Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pola tingkah laku jenis-jenis ikan karang di sekitar bubu terlihat berbeda-beda menurut jenis-jenis. High dan Beardsley (1970) diacu oleh Baskoro dan Effendy (2005) mengemukakan bahwa butterfly fish (Chaetodontidae), goatfish, squirrelfish dan parrotfish berenang melingkar dibandingkan dengan tingkah laku pencarian yang acak/tidak teratur dari groupers (Serranidae).
Menurut High dan Beardsley (1970) diacu oleh Furevik (1994) mengemukakan bahwa ada enam alasan ikan tertarik pada bubu selain mengejar umpan, juga melakukan pergerakan secara acak/tidak beraturan, menggunakan bubu sebagai tempat tinggal atau berlindung, keingintahuan, tingkah laku sosial didalam spesies ikan, atau pemangsaan. Beberapa mekanisme tersebut dapat memberikan kontribusi efisiensi perangkap tidak menggunakan umpan.
Jenis-jenis ikan karang mendekati alat tangkap bubu dengan pola renang dan pola gerak berbeda-beda. Ikan mendekati bubu dengan berbagai cara antara lain
ikan mencoba masuk satu per satu, bergerombol dan ada yang bergerombol lalu mencoba masuk ke bubu. Ikan yang sudah mendekati bubu tersebut kemudian menyusuri dinding bubu dengan menggunakan bagian samping tubuhnya maupun bagian depan mulutnya. Ikan mendekati bubu dari berbagai arah dan beberapa ikan mengelilingi bubu terlebih dahulu baru mulai masuk ke bubu. Setelah menyusuri dinding bubu, ikan ada yang masuk ke bubu tetapi ada juga hanya lewat saja (Irawati, 2002).
Pada saat pengamatan terlihat bahwa tidak semua jenis ikan mendekati dan masuk ke dalam bubu. Beberapa jenis ikan ada juga yang tidak masuk ke dalam bubu sampai akhir pengamatan terutama ikan-ikan nokturnal yang hanya berdiam diri di dasar bubu. Ikan yang tidak masuk ke dalam bubu akan kembali berkumpul dengan ikan lain yang bergerombol di luar bubu. Ikan tidak jadi masuk ke bubu karena beberapa sebab diantaranya karena di dalam bubu ada ikan yang menjadi pesaing, atau jika di alam karena ada ikan pemangsa (predator). Selain itu, karena ikan tersebut mengikuti pergerakan ikan lain yang menjauhi bubu dan ikan tidak masuk ke bubu karena ada ikan lain yang menghalangi jalan masuknya (Irawati, 2002)
Tingkah laku ikan kerapu macan dalam bak percobaan terlihat bahwa ikan mulai masuk ke dalam bubu setelah beberapa saat bubu berada dalam bak. Waktu yang dibutuhkan oleh ikan untuk masuk ke dalam bubu sangat bervariasi. Saat penelitian diketahui bahwa ada ikan yang langsung masuk ke dalam bubu, setelah 1 menit dan hingga pengamatan terakhir sekitar 3 jam, ikan tidak pernah masuk ke dalam bubu. Ikan kerapu macan setelah masuk ke bubu biasanya mencari tempat bersembunyi dan berdiam diri (istirahat) ataupun bergerombol bersama ikan lain yang sudah masuk ke dalam bubu sebelumnya. Ikan banyak beristirahat diantara mulut dan dinding bubu yang membentuk suatu sudut. Ikan ini akan bergerak cukup aktif di dalam bubu bila belum menemukan tempat yang tepat untuk beristirahat dan bergerombol. Karena ruang dalam bubu terbatas, ikan sering bergerombol dalam posisi saling bertumpuk satu sama lain. Selain beristirahat dan bergerombol, ikan di dalam bubu juga ada yang berkejaran, bergerak mengintari ruang di dalam bubu, dan bergerak mnegintari mulut bubu (Irawati, 2002)
Menurut Irawati (2002), pola pergerakan ikan di dalam bubu sebagai berikut : (1) ikan bergerak mengintari ruangan dalam bubu, gerak berputar ini biasanya searah atau berlawanan jarum jam; (2) ikan bergerak bolak balik dalam bubu; (3) ikan bergerak ke dalam ruangan bubu dengan berbagai arah setelah ikan memasuki bubu melalui celah pelolosan; (4) ikan bergerak ke segala arah; dan (5) ikan mengintari mulut bubu. Posisi ikan bergerombol di dalam bubu yaitu dekat celah pelolosan; diantara bagian mulut dan dinding bubu membentuk sudut; di sudut ruangan dalam bubu serta beristirahat (berdiam diri) dalam keadaan menyebar. Selanjutnya pergerakan ikan akibat interaksi antara ikan yang ada di dalam dan di luar bubu yaitu bergerak ke suatu arah yang sama ; ikan di dalam bubu berkumpul di semua sudut dan ikan di luar bubu berkumpul di sekitar sudut bubu; ikan berkumpul di sekitar celah pelolosan; serta ikan bergerak dari dasar bak menuju ke atas lalu ke bawah dan dilakukan oleh ikan yang ada di dalam maupun di luar bubu secara bersamaan.
Menurut Reiliza (1997), ikan kepe-kepe terlihat panik setelah terperangkap di dalam bubu, gerakannya lebih cepat dan mencari-cari tempat untuk keluar, karena merasa terkurung dan ruang geraknya terbatas. Ikan kepe-kepe berenang lincah di dalam bubu dari sudut kiri ke sudut kanan, atau sebaliknya dengan gerakan mendatar. Gerakan renang yang lincah dan mendatar ini menyebabkan ikan kepe-kepe dapat meloloskan diri setelah terperangkap kurang lebih 2 jam di dalam bubu. Gerakan ikan bendera setelah terperangkap di dalam bubu lebih cepat gerakannya sebelum terperangkap dan terlihat panik. Ikan ini berenang di dalam bubu dari salah satu sudut bubu ke mulut bubu dengan waktu 5 detik.
Menurut Reiliza (1997), gerakan renang naik turun menyebabkan sampai akhir pengamatan tidak ada yang meloloskan diri dari bubu. Pengurangan penutupan karang ternyata berpengaruh terhadap tingkah laku ikan bendera, untuk mendatangi bubu hanya dalam waktu singkat saja lalu pergi. Ikan raja gantang yang masuk ke dalam bubu berenang lambat, tidak menunjukkan kepanikan dan cenderung diam di dasar bubu. Gerak ikan ini di dalam bubu sama dengan gerakannya di ujung mulut bubu, yaitu hanya berputar-putar melawan arus dan membutuhkan waktu untuk satu kali berputar 8,5 detik. Ikan raja gantang
termasuk ikan nokturnal. Ikan raja gantang masuk ke bubu yang bagian atasnya ditutupi karang. Pada saat penutupan karang dikurangi, ikan ini tidak memberikan respons di depan bubu, tetapi berenang kegundukan karang yang berbentuk atap di samping bubu dan berlindung disitu.
Reiliza (1997) mengamati tingkah laku ikan kepe-kepe (Chaetodon
octofasciatus), ikan bendera (Heniochus acuminatus) dan ikan raja gantang
(Sargocentron violaceum) terhadap alat tangkap bubu dengan menggunakan remotely operated vehicles (ROV) ternyata ketiga jenis ikan tersebut mempunyai tingkah laku yang berbeda.
Hasil pengamatan penelitian ini terlihat bahwa ada beberapa ikan karang yang sanggup meloloskan diri dari dalam bubu seperti Thalassoma lunare,
Chromis lepidolepis, Chaetodon melanotus dan Sargocentron sp. Ikan-ikan
mampu meloloskan diri dari dalam bubu sangat dipengaruhi oleh lebar pintu bubu dan bentuk tubuh ikan itu sendiri. Ikan yang bertubuh lonjong, gepeng dan berukuran kecil mudah meloloskan diri.
Menurut Tirtana (2003) mengatakan bahwa ikan yang masuk ke dalam bubu bisa meloloskan diri sangat ditentukan oleh tinggi tubuh (body depth) atau lingkar tubuh (body girth) dan celah pelolosan. Jadi semakin besar tinggi tubuh (body depth) atau lingkar tubuh (body girth), maka peluang untuk meloloskan diri semakin kecil, dan bila semakin kecil tinggi tubuh (body depth) atau lingkar tubuh (body girth), maka peluang untuk meloloskan diri semakin besar (Tirtana, 2003). Oleh karena itu, dalam membuat konstruksi bubu, maka disain ukuran, bentuk dan posisi mulut bubu perlu disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan. Selain itu, celah pelolosan perlu juga diperhatikan karena bagian komponen bubu ini dapat memberikan kesempatan untuk ikan meloloskan diri.
4.5 Kesimpulan dan Saran