• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.2 Tingkat Depresi

Berdasarkan hasil penelitian pada tingkat depresi diperoleh responden mengalami tingkat depresi ringan adalah 12 responden (34%), tingkat depresi sedang 18 responden (51%) dan tingkat depresi berat 5 responden (14%) dapat dilihat pada table 5.2 di bawah ini.

Table 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi Responden lansia yang tinggal di Yayasan Pelayanan Orang Tua Sejahtera Suka Makmur Kecamatan Sibolangit (n=35)

Tingkat depresi Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Ringan 2. Sedang 3. Berat 12 18 5 34 52 14

Hasil penelitian ini menunjukkan tentang gambaran distribusi frekuensi gejala depresi yang dialami lansia di Yayasan Pelayanan Orang Tua Sejahtera Suka Makmur Kec. Sibolangit. Hasil observasi ketika mengunjungi panti, peneliti melihat bahwa lansia tidak ada kegiatan, lansia hanya duduk di luar kamar. Pengasuh panti membantu lansia untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, pengasuh membantu mengantarkan makanan ke kamar-kamar lansia, memandikan lansia. Setiap hari lingkungan panti dan kamar lansia dibersihkan .

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat depresi pada lansia di panti Yayasan Pelayanan Orang Tua Sejahtera Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Tahun 2015 sebanyak 18 responden mengalami tingkat depresi sedang.

Berdasarkan hasil penelitian secara umum responden mengalami depresi. Hasil penelitian mayoritas responden untuk pertanyaan yang pertama (merasa bosan) 34 (97%). Pertanyaan kedua ( merasa hampa) 33 (94%), hal ini sebabkan karena lansia yang tinggal di panti tidak memiliki aktivitas dan tidak memiliki pekerjaan, penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Afifa (2014) bahwa lansia yang tinggal di panti merasa bosan (91%). Untuk pertanyaan ketiga ( merasa tidak berdaya) 31 (89%) dan pertanyaan keempat (mengurangi banyak aktivitas) 30 (86%) hal ini disebabkan karena lansia tidak bisa bekerja seperti biasanya , sudah tidak memiliki pasangan hidup, hal ini mengakibatkan lansia menjadi depresi hal ini sejalan dengan penelitian Anton, dkk (2014) bahwa salah satu faktor munculnya depresi pada lansia adalah kondisi fisik sehingga dari penelitian tersebut memperkuat hasil penelitian yang dilakukan dimana ditemukann bahwa responden masuk pada kategori umur elderly dan old sehingga kondisi fisik ini dapat mempengaruhi segala aktivitas dan lansia merasa tidak bisa berbuat apa-apa selama berada di panti.

Menurut Maryam, et.al, (2008) Perubahan fisik, secara fisik lansia akan mengalami perubahan pendengaran seperti membran timpani atrofi, sehingga terjadi gangguan pendengaran, Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan. Gangguan pengelihatan seperti respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap

Gangguan kulit seperti keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut memutih (uban) kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh. Gangguan belajar dan memori seperti kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun, memori menurun karena proses encoding menurun. Perubahan sosial, lansia mengalami perubahan sosial keluarga seperti kesendirian dan kahampaan. Pensiun seperti menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun, kalau tidak anak dan cucu yang akan memberi uang). Lansia yang tinggal di panti jompo merasa dibuang dan diasingkan. Perubahan psikologis, perubahan psikologis pada lansia meliputi frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasaan. Masalah perubahan yang dialami lansia adalah keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga bergantung pada orang lain, mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal, pergi jauh atau cacat.

Tingkat depresi ringan menunjukan hasil sebanyak 12 (34%) responden. Depresi ringan meliputi: kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunya aktivitas, konsentrasi dan perhatian yang kurang, harga diri dan kepercayaan diri yang kurang, lansia di panti tidak ada kegiatan sehingga lansia duduk-duduk di luar kamar atau pergi bercerita ke kamar lansia lainnya Tingkat depresi sedang sebanyak 18 (52%), depresi sedang meliputi pandangan masa depan suram dan pesimis karena lansia sudah mengalami penurunan fisik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Kusumowardani (2014) bahwa tingkat depresi responden terbanyak depresi sedang 22 (37%), hal ini disebabkan masih

ada responden menolak perubahan khusus pada dirinya terlihat dari jawaban responden kehilangan aktivitas, kelelahan, libido terganggu, kehilangan nafsu makan, kehilangan konsentrasi, kehilangan tenaga, tidak berdaya, hampa dan mudah bosan.

Tingkat depresi berat menunjukann hasil sebanyak 5 (14%) responden. Depresi berat meliputi perubahan yang membahayakan diri sendiri atau bunuh diri, tidur terganggu. Menurut Tomb (2014) tanda dan gejala depresi dibagi menjadi tiga gambaran yang harus diperhatikan antara lain: (1) gambaran emosi meliputi: Mood depresi, sedih atau murung, Iritabilitas, ansietas, Anhedonia, kehilangan minat, kehilangan semangat, ikatan emosi berkurang, menarik diri dari hubungan interpersonal, preopukasi dengan kematian. (2) gambaran kognitif meliputi: mengkritik diri sendiri, perasaan tidak berharga, rasa bersalah, pesimis, tidak ada harapan, putus asa, perhatiannya mudah teralih, konsentrasi buruk, tidak pasti dan ragu-ragu, berbagai obsesi, keluhan somatik (terutama pada orang tua), gangguan memori, waham dan halusinasi. (3) gambaran vegetatif meliputi: lesu, tidak ada tenaga, insomnia atau hipersomnia, anoreksia atau hipereksia, penurunan berat badan atau penambahan berat badan, agitasi psikomotor, retradasi psikomotor, libido terganggu.

Berdasarkan karakteristik responden pada penelitian ini tingkat depresi paling banyak lansia perempuan 31 (87%). Hal ini dapat di kaitkan dengan

berperan adalah perubahan hormonal, dimana pada tahap ini lansia perempuan sudah mengalami menopause dan perubahan mood, turunnya gairah seksual, keluhan - keluhan ini dapat membuat lansia perempuan merasa tidak menarik, tidak produktif dan kurang percaya diri sehingga hal ini bisa mengakbiatkan depresi. faktor psikologis dan sosial ekonomi dipengaruhi oleh berbagai peristiwa kehidupan lansia perempuan seperti kehilangan pasangan hidup semasa tuanya, kehilangan sumber penghasilan dan mengalami perubahan lingkungan hidup setelah menjadi janda. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siboro, dkk (2012) bahwa lansia yang paling banyak mengalami depresi adalah lansia perempuan 28 (80%). Hal ini juga sama dengan teori Nugroho (2008) bahwa depresi merupakan salah satu gejala yang munculnya pada masa menopouse yang membuat kepada wanita lebih sering mengalami depresi.

Lansia merupakan populasi yang rentan mengalami suatu penyakit depresi, menurut sundberg dkk (2007) sakit fisik merupakan faktor resiko utama depresi misalnya lansia tidak mampu lagi melakukan kegiatan-kegiatann yang dianggap penting. Keluhan kesehatan lansia sangat terlihat bahwa masalah yang sering terjadi pada lansia adalah nyeri sendi terdapat sebanyak 14 (40%). Penelitian yang dilakukan Permatasari dkk, (2011) bahwa masalah keluhan lansia adalah rematik dan mudah kesemutan, hal ini merupakan penyebab utama yang dapat menyebabkan angka kesakitan pada lansia sehingga akan mempengaruhi kualitas kehidupan lansia seperti tidak mampu lagi mengurusi keperluan dasarnya (mandi, berpakaian). Keluhan kesehatan lansia yang lebih dari satu akan lebih

beresiko mengalami gangguan depresi, keluhan lansia yang mengalami penyakit lainnya seperti diabetes melitus, hipertensi, sesak.

Status perkawinan merupakan menjadi salah satu faktor terjadinya depresi pada lansia, pada penelitian ini didapatkan bahwa dari 35 lansia adalah janda atau duda 28 (80%). Alasan status perkawinan yang melibatkan depresi pada lansia bahwa sebagian lansia dipanti sudah kehilangan teman pasangan hidup dan keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandary di panti werdha yang mengalami depresi dengan kriteria janda/duda yaitu dengan jumlah 46 (89%). Dukungan dari keluarga sangat diharapkan oleh lansia, dimana lansia membutuhkan teman untuk bicara, kasih sayang dan perhatian dari keluarganya, tetapi dukungan keluarga tidak ada lagi, kehilangan dukungan dari keluarga, pasangan hidup dan teman merupakan faktor resiko depresi (Aspiani, 2014).

Lansia yang lebih memilih tinggal di panti memiliki alasan yang beragam terutama lansia perempuan yang jumlahnya lebih banyak. Lansia yang memilih tinggal di panti sebanyak 26 (74%) atas keinginan sendiri. Berbagai alasan dikemukakan lansia bahwa tinggal di panti Yapos karena keinginan mereka sendiri, dimana mereka tidak ingin membebani keluarga apabila secara terus menerus lansia tinggal bersama dengan keluarga baik anak maupun saudara, memilih teman untuk beraktivitas bersama (Permatasari dkk, 2011).

BAB 6

Dokumen terkait