• Tidak ada hasil yang ditemukan

19 3.7 Pengamatan Parameter

4 HASIL PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Tanah

4.2.1 Tinggi Tanaman

Hasil analisis sidik ragam (Anova) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman gaharu dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Analisis Sidik Ragam Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu

Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Rerata Kuadrat F Nilai P Intensitas Cahaya 2 2,468 1,234 19,640 0,008 ** Galat Petak Utama 4 0,251 0,063<- Pupuk Daun 3 6,764 2,254 3,117 0,052 ns Pupuk*Intensitas Cahaya 6 10,171 1,695 2,344 0,075 ns Galat 18 13,020 0,723<- Total 35 33,267

Keterangan: * = beda nyata, ** = sangat beda nyata, ns = tidak beda nyata

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman gaharu, sedangkan perlakuan pupuk daun dan interaksi antar perlakuan pupuk daun dengan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya pengaruh.

Nilai yang beda nyata dapat dilihat dari nilai P sebesar 0,008 lebih kecil dari nilai selang kepercayaan sebesar 0,05, sehingga hal tersebut berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai gaharu. Pada perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan pengaruh nyata karena nilai P sebesar 0,052 lebih besar dari nilai selang kepercayaan 0,05, hal tersebut berarti bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, artinya perlakuan pupuk daun Growmore tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai gaharu. Demikian juga pada interaksi antar perlakuan pupuk daun dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata karena nilai P sebesar 0,075 lebih besar dari nilai selang kepercayaan 0,05, hal tersebut berarti bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, artinya perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya interaksi terhadap pertumbuhan tinggi semai gaharu.

25

Berdasarkan analisis sidik ragam yang menunjukkan adanya pengaruh yang nyata pada perlakuan intensitas cahaya, maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Adapun hasil uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap perlakuan intensitas cahaya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu

Peringkat Perlakuan Intensitas Cahaya

Rata-rata Jumlah Nilai Beda Nyata

1 2 3,761 12 a

2 1 3,208 12 b

3 0 3,203 12 b

Keterangan: Notasi huruf yang sama pada tabel menunjukkan tidak beda nyata, notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata.

Selanjutnya nilai rata-rata perlakuan intensitas cahaya yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman gaharu dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Pengaruh Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu

Gambar 4.1 menunjukkan hasil pengamatan tinggi tanaman dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi yang terbesar ditunjukkan oleh perlakuan intensitas cahaya C2 (27,98 lux/hari) dengan nilai 3,761 cm, diikuti dengan perlakuan intensitas cahaya C1 (40,88 lux/hari) dengan nilai 3,208 cm, selanjutnya pertumbuhan terendah ditunjukkan oleh

26

perlakuan intensitas cahaya C0 (151,73 lux/hari) dengan nilai 3,203 cm. Pertumbuhan yang berbeda-beda pada tiap perlakuan intensitas cahaya disebabkan oleh besarnya intensitas cahaya yang diterima tanaman yang menyebabkan suhu meningkat dan kelembaban rendah, sehingga menyebabkan evapotranspirasi yang besar pula. Tanaman dapat mati atau pertumbuhannya akan terhambat jika jumlah air yang ada pada tanah tidak sebanding dengan laju evapotranspirasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Yudistira, Aji & Sutriono (2015) bahwa gaharu yang ditanam pada intensitas cahaya dua lapis paranet juga memberikan hasil pertumbuhan tinggi yang baik dengan nilai 4,04 cm. Pertumbuhan gaharu akan lebih baik di bawah naungan dibandingkan tanpa naungan, sebagaimana Surata & Soenamo (2011) menyatakan bahwa tanaman gaharu yang ditanam di bawah naungan menunjukkan pertumbuhan lebih sehat seperti daun lebih hijau, sedangkan yang ditanam tanpa naungan menunjukkan pertumbuhan daun kekuning-kuningan, pucuk tanaman dan daun muda mengering dan terjadi gugur daun.

Fisiologis pertumbuhan tinggi tanaman akan cepat panjang pada intensitas cahaya yang rendah. Intensitas cahaya yang rendah menyebabkan tanaman lebih tinggi karena pada umumnya tanaman mencari dan membutuhkan cahaya sebagai energi dalam fotosintesis guna menghasilkan glukosa dan oksigen. Menurut Lakitan (2013) cahaya sebagai sumber energi untuk reaksi anabolik fotosintesis yang jelas akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis tersebut.

Selanjutnya nilai rata-rata pengaruh perlakuan pupuk daun berdasarkan analisis sidik ragam yang menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata, maka tidak dilakukan uji lanjut. Nilai rata-rata pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap pertumbuhan tinggi tanaman gaharu dapat dilihat pada Gambar 4.2.

27

Gambar 4.2 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, hal ini diduga dikarenakan kandungan unsur hara N, P, K pada media tanam tergolong tinggi. Tingginya unsur hara pada media tanam menyebabkan kurangnya pengaruh dari pemupukan. Hal ini terlihat jelas karena melalui analisis sidik ragam (Anova) pertumbuhan tinggi tanaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Unsur hara makro esensial seperti N, P, K sangat penting bagi tumbuhan dalam pertumbuhan vegetatif seperti pertumbuhan daun, batang, akar dan tunas. Apabila jumlah ketersediaan unsur hara esensial N, P, K kurang dari yang dibutuhkan tanaman maka mengakibatkan tanaman akan terganggu metabolismenya yang dapat terlihat dari penyimpangan-penyimpangan dalam pertumbuhannya seperti pertumbuhan batang, akar, daun yang terhambat (kerdil) dan klorosis atau nekrosis pada berbagai organ tanaman (Lakitan, 2013). Dari hasil pengamatan pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman yang paling baik ditunjukkan oleh perlakuan P1 (dosis 2 g/l) dengan nilai 3,994 cm, diikuti oleh perlakuan P2 (dosis 4 g/l) dengan nilai 3,464, P3 (dosis 6 g/l) dengan nilai 3,330 dan yang menunjukkan pertumbuhan paling rendah yaitu perlakuan P0 (dosis 0 g/l) dengan nilai 2.775 cm. Aplikasi pemupukan lewat daun (foliar application) sangat mudah diserap tanaman yaitu melalui stomata atau mulut daun yang berada di bawah permukaan daun. Menurut Mulyati & Lolita (2006) aplikasi pupuk melalui daun digunakan untuk mengatasi kekahatan hara

28

mikro seperti Fe, Zn, Mn, B, Cu, dan Mo, selain itu efektif juga dalam pemberian unsur hara makro seperti N, P, dan K, terutama pada daerah-daerah dingin, yang sangat mengganggu serapan hara oleh akar.

Dokumen terkait