• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.4. Tindakan Responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh responden yaitu sebanyak 65 orang (100%) menyatakan peduli dengan pencegahan penyakit malaria. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan pencegahan penyakit malaria yang pernah dilakukan responden adalah membersihkan rumah dan pekarangan sendiri, pembersihan lingkuangan melalui gotong royong yaitu sebanyak

24 orang (36,9%). Dapat diketahui bahwa sebanyak 58 orang responden (89,2%) mengatakan bahwa waktu pelaksanaan gotong royong untuk memberantas sarang nyamuk dilakukan sekali dalam seminggu, sebanyak 7 orang (10,8%) responden mengatakan bahwa waktu pelaksanaan gotong royong untuk memberantas sarang nyamuk dilakukan sekali dalam sebulan.

Menurut Gunawan (2009), tempat perindukan vector adalah suatu tempat yang merupakan tempat nyamuk malaria yang dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan, mulai dari proses bertelur sampai menjadi dewasa. Keberadaan habitat sebagai tempat perindukan vektor adalah apabila dari beberapa habitat yang ada di Kecamatan Penyabungan Kota.

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak 57 orang (87,7%) mengatakan ada tempat perindukan nyamuk disekitar rumahnya, sebagian besar responden bahwa bentuk tempat perindukan nyamuk yang ada disekitar rumahnya adalah air payau atau genangan air yaitu sebanyak 33 orang (57,9%), sebanyak 17 orang (29,8%) menyatakan bahwa bentuk tempat perindukan nyamuk yang ada disekitar rumahnya adalah saluran pembuangan limbah yang tidak lancar.

Berdasarkan hasil penelitian Dasril (2005), ada dua jenis habitat yang disukai oleh nyamuk Anopheles spp adalah genangan air atau lagun dan rawa-rawa. Penelitian yang sama dilakukan oleh Weraman (2000), yang melakukan penelitian di Sumba Barat, menurut hasil penelitiannya, bahwa genangan air atau lagun memiliki resiko sebesar 8 kali meningkatkan kejadian malaria.

Untuk tindakan terhadap tempat perindukan nyamuk adalah dengan mengubur yaitu sebanyak 52 orang (80%), sedangkan yang lainnya menyatakan bahwa tindakan terhadap tempat perindukan nyamuk adalah dengan membakar yaitu sebanyak 13 orang (20%).

Mengingat keberadaan tempat perindukan nyamuk yang berpengaruh cukup besar dalam meningkatkan angka kejadian malaria, maka keberadaannya harus dilakukan tindakan intervensi. Tindakan intervensi yang dapat dilakukan adalah kegiatan pengolahan lingkungan yakni dengan cara penimbunan dan pengeringan sumber genangan air, sehingga tidak lagi menjadi tempat yang potensial bagi vektor untuk berkembang biak (Dasril, 2005).

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa responden terbanyak yaitu 55 orang (84,6%) mengatakan lingkungan tempat tinggalnya beresiko terjangkit penyakit malaria, dan dari 55 orang yang lingkungan tempat tinggalnya beresiko terjangkit penyakit malaria, sebanyak 47 orang (85,5%) kondisi tempat tinggalnya memiliki SPAL yang terbuka dan tidak lancar, sedangkan yang lainnya memiliki kandang ternak yang dekat dengan rumah yaitu sebanyak 8 orang (14,5%).

Upaya pengendalian vektor malaria sangat penting untuk dilakukan dalam rangka memutuskan mata rantai penularan penyakit malaria. Pengendalian vektor malaria dilakukan mulai dari tahap nyamuk masih berupa larva sampai kepada pengendalian nyamuk dewasa melalui penyemprotan rumah. Pengendalian vektor melalui penyemprotan rumah dan kelambunisasi merupakan protektor terhadap kejadian malaria yang dapat dilakukan oleh masyarakat (Harijanto, 200).

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan pernah melakukan penanggulangan terhadap nyamuk sebagai vektor malaria yaitu sebanyak 58 orang (89,2%) dan dari 58 orang yang mengatakan pernah melakukan penanggulangan terhadap nyamuk sebagai vektor malaria sebanyak 43 orang (74,1%) melakukan pembersihan lingkungan, sedangkan yang lainnya yaitu sebanyak 15 orang (25,9%) melakukan penyemprotan jentik nyamuk. Dari Tabel 10 juga diketahui bahwa sebagian besar responden biasanya menggunakan anti nyamuk bakar yaitu sebanyak 33 orang (50,8%). Sedangkan cara lain yang digunakan untuk menghindari gigitan nyamuk adalah memakai kawat kasa yaitu sebanyak 29 orang (44,6%), menggunakan kelambu yaitu 23 0rang (35,4%).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Saifuddin (2004), di pemukiman Suka Damai, menunjukkan masyarakat yang tidak memakai kelambu proporsi menderita malaria sebanyak 65,2%. Sedangkan yang memakai kelambu proporsi menderita malaria lebih sedikit 25%.

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar reponden sudah pernah mengikuti penyuluhan tentang penyakit malaria yaitu sebanyak 41 orang (63,1%) dan dari 41 orang yang pernah mengikuti penyuluhan tentang penyakit malaria, sebanyak 24 orang (58,5%) responden mengatakan bahwa kesimpulan yang didapat dari penyuluhan tersebut adalah pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, sedangkan sebanyak 17 orang (41,5%) responden mengatakan bahwa kesimpulan yang didapat dari penyuluhan tersebut adalah penyakit malaria,faktor-faktor yang mempengaruhi dan upaya pencegahannya. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa peran petugas kesehatan dalam

penaggulangan penyakit malaria adalah melakukan kegiatan dalam bentuk penyuluhan tentang penyakit yaitu sebanyak 33 orang (50,8%) dan sebanyak 9 orang (13,8%) mengatakan bahwa peran petugas kesehatan dalam penanggulangan penyakit malaria adalah memberikan penjelasan tentang penyakit malaria saja di kegiatan Posyandu.

Menurut Depkes RI (2008), tindakan pengendalian malaria adalah dengan cara mekanis yaitu penyuluhan atau pembinaan kader dan masyarakat, membersihkan sarang nyamuk baik secara perorangan maupun gotong royong. Sehingga perlu dilakukan gotong royong secara rutin. Kegiatan intervensi berupa penyuluhan secara aktif perlu dilakukan kepada masyarakat, agar masyarakat memperoleh informasi yang memadai tentang penyakit malaria.

Selain itu, diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan kegiatan yang pernah dilakukan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan untuk penyakit malaria adalah dengan pengobatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan penyediaan kelambu yaitu sebanyak 42 orang (64,6%). Hal ini sesuai dengan kegiatan yang disusun untuk menanggulangi penyakit malaria yang terdiri dari pertemuan penderita suspek malaria, konfirmasi diagnosis (mikroskopis dan atau RDT), pengobatan, penyediaan LLIN untuk menanggulangi terhadap gigitan nyamuk dan peningkatan kualitas fasilitas pelayanan.

Dari Tabel 13 diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan ada anggota keluarganya yang menderita penyakit malaria yaitu sebanyak 57 orang (87,7%) dan dari 57 orang yang menyatakan ada anggota keluarganya yang menderita

penyakit malaria, 41 orang (71,9%) berobat ke Rumah Sakit atau Puskesmas, sedangkan yang lainnya berobat ke klinik malaria yaitu sebanyak 16 orang (28,1%).

Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa sebagian besar responden menjaga agar tidak digigit nyamuk setelah sembuh dari penyakit malaria yaitu sebanyak 31 orang (54,4%), sebanyak 18 orang (31,6%) responden ikut serta dalam upaya penaggulangan dan pencegahan malaria, sedangkan yang lainnya kembali seperti sebelum menderita penyakit malaria yaitu sebanyak 8 orang (14%).

Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah merupakan suatu gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapatkan rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan lebih banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Secara logis, tindakan dapat dicerminkan dalam suatu bentuk namun tidak pula dikatakan bahwa tindakan memiliki hubungan simetris.

Dari hasil penelitian pada Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkatan tindakan responden terhadap penaggulangan penyakit malaria berada pada tingkat kategori sedang yaitu sebanyak 51 orang (78,5%). Hal ini menunjukkan bahwa tindakan masyarakat terhadap penanggulangan penyakit berada pada tingkat kedua yaitu “perception” , artinya dimana penderita malaria hanya mengenal dan memilih penaggulangan yang cocok denga keadaannya (Notoatmodjo, 2003).

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait