• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Tingkat Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Setelah CBIA

C. Tingkat Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Setelah CBIA Tingkat pengetahuan dan sikap dilakukan 3 kali pengukuran yaitu post 1-CBIA, post 2-CBIA dan post 3- CBIA sedangkan aspek tindakan dilakukan 2 kali pengukuran yaitu post 2-CBIA dan post 3-CBIA. Pemberian kuesioner aspek tindakan post 1-CBIA tidak diberikan karena sudah diberikan sebelum CBIA dan dapat dipastikan bahwa jawaban akan sama dengan sebelum diberikan CBIA. Fokus penelitian yang digunakan peneliti dalam pembahasan ini yaitu dilihat pada kategori baik.

Pada post 1-CBIA aspek pengetahuan jumlah responden dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 32 responden (97%) dan jumlah responden dengan kategori pengetahuan sedang 1 responden (3%), dan tidak terdapat responden dengan kategori pengetahuan buruk. Berdasarkan data penelitian yang telah didapat maka dapat dilihat perbandingan pre-CBIA dan post 1-CBIA

39.40% 21.20% 15.20% 57.60% 78.80% 30.30% 3.00% 0% 54.50% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% Jumlah Responden Aspek Pengetahuan Jumlah Responden Aspek Sikap Jumlah Responden Aspek Tindakan

menunjukkan jumlah responden dengan kategori pengetahuan baik dari 39,4% menjadi 97%, jumlah responden dengan kategori pengetahuan sedang dari 57,6% menjadi 3%, jumlah responden dengan kategori pengetahuan buruk dari 3% menjadi 0% maka secara keseluruhan berdasarkan tingkatan pengetahuan jumlah responden mengalami peningkatan dengan adanya edukasi dengan metode CBIA. Pernyataan ini tidak didukung dengan adanya hasil uji statistik yang menunjukkan p>0,05 yaitu 0,09 maka terjadi peningkatan pengetahuan responden yang tidak signifikan.

Hasil penelitian aspek pengetahuan yang didapat pada post 2-CBIA semua responden mempunyai kategori pengetahuan baik sebanyak 33 responden (100%). Jika antara pre-CBIA dan post 2-CBIA dibandingkan menunjukkan hasil bahwa jumlah responden kategori pengetahuan baik dari 39,4% menjadi 100%, jumlah responden kategori pengetahuan sedang dari 57,6% menjadi 0%, dan jumlah responden kategori pengetahuan buruk dari 3% menjadi 0% sehingga secara keseluruhan responden mengalami peningkatan pengetahuan yang signifikan dan hal ini juga ditunjang dengan adanya hasil uji statistik yang didapat yaitu p=0,00. Peningkatan pengetahuan terjadi karena adanya edukasi dengan metode CBIA tentang diabetes melitus (Hartayu, 2012).

Hasil penelitian aspek pengetahuan yang diperoleh pada post 3-CBIA menunjukkan bahwa jumlah responden dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 33 responden (100%). Apabila dilakukan perbandingan pre-CBIA dan post 3-CBIA menunjukkan jumlah responden kategori pengetahuan baik dari 39,4 % menjadi 100%, jumlah responden kategori pengetahuan sedang dari 57,6%

menjadi 0%, dan jumlah responden kategori pengetahuan buruk dari 3% menjadi 0%. Jumlah responden kategori pengetahuan sedang dan buruk mengalami penurunan kemungkinan karena jumlah responden tersebut menjadi kategori pengetahuan baik. Kemudian dilakukan uji statistik maka hasil menunjukkan p<0,05 sehingga secara keselurahan responden mengalami peningkatan pengetahuan secara signifikan. Terjadinya peningkatan pengetahuan dikarenakan adanya edukasi dengan metode CBIA efektif dalam meningkatkan pengetahuan respoden (Hartayu, 2012).

Kuesioner posttest aspek sikap terdiri dari 15 pertanyaan. Data penelitian aspek sikap mengenai post 1-CBIA terlihat bahwa jumlah responden dengan kategori sikap baik sebanyak 25 responden (75,8%), jumlah responden dengan kategori sikap sedang sebanyak 8 responden (24,2%), dan tidak ada responden dengan kategori sikap rendah. Data penelitian yang didapat dibandingkan antara pre-CBIA dan post 1-CBIA maka jumlah responden dengan kategori sikap baik dari 21,2% menjadi 75,8% dan jumlah responden dengan kategori sikap sedang dari 78,8% menjadi 24,2%. Berdasarkan data penelitian tersebut secara keseluruhan mengalami peningkatan sikap secara signifikan yang didukung dengan uji statistik yaitu p=0,00. Peningkatan ini kemungkinan dikarenakan salah satu faktor yang menyebabkan perubahan sikap yaitu tingkat pengetahuan (Triastuti, 2010).

Hasil penelitian yang didapat pada post 2-CBIA aspek sikap menunjukkan bahwa jumlah responden dengan kategori sikap baik sebanyak 33 responden (100%) serta tidak ada responden dengan kategori sikap sedang dan

buruk. Setelah itu dilakukan perbandingan antara pre-CBIA dan post 2-CBIA menunjukkan jumlah responden dengan kategori sikap baik dari 21,2% menjadi 100% dan jumlah responden dengan kategori sikap sedang dari 78,8% menjadi 0% (p=0,00) sehingga secara keseluruhan mengalami peningkatan sikap secara signifikan. Peningkatan ini kemungkinan dikarenakan salah satu faktor yang menyebabkan perubahan sikap yaitu tingkat pengetahuan (Triastuti, 2010).

Pada post 3-CBIA aspek sikap menunjukkan bahwa jumlah responden dengan kategori sikap baik sebanyak 30 responden (90,9%) dan jumlah responden dengan kategori sikap sedang sebanyak 3 responden (9,1%) dan tidak terdapat responden dengan kategori sikap buruk. Jika antara pre-CBIA dan post 3-CBIA dilakukan perbandingan menunjukkan bahwa jumlah responden dengan kategori sikap baik dari 21,2% menjadi 90,9% dan jumlah responden dengan kategori sikap sedang dari 78,8% menjadi 9,1%. Hasil penelitian yang didapat kemudian dianalisis dengan statistik dan hasilnya menunjukkan p <0,05. Dari hasil penelitian tersebut secara keseluruhan terdapat peningkatan sikap secara signifikan. Peningkatan ini kemungkinan dikarenakan salah satu faktor yang menyebabkan perubahan sikap yaitu tingkat pengetahuan (Triastuti, 2010).

Kuesioner posttest aspek tindakan terdiri dari 14 pertanyaan. Hasil penelitian yang didapat dari kuesioner aspek tindakan post 2-CBIA terdapat jumlah responden dengan kategori tindakan baik sebanyak 16 responden (48,5%), jumlah responden dengan kategori tindakan sedang sebanyak 4 responden (12,1%) serta jumlah responden dengan kategori tindakan buruk sebanyak 13 responden (39,4%). Data penelitian yang didapatkan kemudian dibandingkan

antara pre-CBIA dan post 2-CBIA menunjukkan jumlah responden dengan kategori tindakan baik dari 15,2% menjadi 48,5%, jumlah responden dengan kategori sedang dari 30,3% menjadi 12,1%, jumlah responden dengan kategori buruk dari 54,5% menjadi 39,4%. Berdasarkan hasil penelitian maka terjadi peningkatan tindakan responden. Adanya edukasi berupa metode CBIA dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap respoden sehingga menimbulkan peningkatan tindakan sebagai wujud dari perubahan sikap (Kristina, 2010).

Hasil pada post 3-CBIA aspek tindakan yaitu jumlah responden dengan kategori tindakan baik sebanyak 17 responden (51,5%), jumlah responden dengan kategori tindakan sedang sebanyak 4 responden (12,1%), dan jumlah responden dengan kategori tindakan buruk sebanyak 12 responden (36,4%). Apabila dibandingkan antara pre-CBIA dan post 2-CBIA menunjukkan bahwa jumlah responden dengan kategori tindakan baik dari 15,2% menjadi 48,5%, jumlah responden dengan kategori tindakan sedang dari 30,3% menjadi 12,1%, dan jumlah responden dengan kategori tindakan buruk dari 54,5% menjadi 36,4% sehingga secara keseluruhan tindakan mengalami peningkatan yang diakibatkan karena adanya edukasi berupa metode CBIA dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap respoden sehingga menimbulkan peningkatan tindakan sebagai wujud dari perubahan sikap (Kristina, 2010). Rangkuman data penelitian perbandingan disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Perbandingan Jumlah Responden dengan Kategori Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Baik Antara Pre-CBIA, Post

1-CBIA, Post 2-1-CBIA, Post 3-CBIA

D. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum

Dokumen terkait