• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upah merupakan salah satu indikator untuk menilai hidup seorang buruh/ karyawan atau tenaga kerja. Pemberian upah kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi pada dasarnya merupakan imbalan/balas jasa dari para produsen kepada tenaga kerja atas prestasinya yang telah disumbangkan dalam kegiatan produksi. Upah tenaga kerja yang diberikan tergantung pada:

1. Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya.

2. Peraturan Undang-Undang yang mengikat tentang Upah Minimum Regional(UMR).

60 3. Produktivitas marginal tenaga kerja.

4. Tekanan yang dapat diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha. 5. Perbedaan jenis pekerjaan.

Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi. Sehubungan dengan hal itu maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu:

a. Upah nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.

Upah nominal adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayar ke atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. (Sadono Sukirno, 2005;351)

b. Upah riil, adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa yang diukur berdasarkan banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukaran tersebut.

Upah riil juga merupakan tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. (Sadono Sukirno, 2005;351)

Tenaga kerja mempunyai harapan tertentu terhadap seberapa besar atau seberapa tinggi tingkat upah yang diperolehnya dimana yang merupakan

pertimbangan terpenting yang dipatok oleh tenaga kerja mengenai hal pengupahan diantaranya :

a. Tingkat upah perlu mencukupi kebutuhan dan sesuai dengan harapan ekonomis

b. Upah harus sepadan dengan pengeluaran investasi untuk membentuk modan insane dalam meraih sesuatu perkerjaan seperti biaya yang dikeluarkan dalam memperoleh pendidikan, ketrampilan atau pengalaman kerja.

2.1.5.2. Upah Minimum

Sejak otonomi daerah penentuan upah minimum yang semula ditetapkan oleh menteri, didelegasikan menjadi kewenangan gubernur. Terdapat kekhawatiran bahwa di daerah para pejabat pemerintah lebih lemah sehingga cenderung mengambil kebijakan populis berupa peningkatan upah minimum yang sering dan tinggi persentasenya. Hal tersebut merupakan kebijakan yang berorientasi jangka pendek dan kurang memperhatikan pertumbuhan ekonomi jangka panjang (SMERU, 2001).

Di berbagai propinsi ternyata penetapan upah minimum berbeda-beda baik besarnya persentase kenaikan setiap tahun, sistem penetapannya, dan ruang lingkup yang ditetapkan. Beberapa propinsi menetapkan upah minimum tunggal dan beberapa menetapkan upah minimum sektoral. Upah minimum tunggal bersifat kaku umumnya berdampak kepada perbaikan upah pekerja tetap pada industri marginal. Akan tetapi studi tim SMERU (2001) juga menunjukkan bahwa upah minimum (tunggal) menyebabkan kesempatan kerja kelompok bawah

62 menurun terjadi subtitusi terhadap penggunaan kapital dan peningkatan pekerja white collar dengan elastisitas yang cukup tinggi.

Beberapa propinsi di Indonesia menetapkan upah minimum sektoral dengan derajat yang kurang bervariasi sampai sangat bervariasi seperti Sumatera Utara dan Kalimatan Selatan (Setiaji, B. dkk. 2003). Beberapa propinsi suatu tahun sering menetapkan upah sektoral dan pada tahun yang lain dihapuskan dan muncul lagi misalnya seperti DKI dan Jawa Tengah.

Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai/karyawan di lingkungan pekerjaaannya.

Menurut Sony Sumarnono (2003 :141) menyatakan bahwa upah minimum merupakan upah yang ditetapkan secara minimum regional sektor maupun sub sektor. Dalam hal ini upah minimum adalah upah pokok dan tunjangan sedangkan upah pokok minimum adalah upah pokok yang diatur secara minimal baik regional maupun sektoral serta sub sektoral.

Dalam peraturan pemerintah diatur hanya upah pokok saja tidak termasuk tunjangan. Menurut pasal 89 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa upah minimum terdiri atas :

a. Upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau wilayah kabupaten/kota. b. Upah minimum berdasarkan sector wilayah propinsi atau wilayah/kota c. Upah minimum yang diarahkan kepada pencapaian kebutuhan yang layak.

Teori upah tenaga kerja untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam hal upah dan pembentukan harga upah tenaga kerja, berikut akan dikemukakan beberapa teori yang menerangkan tentang latar belakang terbentuknya harga upah tenaga kerja.

1. Teori Upah Wajar (alami) dari David Ricardo, teori ini menerangkan bahwa upah menurut kodrat adalah upah yang cukup untu pemeliharaan hidup pekerja dengan keluarganya. Di pasar akan upah menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah harga pasar akan berubah disekitar upah menurut kodrat. Oleh ahli-ahli ekonomi modern, upah kodrat dijadikan batas minimum dari upah kerja.

2. Teori Upah Besi, teori upah ini dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle. Penerapan sistem upah kodrat menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh karena kita ketahui posisi kaum buruh dalam posisi yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh para produsen. Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal dengan istilah

“Teori Upah Besi”. Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk menghadapi kebijakan para produsen terhadap upah agar dibentuk serikat pekerja.

3. Teori Dana Upah, teori upah ini dikemukakan oleh John Stuart Mill. Menurut teori ini tinggi upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat

64 upah yang cenderung turun, karena tidak sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja.

4. Teori Upah Etika, menurut kaum Utopis (kaum yang memiliki idealis masyarakat yang ideal) tindakan para pengusaha yang memberikan upah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum,merupakan suatu

tindakan yang tidak “etis”. Oleh karena itu sebaiknya para pengusaha selain dapat memberikan upah yang layak kepada pekerja dan keluarganya juga harus memberikan tunjangan keluarga.

2.1.5.4. Teori –Teori Pengupahan 1. Teori Neo – Klasik

Kaum Neo Klasik mengasumsikan bahwa ada upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan dengan menggunakan faktor produksi sehingga faktor produksi yang digunakan dapat menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut (Payaman. J. Simanjuntak, 1985). Sehingga pengusaha akan berupaya untuk mempekerjakan sejumlah karyawan dan nilai pertambahan marginal seseorang dengan gaji yang diterima orang tersebut. Gaji yang dibayarkan oleh pengusaha adalah :

W = MPPLXP = WMPPL

Dokumen terkait