMAH SAKIT KELAS A

1 PCR (RT dan conventional) masing-masing 1 2 Apparatus Electroforesis 3 3 Gel doc 1 4 Ph meter 1 5 6 7 8 9 10 11 Micro balance Laminar air flow Micropipet adjustable Spectrophotometer Microcentrifuge Vortex Drybath 1 2 3 1 1 1 1 (*) Sesuai dengan kelas rumah sakit yang memiliki layanan

6. Ruang Tindakan Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJaH) dan Pap smear NO NAMA ALAT JUMLAH MINIMAL BERDASARKAN KELAS RUMAH SAKIT KELAS A KELAS B

1 Tempat tidur pasien 1 1 2 Lampu sorot 2 1 3 Tempat tidur Ginekologi 1 1

4 Viewer rontgen 1 1

5 Lemari penyimpanan bahan - bahan BAJaH 1 1 6 Meja trolley 1 1 7 Spekulum (cocor bebek) 5 set 2 set 8 Autoclave / sterilisator listrik 1 1 9 Piston Gun 2 1 10 Mikroskop binokular 1 1

(*) disesuaikan dengan jumlah layanan

7. Ruang Diagnostik NO NAMA ALAT KEBUTUHAN MINIMAL ALAT BERDASARKAN KELAS RUMAH SAKIT KELAS A KELAS B 1 Mikroskop binokular 5 3 2 Microscope double head 3 2 3 Five headed microscope + camera attached + PC 2 - 4 Meja untuk miksroskop 10 5 5 Kursi untuk diagnosis 10 5 6 Lemari buku (build in) 2 2 7 Komputer dan printer 6 4

8. Ruang Arsip

NO NAMA BARANG

JUMLAH MINIMAL BERDASARKAN TIPE RUMAH

SAKIT KELAS

A

KELAS

B KELAS C

1 Lemari untuk kertas jawaban (storage standard) 2 1 1 2 Lemari untuk slaid (slide storage cabinet) 2 1

3 Lemari untuk blok parafin (block storage) 2 1

4 Scanner 2* 0

5 Komputer dan printer 1 1 1 6 Lemari jaringan basah 1 1

BAB VI

STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3), ALAT PELINDUNG DIRI, SERTA KEAMANAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

Pengertian Keselamatan Kerja:

Memberikan petunjuk kepada petugas laboratorium dalam bekerja sehingga terhindar dari bahaya/kecelakaan fisik, kimia, dan biologis.

Perlengkapan Keselamatan dan Keamanan Laboratorium

Alat Pelindung Diri

NO TINDAKAN JENIS ALAT PELINDUNG DIRI

1 Pemotongan Makroskopik Penutup rambut, Kaca mata pelindung (safety goggle), masker, jas

laboratorium dengan lengan panjang berkaret, sarung tangan, sepatu tertutup, apron plastik 2 Bekerja di dalam laboratorium Penutup rambut, masker, jas

laboratorium dengan lengan panjang berkaret, sarung tangan, sepatu tertutup

3 Tindakan Bajah Masker, Jas Laboratorium dengan lengan panjang dan berkaret, sarung tangan, sepatu tertutup

4 Autopsi Klinik Penutup rambut, Kaca mata pelindung (safety goggle), masker, jas

laboratorium dengan lengan panjang berkaret, sarung tangan, sepatu tertutup, apron plastik

NO JENIS KELENGKAPAN SYARAT MINIMAL

1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan bahan dasar CO2 atau Powder

Disesuaikan dengan luas ruangan (luas jangkauan 100-150m2 dan jarak maksimum 15 m)

2 Desinfektan 1 buah 3 Wadah khusus jarum / benda tajam (needle

dispenser)

1 buah ( disesuaikan dengan kebutuhan ) 4 Pancuran air (Safety shower) 1 buah

5 Pancuran air khusus mata (eye washer) 1 buah 6 Perlengkapan Pertolongan pertama

kecelakaan (P3K)

1 set

7 APD dan sepatu tertutup Disesuaikan dengan jumlah personil di laboratorium

Prosedur Keselamatan kerja di Laboratorium : 1. Sebelum bekerja:

a. Persiapan diri sebelum bekerja:

- Tangan dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir.

- Memakai Alat Pelindung diri disesuaikan dengan lokasi bekerja dan jenis pekerjaan

- Petugas memakai kaca mata (goggles) saat:

 Menggunakan larutan asam atau basa kuat, bahan kimia pekat atau pelarut organik

 Memotong spesimen makroskopik  Membuka tabung gas

 Menggunakan gelas kimia di ruangan bertekanan atau vakum  Melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan percikan cairan  Memindahkan cairan ke media panjang

- Bila terdapat luka pada tubuh yang tidak tertutup pakaian, tutuplah luka dengan plester sebelum bekerja.

b. Persiapan meja kerja

- Pastikan meja kerja bersih dari sisa-sisa parafin

- Alat (Microtome) setiap hari setelah habis di pakai selalu di bersihkan - Waterbath diganti airnya setiap hari dan selalu lihat kontrol suhunya - Hotplate selalu di cek kontrol suhunya

- Staining Jar selalu di bersihkan setiap hari, serta di ganti cairan pewarnaannya

- Mesin processor jaringan selalu di bersihkan dan di ganti cairannya sesuai ketentuan

2. Selama Bekerja a. Meja kerja:

- Hindari terjadinya tumpahan atau percikan spesimen diatas meja kerja (kamar potong).

- Bila terjadi tumpahan:  Bahan kimia:

a. Bersihkan segera.

b. Jika asam atau basa, netralkan segera.

c. Saat menetralkan, perhatikan bahwa: reaksinya mungkin menimbulkan panas atau menghasilkan uap, cairannya tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan atau masuk ke dalam saluran air limbah atau saluran air hujan.

 Bahan biologis cair :

a. Tuangkan larutan hipoklorit 1% dalam jumlah yang sama dengan jumlah tumpahan spesimen diatas meja kerja. b. Diamkan selama 30 menit.

c. Setelah 30 menit gunakan kertas tisue untuk menghisap semua cairan.

d. Buang tisue dalam plastik kuning.

e. Meja kerja dibersihkan dengan menggunakan lap yang telah dicelup larutan hipoklorit 0,5% sampai bersih.

- Meja kerja siap digunakan kembali. b. Pakaian kerja:

- Jika terkena percikan bahan biologis, pindahkan pakaian yang

terkontaminasi termasuk jas lab dan sarung tangan dan letakkan di tempat khusus.

c. Cara kerja:

- Jangan makan, minum, merokok, menyimpan makanan/minuman di daerah kerja, lemari es laboratorium.

- Hindari pemipetan secara langsung dengan mulut, gunakan pipet yang sudah tersedia.

- Pipet yang sudah digunakan dimasukkan dalam tempat berisi larutan hipoklorit 0,5% yang dibuat setiap hari.

d. Hindari penggunaan alat-alat yang sudah rusak

3. Setelah bekerja: a. Meja kerja:

- Meja kerja(kamar potong) dibersihkan menggunakan larutan sabun ibiarkan kering

- Meja kerja (Lab dalam/tempat potong blok parafin)bersihkan dari sisa parafin.

- Membuang seluruh sisa zat pewarnaan serta melakukan pencucian dari kontainer pewarnaan (Staining Jar)

b. Diri sendiri:

- Melepaskan Alat Pelindung diri sesuai dengan standar ( dimulai dari atas – bawah)

- Seluruh APD sekali pakai dibuang ke dalam kantung plastik khusus untuk bahan infeksius

- Tangan dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir sesuai dengan standar tahapan cuci tangan

KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

Keselamatan Pasien (Patient safety) merupakan suatu sistem manajemen yang diterapkan di rumah sakit sebagai upaya menjamin keselamatan pasien dari kejadian tidak diinginkan sebagai akibat kesalahan tindakan medis (medical error).

Beberapa hal yang sangat berhubungan dengan keselamatan pasien dan dapat diterapkan pada

Dalam dokumen DOC-20170508-WA0003.pdf (Halaman 29-55)

Dokumen terkait