• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 PENGARUH RUMPON TERHADAP ZONE OF INFLUENCE ALAT TANGKAP BUBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 PENGARUH RUMPON TERHADAP ZONE OF INFLUENCE ALAT TANGKAP BUBU"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Pendahuluan

Terumbu karang termasuk salah satu ekosistem di daerah tropis memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi. Hal ini ditandai dengan banyaknya biota laut yang menghuni ekosistem tersebut. Salah satu biota penghuni terumbu karang yang memiliki keanekaragaman tinggi adalah ikan karang. Ikan karang memiliki jenis, ukuran, warna tubuh dan kesukaan habitat berbeda-beda. Ikan karang melakukan aktivitasnya setiap hari menggunakan terumbu karang sebagai tempat untuk mencari makan, tempat berlindung, tempat berpijah, dan sebagainya.

Usaha penangkapan ikan karang telah dilakukan para nelayan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, namun kegiatan yang dilakukan belum sepenuhnya memperhatikan aspek kelestarian lingkungan perairan karang dan biota penghuninya. Penangkapan ikan karang dilakukan dengan menggunakan berbagai alat tangkap seperti bubu, jaring, panah, bahkan ada yang menggunakan alat tangkap bersifat destruktif seperti bom dan racun. Akibat dari pola penangkapan seperti tersebut, maka akhir-akhir ini banyak terumbu karang di perairan Indonesia, khususnya di lokasi penelitian sudah banyak mengalami kerusakan.

Perkembangan teknologi penangkapan ikan di Indonesia terutama ikan karang tidak terlepas dari perkembangan pengetahuan tentang tingkah laku ikan di dunia secara keseluruhan. Pengetahuan tentang alat tangkap dan tingkah laku ikan menjadi sasaran tangkapan merupakan faktor penting dalam memahami proses penangkapan dari suatu jenis alat tangkap. Selain itu, pengetahuan tersebut dapat pula digunakan dalam meningkatkan hasil tangkapan (Fitri, 2002 diacu oleh Yustika, 2006).

Dalam mendisain suatu alat tangkap, maka faktor utama yang harus diperhatikan adalah aspek tingkah laku ikan. Menurut Gunarso (1985), tingkah laku ikan adalah suatu proses adaptasi tubuh ikan terhadap lingkungan internal maupun eksternal, seperti perubahan cahaya, kamuflase, stress dan proses fisiologi internal lainnya. Ikan bereaksi secara langsung terhadap keadaan sekelilingnya melalui beberapa indera seperti indera penglihatan, penciuman,

(2)

peraba dan sebagainya. Dengan kata lain, indera tersebut memungkinkan ikan untuk mendeteksi benda-benda pada suatu jarak tertentu.

Tingkah laku ikan dalam kaitan dengan benda-benda bergerak atau diam menunjukkan bahwa rangsangan merupakan faktor penting yang dapat menentukan tingkat efisiensi penangkapan dari berbagai alat tangkap. Faktor rangsangan menyangkut daya penglihatan lebih dominan dalam menentukan reaksi atau sebagai faktor penting bagi beberapa jenis ikan untuk merespons terhadap alat tangkap. Faktor rangsangan menyangkut daya penglihatan merupakan faktor yang menentukan reaksi atau tingkah laku ikan dalam merespons adanya alat tangkap (Baskoro dan Effendie, 2005).

Salah satu jenis alat tangkap populer digunakan untuk menangkap ikan karang adalah bubu (Purbayanto et al. 2006). Bubu sering dianggap sebagai alat penangkap ikan yang tidak merusak lingkungan (Redjeki et al. 2005). Berbagai jenis bahan dapat dipakai untuk membuat bubu, misalnya anyaman bambu, rotan, dan kawat (Hartati et al. 2004). Menurut proses tertangkapnya ikan, bubu termasuk dalam kategori perangkap (jebakan), alat tangkap bersifat pasif. Dalam proses penangkapan alat tangkap bubu mempermudah ikan untuk masuk namun sulit keluar. Untuk menarik ikan bergerak masuk ke dalam bubu, nelayan biasanya memasang umpan yang diletakkan di dalam bubu. Umpan digunakan sebagai alat pemikat agar ikan karang datang mendekati alat tangkap bubu, masuk ke dalam bubu dan akhirnya terperangkap.

Bubu digunakan oleh setiap daerah berbeda-beda baik bentuk, ukuran maupun teknik pengoperasiannya. Bubu digunakan dalam penangkapan ikan karang adalah bubu dasar. Untuk menarik ikan masuk ke bubu biasanya menurut pengalaman nelayan selama ini menggunakan umpan. Umpan digunakan sebagai alat pemikat, agar ikan karang datang mendekati alat tangkap bubu, masuk ke dalam bubu dan akhirnya terperangkap.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi penangkapan ikan karang, selain penggunaan umpan sebagai alat pengumpul ikan karang agar bisa mendekati alat tangkap, maka perlu dipikirkan teknologi yang tepat agar ikan-ikan dapat mudah berkumpul dan akhirnya terperangkap. Alat bantu penangkapan ikan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan ikan karang adalah rumpon.

(3)

Rumpon adalah suatu konstruksi bangunan dipasang di perairan bertujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi dengannya sehingga memudahkan penangkapan (Monintja, 1995 diacu oleh Baskoro dan Effendie, 2005). Selanjutnya menurut Bergstrom (1983) diacu oleh Atapattu (1991), rumpon (fish aggregating device) merupakan salah satu metode, objek atau konstruksi digunakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pemanenan ikan dengan menarik atau mengumpulkan ikan.

Prinsip penangkapan ikan dengan alat bantu rumpon, di samping rumpon berfungsi untuk mengumpulkan ikan, pada hakekatnya adalah agar kawanan (schooling) ikan tersebut mudah ditangkap dengan alat tangkap yang digunakan. Diduga ikan tertarik dan berkumpul di sekitar rumpon karena rumpon berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan (Subani 1986 diacu oleh Baskoro dan Effendie 2005, Monintja et al. 2003, Yusfiandayani 2004). Adanya perifiton di rumpon dan ikan-ikan beserta food-web lokal yang terbentuk di sekitarnya menjadikan rumpon dan ruang di sekitarnya suatu feeding ground. Pada food-web tersebut, biota berukuran kecil biasanya merupakan mangsa bagi ikan-ikan yang berukuran lebih besar. Bangunan rumpon merupakan substrat mempermudah biota renik berkembang. Selanjutnya biota renik yang menempel (perifiton) merupakan mangsa bagi ikan-ikan kecil. Kehadiran ikan-ikan kecil kemudian akan menarik perhatian ikan-ikan lebih besar untuk datang memangsanya. Proses selanjutnya yang diharapkan adalah ikan-ikan tersebut (baik mangsa maupun pemangsa) kemudian akan mendekati bubu dan akhirnya masuk dan terperangkap karena mangsa akan mencari perlindungan sedangkan pemangsa mengejar mangsa.

Bubu dipasang bersama rumpon di perairan, mempermudah mikroorganisme sebagai makanan ikan dapat menempel pada atraktor rumpon. Mikroorganisme yang menempel disebut perifiton merupakan makan bagi ikan-ikan kecil. Dengan kehadiran ikan-ikan-ikan-ikan kecil akan menarik ikan-ikan-ikan-ikan besar untuk datang memangsanya. Ikan-ikan akan mendekat pada alat tangkap bubu untuk mencari perlindungan dan akhirnya masuk dan terperangkap.

Ikan karang mendekati alat tangkap bubu memperlihatkan tingkah laku yang berbeda-beda sangat tergantung dari spesies ikan. Tidak semua spesies ikan

(4)

mempunyai tingkah laku di sekitar bubu sama. Pada bubu tidak berumpan, ada perbedaan tingkah laku ikan memasuki bubu di mana squerrelfish dan goatfish memasuki bubu dengan cara bergerombol, tetapi parrotfish, bigeye memasuki bubu secara individual. Chaetodon sp dan Pseudopeneus sp akan berenang berbalik arah dengan ketakutan bila ada ikan jenis lain yang tertangkap oleh bubu (Furevik, 1994 diacu oleh Ferno dan Olsen, 1994). Fenomena ketertarikan ikan karang pada alat tangkap bubu merupakan bentuk tingkah laku ikan yang sangat penting harus diketahui sebagai salah satu faktor kunci dalam mendukung keberhasilan usaha penangkapan ikan karang.

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tingkah laku ikan dan pengaruh rumpon terhadap zone of influence dari alat tangkap bubu.

4.2 Metodologi Penelitian 4.2.1 Prosedur Pengamatan

4.2.1.1 Pengamatan tingkah laku ikan karang di sekitar rumpon dan bubu (i) Pengamatan tingkah laku ikan karang di sekitar rumpon dan bubu

menggunakan metode sensus visual (visual census method). Pengamatan dilakukan 30 menit setelah rumpon dan bubu terpasang di perairan. Pengamatan dilakukan terhadap jenis-jenis ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan zona pengaruh (zone of influence) alat tangkap bubu. Ilustrasi tentang zona pengaruh alat tangkap (zone

of influence/field of influence) bubu yang dioperasikan bersama

rumpon dan tanpa rumpon telah disajikan pada Bab 3 Gambar 5. (ii) Pengamatan berikut dilakukan seminggu sekali pada jam 08.00, jam

12.00, dan jam 16.00. Adapun hal-hal yang diamati meliputi jumlah ikan, jarak (radius) ikan terhadap rumpon dan bubu, lama waktu ikan berada di rumpon dan bubu, pola renang (soliter, bergerombol, dan berpasangan), pola gerak seperti cara datang dari arah depan dengan membuat gerak melingkar melawan arus, bergerak naik turun, maupun membuat gerakan searah jarum jam.

(5)

(iii) Untuk menentukan jenis ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan bubu mengikuti petunjuk Gloerfelt dan Kailola (1984), Isa et

al. (1998); Kuiter (1992) dan Allen dan Stenee (2002).

(vi) Sebagai data pendukung diamati juga perifiton yang menempel pada setiap jenis daun atraktor yaitu daun lontar (Borrasus flabellifer), dan daun gewang/gebang (Corypha gebanga).

4.2.1.2 Pengamatan tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu Pengamatan tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu melalui simulasi yang dilakukan di dalam keramba. Pengamatan tidak dapat dilakukan di lokasi penelitian karena kondisi perairan saat itu dalam keadaan bergelombang dan arusnya kuat. Pada kondisi ini keadaan perairan menjadi tidak stabil dan tingkat kekeruhannya tinggi sehingga sulit untuk melakukan pengamatan bawah air karena batas pandang (visibilitas) rendah dan sulit untuk mengamati jenis ikan yang hadir di rumpon dan bubu.

Pengamatan dilakukan di dalam keramba berukuran panjang: 2 m, lebar: 1.5 m dan tinggi: 2 m (Lampiran 4). Kemudian ikan hasil tangkapan bubu baik menggunakan rumpon maupun tanpa rumpon dimasukkan ke dalam keramba. Pengamatan dilakukan dari jam 11.00 – 17.00 WITA. Ikan yang dimasukkan ke dalam keramba untuk diamati sebanyak 17 spesies dengan pola tingkah laku berbeda-beda. Tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu diamati secara visual meliputi pola renang dan pola gerak ikan karang di luar maupun di dalam bubu serta cara ikan meloloskan diri dari dalam bubu. Pengamatan tingkah laku ikan karang di dalam keramba hanya menggunakan 17 spesies. Informasi yang diperoleh masih sangat terbatas sehingga untuk mendapatkan data yang lebih lengkap perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap jenis-jenis ikan karang lainnya.

(6)

4.2.2 Analisis data

1. Analisis komunitas perifiton dan ikan karang a. Analisis kepadatan Perifiton

Perhitungan kepadatan individu perifiton (n) pada setiap mm2 permukaan substrat (daun) mengikuti petunjuk American Public Health Association (A.P.H.A), 1989 ( Rumus telah disajikan pada Bab 3).

b. Analisis Indeks Keragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C) perifiton dan ikan karang di rumpon dan bubu mengikuti petunjuk Shannon-Weaner diacu oleh Krebs (1972) (Rumus telah disajikan pada Bab 3).

2. Analisis tingkah laku ikan karang

Analisis data jumlah ikan yang hadir, jarak (radius), lama waktu, pola renang dan pola gerak ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan bubu di jelaskan secara deskriptif menggunakan tabel dan gambar. Penentuan proporsi ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu, jarak (radius) ikan terhadap rumpon dan bubu serta lama waktu ditentukan berdasarkan jumlah, jarak (radius), dan lama waktu setiap spesies ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu. Penentuan proporsi dilakukan terhadap jumlah ikan yang hadir, jarak (radius) setiap spesies ikan karang terhadap rumpon dan bubu, lama waktu setiap spesies ikan karang hadir di sekitar rumpon dan bubu, pola renang dan pola gerak setiap spesies ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu (Rumus telah disajikan pada Bab 3).

Proporsi pola renang ditentukan berdasarkan pola renang yang diperlihatkan oleh setiap spesies ikan karang, sedangkan pola gerak ditentukan berdasarkan 3 paramater gerakan yang diperlihatkan oleh ikan karang di rumpon dan bubu. Untuk menentukan pola gerak ikan di rumpon berdasarkan tiga parameter gerakan yaitu arah renang (datang dari depan dan belakang), pola gerakan (melawan arus, bergerak naik turun, bergerak bolak balik, bergerak melingkar searah jarum jam) dan posisi ikan terhadap rumpon (vertikal, atas, samping, pertengahan, dalam, masuk keluar, singgah sebentar lalu pergi dan datang langsung pergi). Selanjutnya untuk menentukan pola gerak ikan

(7)

di bubu berdasarkan tiga parameter gerakan yaitu arah renang (depan, samping, belakang), pola gerakan (melawan arus, naik turun, bolak balik, menyusuri dinding bubu, menyusuri dinding bubu serah jarum jam) dan posisi ikan dengan bubu (atas, samping, depan mulut bubu, dasar dan langsung pergi). Penentuan pola gerak ikan karang di rumpon dan bubu di modifikasikan mengikuti petunjuk Suharyanto (2003) yang dilakukan dalam menentukan pola lompatan udang.

4.3 Hasil

4.3.1 Rumpon sebagai alat pengumpul ikan karang 4.3.1.1 Keragaman taksa perifiton di rumpon

Awal setelah rumpon di pasang di perairan maka daun-daun rumpon akan membusuk dan menempel mikroorganisme. Mikroorganisme yang menempel disebut perifiton. Perifiton terdiri dari tumbuhan dan hewan mikroskopis yang menempel pada substrat yang terendam dalam air terutama pada atraktor rumpon. Perifiton yang hadir di rumpon akan mempengaruhi laju perkembangan proses kolonisasi organisme pemangsa lain termasuk juvenil ikan dan larva kerang-kerangan yang menempel (Soedharma,1994).

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan jenis-jenis perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 secara keseluruhan berjumlah 85 spesies, 70 genus, 36 famili dan 15 kelas. Keragaman taksa perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 disajikan Tabel 7. Jenis dan sebaran perifiton pada atraktor lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.

Tabel 7 Keragaman taksa perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2

L1 L2 Taksa perifiton RKL RBL RG RKL RBL RG Spesies 50 46 53 46 41 50 Genus 46 42 46 42 39 43 Famili 31 30 29 30 25 29 Kelas 13 12 15 11 10 14

(8)

Keragaman taksa perifiton ditemukan pada atraktor rumpon kecil lontar di lokasi L1 ada 50 spesies, 46 genus, 31 famili dan 13 kelas, atraktor rumpon besar lontar di lokasi L1 ada 46 spesies, 42 genus, 30 famili dan 12 kelas, dan pada atraktor rumpon gewang di lokasi L1 ada 53 spesies, 46 genus, 29 famili dan 15 kelas. Selanjutnya komposisi dan sebaran perifiton yang ditemukan pada atraktor rumpon kecil lontar di lokasi L2 ada 46 spesies, 42 genus, 30 famili dan 11 kelas, atraktor rumpon besar lontar di lokasi L2 ada 41 spesies, 39 genus, 25 famili dan 10 kelas, dan pada atraktor rumpon gewang di lokasi L2 ada 50 spesies, 43 genus, 29 famili dan 14 kelas.

Jumlah spesies perifiton terbanyak pada rumpon gewang lokasi L1 sebanyak 53 spesies, kemudian diikuti oleh rumpon kecil lontar di lokasi L1 dan rumpon gewang di lokasi L2 masing-masing sebanyak 50 spesies, dan terendah pada rumpon besar lontar lokasi L2 sebanyak 41 spesies. Selanjutnya jumlah genus tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar dan rumpon gewang lokasi L1 masing-masing sebanyak 46 genus, kemudian diikuti oleh rumpon gewang lokasi L2 sebanyak 43 genus dan terendah pada rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 sebanyak 39 genus. Jumlah famili tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar lokasi L1 dan L2 masing-masing sebanyak 31 dan 30 famili, kemudian rumpon gewang lokasi L1 dan L2 masing-masing 29 famili, dan terendah pada rumpon besar lontar lokasi L1 dan L2 sebanyak 26 dan 25 famili. Berikutnya jumlah kelas terbanyak terdapat pada rumpon gewang lokasi L1 dan L2 masing-masing sebanyak 15 dan 14 kelas, kemudian rumpon kecil lontar lokasi L1 sebanyak 13 kelas dan terendah pada rumpon besar lontar lokasi L2 sebanyak 10 kelas. Sebaran taksa perifiton pada rumpoin lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Gambar 7.

(9)

0 10 20 30 40 50 60 Ju m la h ta ks a RKL1 RBL1 RG1 RKL2 RBL2 RG2 Jenis rumpon Spesies Genus Famili Kelas

Keragaman spesies tertinggi terdapat pada rumpon gewang L1, kemudian rumpon kecil lontar L1 dan rumpon gewang L2 dan teredah pada rumpon besar lontar L2. Jumlah genus tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar dan rumpon gewang L1 dan terendah pada rumpon besar lontar L2. Famili tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar L1 dan terendah pada rumpon besar lontar L2. selanjutnya kelas tertinggi terdapat pada rumpon gewang L1 dan L1 dan terendah pada rumpon besar lontar L2. Dari data tersebut terlihat bahwa kelas Bacillariophyceae lebih mendominasi keragaman taksa perifiton baik dilihat dari jumlah spesies, genus maupun famili dibandingkan dengan kelas perifiton lainnya.

Selain jenis-jenis perifiton yang diamati pada atraktor rumpon, dilakukan pengamatan juga pada alat tangkap bubu. Adapaun jenis-jenis perifiton yang teridentifikasi pada alat tangkap bubu sebagai berikut : Zygnemopsis spiralis,

Globoralis pumilio, Creseis virgula, C. acicula, Leptocylindrus sp, Spikul spongs, Zygnema insigne, Cymbella sp 2, Textullaria sagittula, Coscinodiscus sp, Amphorela brandhi, Nitzschia sigma, N. vitrea, Eutintinus sp, Halosphaera viridis, Spongilla fragilis, Atlanta sp, Peraclis sp, Hyalotheca dissiliens, Limacina leseuri, Detonula pumida, Rhizoclonium sp, Pleurosigma sp, Triceratium

Gambar 7 Keragaman taksa perifiton pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2.

(10)

ghibbosum, Ligmophora abbreviata, Calanus sp, Askenasyella chlamidopus, Fragmen alga merah, Pyrocistis fusiformis, Fragillaria cylindrus, Atlanta sp, Pelagothrix clevei, Halosphora viridis, Anguillospora longissima, Diploneis fusca, larva udang, Cipria sp, dan Tintinopsis sp. Dari hasil identifikasi ini

ternyata bahwa jenis-jenis perifiton yang hadir di rumpon mirip dengan jenis-jenis perifiton yang terdapat pada bagian-bagian badan bubu.

4.3.1.2 Kepadatan dan kelimpahan perifiton

Jenis perifiton yang memiliki kepadatan dan kelimpahan tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar lokasi L1 adalah Leptocylindrus sp dengan kepadatan 9,0 ind/mm2 dan kelimpahan 25,0%, kemudian Chroococcus sp dengan kepadatan 8.0 ind/mm2 dan kelimpahan 23.0 %, dan diikuti oleh jenis lain. Pada rumpon besar lontar lokasi L1 adalah Leptocylindrus sp dengan kepadatan 13,0 ind/mm2 dan kelimpahan 45,0%, kemudian Chroococcus sp dengan kepadatan 8,0 ind/mm2 dan kelimpahan 26,0%, dan diikuti oleh jenis lain. Pada rumpon gewang di lokasi L1 adalah Chroococcus sp dengan kepadatan 17,0 ind/mm2 dan kelimpahan 73,0%, kemudian Leptocylindrus sp dengan kepadatan 5,0 ind/mm2 dan kelimpahan 20,0%, dan diikuti oleh jenis lain.

Jenis perifiton yang memiliki kepadatan dan kelimpahan tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L2 adalah Chroococcus sp dengan kepadatan 5,0 ind/mm2 dan kelimpahan 17,0 %, kemudian Dentiluca thermalis dengan kepadatan 6,0 ind/mm2 dan kelimpahan 21,0%, dan diikuti oleh jenis lain. Pada rumpon besar lontar di lokasi L2 adalah Leptocylindrus sp dengan kepadatan 12,0 ind/mm2 dan kelimpahan 44,0 %, kemudian Chroococcus sp dengan kepadatan 8,0 ind/mm2 dan kelimpahan 29,0%, dan diikuti oleh jenis lain, sedangkan pada rumpon gewang di lokasi L2 adalah Chroococcus sp dengan kepadatan 5 ind/mm2 dan kelimpahan 8,0%, kemudian Nitzschia sigma dengan kepadatan 23 ind/mm2 dan kelimpahan 5,0%, dan diikuti oleh jenis lain.

Jenis perifiton yang memiliki nilai kepadatan dan kelimpahan tertinggi dari seluruh jenis perifiton yang menempel baik pada rumpon kecil lontar maupun rumpon besar lontar adalah Leptocylindrus sp, sedangkan rumpon gewang didominasi oleh Chroococcus sp. Nilai kepadatan dan kelimpahan setiap jenis

(11)

0 5 10 15 20 25 N il ai k ep ad at an se ti ap fa m il i p er if it on RKL1 RBL1 RG1

Jenis rumpon di lokasi L1

Bacillario phyceae Dino phyceae Cyano phyceae Chlo ro phyceae Rho do phyceae Sarco dina Co pepo da P ro to branchia Demo s po ngiae Uro cho rdata/Tunicata Opis tho branchia Spro tricha P o lychaeta Bacteria Myxo phyceae Ciliata 0 5 10 15 20 25 N il ai ke pa da ta n (X )s et ia p ke la s pe ri fi to n Bacillario phyceae Dino phyceae Cyano phyceae Chlo rop hyceae Rhod op hyceae Sarcod ina Cop epo da Pro tob ranchia Demosp ong iae Uro cho rdata/Tunicata Opisthob ranchia Sp rotricha Po lychaeta Bacteria Myxop hyceae Ciliata

perifiton pada lokasi L1 dan L2 dapat dilihat pada Lampiran 7. Sebaran nilai kepadatan setiap kelas perifiton di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Gambar 8 dan 9.

Gambar 8 Sebaran nilai kepadatan setiap kelas perifiton pada rumpon kecil lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L1.

Gambar 9 Sebaran nilai kepadatan setiap kelas perifiton pada rumpon kecil lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L2.

(12)

0 10 20 30 40 50 60 RKL1 RBL1 RG1

Jenis rumpon di lokasi L1

N il ai k el im p ah a n (N ) se ti ap fa m il i p er if it o n Bacillariop hyceae Dinop hyceae Cyanop hyceae Chloro phyceae Rho do phyceae Sarcod ina Cop ep od a Protob ranchia Demospo ngiae Urochord ata/Tunicata Opistho branchia Spro tricha Polychaeta Bacteria M yxop hyceae 0 10 20 30 40 50 60 RKL2 RBL2 RG2

Jenis rumpon di lokasi L2

N ila ik el im pa ha n (N ) se ti ap fa m il i pe ri fi to n Bacillario p hyceae Dino p hyceae Cyano p hyceae Chlo ro p hyceae Rho d o p hyceae Sarco d ina Co p ep o d a Pro t o b ranchia Demo s p o ng iae Uro cho rd at a/ Tunicat a Op is tho b ranchia Sp ro tricha Po lychaeta Bact eria M yxo p hyceae Ciliata

Dari gambar tersebut terlihat bahwa kelas perifiton yang memiliki nilai kepadatan tertinggi adalah kelas Cyanophyceae yang terdapat pada rumpon gewang baik di lokasi L1 maupun L2, kemudian kelas Bacillariophyceae dan diikuti oleh kelas perifiton lainnya. Dengan demikian kelas periton yang memiliki nilai kepadatan tertinggi di lokasi L1 dan L2 di dominansi oleh Kelas Cyanophyceae dan Bacillariophhyceae. Sebaran nilai kelimpahan setiap kelas perifiton di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Gambar 10 dan 11.

Gambar 10 Sebaran nilai kelimpahan setiap kelas perifiton pada rumpon kecil lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L1.

Gambar 11 Sebaran nilai kelimpahan setiap kelas perifiton pada rumpon kecil lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L2.

(13)

Dari gambar tersebut terlihat bahwa kelas perifiton yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi adalah Kelas Cyanophyceae pada rumpon besar lontar di lokasi L1, sedangkan di lokasi L2 kelas perifiton yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah kelas Bacillariophyceae terdapat pada rumpon besar lontar. Dengan demikian kelas periton yang memiliki nilai kepadatan dan kelimpahan tertinggi di lokasi L1 dan L2 di dominansi oleh Kelas Cyanophyceae dan Bacillariophhyceae.

4.3.1.3 Indeks Keragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) perifiton yang menempel pada atraktor rumpon

Nilai indeks H , E dan C merupakan suatu nilai yang memberikan gambaran tentang kondisi hubungan antara kelompok organisme digunakan untuk menilai kestabilan struktur komunitas organisme tersebut. Analisis nilai indeks H’, E dan C dilakukan juga untuk menilai kestabilan struktur komunita perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2. Hasil analisis nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan gewang di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 12.

Tabel 8 Nilai indeks Keragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan rumpon gewang di lokasi L1 dan L2

Lokasi No Jenis Rumpon H E C

1 Rumpon Kecil Lontar 0,993 0,791 0,125 2 Rumpon Besar Besar 0,883 0,545 0,276 L1

3 Rumpon Gewang 1,252 0,795 0,559

1 Rumpon Kecil Lontar 1,183 0,754 0,055 2 Rumpon Besar Besar 0,621 0,513 0,281 L2

3 Rumpon Gewang 1,226 0,738 0,094

Nilai indeks H , E dan C perifiton yang menempel pada rumpon kecil lontar lokasi L1 terdiri dari H = 0,993, E = 0,791 dan C = 0,125. Nilai ini

(14)

menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi stabil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya. Rumpon besar lontar lokasi L1 terdiri dari H = 0,883, E = 0,545 dan C = 0,276. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi labil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya, sedangkan pada rumpon gewang lokasi L1 terdiri dari H =1,251, E = 0,795 dan C = 0,559. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi slabil dan ada dominansi spesies di dalam komunitasnya.

Selanjutnya nilai indeks H , E dan C perifiton yang menempel pada rumpon kecil lontar lokasi L2 terdiri dari H =1,183, E = 0,754 dan C = 0,055. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi stabil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya. Rumpon besar lontar di lokasi L2 terdiri dari H = 0,621, E = 0,513 dan C = 0,281. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi labil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya, sedangkan pada rumpon gewang di lokasi L1 terdiri dari H =1,226, E = 0,738 dan C = 0,094. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi perifiton kecil, komunitas perifiton berada pada kondisi labil dan dominansi spesies rendah berarti tidak ada dominansi spesies perifiton tertentu di dalam komunitasnya.

Indeks keragaman (H’) perifiton pada rumpon gewang di lokasi L1 dan L2 lebih tinggi dibandingkan dengan rumpon lontar kecil dan lontar besar. Indeks Keseragaman (E) perifiton di lokasi L1 tertinggi pada rumpon gewang, sedangkan di lokasi L2 pada rumpon kecil lontar. Selanjutnya indeks dominansi (C) perifiton tertinggi pada rumpon gewang di lokasi L1. Berdasarkan kisaran nilai H’, E dan C dapat disimpulkan bahwa keragaman perifiton pada rumpon lontar dan rumpon gewang di lokasi L1 dan L2 umumnya rendah, komunitas perifiton berada pada kondisi labil sampai stabil dan tidak ada dominansi spesies di dalam komunitas perifiton.

(15)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 In d ek s H ', E d an C RKL1 RBL1 RG1 RKL2 RBL2 RG2 Jenis rumpon H' E C

4.3.1.4 Keterkaitan ikan karang dengan rumpon sebagai feeding ground Rumpon sebagai alat pengumpul ikan berfungsi sebagai sumber makan bagi ikan-ikan karang. Penelitian ini tidak membahas khusus tentang jenis-jenis makanan yang dimakan oleh ikan karang di rumpon. Namun dengan hadirnya perifiton di rumpon memacu ikan karang untuk berkumpul dan diduga makanan yang dimakan adalah perifiton. Perifiton yang menempel pada daun atraktor rumpon merupakan sumber makanan bagi ikan karang. Hadirnya ikan karang di rumpon tentu akan memanfaatkan sumber makanan tersebut. Kondisi ini menggambarkan suatu bentuk jaringan makanan (food web) yang terbentuk di rumpon dan menjadikan rumpon sebagai feeding ground bagi ikan-ikan karang.

Pada saat pengamatan lapangan terlihat beberapa jenis ikan karang begitu aktif mencari makan dan melakukan proses makan di rumpon seperti Chaetodon

kleinii, Zebrasoma sp, Scarus sp dan jenis ikan lainnya. Misalnya Chaetodon kleinii memperlihatkan tingkah laku dalam mencari makan di rumpon dengan

cara bergerak bola balik masuk keluar rumpon sambil mencicipi makanan yang terdapat di daun rumpon. Tingkah laku makan ini mengindikasikan jenis ikan karang tersebut hadir di rumpon dan memanfaatkan rumpon sebagai tempat mencari makan.

Gambar 12 Sebaran nilai indeks Keragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) perifiton di lokasi L1 dan L2.

(16)

Penelitian juga telah dilakukan oleh Saldika (2007) bersamaan dengan pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis makanan yang dimakan oleh ikan karang yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dengan menganalisis isi lambung ikan Epinepelus merra. Hasil analisis isi lambung membuktikan bahwa jenis-jenis makanan yang dimakan ikan Epinephelus merra yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon terdiri atas ikan, udang, cumi-umi dan kepiting.

Penelitian ini baru dilakukan pada salah satu jenis ikan karang tetapi untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang jenis-jenis makanan yang di makan oleh ikan karang yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Diharapkan kedepan melalui informasi penelitian yang akan dilakukan dapat menggambarkan secara lengkap jenis-jenis makanan yang terdapat di rumpon sebagai sumber makanan bagi ikan karang.

4.3.2 Keragaman taksa ikan karang

4.3.2.1 Keragaman taksa ikan karang di rumpon

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jenis-jenis ikan karang yang hadir di rumpon pada lokasi L1 dan L2 teramati pada pagi, siang dan sore hari berjumlah 62 spesies, 42 genus dan 22 famili (Tabel 9). Keragaman taksa pada setiap kelompok ikan karang yang hadir di rumpon disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 9 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di rumpon

Kelompok ikan Taksa RKL1 RBL1 RKL2 RBL2

Spesies 14 13 7 13 Genus 11 10 7 11 Famili Utama (Mayor) Famili 8 6 5 6 Spesies 14 8 6 8 Genus 13 5 5 8 Target Famili 8 3 2 7 Spesies 3 4 1 2 Genus 1 1 1 1 Indikator Famili 1 1 1 1 Spesies 1 0 0 0 Genus 1 0 0 0 Non Ikan Karang Famili 1 0 0 0

(17)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah spesies tertinggi pada kelompok famili utama (mayor) terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1. Jumlah genus tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1 dan rumpon besar lontar di lokasi L2, sedangkan jumlah famili tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1. Pada kelompok ikan target jumlah spesies, genus dan famili tertinggi terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1, dibandingkan dengan kelompok rumpon lainnya. Pada kelompok indikator spesies tertinggi terdapat pada rumpon besar lontar di lokasi L1 dan untuk genus dan famili semuanya sama. Pada kelompok non ikan karang spesies, genus dan famili hanya terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1, sedangkan lainnya tidak ada. Dari uraian tersebut terlihat bahwa keragaman taksa tertinggi baik spesies, genus maupun famili terdapat pada rumpon kecil lontar di lokasi L1. Sebaran keragaman taksa ikan karang yang hadir di rumpon disajikan pada Gambar 13 dan 14.

Sp esies

RKL1 Genus Famili Spesies

RBL1 Genus Famili

Famili Utama (Mayo r) Targ et Ind ikato r No n Ikan Karang 0 2 4 6 8 10 12 14 Ju ml ah ta k sa Jenis rumpon Kelompok ikan

Famili Utama (M ayo r) Targ et

Ind ikato r No n Ikan Karang

S pe sie s

RKL2 Ge nus Fa mili S pe sie s

RBL2 Ge nus Fa mili

Fa mili Ut a ma (Ma yor) Ta rge t Indika t or Non Ika n Ka ra ng 0 2 4 6 8 10 12 14 Ju m la h ta ks a Jenis rumpon Kelompok ikan

Famili Utama (Mayor) T arget

Indikator Non Ikan Karang

Gambar 13 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di rumpon di lokasi L1.

(18)

Secara rinci komposisi dan sebaran jenis ikan karang hadir di rumpon disajikan pada Lampiran 8. Dari data tersebut terlihat bahwa beberapa jenis ikan karang yang dominan hadir di sekitar rumpon baik rumpon kecil maupun rumpon besar di lokasi L1 dan L2 seperti Chromis margaritifer, Abudefduf bengalensis,

Chrysiptera rollandi dan Chaetodon kleinii. Selanjutnya yang menyebar sedang

seperti Chromis ovalis, Chrysiptera unimaculata, Sufflamen chrysopterus, Scarus

ghobban, Apogon kallopterus, Centropyge bicolor, Canthigaster valentini, Pterois volitans, Acanthurus nigricans, A. mata, Ctenochaetus striatus, Halichoeres scapularis, Epinephelus merra, Parupeneus bifasciatus, Lethrinus sp, Lutjanus sp

dan Chaetodon trifasciatus, sedangkan jenis ikan lainnya menyebar jarang. 4.3.2.2 Keragaman taksa ikan karang di bubu

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa keragaman taksa ikan karang yang hadir pada alat tangkap bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 teramati pada pagi, siang dan sore hari secara keseluruhan berjumlah 47 spesies, 34 genus dan 20 famili (Tabel 10). Keragaman taksa pada setiap kelompok ikan karang yang hadir di bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon deisajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 10 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di bubu. Kelompok ikan Taksa BRK1 BRB1 BTR1 BRK2 BRB2 BTR2 Spesies 7 12 5 8 7 6 Genus 7 9 4 7 6 5 Famili Utama (Mayor) Famili 4 4 3 5 4 3 Spesies 5 4 4 3 3 4 Genus 4 4 4 3 3 4 Target Famili 2 2 2 3 3 4 Spesies 1 1 1 1 2 3 Genus 1 1 1 1 1 1 Indikator Famili 1 1 1 1 1 1 Spesies 0 0 1 0 0 1 Genus 0 0 1 0 0 1 Non Ikan Karang Famili 0 0 1 0 0 1

Keterangan : BRK : Bubu rumpon kecil, BRB: Buburumpon besar, BTR: Bubu tanpa rumpon.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah spesies dan genus tertinggi terdapat pada kelompok famili utama (mayor) di bubu rumpon besar lokasi L1,

(19)

sedangkan jumlah famili tertinggi terdapat pada bubu rumpon kecil di lokasi L2. Pada kelompok ikan target jumlah spesies tertinggi terdapat pada bubu rumpon kecil di lokasi L1, sedangkan jumlah genus tertinggi masing-masing terdapat pada bubu rumpon kecil, bubu rumpon besar, bubu tanpa rumpon di lokasi L1 dan bubu tanpa rumpon di lokasi L2. Selanjutnya jumlah famili tertinggi terdapat pada bubu tanpa rumpon di lokasi L2 . Pada kelompok indikator spesies tertinggi terdapat pada bubu tanpa rumpon di lokasi L2, sedangkan untuk genus dan famili semuanya sama. Pada kelompok non ikan karang spesies, genus dan famili hanya terdapat pada bubu tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2, sedangkan lainnya tidak ada. Dari data tersebut terlihat bahwa keragaman taksa tertinggi baik spesies, genus maupun famili terdapat pada bubu rumpon besar di lokasi L1. Sebaran keragaman taksa ikan karang yang hadir di rumpon disajikan pada Gambar 15 dan 16.

S p e sie s

BRK1 Ge n us Fa mili S pe sie s

BRB1 Ge nus Fa mili S p e sie s

BTR1 Ge nus Fa mili

Famili Utama (Mayor ) Tar get

Indikator Non Ikan Kar ang 0 2 4 6 8 10 12 Ju m la h ta ks a Jenis bubu Ke lompok ikan

Famili Utama (M ayo r)

T arget Indikator Non Ikan Karang

Gambar 15 Keragaman taksa ikan karang yang hadir di bubu di lokasi L1.

S pe sie s

BRK2 Ge nus Fa mili S pe sie s

BRB2 Ge nus Fa mili S pe sie s

BTR2 Ge nus Fa mili

Famili Utama (Mayor ) Tar get

Indikator Non Ikan Kar ang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Ju m la h ta ks a

Keragaman taksa di bubu

Ke lompok ikan Fa m ili Uta m a (Ma yo r) Ta rge t Indika to r No n Ika n Ka ra ng

(20)

Secara rinci komposisi jenis dan sebaran ikan karang teramati pada pagi, siang dan sore hari disajikan pada Lampiran 9. Beberapa spesies ikan karang yang hadir dominan pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 sepeprti Apogon kallopterus dan Chaetodon kleinii. Selanjutnya yang menyebar sedang adalah Abudefduf bengalensis, Dascyllus

aruanus, Scarus ghobban, Ctenochaetus striatus, dan Acanthurus bariena,

sedangkan jenis ikan lainnya menyebar jarang. 4.3.3 Sebaran jenis dan jumlah ikan karang

4.3.3.1 Sebaran jenis dan jumlah ikan karang di rumpon

Jumlah ikan karang yang hadir di rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 teramati pada pagi, siang dan sore hari secara keseluruhan berjumlah 1190 individu (Lampiran 10). Pada rumpon lontar kecil di lokasi L1 sebanyak 387 individu, rumpon lontar besar sebanyak 396 individu. Selanjutnya jumlah ikan karang yang hadir di rumpon lontar kecil di lokasi L2 sebanyak 149 individu dan rumpon lontar besar sebanyak 407 individu.

Total jumlah individu setiap kelompok ikan karang yang hadir di sekitar rumpon disajikan pada Tabel 11. Jumlah kelompok ikan karang yang hadir terbanyak adalah kelompok famili utama (mayor), kemudian kelompok target dan indikator, dan paling rendah dari kelompok non ikan karang.

Tabel 11 Total jumlah individu setiap kelompok ikan karang yang hadir di sekitar rumpon Lokasi L1 L2 Kelompok Ikan RKL RBL RKL RBL Total Proporsi (%)

Famili utama (mayor) 182 320 121 302 925 78

Target 85 37 41 18 181 15

Indikator 11 21 4 47 83 7

Non ikan karang 1 0 0 0 1 < 1

Total 279 378 166 367 1190

(21)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 RKL RBL R um po n ke c il lo nt a r ( R KL) da n rum po n be sa r lo nt ar ( R B L) di lo k as i II P o macentridae Scaridae A pogo nidae P o macanthidae Ophicthidae Ephippididae Tetrao dontidae Sco rpaenidae Centriscidae Caesionidae A canthuridae Labridae Serranidae M ullidae Lethrinidae Lutjanidae Haemulidae Nemipteridae Chaeto do ntidae

Total individu ikan karang yang hadir di rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 dalam jumlah terbanyak adalah Abudefduf

bengalensis sebanyak 193 individu/m2, kemudian Apogon kallopterus sebanyak

151 individu/m2, dan diikuti oleh jenis ikan lain. Total jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 disajikan dalam Gambar 17 dan 18.

Gambar 17 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L1. 0 50 100 150 200 250 300 RKL RBL R um po n k e c il lo nt a r ( R KL) da n rum po n be s a r lo nt a r ( R B L) di lo k a s i I P o macentridae B alistidae Scaridae A po go nidae P o macanthidae Ephippididae Tetrao do ntidae Sco rpaenidae A canthuridae Siganidae Labridae Serranidae M ullidae Lethrinidae Lutjanidae Chaeto do ntidae Dasyatitidae

Gambar 18 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L2. 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 RKL RBL R um po n ke c il lo nt a r ( R KL) da n rum po n be sa r lo nt ar ( R B L) di lo k as i II P o macentridae Scaridae A pogo nidae P o macanthidae Ophicthidae Ephippididae Tetrao dontidae Sco rpaenidae Centriscidae Caesionidae A canthuridae Labridae Serranidae M ullidae Lethrinidae Lutjanidae Haemulidae Nemipteridae Chaeto do ntidae

Gambar 18 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L2.

(22)

Jumlah individu ikan karang yang hadir di rumpon besar lontar lebih banyak dibandingkan dengan rumpon kecil lontar. Perbedaan ini disebabkan karena bedanya dimensi rumpon, dimana rumpon ukuran besar tentu mempunyai daya tampung ikan karang berkumpul lebih banyak dibandingkan dengan rumpon ukuran kecil. Selain itu, ada beberapa jenis ikan karang biasanya hadir dalam jumlah besar seperti Chromis margaritifer, C. ovalis, Abudefduf bengalensis,

Apogon kallopterus, dan Pterocaesio diagramma.

4.3.3.2 Sebaran jenis dan jumlah ikan karang di bubu

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jenis-jenis ikan karang yang hadir pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2, teramati pada pagi, siang dan sore hari secara keseluruhan berjumlah 1230 individu (Lampiran 11). Jumlah ikan karang yang hadir di bubu rumpon kecil di lokasi L1 sebanyak 184 individu, bubu rumpon besar di lokasi L1 sebanyak 242 individu, dan bubu tanpa rumpon di lokasi L1 sebanyak 267 individu. Selanjutnya pada bubu rumpon kecil di lokasi L2 sebanyak 210 individu, bubu rumpon besar di lokasi L2 sebanyak 126 individu, dan bubu tanpa rumpon di lokasi L2 sebanyak 215 individu.

Total jumlah individu setiap kelompok ikan karang yang hadir di sekitar bubu di disajikan pada Tabel 12. Jumlah kelompok ikankarang yang hadir terbanyak adalah kelompok famili utama (mayor), kemudian kelompok target dan indikator, dan paling rendah dari kelompok non ikan karang.

Tabel 12 Total jumlah individu setiap kelompok ikan karang yang hadir di sekitar bubu Lokasi L1 L2 Kelompok Ikan BRK BRB BTR BRK BRB BTR Total Proporsi (%) Famili utama (mayor) 127 217 229 164 91 85 913 74 Target 49 16 15 26 7 113 226 18 Indikator 8 9 22 20 14 16 89 7 Non ikan karang 0 0 1 0 0 1 2 <1 Total 184 242 267 210 112 215 1230

Keterangan : BRK : Bubu Rumpon Kecil, BRB : Bubu Rumpon Besar, BTR : Bubu Tanpa Rumpon.

(23)

Total jumlah spesies ikan karang yang hadir di bubu rumpon kecil dan bubu rumpon besar di lokasi L1 dan L2 dalam jumlah terbanyak adalah Abudefduf

bengalensis sebanyak 346 individu/m2, kemudian Apogon kallopterus sebanyak 174 individu/m2, dan diikuti oleh jenis ikan lain. Total jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di bubu rumpon kecil, bubu rumpon besar dan bubu tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 disajikan dalam Gambar 19 dan 20.

0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 1 2 0 BRK BRB BT R

Bubu rum p o n k ecil (BRK ), bubu rum p o n besar (BRB) dan bubu t an p a rum p o n (BT R) di lo k asi II

Ju m la h in di v id u se tia p fa m il ii ka n ka ra ng P o ma c e nt rid a eA p o g o nid a e S c a rid a e B a lis t id a e S c o r p a e nid a e C a e s io nid a e A c a nt hur id a e La b rid a e Le t hrinid a e M ullid a e Ha e mulid a e N e mip t e rid a e S e rra nid a e C ha e t o d o nt id a e M ura e nid a e

Gambar 20 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L2.

0 50 100 150 200 250 BRK BRB BTR

Bubu rumpon kecil (BRK), bubu rumpon bes ar (BRB) dan bubu tanpa rumpon (BTR)

di lokasi I P omacentridae Apogonidae P omacanthidae Scaridae Holocentridae Malacanthidae Caesionidae Acanthuridae Labridae Siganidae Chaetodontidae Das yatitidae

Gambar 19 Sebaran jumlah individu setiap famili ikan karang yang hadir di sekitar bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1.

(24)

4.3.4 Indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di sekitar rumpon dan bubu

4.3.4.1 Rumpon

Nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar rumpon di lokasi L1 dan L2 disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 21.

Tabel 13 Nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar rumpon di lokasi L1 dan L2

Lokasi No Dimensi Rumpon H E C

1 Rumpon Kecil Lontar 0.861 0,723 0,168 L1

2 Rumpon Besar Lontar 1,010 0,803 0,147 1 Rumpon Kecil Lontar 0,734 0,656 0,281 L2

2 Rumpon Besar Lontar 1,032 0,781 0,175 Nilai Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di rumpon kecil lontar lokasi I terdiri dari nilai H = 0.861, E = 0,723, dan C = 0,168. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang

hadir di sekitar rumpon kecil lontar kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi labil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Pada rumpon besar lontar lokasi L1 terdiri dari nilai H = 1,010, E = 0,803, dan C = 0,147. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar rumpon besar lontar kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Selanjutnya nilai Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di rumpon kecil lontar lokasi L2 terdiri dari nilai H = 0,734, E = 0,656, dan C = 0, 281. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar rendah, komunitas ikan karang berada pada kondisi labil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Pada rumpon besar lontar lokasi L2 terdiri dari nilai H = 1,032, E = 0,781, dan C = 0,175.

(25)

Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar rumpon besar lontar kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa nilai Keragaman (H’) ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi I dan II tertinggi pada rumpon besar lontar baik di lokasi L1 dan L2, sedangkan nilai Keseragaman (E) tertinggi pada rumpon besar lontar baik di lokasi L1 maupun L2 dan nilai Dominansi (C) tertinngi pada rumpon kecil lontar di lokasi L2.

4.3.4.2 Bubu

Hasil analisis nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 secara rinci disajikan pada Tabel 14 dan Gambar 22.

Gambar 21 Sebaran nilai indeks Keragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di rumpon.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 In de ks H ', E da n C RKL1 RBL1 RKL2 RBL2 Jenis rumpon H' E C

(26)

Tabel 14 Nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar bubu di lokasi L1 dan L2

Lokasi No Alat Tangkap H E C

1 Bubu Rumpon Kecil 0,833 0,771 0,211 2 Bubu Rumpon Besar 1,013 0,901 0,126 L1

3 Bubu Tanpa Rumpon 0,445 0,428 0,573 1 Bubu Rumpon Kecil 0,661 0,637 0,309 2 Bubu Rumpon Besar 0,787 0,787 0,254 L2

3 Bubu Tanpa Rumpon 0,763 0,668 0,267 Nilai indeks Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil di lokasi L1 terdiri dari nilai H = 0,833, E = 0,771 dan C = 0,211. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil adalah kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Pada bubu rumpon besar di lokasi L1 terdiri dari nilai H = 1,013, E = 0,901 dan C = 0.126. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon besar rendah/kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah yang berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang, sedangkan bubu tanpa rumpon di lokasi L1 terdiri dari nilai H = 0,445, E = 0,428 dan C = 0,573. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu tanpa rumpon rendah, komunitas ikan karang berada pada kondisi labil dan dominansi sedang yang berarti ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang.

Selanjutnya nilai Keragaman (H ), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil di lokasi L2 terdiri dari nilai H = 0,661, E = 0,637 dan C = 0,309. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil rendah/kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi labil dan dominansi sedang yang berarti ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang. Pada

(27)

bubu rumpon besar di lokasi L2 terdiri dari nilai H = 0,787, E = 0,787 dan C = 0,254. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon besar kecil, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi rendah yang berarti tidak ada dominansi spesies ikan tertentu di dalam komunitas ikan karang, sedangkan pada bubu yang dioperasikan tanpa rumpon di lokasi L2 terdiri dari nilai H = 0,767, E = 0,668 dan C = 0,267. Nilai ini menunjukkan bahwa keragaman populasi ikan karang yang hadir di sekitar bubu tanpa rumpon rendah, komunitas ikan karang berada pada kondisi stabil dan dominansi sedang yang berarti ada dominansi spesies ikan tertentu didalam komunitas ikan karang.

Dari data tersebut terlihat bahwa nilai Keragaman (H’) ikan karang pada bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 tertinggi pada bubu rumpon besar di lokasi L1, sedangkan nilai Keseragaman (E) ikan karang tertinggi pada bubu rumpon besar di lokasi L1 dan nilai Dominansi (C) tertinggi pada bubu tanpa rumpon di lokasi L1.

4.3.5 Jarak ikan karang di sekitar rumpon dan bubu 4.3.5.1 Jarak ikan karang di sekitar rumpon

Jarak setiap spesies ikan karang terhadap rumpon di lokasi L1 dan L2 berbeda-beda menurut jenis ikan (Tabel 15). Jumlah ikan karang yang hadir

Gambar 22 Sebaran nilai indeks Keragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) ikan karang di bubu.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 In de ks H ', E da n C BRK1 BRB1 BTR1 BRK2 BRB2 BTR2 Jenis bubu H' E C

(28)

di sekitar rumpon kecil lontar lokasi L1 sebanyak 29 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 19 spesies (66%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan rumpon. Pada rumpon besar lontar lokasi L1 jumlah ikan karang yang hadir sebanyak 27 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 14 spesies (52%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan rumpon.

Tabel 15 Proporsi jarak (radius) setiap spesies ikan karang terhadap rumpon di lokasi L1 dan L2

Jenis

rumpon Rumpon Lokasi Jarak (m) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%)

0 - 2 Chromis margaritifer, Chrysiptera

rollandi, C. parasema, S. ghobban, Apogon kallopterus, Pomacentrus nigromanus, Platax sp, Pseudochromis sp, Petrois volitans, Acanthurus nigricans, A. mata, Zanclus cornutus, Zebrasoma flaviscens, Bonianus ginulatus, Halichoeres scapularis, Thalassoma lunare, Parupeneus bifasciatus, C. kleinii dan C. trifasciatus

19 66

2 - 5 Abudefduf bengalensis, Melichtys vidua,

Scarus sodidus, Ctenochaetus striatus, Naso caeruleocanda, Heniochus acuminatus, Epinephelus merra, Lethrinus sp, Lutjanus sp, dan Chaetodon melanotus

10 34

> 5 - -

-RKL L1

Total 29

0 - 2 Chromis lepidolepis, C. ovalis,

Chrysiptera rollandi, C. unimaculata, Amphiprion sp, Sufflamen chrysopterus, Apogon bandanensis, Canthigaster valentini, Zanclus cornutus, Hologymnosus doliatus, Cheilinus trilobatus, Pseudonthias dispar, Epinephelus merra dan Chaetodon kleinii

14 52

2 - 5 Chromis margaritifer, Abudefduf

bengalensis, Balistapus undulatus, Scarus ghobban, S. bleekeri, Siganus corallinus, Acanthurus pyroferus, A. mata, A. bariena, Ctenochaetus striatus, Chaetodon meyeri, dan C. baronessa

12 44

> 5 Chaetodon trifasciatus 1 4

RBL

(29)

Tabel 15 (Lanjutan) Jenis rumpon Lokasi Rumpon Jarak (m)

Jenis ikan Jumlah Proporsi (%)

0 - 2 Chromis margaritifer, Chrysiptera

rollandi, Rinecanthus sp, Scarus ghobban, Apogon kallopterus, Myrichtys colubrinus, Pterois volitans, A. nigricans, Zanclus sp, Ctenochaetus striatus, dan Chaetodon kleinii

11 73

2 - 5 Apogon bengalensis, Acanthurus mata,

Lethrinus sp, dan Lutjanus sp 4 27

> 5 - -

-RKL L2

Total 15

0 - 2 Chromis ovalis, Chrysipetra rollandi,

C. unimaculata, Dascyllus aruanus, Sufflamen chrysopterus, Apogon kallopterus, Centropyge tibicens, C.bicolor, Genicanthus melanospilos, Canthigaster valentini, Aeoliscus strigatus, Acanthurus triotegus, Halichoeres scapularis, Hemigymnus fasciatus, Parupeneus bifasciatus, Diagramma pictum, Chaetodon kleinii,

dan C. adiergastos

18 75

2 – 5 Chromis margaritifer, Abudefduf

bengalensis, Pterocaesio diagramma,

dan Scolopsis margaritifer

4 17

> 5 Epinephelus tauvina, dan Lutjanus

decussatus

2 9

BL

Total 24 Keterangan : RKL : Rumpon Kecil Lontar; RBL : Rumpon Besar Lontar.

Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di rumpon kecil lontar lokasi L2 sebanyak 15 spesies. Dari total tersebut ada 11 spesies (73%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan rumpon. Pada rumpon besar lontar lokasi L2 jumlah ikan karang yang hadir sebanyak 24 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 18 spesies (75%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan rumpon.

Jarak ikan karang terhadap rumpon kecil lontar dan rumpon besar lontar di lokasi L1 dan L2 umumnya berada antara 0 – 2 m dengan rumpon. Perbedaan ini karena setiap jenis ikan karang menyebar pada lapisan kedalaman (swimming

layer) berbeda-beda ada di lapisan atas, pertengahan dan di dasar perairan.

Ilustrasi jarak (radius) ikan karang terhadap rumpon dapat di lihat pada Gambar 23.

(30)

4.3.5.2 Jarak ikan karang di sekitar alat tangkap bubu

Jarak setiap spesies ikan karang terhadap bubu di lokasi L1 dan L2 berbeda-beda menurut jenis ikan (Tabel 16). Jumlah ikan karang yang hadir di sekitar bubu rumpon kecil lokasi L1 sebanyak 13 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 8 spesises (62%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan bubu. Pada bubu rumpon besar lokasi L1 jumlah ikan karang yang hadir sebanyak 16 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 10 spesies (63%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan bubu. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu tanpa rumpon lokasi L1 sebanyak 11 spesies. Dari total spesies tersebut ada 6 spesies (65%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan bubu.

Gambar 23 Zonasi jarak (radius) ikan karang terhadap rumpon.

Chaetodon trifasciatus, Epinephelus tauvina,

dan Lutjanus decussatus

Chromis margaritifer, Chrysiptera rollandi, C. parasema, S. ghobban, Apogon kallopterus, Pomacentrus nigromanus, Platax sp, Pseudochromis sp, Petrois volitans, Acanthurus nigricans, A. mata, Zanclus cornutus, Zebrasoma flaviscens, Bonianus ginulatus, Halichoeres scapularis, Thalassoma lunare, Parupeneus bifasciatus, C. kleinii dan C. trifasciatus. Chromis lepidolepis, C. ovalis, Chrysiptera rollandi, C. unimaculata, Amphiprion sp, Sufflamen chrysopterus, Apogon bandanensis, Canthigaster valentini, Zanclus cornutus, Hologymnosus doliatus, Cheilinus trilobatus, Pseudonthias dispar, Epinephelus merra dan Chaetodon kleinii. C. adiergasto, Chromis margaritifer, Chrysiptera rollandi, Rinecanthus sp, Scarus ghobban, Apogon kallopterus, Myrichtys colubrinus, Pterois volitans, Zanclus sp, Ctenochaetus striatus, C. unimaculata, Dascyllus aruanus, Sufflamen chrysopterus, Centropyge tibicens, C.bicolor, Genicanthus melanospilos, Aeoliscus strigatus, Acanthurus triotegus, Halichoeres scapularis, Hemigymnus fasciatus, Parupeneus bifasciatus, dan

Diagramma pictum

Abudefduf bengalensis, Melichtys vidua, Scarus sodidus, Ctenochaetus striatus, Naso

caeruleocanda, Heniochus acuminatus, Epinephelus merra, Lethrinus sp, Lutjanus sp,

dan Chaetodon melanotus.Chromis margaritifer, Balistapus undulatus, Scarus ghobban, S. bleekeri, Siganus corallinus, Acanthurus pyroferus, A. mata, A. bariena, Chaetodon meyeri, dan C. baronessaApogon bengalensis, Lethrinus sp, dan Lutjanus sp Chromis margaritifer, Pterocaesio

diagramma, dan Scolopsis margaritifer R = 0 – 2m

R = > 5 m

(31)

Tabel 16 Proporsi jarak (radius) setiap spesies ikan karang terhadap bubu di lokasi L1 dan L2

Kelompok

Bubu Lokasi Bubu Jarak (m) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%)

0 – 2 Chromis lepidolepis, Stegastes

fasciolatus, Apogon kallopterus, Scaus ghobban, Malacanhus sp, Ctenochaetus striatus, Acanthurus bariena dan Chaetodon kleinii

8 62

2 – 5 Abudefduf bengalensis, Dascyllus

aruanus, Thalassoma lunare, dan Labroides bicolor 4 31 > 5 Acanthurus mata 1 7 BRK L1 Total 13 BRB 0 – 2 Chromis lepidolepis, C.

margaritifer, Chrysipetra rollandi, Apogon kallopteus, Centropyge tibicens, Pomacanthus acanthops, Ctenochaetus striatus, Hemigymnus melapterus, Hologymnosus doliatus

dan Chaetodon kleinii.

10 63

2 – 5 Abudefduf bengalensis, Dascyllus

aruanus, Chromis ovalis, Scarus ghobban, Pterocaesio lativittata,

dan Acanthurus mata

6 38

> 5 - -

-Total 16

BTR L1 0 – 2 Abudefduf bengalensis, Chromis

demidiata, Apogon kallopterus, A. aureus, Ctenochaetus striatus, dan Chaetodon kleinii

6 65

2 – 5 Myripristis sp, Acanthurus mata,

Naso tuberosus, Siganus corallinus,

dan Himantura uarnak

5 45

> 5

-Total 11

0 – 2 Abudefduf bengalensis, Dascyllus

aruanus, Chromis margaritifer, Scarus ghobban, S. bleekeri, Rhinecanthus sp, Halichoeres ornattisimus, Parupeneus multifasciatus dan Chaetodon kleinii

9 75

2 – 5 Apogon kallopterus, Pterois

volitans, dan Epinephelus merra 3 25

> 5 -

-BRK L2

(32)

Tabel 16 (lanjutan)

Kelompok

Bubu Lokasi Bubu Jarak (m) Jenis ikan Jumlah Proporsi (%)

0 – 2 Chrysipetra talboti,

Amblyglyphidodon curacao, A. bandanensis, Lethrinus lentjam, Parupeneus multifasciatus, Chaetodon robustus dan Gymnothorax javanicus

7 50

2 – 5 Chromis ovalis, Apogon

kallopterus, Caesio terres, Chaetodon kleinii dan C. meyeri

5 36

> 5 Ctenochaetus striatus, dan

Pentapodus caninus 2 14 BRB L2 Total 14 BTR L2 0 – 2 Chrysiptera talboti, Amblyglyphidodon curacao, Apogon kallopterus, A. bandanensis, Ctenohaetus striatus, Letrhrinus lentjam, Parupeneus multifasciatus, C. robustus dan Gymnothorax javanicus

9 64

2 – 5 Chromis ovalis, Caesio terres,

Chaetodon kleinii, dan C. meyeri 4 29

> 5 Pentapodus caninus 1 7

14 Keterangan : BRK : Bubu Rumpon Kecil, BRB : Bubu Rumpon Besar.

Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu rumpon kecil lokasi L2 sebanyak 12 spesies. Dari total tersebut ada 9 spesies (75%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan bubu. Pada bubu rumpon besar lokasi L2 jumlah ikan karang yang hadir sebanyak 14 spesies. Dari total jumlah tersebut ada 7 spesies (50%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan bubu. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu tanpa rumpon lokasi L2 sebanyak 14 spesies. Dari total spesies tersebut ada 9 spesies (64%) berada pada jarak 0 – 2 m dengan bubu.

Jarak ikan karang terhadap bubu di lokasi L1 dan L2 umumnya berada antara 0 – 2 m dengan bubu. Perbedaan ini karena setiap jenis ikan karang menyebar pada lapisan kedalaman (swimming layer) berbeda-beda ada di lapisan atas, pertengahan dan di dasar perairan. Ilustrasi jarak (radius) ikan karang terhadap bubu disajikan pada Gambar 24.

(33)

4.3.6 Lama waktu ikan karang di rumpon dan bubu 4.3.6.1 Lama waktu ikan karang di rumpon

Jumlah spesies ikan karang yang hadir di rumpon lokasi L1 paling banyak pada pengamatan pagi hari sebanyak 36 spesies, siang hari 4 spesies dan sore hari 21 spesies. Selanjutnya jumlah spesies ikan karang yang hadir di rumpon lokasi L2 paling banyak pada pengamatan pagi hari sebanyak 22 spesies, siang hari 5 spesies dan sore hari 9 spesies.

Jenis ikan karang hadir di rumpon lokasi L1 dan L2 paling banyak pada pagi hari, dibandingkan siang dan sore hari. Jenis ikan yang umum hadir pada pagi, siang dan sore hari di rumpon adalah Chromis margaritifer, Apogon

kallopterus, dan Chaetodon kleinii.

Spesies ikan karang hadir paling banyak sesuai waktu pengamatan umumnya pada pagi hari, sedangkan siang dan sore hari berkurang karena setelah jam 11.00 siang sampai sore kondisi perairan berubah karena angin menyebabkan

Gambar 24 Zonasi jarak (radius) ikan karang terhadap bubu.

Acanthurus mata Ctenochaetus striatus, dan Pentapodus caninus,

Abudefduf bengalensis, Dascyllus aruanus, Thalassoma lunare, dan Labroides bicolor ,Chromis ovalis, Scarus ghobban, Pterocaesio lativittata, dan Acanthurus mata Myripristis sp, , Naso tuberosus, Siganus corallinus, dan Himantura uarnak Apogon kallopterus, Pterois volitans, dan Epinephelus merra, Apogon kallopterus, Caesio terres, Chaetodon kleinii, C. meyeri dan Pentapodus caninus.

Chromis lepidolepis, Stegastes fasciolatus, Apogon kallopterus, A.bandanensis, Scaus ghobban, Malacanhus sp, Ctenochaetus striatus, Acanthurus bariena, Chaetodon kleinii, C. margaritifer, Chrysipetra rollandi, Centropyge tibicens, Pomacanthus acanthops, Hemigymnus melapterus, Hologymnosus doliatus ,Chaetodon kleinii, Abudefduf bengalensis, Chromis demidiata, A. aureus, Dascyllus aruanus, Chromis margaritifer, S. bleekeri, Rhinecanthus sp,Halichoeres ornattisimus, Parupeneus multifasciatus, Chrysipetra talboti, Amblyglyphidodon curacao, Lethrinus lentjam, Parupeneus multifasciatus, Chaetodon robustus, Gymnothorax javanicus Chrysiptera talboti, Ctenohaetus striatus, Letrhrinus lentjam, dan C. robustus

R = 2 – 5 m R = > 5 m

(34)

terjadi gelombang dan arus. Pada kondisi ini ikan-ikan mencari tempat untuk berlindung baik di rumpon maupun di terumbu karang. Penyebaran ikan ke tempat persembunyian menyebabkan kehadiran ikan pada siang dan sore hari berkurang di rumpon.

Lama waktu setiap spesies ikan karang hadir di sekitar rumpon di lokasi L1 dan L2 berbeda-beda menurut jenis ikan. Pengelompokkan ikan karang berdasarkan lama waktu hadir di sekitar rumpon dibagi dalam tiga kategori antara lain : 0 – 10 menit, 10 – 30 menit dan >30 menit (Tabel 17). Jenis ikan karang yang hadir di rumpon kecil lontar lokasi L1 sebanyak 29 spesies ternyata 13 spesies (45%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 9 spesies (31%) dengan lama waktu antara 0 – 10 menit dan 7 spesies (24%) dengan lama waktu 10 – 30 menit. Pada rumpon besar lontar di lokasi L1 jumlah ikan yang hadir sebanyak 27 speses ternyata 12 spesies (44%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 9 spesies (33%) dengan lama waktu 10 – 30 menit dan 6 spesies (22%) dengan lama waktu 0 – 10 menit.

Selanjutnya jumlah ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil lontar lokasi L2 sebanyak 15 spesies ternyata 7 spesies (47%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 7 spesies (47%) dengan lama waktu 0 – 10 menit, dan 1 spesies (7%) dengan lama waktu 10 – 10 menit. Pada rumpon besar lontar di lokasi L2 jumlah ikan yang hadir sebanyak 24 speses ternyata 14 spesies (58%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 5 spesies (21%) dengan lama waktu 10 – 30 menit dan 5 spesies (21%) dengan lama waktu 0 – 10 menit.

(35)

Tabel 17 Proporsi lama waktu setiap spesies ikan karang yang hadir di sekitar rumpon di lokasi L1 dan L2

Kelompok

Rumpon waktu Lama

(menit)

Jenis ikan Jumlah Proporsi

(%)

0 – 10 Melichty vidua, , Scarus sodidus, S.

ghobban, Pseudochromis sp, Acanthurus nigricans, Zanclus cornutus, Heniochus acuminatus, Bonianus ginulatus, dan Lethrinus sp

9 31

10- 30 Platax sp, Petrois volitans, A. mata, Naso

caeruleocanda, Thalassoma lunare, Epinephelus merra, dan Lutjanus sp,

7 24

> 30 Chromis margaritifer, Chrysiptera

rollandi, C. parasema, Apogon kallopterus, Pomacentrus nigromanus, Zebrasoma flaviscens, Halichoeres scapularis, Parupeneus bifasciatus, C. kleinii, C. trifasciatus. Abudefduf bengalensis, Ctenochaetus striatus, dan Chaetodon melanotus

13 45 RKL 1

Total 29

RBL 1 0 – 10 Amphiprion sp, Balistapus undulatus,

Canthigaster valentini, Acanthurus pyroferus, A. bariena, dan Zanclus cornutus,

6 22

10- 30 Sufflamen chrysoptrus, Scarus ghobban,

S. bleekeri, Hologymnosus doliatus, Cheilinus trilobatus, Pseudonthias dispar, Epinephelus merra, Chaetodon meyeri,

dan C. baronessa

9 33

> 30 Chromis lepidolepis, C. ovalis,

Chrysiptera rollandi, C. unimaculata, Apogon bandanensis, Chaetodon kleinii, Chaetodon trifasciatus, Chromis margaritifer, Abudefduf bengalensis, Siganus corallinus, A. mata, dan Ctenochaetus striatus

12 44

27

0 – 10 Rinecanthus sp, Scarus ghobban,

Myrichtys colubrinus, Pterois volitans, A. nigricans, Zanclus sp, dan Lethrinus sp

7 47

10- 30 Lutjanus sp 1 67

RKL 2

> 30 Chromis margaritifer, Chrysiptera

rollandi, Apogon kallopterus, Ctenochaetus striatus, Chaetodon kleinii, Apogon bengalensis, dan Acanthurus mata

7 47

(36)

Tabel 17 (Lanjutan) Kelompok Rumpon Lama waktu (menit)

Jenis ikan Jumlah Proporsi

(%)

0 – 10 Sufflamen chrysopterus, Genicanthus

melanospilos, Canthigaster valentini, Pterocaesio diagramma, dan Parupeneus bifasciatus,

5 21

10- 30 Centropyge tibicens, C.bicolor,

Epinephelus tauvina, Lutjanus decussatus,

dan C. adiergastos

5 21

RBL 2

> 30 Chromis ovalis, Chrysipetra rollandi, C.

unimaculata, Dascyllus aruanus, Apogon kallopterus, Chromis margaritifer, Abudefduf bengalensis, Aeoliscus strigatus, Acanthurus triotegus, Halichoeres scapularis, Hemigymnus fasciatus, Diagramma pictum, Scolopsis margaritifer, dan Chaetodon kleinii

14 58

Total 24 Keterangan : RKL : Rumpon Kecil Lontar; RBL : Rumpon Besar Lontar.

Spesies ikan karang yang hadir di sekitar rumpon umumnya berada dengan lama waktu >30 menit, kemudian antara 0 – 10 menit dan terendah antara 10 – 30 menit. Berdasarkan lama waktu ikan hadir di sekitar rumpon terlihat bahwa ikan-ikan karang yang hadir di sekitar rumpon lebih banyak bersifat menetap (resident) dengan lama waktu > 30 menit menggunakan rumpon sebagai tempat berlindung dan mencari makan, sedangkan sebagian kecil hanya singgah sebentar (transient) dengan lama waktu 10 - 30 menit dan numpang lewat langsung pergi (visitor) dengan lama waktu 0 – 10 menit.

4.3.6.2 Lama waktu ikan karang di bubu

Jumlah spesies ikan karang yang hadir di bubu di lokasi L1 paling banyak pada pengamatan pagi hari sebanyak 20 spesies, siang hari 11 spesies dan sore hari 6 spesies. Selanjutnya jumlah spesies ikan karang yang hadir di bubu di lokasi L2 paling banyak pada pengamatan pagi hari sebanyak 19 spesies, siang hari 9 spesies dan sore hari 8 spesies.

Jenis-jenis ikan karang yang teramati mempunyai aktivitas pada pagi, siang dan sore hari berbeda-beda. Jenis ikan karang yang hadir secara merata pada waktu pagi, siang maupun sore hari adalah Dascyllus aruanus, Chromis

(37)

Spesies ikan karang yang hadir paling banyak di bubu sesuai waktu pengamatan umumnya pada pagi hari, sedangkan siang dan sore hari berkurang karena setelah jam 11.00 siang sampai sore kondisi perairan berubah karena angin menyebabkan terjadi gelombang dan arus. Pada kondisi ini ikan-ikan terpencar mencari tempat untuk berlindung/bersembunyi baik di bubu maupun di terumbu karang. Penyebaran ikan ketempat persembunyian menyebabkan kehadiran ikan pada siang dan sore hari berkurang di bubu.

Lama waktu setiap spesies ikan karang hadir di sekitar alat tangkap bubu di lokasi L1 dan L2 berbeda-beda menurut jenis ikan. Pengelompokkan ikan karang berdasarkan lama waktu hadir di sekitar bubu dibagi dalam tiga kategori antara lain : 0 – 10 menit, 10 – 30 menit dan >30 menit (Tabel 18). Jenis ikan karang yang hadir di bubu rumpon kecil di lokasi L1 sebanyak 13 spesies ternyata 9 spesies (69%) berada di sekitar bubu dengan lama waktu > 30 menit, 1 spesies (8%) dengan lama waktu 10 – 30 menit dan 3 spesies (23%) dengan lama waktu antara 0 – 10 menit. Pada bubu rumpon besar di lokasi L1 jumlah ikan hadir sebanyak 16 spesies ternyata 10 spesies (63%) berada di sekitar bubu dengan lama waktu >30 menit, kemudian 4 spesies (25%) dengan lama waktu 10 – 30 menit dan 2 spesies (13%) dengan lama waktu 0 – 10 menit. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu tanpa rumpon di lokasi L1 sebanyak 11 spesies ternyata 5 spesies (45%) berada di sekitar bubu dengan lama waktu > 30 menit, kemudian lama waktu 10 – 30 menit kosong dan 6 spesies (65%) dengan lama waktu 0 – 10 menit.

Selanjutnya jumlah ikan karang yang hadir di sekitar rumpon kecil di lokasi L2 sebanyak 12 spesies ternyata 7 spesies (58%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 5 spesies (42%) dengan lama waktu 0 – 10 menit, dan pada lama waktu 10 – 10 menit tidak ada. Pada bubu rumpon besar di lokasi L2 jumlah ikan yang hadir sebanyak 14 spesies ternyata spesies (57%) berada di sekitar rumpon dengan lama waktu > 30 menit, kemudian 5 spesies (36%) dengan lama waktu 10 – 30 menit dan 1 spesies (7%) dengan lama waktu 0 – 10 menit. Selanjutnya jumlah ikan yang hadir di bubu tanpa rumpon di lokasi L2 sebanyak 14 spesies ternyata 9 spesies (64%) berada di sekitar bubu dengan

Gambar

Gambar 7  Keragaman taksa  perifiton pada atraktor rumpon lontar  dan gewang di lokasi L1 dan L2
Gambar 9   Sebaran nilai kepadatan setiap kelas  perifiton pada rumpon kecil  lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L2
Gambar 10  Sebaran nilai kelimpahan setiap kelas  perifiton pada rumpon kecil  lontar, rumpon besar lontar dan rumpon gewang di lokasi L1
Tabel 8  Nilai indeks Keragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C)   perifiton yang menempel pada atraktor rumpon lontar dan rumpon  gewang di lokasi L1 dan L2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan jika dilihat dari persentase rata-rata biaya bedah terhadap rata-rata biaya total berkisar antara 56,31% sampai dengan 59,35%, tetapi jika dilihat dari

Pada tahap ini, yang dilakukan adalah pengguna memasukkan string yang akan dicari, kemudian menyimpan data yang dimasukkan ke database, kemudian database membaca seluruh data

Penelitian aplikasi search engine berbasis semantic web menggunakan algoritma Rabin Karp pada tanaman di Indonesia ini memberikan kemudahan untuk penggunanya, yaitu dengan

pendidikan kesenian yaitu Akademi Seni Rupa, Akademi Teater, Akademi Musik, Akademi Tari dan setahun kemudian Akademi Sinematografi. Lembaga Pendidkan Kesenian Jakarta merupakan

Ciri-ciri pendekatan sosiologi dalam studi agama termasuk hukum dan hukum Islam adalah; bersumber pada dalil-dalil al-Quran dan hadis sebagai sumber normatif, adanya

Begitu juga pada saat menjelang hari Raya Natal bagi umat Kristen, para penduduk Dusun Balun Khususnya bergotong royong untuk membersihkan makam khusus Kristen tanpa adanya

PT Henan Putihrai Sekuritas tidak akan bertanggung jawab atas setiap kehilangan dan/atau kerusakan yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh laporan ini atau

Hasil uji klinis efek echinacea terhadap penurunan nyeri gigi pada anak terlihat pada tabel 2 yang menunjukkan bahwa 14 anak pada kelompok uji masih merasakan nyeri