• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK DAUN GROWMORE PADA PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Gyrinops versteegii. Gilg) DI TIGA TARAF INTENSITAS CAHAYA MATAHARI - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PUPUK DAUN GROWMORE PADA PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Gyrinops versteegii. Gilg) DI TIGA TARAF INTENSITAS CAHAYA MATAHARI - Repository UNRAM"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK DAUN GROWMORE PADA PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Gyrinops versteegii. Gilg) DI TIGA TARAF

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI

SKRIPSI

Dony Sudiarta Pratama NIM. C1L013025

PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS MATARAM

(2)

PENGARUH PUPUK DAUN GROWMORE PADA PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Gyrinops versteegii. Gilg) DI TIGA TARAF

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana pada Program Studi Kehutanan

Dony Sudiarta Pratama NIM. C1L013025

PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS MATARAM

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : DONY SUDIARTA PRATAMA

NIM : C1L013025

Judul Skripsi : Pengaruh Pupuk Daun Growmore pada Pertumbuhan Semai Gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) di Tiga Taraf Intensitas Cahaya Matahari.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini sepenuhnya hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan saya tidak melakukan plagiat atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Jika terdapat karya orang lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka skripsi ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di perguruan tinggi ini. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.

Mataram, Juli 2017 Yang membuat pernyataan,

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : PENGARUH PUPUK DAUN GROWMORE PADA

PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (Gyrinops

versteegii. Gilg) DI TIGA TARAF INTENSITAS CAHAYA MATAHARI

Nama Mahasiswa : Dony Sudiarta Pratama

NIM : C1L013025

Program Studi : Kehutanan

Menyetujui,

Pembimbing Utama/Penguji Pembimbing Pendamping/Penguji

Ir. Raden Sutriono, MP Irwan Mahakam Lesmono Aji, S.Hut., M.For.Sc NIP. 19590421 198603 1 002 NIP. 19791119 200312 1 001

Penguji,

Dwi Sukma Rini, S.Hut.,M.Sc NIP. 19880621 201404 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kehutanan Universitas Mataram

(5)

RINGKASAN

PRATAMA, Program Studi Kehutanan Universitas Mataram, 2017. Pengaruh Pupuk Daun Growmore pada Pertumbuhan Semai Gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) di Tiga Taraf Intensitas Cahaya Matahari. Di bawah bimbingan Raden Sutriono dan Irwan Mahakam Lesmono Aji.

Gaharu adalah hasil hutan bukan kayu yang bernilai ekonomi tinggi karena terdapat resin wangi berwarna hitam pada gubal gaharu. Harga gaharu meningkat pesat pada tahun 2000 sebesar Rp. 10 juta/kg, dan mencapai Rp. 15 juta/kg pada tahun 2009. Penanaman gaharu di lahan kosong atau tempat terbuka dinilai masih rendah yaitu kurang dari 30%. Hal ini disebabkan oleh teknik penanaman yang kurang sesuai dengan pertumbuhan gaharu karena gaharu akan tumbuh lebih baik di bawah naungan, sehingga perlu adanya perlakuan dalam meningkatkan pertumbuhan gaharu, salah satunya adalah pemupukan melalui daun. Oleh karena itu penting mengetahui dosis pupuk daun dan intensitas cahaya yang sesuai pada pertumbuhan gaharu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya serta interaksinya pada pertumbuhan semai gaharu. Penelitian menggunakan metode eksperimen. Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan dua faktor. Faktor pertama adalah taraf intensitas cahaya terdiri dari 3 aras, faktor kedua adalah dosis pupuk terdiri dari 4 aras.

Penelitian ini dilakukan dengan prosedur yaitu: persiapan tempat, persiapan media, persiapan bibit, persiapan pupuk, perawatan awal, perawatan akhir, pemberian pupuk daun, pemeliharaan dan pengukuran berat berangkasan kering tanaman.

(6)

ABSTRACT

PRATAMA. Forestry Study Program of Mataram University, 2017. The Effect of Foliar Fertilizer Of Growmore on Growth of Agarwood Seedlings (Gyrinops Versteegii. Gilg) in Various Levels Of Sunlight Intensity. Under the guidance of Raden Sutriono and Irwan Mahakam Lesmono Aji.

Agarwood is a non timber forest product of high economic value due to itr a black fragrance resin in agarwood sap. Price of agarwood increased rapidly in 2000 to Rp. 10 million / kg, and reached Rp. 15 million / kg in 2009. Agarwood planting in empty land or open area is still low, that is, less than 30%. This is caused by planting techniques that are less suitable with the growth of agarwood because agarwood will grow better under shade, therefore it require some treatment to increace growth of agarwood, one of which is the fertilization through the leaves. Therefore

it’s important to understand the dose of foliar fertilizer and light intensity appropriate to the growth of agarwood.

The purpose of the research is to know the effect of Growmore foliar fertilizer, light intensity and its interaction on growth of agarwood seedlings. The research used experimental method. Method of implementation used split plot design with two factors. The first factor is light intensity level consists of 3 levels, the second factor is dose of foliar fertilizer consists of 4 levels.

The research is done by procedure: land preparation, material, seedlings, fertilizer, first treatment, final treatment, giving of foliar fertilizer, maintenance, and than measurement of dry biomass weight agarwood seedlings.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Pupuk Daun Growmore pada Pertumbuhan Semai Gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) di Tiga Taraf Intensitas Cahaya Matahari” Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berkat bantuan, bimbingan dan dukungan baik moril maupun materiil serta sarat-saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar - besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Raden Sutriono, MP dan Bapak Irwan Mahakam Lesmono Aji, S.Hut., M.For.Sc selaku Dosen Pembimbing Pertama dan Pembimbing Kedua yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dari persiapan dan pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi.

2. Ibu Dwi Sukma Rini, S.Hut., M.Sc selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan guna kesempurnaan skripsi ini.

3. Ketua Program Studi Kehutanan beserta staf yang telah memberikan bantuan guna kelacaran penulis menempuh perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Markum, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan perhatian selama penulis menempuh pendidikan.

5. Ayahanda dan Ibunda, serta saudara-saudara tercinta yang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan dan do’anya selama ini. Semoga segala bantuan mereka mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala. 6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas

Mataram serta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi kita semua.

Mataram, Juli 2017

(8)

vii

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Hipotesis 3

1.5 Manfaat Penelitian 4

2. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Deskripsi Tanaman gaharu 5

2.1.1 Taksonomi 5

2.1.2 Morfologi 5

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran 5

2.1.4 Kandungan dan Kegunaan Gaharu 6

2.1.5 Jenis Tanaman Penghasil Gaharu 6

2.2 Silvikultur Tanaman gaharu 7

2.2.1 Perbanyakan Tanaman 7

2.2.2 Teknik Silvikulur 7

2.2.3 Pemupukan 8

2.2.4 Aplikasi Pupuk Melalui Daun 8

2.2.5 Aplikasi Pupuk Melalui Akar 9

2.2.4 Teknik Memproduksi Gaharu 9

2.3 Sifat Silvika 10

2.3.1 Tanah 10

2.3.2 Air 11

2.3.3 Cahaya 11

2.3.4 Intensitas Cahaya 12

2.3.5 Unsur Hara 12

3 METODE PENELITIAN 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 14

3.2 Bahan dan Alat Penelitian 14

(9)

viii

3.4 Rancangan Percobaan 14

3.5 Denah Percobaan 15

3.6 Prosedur Penelitian 17

3.7 Pengamatan Parameter 19

3.8 Pengolahan dan Analisis Data 19

4 HASIL PEMBAHASAN 20

4.1 Hasil Analisis Tanah 20

4.2 Analisis Pertumbuhan 23

4.2.1 Tinggi Tanaman 24

4.2.2 Diameter Tanaman 28

4.2.3 Jumlah Daun 31

4.2.4 Berat Berangkasan Kering 34

5 KESIMPULAN DAN SARAN 39

5.1 Kesimpulan 39

5.2 Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 40

(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1 Kombinasi Perlakuan 15

4.1 Hasil Analisis Tanah 20

4.2 Hasil Analisis Sidik Ragam Parameter Penelitian 23 4.3 Analisis Sidik Ragam Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu 24 4.4 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Perlakuan Intensitas

Cahaya Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu 25

4.5 Analisis Sidik Ragam Terhadap Diameter Tanaman Gaharu 28 4.6 Analisis Sidik Ragam Terhadap Jumlah Daun Tanaman

Gaharu 31

4.7 Analisis Sidik Ragam Terhadap Berat Berangkasan

Kering Tanaman Gaharu 34

4.8 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Perlakuan Intensitas

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

3.1 Letak Susunan Data Percobaan pada Naungan Dua Lapis

Paranet (intensitas 27,98 lux/hari) 16

3.2 Letak Susunan Data Percobaan pada Naungan Dua Lapis

Paranet (intensitas 40,88 lux/hari) 16

3.2 Letak Susunan Data Percobaan pada Tanpa Naungan

(intensitas 151,73 lux/hari) 17

4.1 Pengaruh intensitas cahaya terhadap tinggi tanaman gaharu 25 4.2 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Pertambahan

Tinggi Tanaman Gaharu 27

4.3 Pengaruh Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap

Pertambahan Diameter Tanaman Gaharu 29

4.4 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Diameter

Tanaman Gaharu 30

4.5 Pengaruh Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap

Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Gaharu 32

4.6 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun

Terhadap Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Gaharu 33 4.7 Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Berat

Berangkasan Tanaman Gaharu 35

4.8 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Judul

Halaman

1 Pengukuran Intensitas Cahaya 42

2 Pengukuran Suhu dan Kelembaban 47

3 Pengukuran Curah Hujan 52

4 Pengamatan Tinggi Tanaman 54

5 Pengamatan Diameter Tanaman 56

6 Jumlah Daun Tanaman 58

7 Berat Berangkasan Kering 60

8 Pertambahan Tinggi Setelah Tanam 62

9 Pertambahan Diameter Setelah Tanam 64

10 Pertambahan Jumlah Daun Setelah Tanam 66

11 Hasil Analisis Tanah 68

(13)

1

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki luas lahan kering yang mencapai 84% dari luas wilayah daratannya, atau setara dengan 1,8 juta hektar. Dari luas tersebut sekitar 749 ribu hektar sangat berpotensi dikembangkan menjadi lahan pertanian dan penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), oleh karena itu merupakan potensi yang besar dalam menanggulangi lahan kering dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat melalui pengembangan komoditi gaharu (Siddik, 2010). Menurut Suryandari (2008 cit. Djajapertjunda et al, 2001) pemanfaatan hasil hutan bukan kayu seperti gaharu merupakan kegiatan yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi lahan kering, dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyaraat, karena sejak dipungut dari hutan, pengangkutan, hingga pengolahannya memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak. Lain dari pada itu pohon gaharu mempunyai tajuk yang rapat dan sistem perakaran yang dalam sehingga berfungsi dalam aspek ekologis dan aspek konservasi tanah dan air. Hal ini merupakan keuntungan yang berlipat ganda yaitu ada potensi untuk mengatasi lahan kering, dan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat (Suryandari, 2008).

Gaharu adalah hasil hutan bukan kayu yang bernilai ekonomi tinggi karena terdapat resin wangi berwarna hitam atau kehitaman pada gubal gaharu. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2011) gaharu terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu gubal gaharu, kemedangan, dan serbuk/abu gaharu. Adapun penetapan mutu gaharu didasarkan pada warna, bobot, dan aroma. Kualitas gaharu secara umum bisa dilihat secara langsung dari warna, artinya semakin gelap dan merata warna gaharu menandakan kualitasnya semakin baik dimana warna lebih tua menandakan kandungan damar semakin tinggi. Pada tahun 1980 harga gaharu di tingkat pengumpul mencapai Rp. 30.000-50.000/kg untuk kualitas rendah dan Rp. 80.000/kg untuk kualitas super, harga meningkat pesat pada tahun 2000 menjadi Rp. 10 juta/kg, dan mencapai Rp. 15 juta/kg pada tahun 2009 (Suharti, 2010 cit. Adijaya, 2009). Sumarna (2012) menyatakan bahwa prospek pengembangan gaharu di Indonesia sangat tinggi karena Indonesia merupakan negara produsen gaharu terbesar di dunia. Pada tahun 1990 Indonesia menghasilkan lebih dari 600 ton/tahun, kemudian tahun 2000 terjadi penurunan produksi dengan kuota 300 ton/tahun namun yang terpenuhi 10-15%, selanjutnya pada tahun 2004 tidak ada catatan adanya data ekspor gaharu dari Indonesia dengan kuota 50-150 ton/tahun.

(14)

2

dan Jepang termasuk negara pengimpor gaharu (Siddik, 2010). Nilai ekonomi yang tinggi mengakibatkan upaya masyarakat mengubah pola produksi, yang sebelumnya memungut dari pohon produksi yang telah mati alami, kini dilakukan dengan cara menebang pohon hidup, upaya tersebut mengancam kelestarian pohon penghasil gaharu sehingga pada tahun 2004 komisi perlindungan CITES (Convention on International in Trade Endangered Species of Fauna and Flora) mengupayakan perlindungan kepunahan plasma nutfah pohon penghasil gaharu, menetapkan larangan dan pembatasan pemungutan gaharu alam dari genus Aquilaria spp dan Gyrinops sp sehingga genus tersebut sebagai tumbuhan dalam daftar Appendix II CITES (Sumarna, 2012).

Salah satu pohon penghasil gaharu yang selama ini banyak dieksploitasi di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah jenis Gyrinops versteegii (Gilg.) (Surata & Soenamo, 2011 cit. Sidiyasa, 1986). Ekologis tempat tumbuh pohon penghasil gaharu berupa suhu, kelembaban, besaran intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan, sangat berpengaruh nyata sehingga menjadi dasar untuk menentukan aspek kesesuaian tumbuh dalam upaya pembudidayaan pohon penghasil gaharu (Sumarna, 2008).

Menurut Surata & Soenamo (2011 cit. Surata & Widnyata, 2001) penanaman pohon penghasil gaharu dari jenis Gyrinops versteegii yang dilakukan di lahan kosong atau tempat terbuka dinilai masih rendah yaitu kurang dari 30%. Hal ini disebabkan oleh teknik penanaman yang kurang sesuai dengan pertumbuhan pohon gaharu sehingga menurut Surata & Soenamo (2011) pertumbuhan tanaman gaharu akan lebih baik bila ditanam di bawah naungan dibandingkan dengan tanpa naungan seperti pertumbuhan lebih sehat dan daun lebih hijau.

Berkaitan dengan hal tersebut Yudistira, Aji & Sutriono (2015) mengemukakan bahwa cahaya berpengaruh nyata terhadap perkecambahan dan pertumbuhan benih gaharu sedangkan kombinasi perlakuan antara media tanam dan kelas intensitas cahaya menunjukkan tidak adanya interaksi. Hal ini menunjukkan intensitas cahaya lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan gaharu dari pada perlakuan media yang digunakan, sehingga perlu adanya perlakuan dalam meningkatkan pertumbuhan gaharu, salah satunya adalah pemupukan melalui daun.

(15)

3

Mg, dan S). Dalam pemberian pupuk daun pada bibit gaharu yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dosis dan konsentrasi larutan pupuk, karena setiap dosis pupuk daun yang diberikan pada tanamanan menghasikan pertumbuhan yang berbeda (Basahona et al, 2013). Oleh karena itu penting mengetahui pengaruh dosis pupuk daun dan intensitas cahaya yang sesuai pada pertumbuhan semai gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg), sehingga hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang coba dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh perlakuan pupuk daun Growmore terhadap

pertumbuhan semai gaharu.

2. Bagaimana pengaruh perlakuan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan semai gaharu.

3. Bagaimana interaksi antara perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya pada pertumbuhan semai gaharu.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pupuk daun Growmore terhadap pertumbuhan semai gaharu.

2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan semai gaharu.

3. Untuk mengetahui interaksi antara perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya pada pertumbuhan semai gaharu.

1.4 Hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara dari penelitian ini adalah:

1. H0 = Perlakuan pupuk daun Growmore tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai gaharu.

3. H0 = Perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya interaksi terhadap pertumbuhan semai gaharu.

(16)

4

1.5 Manfaat Penelitian

Kegunaan yang akan diperoleh dari usulan program ini yaitu:

1. Dapat diketahuinya dosis pupuk daun Growmore yang sesuai di tiga taraf intensitas cahaya pada pertumbuhan semai gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg).

(17)

5

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) 2.1.1 Taksonomi

Gaharu dengan jenis Gyrinops versteegii. Gilg adalah salah satu tanaman yang menghasilkan gaharu. Menurut Betrianingrum (2009 cit.

Gilg 1932) taksonomi gaharu jenis Gyrinops versteegii. Gilg sebagai

Species : Gyrinops versteegii (Gilg) Domke

2.1.2 Morfologi

Morfologi gaharu jenis Gyrinops versteegii. Gilg ini merupakan salah satu jenis tanaman penghasil gaharu yang mempunyai bentuk pohon ciri dan sifat morfologisnya relatif hampir sama dengan kelompok anggota family Thymeleacae lainnya, hal ini dilihat dari bentuk daun, buah dan batangnya. Gaharu jenis Gyrinops mempunyai daun lonjong memanjang, hijau tua, tepi daun merata, ujung meruncing, panjang sekitar 8 cm, lebar 5-6 cm. Buah berwarna kuning-kemerahan dengan bentuk lonjong. Batang gaharu jenis Gyrinops berwarna abu-kecoklatan, banyak cabang, tinggi pohon dapat mencapai 30 m dan berdiameter sekitar 50 cm (Sumarna, 2012).

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran

(18)

6

2.1.4 Kandungan dan Kegunaan Gaharu

Gaharu adalah produk hasil hutan bukan kayu yang mempunyai damar wangi yang beraroma khas serta memiliki bentuk dan warna yang khas. Wangi harum pada gaharu disebabkan oleh kandungan kimia yaitu

komponen utama berupa furanoid sesquiterpen diantaranya α

-garofuran, β-agarofuran, dan agarospirol, selain itu gaharu juga mengandung minyak berupa kromon yang biasanya menyebabkan bau harum dari gaharu ketika dibakar (Vantompan, Arreneuz & Wibowo, 2015 cit. Sumarna, 2005).

Adanya infeksi alami maupun buatan pada gaharu mengakibatkan adanya damar wangi pada gubal pohon penghasil gaharu, damar wangi pada gaharu dapat digunakan sebagai parfum, dupa, obat-obatan, sabun mandi, kosmetik, dan pengharum ruangan, selain itu daun dan buah pohon penghasil gaharu bisa digunakan sebagai obat malaria. Pohon gaharu berfungsi sebagai konservasi tanah dan air karena memiliki tajuk yang rapat dan sistem perakaran yang dalam, namun sebagian jenis pohon penghasil gaharu tidak bisa digunakan sebagai bahan bangunan (Suryandari, 2008).

Siddik (2010) menyatakan bahwa hampir semua bagian tanaman gaharu bermanfaat dan bernilai ekonomi, daun dan buahnya digunakan sebagai bahan baku pengganti teh yang berkhasiat sebagai obat, dan diinformasikan bisa sebagai obat malaria, selain itu kulit gaharu dapat dijadikan tali penarik atau mengikat yang kuat.

2.1.5 Jenis Tanaman Penghasil Gaharu

Jenis tanaman penghasil gaharu terdapat tiga family yaitu family

Thymeleaceae, Euphorbiaceae, dan Leguminoceae. Di Indonesia terdapat 27 jenis tanaman penghasil gaharu dari tiga family tersebut, diantaranya adalah family Thymeleaceae terdapat jenis Aquilaria malacensis, A. hirta, A. fillaria, A. microcarpa, A. agalloccha, A. beccariana, A. secundana, A. moszkowski, Aetoxylon sympethalum, Enkleia malacensis, Wikstroemia poliantha, W. tenuriamis, W. androsaemofilia, Gonystylus bancanus, G. macrophyllus, Gyrinops cumingiana, G. rosbergii, G. versteegii, G. moluccana, G. decipiens, G. ledermanii, G. salicifolia, G. audate, G. podocarpus, family

Leguminoceae terdiri dari satu jenis yaitu Dalbergia farviflora, selain itu

(19)

7

2.2 Silvikultur Tanaman gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) 2.2.1 Perbanyakan Tanaman

Perbanyakan tanaman gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan generatif dan vegetatif. Perbanyakan dengan cara generatif adalah perbanyakan yang dilakukan dengan menggunakan biji atau benih yang diambil langsung pada pohon induk melalui pengumpulan benih jatuh dan memanen buah matang, sedangkan perbanyakan dengan cara vegetatif adalah perbanyakan dengan menggunakan bagian dari tanaman induk melalui pencangkokan, stek pucuk, dan melalui kultur jaringan. Perbanyakan tanaman (Gyrinops versteegii. Gilg) cara generatif memanfaatkan pohon induk yang berasal dari kawasan hutan maupun pada kebun masyarakat, persyaratan memperoleh buah dari pohon induk melalui kriteria: Memiliki sifat dan karakter genetik rentan terhadap penyakit pembentuk gaharu, pohon memiliki kematangan sebagai induk sehat yang berbuah sesuai musim sepanjang tahun, memiliki mutu benih dengan daya tumbuh kecambah diatas 80% (Sumarna, 2012). Menurut Siran & Turjaman (2010 cit. Roberts et al, 1980) biji pohon penghasil gaharu tergolong cepat berkecambah dan tidak dapat disimpan dalam jangka panjang.

2.2.2 Teknik Silvikulur

Teknik silvikultur tanaman penghasil gaharu menurut Sumarna (2012) yaitu:

1. Teknik Pemilihan Jenis

Pemilihan jenis merupakan aspek yang utama dalam budidaya pohon penghasil gaharu, hal ini erat hubungannya dengan permintaan pasar, kualitas, nilai jual dan nilai guna produk gaharu yang dihasilkan, serta barang jadi yang dihasilkan (parfum, kosmetika, obat herbal).

2. Teknik Pemilihan Lahan

Pada dasarnya dengan memperlihatkan peta sebaran tumbuh pohon penghasil gaharu yang relatif luas dan dapat dijumpai pada berbagai kondisi ekologis lahan tumbuh, baik pada lahan dengan kesuburan tinggi, sedang serta pada lahan-lahan marginal, sehingga secara teknis tumbuhan penghasil gaharu dapat tumbuh dan dibudidayakan di berbagai kondisi serta tipe lahan.

3. Teknik Pemilihan Benih atau Biji

(20)

8

4. Teknik Pembibitan

Bahan tanaman penghasil gaharu dapat diperoleh melalui upaya pengembangan benih, anakan alam, stump, stek pucuk dan dimungkinkan dapat dikembangkan dengan teknologi kultur jaringan. Kegiatan pembibitan dilakukan melalui persemaian benih, penyapihan ke dalam polybag, dan perawatan bibit dalam polybag.

5. Teknik Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga dan mengontrol pertumbuhan dari tanaman penghasil gaharu, dengan cara penyiangan, penggemburan, pemupukan, pengendalian hama, dan penyakit.

2.2.3 Pemupukan

Dalam budidaya tanaman penghasil gaharu hal terpenting adalah proses pembibitan karena dalam proses pembibitan digunakan media tertentu untuk mempercepat pertumbuhan tanaman penghasil gaharu. Terdapat istilah pupuk makro dan mikro, pupuk merupakan kunci kesuburan tanah, menambahkan unsur hara ke dalam media tanah akan diserap akar dan menambahkan unsur hara ke tanaman akan diserap melalui daun (Lingga & Marsono, 2013).

2.2.4 Aplikasi Pupuk Melalui Daun

Diketahui bahwa tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar dan melalui bagian tanaman di atas tanah yaitu batang atau daun. Menurut Mulyati & Lolita (2006) pemberian pupuk melalui daun boleh jadi merupakan suatu metode yang efektif dalam pemberian pupuk, namun dalam metode ini sangat beresiko tinggi karena jika pemberian pupuk dilakukan dengan konsentrasi tinggi berakibat kebakaran daun yang parah atau bisa mengakibatkan kematian tanaman. Teknik pupuk daun ini adalah suatu cara pemberian pupuk yang berbentuk cair, kemudian disemprotkan ke permukaan daun, agar unsur hara yang terkandung dalam pupuk dapat segera diserap oleh tanaman melalui stomata.

Aplikasi pupuk melalui daun digunakan untuk mengatasi kekahatan hara mikro seperti Fe, Zn, Mn, B, Cu, dan Mo, selain itu efektif juga dalam pemberian unsur hara makro seperti N, P, dan K, terutama pada daerah-daerah dingin, yang sangat mengganggu serapan hara oleh akar (Mulyati & Lolita, 2006).

(21)

9

Menurut Basahona et al (2013) dalam penelitiannya menggunakan pupuk daun merk Gandasil D, bahwa konsentrasi 6 g/l air (dosis 0,036 g) memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu konsentrasi 0 g/l air, konsetrasi 2 g/l air (dosis 0,012 g) , konsentrasi 4 g/l air, (dosis 0,024 g).

2.2.5 Aplikasi Pupuk Melalui Akar

Pupuk akar adalah segala macam pupuk yang diberikan ke tanaman melalui akar yang tujuannya untuk menyuburkan tanah dan memberi hasil yang maksimal pada pertumbuhan tanaman. Pupuk melalui akar terdiri dari dua jenis yaitu pupuk organik dan anorganik, kedua jenis pupuk umumnya memiliki fungsi yang sama dalam pertumbuhan tanaman. Dalam aplikasinya pupuk melalui akar dilakukan dengan membenamkan pupuk dalam tanah kemudian diserap tanaman melalui akar (Lingga & Marsono, 2013).

Menurut Mulyati & Lolita (2006) teknik aplikasi pemberian pupuk atas dasar lokasi penempatan pupuk dalam tanah yang kemudian diserap oleh akar tanaman terdiri dari tiga teknik yaitu pemberian pupuk melalui permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, dan penempatan pupuk dengan pengelolaan terbatas. Tujuan dari teknik aplikasi pupuk atas dasar lokasi dan penempatan pupuk tersebut adalah agar penggunaan pupuk lebih ekonomis dan efisien.

2.2.4 Teknik Memproduksi Gaharu

Secara garis besar proses pembentukan gaharu terdiri dari dua yaitu secara alami dan buatan, dimana keduanya berkaitan dengan patologis yang dirangsang oleh adanya luka pada batang patah, cabang, atau ranting. Luka tersebut menyebabkan pohon terinfeksi oleh penyakit berupa bakteri, virus, jamur. Semakin lama kinerja penyakit berlangsung, kadar gaharu menjadi semakin tinggi (Siran & Turjaman,

2010). Pembentukan gaharu di hutan sangat sulit ditemukan, sehingga dilakukan rekayasa dengan cara inokulasi (penyuntikan) jamur atau cendawan pada pohon penghasil gaharu.

(22)

10

Menurut Vantompan, Arreneuz & Wibowo (2015) keberhasilan inokulan

Fusarium sp dengan metode infus dalam menginfeksi tanaman penghasil gaharu ditandai dengan adanya perubahan morfologis yaitu warna coklat kehitaman disekitar lubang yang lebih pekat serta diameter yang lebih besar dibandingkan dengan metode suntik, hal ini membuktikan metode infus lebih maksimal digunakan dari pada metode suntik.

Menurut Vantompan, Arreneuz & Wibowo (2015 cit. Rahayu et al, 1999) pohon penghasil gaharu yang sudah siap diinokulasi berumur 4-7 tahun atau diameter lebih dari 10 cm. Pembuatan lubang pertama berjarak 20 cm dari permukaan tanah, jarak lubang pertama dengan tingkat kedua adalah 10 cm, kedalaman lubang setengah dari diameter pohon dengan kemiringan 15-20º (Vantompan, Arreneuz & Wibowo, 2015 cit. Sumarna, 2005).

2.3 Sifat Silvika 2.3.1 Tanah

Tanah didefinisikan sebagai bahan atau masa yang terdiri dari mineral dan bahan organik yang mendukung pertumbuhan tanaman di permukaan bumi, tanah memiliki kemampuan memberikan makanan air, maupun udara sehingga tanaman dapat tumbuh. Tanah terdiri dari partikel-partikel batuan, bahan organik, mahluk hidup, udara, dan air. Tanah terbentuk dari proses fisik, kimia, dan biologi menghasilkan lapisan-lapisan yang berbeda dari setiap tempat dengan tempat lain yang kemudian disebut horizon, penampakan vertikal dari tanah yang terdiri dari horizon-horizon disebut profil tanah. Pembentukan tanah atau horizon tanah dipengaruhi oleh faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, iklim, biologi tanah, topografi, dan waktu. Tanah berdasarkan ukurannya, dikenal fraksi utama yaitu krikil (>2mm), pasir (2-0,20 mm), debu (200-2 µm), liat ( < 2µm) (Hanafiah, 2014a).

Di dalam tanah terdapat bahan organik, bahan organik biasanya menyusun 5% bobot total tanah, meskipun sedikit namun memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis. Bahan organik kaya akan unsur hara, unsur hara yang terdapat dalam tanah umumnya dikenal dengan unsur hara makro dan mikro yang dapat digunakan tumbuhan untuk pertumbuhannya (Hanafiah, 2014a).

(23)

11

perbedaan golongan jenis tanah, menurut volume persentasenya terdiri dari 45% bahan mineral dan 5% bahan organik yang membentuk padatan tanah, sedangkan untuk ruang pori tanah terdiri dari 25% udara dan 25% air.

2.3.2 Air

Air adalah unsur penting dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman, air meningkatkan pertumbuhan tanaman namun air juga bisa menghambat pertumbuhan tanaman, artinya kekurangan dan kelebihan air untuk tanaman bisa mempengaruhi pertumbuhan. Air sangat penting bagi tanaman untuk proses fotosintesis, sehingga kekurangan air dapat menghambat proses fotosintesis hingga menyebabkan kematian. Dalam memproduksi biomasa sangat banyak yang dibutuhkan air, tergantung dari jenis tanaman, biasanya dalam memproduksi setiap kg biomasa maka yang dibutuhkan air sebanyak 500 kg dalam tranpirasi. Oleh karena itu air memegang peranan penting baik secara fisik, kimiawi maupun biologis (Hanafiah, 2014a).

Selain itu menurut Hanafiah (2014a) Air mempunyai peran sebagai komponen utama tubuh tetanaman dan biota tanah, sebagian besar ketersediaan dan penyerapan hara oleh tanaman dimediasi oleh air, selain itu unsur-unsur mobil seperti N, K, dan Ca dominan diserap tanaman melalui mekanisme aliran masa air, baik ke permukaan akar maupun transportasi ke daun.

2.3.3 Cahaya

Cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui tiga sifat yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang), dan lama penyinaran. Pengaruh tiga sifat cahaya sangat penting bagi tanaman untuk proses fotosintesis, selain itu menurut Hanum (2008) tiga sifat cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil, pembukaan stomata, pembentukan pigmen merah, perubahan suhu daun dan batang, penyerapan hara, permeabilitas dinding sel, transpirasi, dan gerakan protoplasma.

(24)

12

2.3.4 Intensitas Cahaya

Intensitas matahari sangat mempengaruhi fotosintesis tanaman dimana pada intensitas cahaya matahari yang tinggi menyebabkan hasil fotosintesis rendah karena menutupnya stomata untuk penyerapan CO2. Setiap tanaman memerlukan intensitas cahaya yang optimal bagi pertumbuhannya, ada tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang tinggi (jenis intoleran), dan ada yang memerlukan intensitas cahaya yang rendah (jenis toleran). Menurut Surata & Soenamo (2011) pertumbuhan gaharu akan lebih baik di bawah naungan dengan intensitas cahaya yang rendah, hal ini berkaitan dengan suhu, diamana perubahan suhu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman memerlukan suhu yang optimum dalam pertumbuhannya, kalau suhu naik dari optimum ke maksimum maka akan mengurangi pertumbuhan dan perkembangan tanaman hingga menyebabkan kematian.

Surata & Soenamo (2011) menyatakan bahwa tanaman gaharu yang ditanam tanpa tumpangsari ketika musim kemarau pucuk tanaman mengering dan sebagian daun muda menjadi kering dan banyak gugur karena terbakar sinar matahari, selain itu suhu yang tinggi akan meningkatkan evapotranspirasi. Selanjutnya menurut Yudistira, Aji & Sutriono (2015) kelas intensitas cahaya yang baik untuk pertumbuhan gaharu yaitu 12,06 lux/hari dan kelas intensitas cahaya 146,44 lux/hari memberikan pertumbuhan yang rendah pada perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.

2.3.5 Unsur Hara

Unsur hara dalam tanah terdiri dari unsur hara makro dan mikro, unsur hara makro umumnya digunakan tanaman dengan jumlah yang lebih besar dari pada unsur hara mikro, namun unsur hara mikro juga sangat penting bagi tanaman karena merupakan pelengkap unsur hara yang diserap oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Adapun beberapa unsur hara makro yang paling dibutuhkan tanaman yaitu (Mulyati & Lolita, 2006):

a. Nitrogen (N)

Nitrogen diperlukan tanaman dalam jumlah yang besar. Di dalam jaringan tanaman, unsur hara nitrogen merangsang pertumbuhan vegetatif (akar, batang, daun). Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium), apabila unsur nitrogen tersedia banyak dari unsur lainnya maka menghasilkan protein lebih banyak.

b. Fosfor

(25)

13

mempercepat pertumbuhan akar semai, peningkatan pembungaan, pemasakan buah dan biji.

c. Kalium

(26)

14

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram, selama 60 hari mulai dari bulan Januari 2017 sampai bulan Maret 2017.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Semai gaharu umur 2 bulan, pupuk daun Growmore, air, tanah (hutan), bambu, lux meter, termohigrometer, oven, kondensor, alat semprot (sprayer), polybag (20x25), cangkul, paranet (naungan), ayakan, ember, karung, parang, gergaji, cangkul, mistar, jangka sorong (kaliper), timbangan analitik, kamera, alat tulis, kertas label.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan menggunakan metode eksperimental. Metode eksperimental adalah serangkaian tindakan coba-coba yang dilakukan terhadap suatu atau sekumpulan obyek yang pengaruhnya akan diselidiki (Hanafiah, 2014b). Metode ini digunakan dalam penelitian untuk mengetahui hubungan sebab dan akibat dari minimal satu variabel yang dimanipulasi, sehingga erat kaitannya dengan hipotesis untuk mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dilakukan perlakuan.

3.4 Rancangan Percobaan

Metode pelaksanaan menggunakan metode Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Rancangan Petak Terbagi adalah rancangan percobaan dalam penelitian yang menggunakan dua faktorial, menitik beratkan kepada pengaruh utama salah satu faktor dan interaksinya dianggap lebih penting untuk diteliti dari pada pengaruh utama faktor lainnya. Oleh karena itu dalam rancangan petak terbagi, terdiri dari petak utama (main plot) dan anak petak (sub plot). Adapun penelitian ini terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah faktor taraf intensitas cahaya matahari yang terdiri dari 3 aras, faktor kedua adalah faktor dosis pupuk yang terdiri dari 4 aras. Faktor dan taraf perlakuan penelitian ini sebagai berikut:

(27)

15

Dari kombinasi perlakuan diperoleh 3 aras perlakuan taraf intensitas cahaya dan 4 aras dosis pupuk, sehingga 3 x 4 = 12 perlakuan. Masing-maisng perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga 12 x 3 = 36 sampel percobaan. Kombinasi perlakuan dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan  C0P1 – cahaya 151,73 lux/hari + dosis 0,008 gram/tanaman/pekan  C0P2 – cahaya 151,73 lux/hari + dosis 0,016 gram/tanaman/pekan  C0P3 – cahaya 151,73 lux/hari + dosis 0,024 gram/tanaman/pekan  C1P0 – cahaya 40,88 lux/hari + dosis 0 gram/tanaman/pekan  C1P1 – cahaya 40,88 lux/hari + dosis 0,008 gram/tanaman/pekan  C1P2 – cahaya 40,88 lux/hari + dosis 0,016 gram/tanaman/pekan  C1P3 – cahaya 40,88 lux/hari + dosis 0,024 gram/tanaman/pekan  C2P0 – cahaya 27,98 lux/hari + dosis 0 gram/tanaman/pekan  C2P1 – cahaya 27,98 lux/hari + dosis 0,008 gram/tanaman/pekan  C2P2 – cahaya 27,98 lux/hari + dosis 0,016 gram/tanaman/pekan  C2P3 – cahaya 27,98 lux/hari + dosis 0,024 gram/tanaman/pekan 3.5 Denah Percobaan

(28)

16

Gambar 3.1 Letak Susunan Data Percobaan pada Naungan Dua Lapis Paranet (Intensitas 27,98 lux/hari).

(29)

17

Gambar 3.3 Letak Susunan Data Percobaan pada Tanpa Naungan (Intensitas 151,73 lux/hari).

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah:

1. Persiapan Tempat

Dibuat 3 tempat pembibitan dengan perlakuan 3 naungan yaitu tanpa paranet, 1 lapis paranet dan 2 lapis paranet. Masing-masing tempat berukuran panjang 1,5 m, lebar 1,5 m, dan tinggi 1,5 m.

2. Persiapan Media

Penelitian ini menggunakan media tanam yaitu tanah (hutan) yang diambil dari hutan Pusuk Lestari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dengan kedalaman 0-30 cm, dikering anginkan, diayak kemudian diisi penuh ke dalam polybag (20x25) lalu ditimbang sama rata.

(30)

18

3. Persiapan Bibit

Bibit gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) yang digunakan berumur 2 bulan yang diperoleh dari petani gaharu di Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat. Bibit yang didapat berukuran semai yang ditanam pada media pot tray, kemudian dipindahkan dari media pot tray ke media polybag.

4. Persiapan Pupuk

4 perlakuan pupuk daun merk Growmore dibuat dengan dosis 0 g/l, 2 g/l, 4 g/l, dan 6 g/l, kemudian larutan dibuat dengan cara menyiapkan 1 liter air bersih sebagai pelarut dalam gelas ukur, pupuk daun dimasukkan dengan berat tertentu sebagai terlarut, hingga jadilah larutan pupuk dengan dosis yang sudah ditentukan. Larutan yang sudah dibuat dimasukkan ke dalam sprayer.

5. Perawatan Awal

Gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) yang sudah dipindahkan ke tempat yang sudah disediakan diberikan waktu adaptasi media dan lingkungan selama 1 pekan di masing-masing kelompok taraf intensitas cahaya, jika ada bibit gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg) yang mati sebelum 1 pekan maka akan digantikan.

6. Perawatan Akhir

Masing-masing sampel yang diamati diberikan label menurut jumlah perlakuan dan ulangan.

7. Pemberian Pupuk Daun

Pemberian pupuk dilakukan pada pagi hari antara pukul 6.00-9.00 dan sore hari antara pukul 16.00-18.00. Pupuk disemprotkan pada permukaan daun bagian bawah sebanyak 2 ml di pagi dan sore hari, pemupukan dilakukan satu kali sepekan dengan interval waktu yang sama selama dua bulan.

8. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari antara pukul 6.00-9.00 dan sore hari antara pukul 16.00-18.00 selama satu pekan untuk adaptasi media tanam dan selama 60 hari pengamatan. Tumbuhan liar yang tumbuh pada media dibersihkan setiap pekan.

9. Berat Berangkasan Kering Tanaman

(31)

19

3.7 Pengamatan Parameter

Rancangan percobaan menggunakan metode kuantitatif artinya data yang diperoleh berfokus pada hasil data rill melalui pengukuran dan pengamatan di lapangan. Adapun parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (mm), jumlah daun (helai) dan berat berangkasan kering (gram) semai gaharu (Gyrinops versteegii. Gilg).

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

(32)

20

4 HASIL PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Tanah

Tanah yang digunakan dianalisis untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah, hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Hasil Analisis Tanah

No Parameter Satuan Hasil Uji Harkat*

Keterangan: * Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat (2017).

Hasil analisis tekstur tanah menunjukkan fraksi pasir, debu, liat dengan perbandingan 61%:29%:10%, menurut BPTP (2017) fraksi tersebut masuk dalam kategori lempung berpasir. Tekstur sangat penting bagi tanaman dimana dalam tanah akar berpenetrasi sehingga sifat fisik tanah menentukan pertumbuhan akar tanaman. Tekstur tanah berkaitan dengan banyaknya air di dalam tanah, dimana tanah dengan tekstur tanah lempung berpasir memiliki sedikit air, dikarenakan tanah bersifat porous atau mudah dalam meloloskan air. Menurut Hanafiah (2014a) porositas adalah proporsi ruang pori total yang terdapat dalam tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, tanah porous berarti mempunyai ruang pori total untuk pergerakan air dan udara masuk dan keluar dengan leluasa. Tanah lempung berpasir mempunyai pori-pori makro yang lebih besar, namun mempunyai luas permukaan yang kecil, sehingga tidak kuat dalam menahan air. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hanafiah (2014a) bahwa dominansi pasir dalam tanah menyebabkan terbentuknya pori-pori makro dan luas permukaan menjadi sempit, sehingga daya pegang terhadap air sangat lemah. Begitu halnya dengan tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori sedang, dan tanah yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Pori-pori berbanding terbalik dengan luas permukaan tanah, sehingga apabila pori-pori tanah lebih besar maka permukaan tanah akan makin sempit.

(33)

21

dengan yang dikemukakan oleh Hanafiah (2014a), bahwa nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara pada tanah tersebut. Tanah netral umumnya mempunyai ketersediaan unsur hara secara maksimum, sedangkan tanah masam didominasi oleh unsur hara Fe, Mn, B, Cu dan Zn, meskipun begitu unsur hara makro seperti N, P, K tetap tersedia dalam tanah masam namun tidak dalam ketersediaan maksimum (ibid). Nilai pH 5,24 merupakan tingkat kemasaman tanah pada media yang digunakan sehingga tanaman perlu beradaptasi dengan pH yang masam. Dari pengamatan yang dilakukan, tanaman gaharu mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi. Sebagaimana disebutkan oleh Sumarna (2012) bahwa tanaman gaharu tahan terhadap berbagai kondisi struktur dan tekstur tanah, bahkan ekologi tempat tumbuh gaharu bisa tumbuh pada ketinggian 0-2.400 mdpl. Hal ini diduga bahwa tanaman gaharu juga mempunyai kemampuan adaptasi terhadap tingkat pH tersebut.

Kadar air menunjukkan nilai 27,16%, nilai tersebut menurut BPTP (2017) masuk dalam kategori rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki kemampuan mengikat air yang sangat rendah. Rendahnya kadar air tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah dimana tanah dengan kandungan pasir lebih banyak mempunyai pori-pori makro sehingga luas permukaannya kecil. Sesuai yang dikemukakan oleh Hanafiah (2014a) yang menyatakan bahwa dominasi fraksi pasir akan menyebabkan terbentuknya pori-pori makro dan luas permukaan yang disentuh bahan menjadi sangat sempit, sehingga daya pengangnya terhadap air sangat lemah. Kondisi ini menyebabkan air sedikit tertahan karena air dan udara mudah masuk-keluar tanah. Lain dari pada itu bahan organik sangat penting bagi tanah dalam meningkatkan daya serap atau daya simpan air dalam tanah. Adapun hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kandungan bahan organik adalah 1,71% yang masuk dalam kategori rendah sehingga tanah tidak kuat dalam mengikat air.

(34)

22

C-organik menunjukkan nilai 1,71% dari total bahan organik tanah yaitu 5%, menurut BPTP (2017) jumlah tersebut masuk dalam kategori rendah. Tanah tersusun atas 45% bahan mineral, 5% bahan organik, 25% air dan 25% udara. Bahan organik biasanya hanya menyusun 5% bobot total tanah, meskipun hanya sedikit, bahan organik memegang peranan yang sangat penting dalam kesuburan tanah baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis (Hanafiah, 2014a). Bahan organik berfungsi sebagai buffer (penyangga) hara, buffer pH dan buffer air, sehingga keberadaan bahan organik sangat penting bagi kesuburan tanah. Selain itu menurut Hanafiah (2014a) kadar bahan organik tanah mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak dari pada partikel mineral tanah, sehingga luas permukaan dalam menyimpan air juga banyak, oleh karena itu makin tinggi bahan organik tanah maka makin tinggi kadar air dalam tanah.

Hasil analisis tanah terhadap kandungan N-tersedia dalam bentuk NH4+ dan NO3- menunjukkan nilai masing-masing 51,43 ppm (part per milion) dan 36,70 ppm. Menurut BPTP (2017) jumlah tersebut masuk dalam kategori harkat sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena sampel tanah diambil dari Hutan Pusuk Lestari pada musim penghujan sehingga kandungan N-tersedia tinggi. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Hanafiah (2014a) bahwa tingginya kandungan N-tersedia pada tanah disebabkan oleh adanya fiksasi (pengikatan) yang terjadi secara fisik melalui pelepasan energi listrik pada saat terjadi kilat dan secara kimia melalui proses ionisasi, yang keduanya terjadi pada atmosfer paling atas dan turun ke tanah lewat hujan.

Unsur hara N mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Tingginya kandungan N-tersedia pada tanah memudahkan tanaman dalam menyerap unsur hara secara maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan nitrogen termasuk unsur hara makro esensial yang diserap tanaman dalam jumlah terbesar diantara unsur hara lainnya (Hanafiah, 2014a).

(35)

23

masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi netral, kemudian mengalami pengendapan.

Hasil analisis K-tersedia menunjukkan nilai 46,77 ppm. Nilai tersebut menurut BPTP (2017) masuk dalam kategori harkat tinggi. Unsur hara K sangat penting bagi tanaman yang berfungsi untuk metabolisme, percepatan tumbuh jaringan meristem dan sebagai pengaturan buka tutup stomata dan hal-hal yang terkait dengan penggunaan air. Adapun salah satu fungsi spesifik unsur K adalah penyeimbang efek kelebihan unsur hara yang menyebabkan tanaman mudah terserang hama-penyakit, rapuh dan mudah rontok. Unsur K secara spesifik berfungsi dalam penebalan dinding sel dan ketegaran tangkai bunga, daun dan cabang (Hanafiah, 2014a).

Mas’ud (1992), mengemukakan bahwa, unsur K diserap akar tanaman dalam bentuk kation K+. Mekanisme penyerapan K melalui aliran massa, konveksi, difusi, dan serapan langsung dari permukaan jarah tanah.

4.2 Analisis Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran pada tumbuhan baik berupa pertambahan tinggi, jumlah daun, ukuran diameter dan berat. Berdasarkan perlakuan pupuk daun dan perlakuan intensitas cahaya yang digunakan dalam mengetahui pertumbuhan gaharu, diperoleh data dari hasil pengukuran yang kemudian dilakukan analisis sidik ragam (Anova) sebagaimana yang ditunjukkan Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Analisis Sidik Ragam Parameter Penelitian

No Parameter Intensitas

Cahaya

(36)

24

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan semai gaharu. Untuk mengetahui pengaruh tiap perlakuan akan disajikan dalam masing-masing tabel dan gambar berikut:

4.2.1 Tinggi Tanaman

Hasil analisis sidik ragam (Anova) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman gaharu dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Analisis Sidik Ragam Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu

Sumber Derajat perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman gaharu, sedangkan perlakuan pupuk daun dan interaksi antar perlakuan pupuk daun dengan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya pengaruh.

(37)

25

Berdasarkan analisis sidik ragam yang menunjukkan adanya pengaruh yang nyata pada perlakuan intensitas cahaya, maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Adapun hasil uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap perlakuan intensitas cahaya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu

Peringkat Perlakuan Intensitas Cahaya

Rata-rata Jumlah Nilai Beda Nyata

1 2 3,761 12 a

2 1 3,208 12 b

3 0 3,203 12 b

Keterangan: Notasi huruf yang sama pada tabel menunjukkan tidak beda nyata, notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata.

Selanjutnya nilai rata-rata perlakuan intensitas cahaya yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman gaharu dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Pengaruh Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Tinggi Tanaman Gaharu

(38)

26

perlakuan intensitas cahaya C0 (151,73 lux/hari) dengan nilai 3,203 cm. Pertumbuhan yang berbeda-beda pada tiap perlakuan intensitas cahaya disebabkan oleh besarnya intensitas cahaya yang diterima tanaman yang menyebabkan suhu meningkat dan kelembaban rendah, sehingga menyebabkan evapotranspirasi yang besar pula. Tanaman dapat mati atau pertumbuhannya akan terhambat jika jumlah air yang ada pada tanah tidak sebanding dengan laju evapotranspirasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Yudistira, Aji & Sutriono (2015) bahwa gaharu yang ditanam pada intensitas cahaya dua lapis paranet juga memberikan hasil pertumbuhan tinggi yang baik dengan nilai 4,04 cm. Pertumbuhan gaharu akan lebih baik di bawah naungan dibandingkan tanpa naungan, sebagaimana Surata & Soenamo (2011) menyatakan bahwa tanaman gaharu yang ditanam di bawah naungan menunjukkan pertumbuhan lebih sehat seperti daun lebih hijau, sedangkan yang ditanam tanpa naungan menunjukkan pertumbuhan daun kekuning-kuningan, pucuk tanaman dan daun muda mengering dan terjadi gugur daun.

Fisiologis pertumbuhan tinggi tanaman akan cepat panjang pada intensitas cahaya yang rendah. Intensitas cahaya yang rendah menyebabkan tanaman lebih tinggi karena pada umumnya tanaman mencari dan membutuhkan cahaya sebagai energi dalam fotosintesis guna menghasilkan glukosa dan oksigen. Menurut Lakitan (2013) cahaya sebagai sumber energi untuk reaksi anabolik fotosintesis yang jelas akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis tersebut.

(39)

27

Gambar 4.2 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Gaharu

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, hal ini diduga dikarenakan kandungan unsur hara N, P, K pada media tanam tergolong tinggi. Tingginya unsur hara pada media tanam menyebabkan kurangnya pengaruh dari pemupukan. Hal ini terlihat jelas karena melalui analisis sidik ragam (Anova) pertumbuhan tinggi tanaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

(40)

28

mikro seperti Fe, Zn, Mn, B, Cu, dan Mo, selain itu efektif juga dalam pemberian unsur hara makro seperti N, P, dan K, terutama pada daerah-daerah dingin, yang sangat mengganggu serapan hara oleh akar.

4.2.2 Diameter Tanaman

Hasil analisis sidik ragam (Anova) terhadap pertumbuhan diameter tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Analisis Sidik Ragam Terhadap Diameter Tanaman Gaharu

Sumber Derajat perlakuan intensitas cahaya dan perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dikarenakan nilai P 0,886 dan 0,112 lebih besar dari selang kepercayaan 0,05, hal tersebut berarti bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, artinya perlakuan intensitas cahaya tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai gaharu dan perlakuan pupuk daun Growmore tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai gaharu. Demikian juga pada Interaksi antar perlakuan pupuk daun dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata karena nilai P sebesar 0,285 lebih besar dari nilai selang kepercayaan 0,05, hal tersebut berarti bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, artinya perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya interaksi terhadap pertumbuhan diameter semai gaharu.

Tidak adanya pengaruh yang nyata dari perlakuan dan interaksi antar perlakuan pupuk daun dengan intensitas cahaya, maka tidak dilakukan uji lanjut.

(41)

29

Ga mbar 4.3 Pengaruh Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap

Pertambahan Diameter Tanaman Gaharu

Gambar 4.3 menunjukkan hasil pengamatan diameter tanaman dengan rata-rata pertumbuhan diameter yang terbesar ditunjukkan oleh perlakuan intensitas cahaya C2 (27,98 lux/hari) dengan nilai 0,362 mm, diikuti dengan perlakuan intensitas cahaya C1 (40,88 lux/hari) dengan nilai 0,361 mm, selanjutnya pertumbuhan terendah ditunjukkan oleh perlakuan intensitas cahaya C0 (151,73 lux/hari) dengan nilai 0,349 mm. Pertumbuhan diameter batang pada semai gaharu yang berbeda-beda pada tiap perlakuan intensitas cahaya diduga disebabkan oleh jumlah air, pada tiap perlakuan cenderung memiliki jumlah air yang berbeda, dikarenakan intensitas cahaya mempengaruhi suhu dan kelembaban, artinya jika intensitas cahaya matahari tinggi maka menyebabkan suhu meningkat dan kelembaban yang rendah kemudian hal ini berkaitan dengan laju evapotranspirasi.

(42)

30

pertumbuhan yang paling baik dibandingkan dengan tumpangsari singkong dan jagung serta kontrol.

Selanjutnya nilai rata-rata pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap pertumbuhan diameter tanaman gaharu dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Diameter Tanaman Gaharu

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap diameter tanaman. Hal ini terlihat jelas karena melalui analisis sidik ragam (Anova) pertumbuhan diameter tanaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rata-rata pertumbuhan diameter yang paling baik ditunjukkan oleh perlakuan P3 (dosis 6 g/l) dengan nilai 0,412 mm, diikuti oleh perlakuan P1 (dosis 2 g/l) dengan nilai 0,392 mm, P2 (dosis 4 g/l) dengan nilai 0,336 mm dan yang menunjukkan pertumbuhan paling rendah yaitu perlakuan P0 (dosis 0 g/l) dengan nilai 0,29 mm.

(43)

31

4.2.3 Jumlah Daun

Hasil analisis sidik ragam (Anova) terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman gaharu dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Analisis Sidik Ragam Terhadap Jumlah Daun Tanaman Gaharu perlakuan intensitas cahaya dan perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dikarenakan nilai P 0,062 dan 0,376 lebih besar dari selang kepercayaan 0,05, hal tersebut berarti bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, dimana perlakuan intensitas cahaya tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun semai gaharu dan perlakuan pupuk daun Growmore tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun semai gaharu. Demikian juga pada interaksi antar perlakuan pupuk daun dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata karena nilai P sebesar 0,588 lebih besar dari nilai selang kepercayaan 0,05, sehingga hal tersebut berarti H1 ditolak dan H0 diterima, dimana perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya interaksi terhadap pertumbuhan jumlah daun semai gaharu.

Mengingat tidak adanya pengaruh yang nyata dari perlakuan dan tidak ada interaksi antar perlakuan pupuk daun dengan intensitas cahaya, maka uji lanjut tidak dilakukan.

(44)

32

Gambar 4.5 Pengaruh Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Gaharu

Gambar 4.5 menunjukkan hasil pengamatan jumlah daun tanaman. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun yang paling besar ditunjukkan oleh perlakuan intensitas cahaya C2 (27,98 lux/hari) dengan nilai 4,565 helai, diikuti dengan perlakuan intensitas cahaya C1 (40,88 lux/hari) dengan nilai 3,704 helai, selanjutnya pertumbuhan terendah ditunjukkan oleh perlakuan intensitas cahaya C0 (151,73 lux/hari) dengan nilai 3,333 helai. Pertambahan jumlah daun pada semai gaharu menunjukkan pertumbuhan yang berbeda-beda pada tiap perlakuan intensitas cahaya, diduga disebabkan oleh faktor intensitas cahaya yang mempengaruhi faktor lainnya seperti suhu, kelembaban, ketersediaan jumlah air tanah, dan laju evapotranspirasi, dimana semua faktor tersebut mempengaruhi fotosintesis.

(45)

33

Selanjutnya nilai rata-rata pengaruh perlakuan pupuk daun terhadap pertambahan jumlah daun tanaman gaharu dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Gaharu

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan jumlah daun, hal ini diduga dikarenakan kandungan unsur hara N, P, K pada media tanam memiliki harkat yang tinggi. Tingginya unsur hara pada media tanam menyebabkan kurangnya pengaruh dari pemupukan, hal ini terlihat melalui analisis sidik ragam (Anova) dimana perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan jumlah daun.

(46)

34

4.2.4 Berat Berangkasan Kering Tanaman

Hasil analisis sidik ragam (Anova) terhadap berat berangkasan kering tanaman gaharu dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Analisis Sidik Ragam Terhadap Berat Berangkasan Kering Tanaman Gaharu

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan kering tanaman gaharu, sedangkan perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan adanya pengaruh, begitu pula interaksi antar perlakuan pupuk daun dengan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya interaksi.

Nilai yang nyata dapat dilihat dari nilai P sebesar 0,010 lebih kecil dari nilai selang kepercayaan sebesar 0,05, hal tersebut berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, dimana perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan kering semai gaharu. Pada perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata karena nilai P sebesar 0,361 lebih besar dari nilai selang kepercayaan 0,05, hal tersebut berarti H1 ditolak dan H0 diterima, hal ini menunjukkan perlakuan pupuk daun Growmore tidak berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan kering semai gaharu. Interaksi antar perlakuan pupuk daun dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata karena nilai P sebesar 0,424 lebih besar dari nilai selang kepercayaan 0,05, hal tersebut berarti H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya perlakuan pupuk daun Growmore dan perlakuan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya interaksi terhadap berat berangkasan kering semai gaharu.

(47)

35

Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Berat Berangkasan Kering Tanaman Peringkat Perlakuan

Intensitas Cahaya

Rata-rata Jumlah Nilai Beda Nyata

1 2 1,829 12 a

2 1 1,685 12 a

3 0 0,887 12 b

Keterangan: Notasi huruf yang sama pada tabel menunjukkan tidak beda nyata, notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata.

Selanjutnya nilai rata-rata perlakuan intensitas cahaya yang berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan kering tanaman gaharu dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Berat Berangkasan Kering Tanaman Gaharu

(48)

36

matahari, dimana cahaya matahari sebagai sumber energi dalam fotosintesis. Apabila intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman terlalu tinggi, maka mengakibatkan tanaman menjadi merana, seperti yang diungkapkan Surata & Soenamo (2011) bahwa gaharu yang ditanam tanpa naungan menunjukkan pertumbuhan daun kekuning-kuningan, pucuk tanaman dan daun muda mengering dan terjadi gugur daun.

Kaitannya dengan berat berangkasan kering pada perlakuan intensitas cahaya, C2 (27,98 lux/hari) dan C1 (40,88 lux/hari) merupakan pertumbuhan terbaik tanaman gaharu yang menghasilkan berat berangkasan kering yang menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan C0 yaitu tanpa naungan. Fotosintesis pada tanaman akan terjadi jika ketersediaan air sebagai bahan fotosintesis tercukupi. Dalam memproduksi biomasa sangat banyak air yang dibutuhkan, tergantung dari jenis tanaman. Untuk setiap kg bobot kering biomasa yang diproduksi akan ditranspirasikan air sebanyak 500 kg (Hanafiah, 2014a). Oleh karena itu ketersediaan air sangat penting untuk menghasilkan berat berangkasan kering, terlepas dari ketersediaan unsur hara esensial yang penting juga.

(49)

37

Gambar 4.8 Pengaruh Perlakuan Pupuk Daun Terhadap Berat Berangkasan Kering Tanaman Gaharu

Gambar 4.8 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun tidak menunjukkan pengaruh terhadap berat berangkasan kering tanaman. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa rata-rata berat berangkasan kering tanaman gaharu yang paling besar nilainya ditunjukkan oleh perlakuan P1 (dosis 2 g/l) dengan nilai 1,634 gram diikuti oleh perlakuan P3 (dosis 6 g/l) dengan nilai 1,626 gram, P2 (dosis 4 g/l) dengan nilai 1,447 gram dan yang menunjukkan berat berangkasan kering tanaman yang paling rendah yaitu perlakuan P0 (dosis 0 g/l) dengan nilai 1,160 gram. Dari hasil analisis diperoleh berat berangkasan kering tanaman tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, diduga berkaitan dengan ketersediaan unsur hara dalam media tanah yang berharkat tinggi, sehingga pengaruh dari pupuk daun tidak terlihat.

Pentingnya unsur hara makro esensial merupakan kebutuhan yang harus ada pada tanaman karena selain penting untuk pertumbuhannya namun juga sebagai penyusun berat tanaman. Menurut Hanafiah (2014a) unsur hara carbon, hidrogen, dan oksigen, masing-masing menyusun 45%, 45%, dan 6% bagian tanaman, sedangkan unsur hara makro esensial terbatas meliputi N, P, K, S Ca, dan Mg, yang masing-masing menyusun >0,1% bagian tanaman, dan selain itu unsur hara mikro menyusun 0,01% bagian tanaman.

(50)

38

(51)

39

5 KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Perlakuan pupuk daun Growmore tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun dan berat berangkasan kering semai gaharu.

2. Perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan berat berangkasan kering semai gaharu, dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter dan jumlah daun semai gaharu.

3. Interaksi dari perlakuan pupuk daun Growmore dan intensitas cahaya tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, dan berat berangkasan kering semai gaharu.

5.2 Saran

(52)

40

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2011. Gaharu. Badan Standardisasi Nasional SNI 7631. Diakses pada tanggal 15 Mei 2017. Dari <http://arkn-fpd.org/data_content/standard/13264_SNI_7631-2011.pdf>.

Basahona, S., Lasut M.T., Rombang, J.A., & Thomas, A. 2013. Pemberian Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Bibit Gaharu (Grynops Caudata, (Gilg) Domke). Jurnal Cocus. Vol. 2 No. 3. Hal 1.

Betrianingrum, C. 2009. Kajian Pertumbuhan Eksplan Pucuk Gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg) Domke) Melalui Teknik Ex Vitro Epartemen. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2014. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Mas'ud, P. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa Bandung. Bandung.

Mulyati. & Lolita, E.S. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Mataram University Press. Mataram.

Lakitan, B. 2013. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Lingga, P. & Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Perum Bukit Permai. Cibubur. Jakarta Timur.

Siddik, M. 2010. Pengembangan Rantai Nilai Komoditas Gaharu Sebagai Alternatif Pengentasan Kemiskinan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Agroteksos. Vol. 20 No. 2-3. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram

Siran, A.S. & Turjaman, M. 2010. Pengembangan Teknologi Produksi Gaharu Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Kampus Balitbang Kehutanan. Bogor.

Suharti, S. 2010. Prospek Pengusahaan Gaharu Melalui Pola Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM). Jurnal Info Hutan. Vol. VII No. 2 : 141-154. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

(53)

41

Sumarna. Y. 2012. Budidaya Jenis Pohon Penghasil Gaharu. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Litbang Produktivitas Hutan. Bogor.

Surata, I.K. & Soenamo. 2011. Penanaman gaharu (Gyrinops versteegii

(Gilg.) Domke) Dengan Sistem Tumpang Sari di Rarung, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. 8 No. 4 : 349-361.

Suryandari, E.Y. 2008. Pengembangan Gaharu Di Kabupaten Lombok Barat : Potensi dan Permasalahan. Jurnal Info Sosial Ekonomi. Vol. 8 No. 217 - 229. Hal 218.

Vantompan, W.D.P., Arreneuz, S., & Wibowo, M.A. 2015. Perbandingan Inokulan Fusarium sp Menggunakan Metode Infus dan Injeksi Untuk Mendapatkan Gaharu Pada Pohon Aquilaria malaccensis. Jurnal Kimia Katulistiwa. Vol. 4 No. 1. Hal 34-37.

(54)
(55)

42

Lampiran 1. Pengukuran Intensitas Cahaya

(56)
(57)
(58)
(59)

46

jumlah 9.104,01 2.452,66 1.678,61

Rata-rata/hari 151,73 40,88 27,98

(60)

47

Lampiran 2. Pengukuran Suhu dan Kelembaban

(61)
(62)
(63)
(64)

51

No Tanggal Tanpa Paranet 1 Lapis Paranet

(65)

52

Lampiran 3. Pengukuran Curah Hujan

Gambar

Gambar 3.2 Letak Susunan Data Percobaan pada Naungan Satu Lapis    Paranet (Intensitas 40,88 lux/hari)
Tabel 4.1. Hasil Analisis Tanah
Tabel 4.2 Hasil Analisis Sidik Ragam Parameter Penelitian
Gambar 4.1 menunjukkan hasil pengamatan tinggi tanaman dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi yang terbesar ditunjukkan oleh diikuti dengan perlakuan intensitas cahaya Cperlakuan intensitas cahaya C2 (27,98 lux/hari) dengan nilai 3,761 cm, 1 (40,88 lux/hari) dengan nilai 3,208 cm, selanjutnya pertumbuhan terendah ditunjukkan oleh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nanun jika dilihat dari pendidikan anak nelayan cukup memprihatinkan.ada beberapa fenomena yang penulis amati waktu observasi lapangan pada umumnya anak nelayan

Oleh yang demikian, dengan adanya projek ini secara tidak langsung menggambarkan bahawa masyarakat Pulau Tuba telah menerima arus perubahan yang baik dan berpotensi menjadi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis pindah panas pada pipa utama sistem hidroponik, melakukan validasi terhadap model pindah panas tersebut, dan

Sistem pompa dan kolam tampungan dapat menghabiskan biaya yang besar untuk investasi dan operasionalnya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeliharaan dan hasilnya

[r]

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai rasio keunangan terhadap harga saham dengan variabel independen

kombinasi tekanan injeksi, putaran screw dan temperatur sebagai variabel bebas yang terlibat harus dirancang sesuai dengan disain percobaan untuk metode response surface ,

I could have gone home on time but the bus was late last night.. 