• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Perkembangan Bibit

1. Tinggi Bibit

Gambar 24. Penyiapan bibit dari ex-vitro Gambar 25. Bibit dalam sungkup Setelah penyiapan masing-masing jenis bibit dilakukan dan sistem perakaran diperkirakan cukup kuat untuk dipindahkan ke media tanam yang sebenarnya, bibit kemudian dipindahkan ke dalam greenhouse dan disusun berdasarkan susunan yang telah dipersiapkan menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK). Terdapat 3 media tanam yang digunakan untuk masing-masing jenis bibit. Media 1 berasal dari campuran tanah, pasir malang, dan pupuk kandang (dinotasikan sebagai M1). Media 2 merupakan media tanam yang berasal dari campuran tanah dan kulit jarak hasil pembusukan yang telah dikeringkan (dinotasikan sebagai M2). Dan media tanam yang menggunakan tanah tanpa campuran apapun disebut sebagai M3. Untuk masing perlakuan terdapat 3 ulangan dan masing-masing tanaman ditanam sebanyak 5 sampel. Skema pengaturan penanaman dan susunan ulangan dapat dilihat pada Lampiran 11.

Kegiatan pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi beberapa indikator seperti tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan setiap minggu karena tanaman termasuk dalam kategori tanaman dengan pertumbuhan cepat.

1. Tinggi Bibit

Pada minggu-minggu awal kegiatan pertumbuhan, semua jenis bibit jarak yang ditanam pada M1 menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan media-media lainnya. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengukuran pertumbuhan yang dilakukan tiap minggu. Namun, setelah memasuki minggu ketiga, bibit yang ditanam pada M2 menunjukkan tingkat pertumbuhan yang mendekati tingkat pertumbuhan bibit pada M1. Pada bibit yang berasal dari biji dan ditanam pada M2 (B1M2), baik tinggi tanaman, jumlah daun maupun diameter batang dari ketiga ulangan menunjukkan pertumbuhan tanaman yang

53 cukup tinggi dan mendekati bibit dari biji (B1M1) sejak 3 MST (minggu setelah tanam). Gambar 25 di bawah ini adalah grafik pertumbuhan tinggi tanaman B1 tiap minggu pada ketiga media tanam selama masa pembibitan.

Gambar 26. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman dengan biji

Hasil pertumbuhan B1 ulangan 1 pada minggu ke-1, tinggi tanaman pada masing-masing media adalah 7.82 cm (B1M1), 5.84 cm (B1M2), dan 3.48 cm (B1M3). Baik B1M1 dan B1M2 menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang cukup tinggi memasuki minggu ketiga, sedangkan B1M3 mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup tinggi pada antara minggu ke-2 dan minggu ke-3. Namun, setelahnya, tingkat pertumbuhan mengalami peningkatan yang tidak terlalu banyak. Pada akhir masa pembibitan, tinggi B1M1 mencapai 40.02 cm, B1M2 mencapai 36.5 cm dan B1M3 mencapai 30.5 cm. Pertambahan tinggi B1M1 selama masa pembibitan adalah sebesar 32.2 cm, B1M2 mengalami pertambahan tinggi tanaman rata-rata sebesar 30.66 cm, dan 27.02 cm pada B1M3. Pertambahan tinggi tanaman yang ditanam dalam media pupuk kandang merupakan yang tertinggi dibandingkan bibit yang ditanam pada media lainnya.

Pada bibit yang berasal dari stek (B2) menunjukkan hasil yang cukup bervariasi dari tiga ulangan selama proses pertumbuhannya. Akan tetapi, stek yang ditanam pada M2 (B2M2) tetap menunjukkan hasil pertumbuhan yang cukup memuaskan. Gambar 27 berikut ini adalah grafik pertumbuhan tinggi tanaman B2 tiap minggu pada ketiga media tanam selama masa pembibitan.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ti nggi  Tna m an  (c m ) Minggu ke‐ B1M1 B1M2 B1M3

54

Gambar 27. Grafik pertumbuhan tanaman dengan stek

Seperti yang terlihat pada grafik, pada awal pertumbuhan tinggi B2M1, B2M2, dan B2M3 berturut-turut adalah 28.58 cm, 24.62 cm, dan 27.82 cm. B2M2 pada minggu-minggu awal pertumbuhan menunjukkan hasil pertumbuhan di bawah media lainnya. Akan tetapi, menjelang akhir masa pembibitan, pertumbuhan B2M2 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan hingga dapat menyamai tingkat pertumbuhan B2M1. Pada akhir masa pertumbuhan, tinggi B2M1 adalah 45.8 cm, B2M2 44.88 cm, dan B2M3 42.48 cm. Pertambahan tinggi stek jarak pada media 2 (B2M2) selama masa pembibitan menunjukkan hasil pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 20.26 cm, kemudian B2M1 dengan pertambahan tinggi sebesar 17.22 cm, dan B2M3 sebesar 14.66 cm. Karena berasal dari bagian tanaman yang telah dewasa, pertumbuhan tanaman yang berasal dari stek lebih cepat daripada kedua jenis bibit lainnya dan lebih tahan terhadap serangan hama kutu daun.

Pembibitan dengan menggunakan ex-vitro baru dapat dilakukan setelah perakaran kuat. Tidak seperti stek, karena berasal dari bagian tanaman muda (pucuk tanaman), bibit ex-vitro memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kondisi perakaran yang cukup kuat dan pertumbuhan yang lebih stabil. Karena pada bulan April-Mei 2009 kondisi cuaca banyak hujan dan lembab mengakibatkan pada minggu awal pembibitan terdapat sejumlah bibit yang mengalami busuk akar karena media tanam yang terlalu lembab. Hal ini

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tinggi  Tanaman  (c m) Minggu ke‐ B2M1 B2M2 B2M3

55 menyebabkan jumlah bibit yang berasal dari ex-vitro yang bertahan hidup lebih sedikit dibandingkan jenis bibit yang lain.

Hasil pengamatan pertumbuhan B3 secara umum pertumbuhan bibit dengan M1 (B3M1) menunjukkan hasil pertumbuhan yang paling signifikan dibandingkan media-media lainnya. Hal ini disebabkan kondisi media tanam yang lebih berpori sehingga air lebih mudah dilewatkan dan kondisi buruk akar pada media ini merupakan yang paling minimal. Pada media lain, busuk akar dapat dihindarkan dengan pengecekan secara berkala pada tanaman pada saat hujan dan kelembaban yang tinggi. Gambar 28 di bawah ini adalah grafik pertumbuhan tinggi tanaman B3 tiap minggu pada ketiga media tanam selama masa pembibitan.

Gambar 28. Grafik pertumbuhan tanaman dengan ex-vitro

Grafik di atas menunjukkan tinggi pertumbuhan tanaman rataan yang fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh beberapa tanaman yang mengalami busuk batang pada minggu awal pembibitan sehingga mempengaruhi rataan umum tinggi tanaman. Bibit yang paling banyak terkena busuk batang terutama bibit yang ditanam pada M3.

Melalui grafik di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman pada masing-masing media mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Pada awal masa pembibitan, tinggi B3M1, B3M2, dan B3M3 berturut-turut adalah 16.7 cm, 14.6 cm, dan 13.6 cm. Karena pada minggu-minggu awal pembibitan curah hujan pada daerah penelitian cukup tinggi, banyak tanaman yang mengalami gugur daun

0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tinggi  Tanaman  (cm) Minggu ke‐ B3M1 B3M2 B3M3

56 sehingga tinggi tanaman menurun dan jika kelembaban terlalu tinggi, tanaman akan mengalami busuk batang. Kondisi ini menyebabkan batang tanaman tidak dapat menopang pertumbuhan serta tidak dapat menyalurkan air dan nutrisi yang diserap oleh akar ke daun. Tanaman yang mengalami busuk batang akan cepat mengalami kematian. Kondisi busuk batang pada awalnya ditandai kondisi batang yang lembek atau lunak karena serat-serat dalam batang yang membusuk. Jika kondisi terus berlanjut, warna batang yang semula berwarna hijau segar akan berubah menjadi coklat dan kisut. Tanaman yang mengalami busuk batang pada minggu awal pertumbuhan diganti dengan tanaman baru. Akan tetapi, jika tanaman mengalami busuk batang setelah minggu ke-4, sampel tanaman tersebut tidak diganti dengan tanaman baru. Gambar 29 di bawah ini menunjukkan kondisi tanaman yang mengalami busuk batang pada minggu awal kegiatan pembibitan.

Gambar 29. Busuk batang pada jarak pagar

Pada akhir masa pembibitan, B3M1 menunjukkan hasil yang paling tinggi dibandingkan bibit-bibit lain yang ditanam pada media berbeda. Dari tabel rataan, baik B3M1 maupun B3M2 terdapat 3 dari 5 sampel yang ditanam pada masa pembibitan yang masih dapat bertahan. Sedangkan pada M3, hanya satu sampel tanaman saja yang dapat bertahan hidup.

Pengamatan hasil kegiatan pembibitan jarak pagar yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tanaman yang ditanam pada M2 secara umum memiliki memberikan hasil pertumbuhan yang tak kalah dengan M1. Kandungan hara yang terdapat pada kulit jarak diteliti dengan melakukan pengujian di Laboraturium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tabel 7 berikut ini adalah tabel perbandingan kandungan hara pupuk kulit jarak dari hasil pengujian.

57 Tabel 7. Perbandingan kandungan hara pupuk kulit jarak dengan pupuk kandang

Sumber : * Lab Tanah IPB

** Makkar et al. (1997) dalam Hambali et al. (2006)

Hasil pengujian kandungan hara menunjukkan bahwa kandungan bahan organik M2 tidak kalah dengan M1 sehingga dapat digunakan sebagai media tanam yang cocok untuk pembibitan jarak pagar. Meskipun demikian, perlu juga dilakukan analisis statistik untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nyata antara pertumbuhan tanaman yang ditanam pada M1 dan M2.

Kegiatan perawatan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pengecekan kondisi tanaman dan lingkungan, dan pemupukan serta penyemprotan pestisida. Penyiraman air pada lima minggu pertama dilakukan pada pagi dan sore hari, tergantung kondisi cuaca harian. Jika curah hujan tinggi, penyiraman air cukup sekali sehari atau tidak sama sekali. Setelah 5 minggu, barulah tanaman cukup disiram sehari sekali. Penyiangan bertujuan mengendalikan tumbuhan liar yang ikut tumbuh dalam polibag dan mengganggu tanaman. Penyiangan dilakukan seminggu sekali. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman tidak terganggu oleh tanaman lain.

Pengecekan kondisi tanaman dan lingkungan meliputi pengamatan kondisi batang, daun, dan kondisi di dalam greenhouse. Jika kondisi daun dan batang kurang baik, dilakukan pemupukan atau pemberian pestisida. Jika kondisi lingkungan yang kurang baik, dilakukan pembersihan lantai greenhouse.

Pemupukan perlu dilakukan pada tanaman, karena media tanam tidak dapat terus menerus menyuplai nutrisi pada tanah. Pupuk yang diberikan untuk tanaman antara lain urea, SP-36, dan KCL. Pemupukan dilakukan tiap 2 minggu sekali, atau tergantung kondisi tanaman pada 1 minggu setelah pemberian pupuk. Selain itu, pemupukan juga dilakukan untuk daun. Pupuk yang diberikan adalah Gandasil D, yang diberikan tiap 10 hari sekali.

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman selama proses pembibitan juga turut mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman. Hama yang menyerang jarak

Komposisi (%) Kulit jarak* Pupuk kotoran

sapi** Pupuk kotoran ayam**

Nitrogen 1.84 0.97 3.04

Fosfor 0.28 0.69 6.27

58 pagar selama pembibitan diduga adalah kutu daun (Myzus persicae). Kutu daun mengelompok pada bagian bawah permukaan daun serta pada tunas dan menghisap cairan pada daun (Pracaya, 2007). Cara meminimalisir serangan kutu daun adalah dengan pemberian Decis setiap sepuluh hari sekali. Gambar di bawah ini adalah gambar tanaman yang terkena hama kutu daun dan kondisi tanaman yang sakit.

Gambar 30. Hama kutu daun Gambar 31. Kondisi tanaman yang sakit

Agar kutu daun tidak menyebar ke tanaman lain, penyemprotan Decis dilakukan secara teratur dan penyiraman air dilakukan secara hati-hati sehingga tanaman lain tidak terkena. Namun, karena pengaruh lingkungan yang besar akibat dari kondisi lingkungan yang heterogen, sebagian besar tanaman terkena kutu daun dalam berbagai tingkat serangan. Tanaman yang terkena kutu daun tingkat ringan, tanaman tersebut tetap tumbuh dengan baik. Akan tetapi jika sudah tingkat serangan termasuk kategori berat, daun tanaman mengering dan akhirnya mati (Gambar 31).

Hasil analisis statistik tinggi tanaman jarak dengan menggunakan software SAS 6.0.12, diperoleh bahwa tinggi tanaman yang ditanam pada jenis media tanam yang berbeda tidak mengalami perbedaan nyata pada 1 MST dan 2 MST (pada taraf 5%). Memasuki 3 MST, terdapat perbedaan nyata tinggi tanaman antara M1 dengan M2 dan M3. Sementara itu, tinggi tanaman antara M2 dan M3 tidak terdapat perbedaan yang nyata. Mulai 4 MST, antara M1 dan M2 tidak terdapat perbedaan nyata sedangkan M3 menunjukkan perbedaan nyata dengan jenis media lainnya. Hal ini terjadi hingga 10 MST. Hasil ini kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5%, diperoleh hasil pada akhir masa pembibitan, tinggi tanaman ditanam pada M1 tidak berbeda nyata dengan

59 tinggi tanaman yang dibibitkan dalam M2. Tinggi tanaman ditanam pada M1 dan M2 berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada M3. Ringkasan hasil analisis statistik tinggi tanaman terhadap jenis media dan jenis bibit dan uji lanjut Duncan terdapat pada Lampiran 18 dan 19.

Dokumen terkait