• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Investasi Netto melebihi 10 persen dari GNP

Untuk take off suatu perekonomian memerlukan tingkat investasi yang relatif tinggi yaitu minimal 10,5 persen dari pendapatan bersih nasional (Net National Income = NNI). Laju pertumbuhan investasi yang tinggi ini memungkinkan laju pertumbuhan pendapatan nasional melampaui laju pertumbuhan penduduk sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan meningkat. Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi berikut:

MAKRO EKONOMI 32 Diketahui:

1. ICOR pada tahap awal pembangunan 3,5 2. Laju pertumbuhan penduduk:

a. Skenerio 1 = 1,0 % b. Skenerio 2 = 1,5 % c. Skenerio 3 = 2,0 % Pertanyaan:

Berapa investasi yang diperlukan setiap tahunnya untuk: A. Mempertahankan pendapatan per kapita

B. Meningkatkan pendapatan per kapita: a. 2 % per-tahun b. 5 % per- tahun Solusi: 7 ICOR = ΔK/ΔY ……….(1) Karena ΔK = I, maka, ICOR = I/ΔY ……….(2) atau I = ICOR (ΔY) ………..(3)

Dimana ΔY adalah tambahan income secara absolut. Sedangkan tambahan income dalam bentuk persentase dapat diekspresikan dengan persamaan berikut: ΔY /Y = y ………(4)

dimana y adalah laju pertumbuhan laju pertumbuhan ekonomi.

MAKRO EKONOMI 33 Bila persamaan (4) diintegrasikan kepada persamaan (3) maka diperoleh:

I = ICOR (yY) … ……… ……(5)

A. Investasi yang Investasi yang diperlukan untuk mempertahankan Pendapatan Per-kapita

Bila pendapatan per kapita hendak dipertahankan, maka NNI negara tersebut harus meningkat secepat laju pertumbuhan penduduk, yang berarti y = n.

a. Skenerio 1 (y = n = 1,0 %)

Dengan menggunakan persamaan (5) maka besarnya investasi yang diperlukan setiap tahunnya untuk mempertahankan pendapatan perkapita bila jumlah penduduk meningkat rata-rata 1,0 % per tahun, adalah:

I = ICOR (yY) = 3,5 (1,0 % x Y) = 3,5 % Y

yang berarti setiap tahun perlu dilakukan investasi secara teratur sebesar 3,5% dari pendapatan nasional bersih. Dengan kata-kata lain untuk mempertahankan tingkat kemakmuran suatu negara yang menghadapi laju pertumbuhan penduduk 1,0 % per tahun, setiap tahunnya perlu dilakukan investasi secara teratur sebesar 3,5 % dari pendapatan bersih masyarakatnya.

b. Skenerio 2 (y = n = 1,5 %)

Bila laju pertumbuhan penduduk (n) adalah 1,5%, maka I = 3,5 (1,5 % x Y) = 5,25 %. Artinya, untuk mempertahankan tingkat kemakmuran masyarakat yang menghadapi laju pertumbuhan penduduk 1,5 % per tahun, setiap tahunnya diperlukan investasi secara teratur sebesar 5,25 % dari pendapatan bersih masyarakat itu.

c. Skenerio 3 (y = n = 2,0 %)

Bila laju pertumbuhan penduduk 2,0 % per tahun seperti yang dialami Indonesia selama periode 1980-1990, maka untuk mempertahankan tingkat NNI per kapita diperlukan investasi secara teratur

MAKRO EKONOMI 34 setiap tahunnya sebesar 3,5 x 2,0 % Y = 7,0 % dari pendapatan bersih masyarakat.

a) Investasi yang diperlukan untuk meningkatkan Pendapatan Per-kapita

Bila tingkat kemakmuran hendak ditingkatkan, maka laju pertumbuhan ekonomi harus melampaui laju pertumbuhan jumlah penduduk (y > n), seingga investasi yang diperlukan lebih besar lagi. Formulasinya adalah:

I = ICOR (y + n) Y ……….(6)

Persamaan (6) adalah pengembangan dari persamaan (5) yaitu dengan menjumlahkan y dengan n.

1) Skenerio 1 (n = 1,0 %; y = 2,0 %)

Dengan menggunakan persamaan (6), maka besarnya investasi yang diperlukan adalah 3,5 (2,0 % + 1,0 %) Y = 10,5% dari pendapatan nasional. Jadi dalam suatu negara yang menghadapi laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,0 % per tahun, maka untuk menaikkan pendapatan per-kapita sebesar 2,0 % per-tahun diperlukan investasi secara teratur setiap tahunnya sebesar 10,5% dari pendapatan nasional. Perhatikan dengan dasar inilah Rostow mengemukakan perlunya investasi dinaikkan menjadi minimal 10,5% dari pendapatan nasional untuk memungkinkan perekonomian Negara tersebut take-off.

2) Skenerio 2 (n = 1,5 % ; y = 2,0 %)

Bila laju pertumbuhan penduduk 1,5 % per tahun, maka untuk menaikkan pendapatan per kapita sebesar 2,0 % per tahun, diperlukan investasi secara teratur setiap tahunnya sebesar 3,5 x 3,5 % Y = 12,25 % dari pendapatan nasional.

Kasus yang diterangkan oleh Rostow ini didasarkan pada anggapan bahwa COR dan laju pertumbuhan penduduk konstan. Pengaruh perubahan tenaga kerja dan perbaikan teknologi pada pendapatan nasional,

MAKRO EKONOMI 35 dengan demikian tidak dipertimbangkan. Akan tetapi selama tinggal landas COR cenderung menurun diikuti dengan perubahan pola investasi, dan kenaikan proporsi investasinetto terhadap pendapatan nasional meningkat dari 5,0 % menjadi lebih dari 10,0 %, yang berarti melampaui laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan investasi yang relatif tinggi itu antara lain dapat dicapai dengan seperangkat langkah-langkah berikut:

Pertama, menginvestasikan kembali secara terus menerus keuntungan yang didapat oleh unit-unit usaha atau sektor-sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang pesat.

Kedua, meningkatkan tabungan masyarakat melalui pengembangan sistem keuangan, moneter dan perbankan.

Ketiga, merangsang berkembangnya inovasi. b) Perkembangan Sektor-sektor Penting

Syarat take off yang kedua adalah perkembangan salah satu atau beberapa sektor penting (leading sectors) di dalam perekonomian. Rostow menganggap perkembangan sektor penting itu sebagai tulang punggung analitis dari tahap pertumbuhan ekonomi tersebut. Pada era take off Rostow membagi suatu perekonomian menjadi 3 sektor, yaitu:

Pertama, sektor pertumbuhan utama (leading growth sector) yaitu kegiatan perekonomian yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan dapat berekspansi ke berbagai sektor lain dalam perekonomian itu. Pertumbuhan yang pesat ini dimungkinkan oleh adanya inovasi.Leading growth sector ini di berbagai negara berbeda-beda. Di Inggris, misalnya tekstil, katun, sementara di Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Jerman dan Kanada adalah jaringan jalan kereta api. Di Swedia industri perkayuan dan di Jepang industri sutra. Di Indonesia minyak dan gas bumi.

Kedua, sektor pertumbuhan suplementer (supplementary growth sector), yaitu sektor yang berkembang pesat sebagai akibat langsung dari pertumbuhan sektor primer. Misalnya pembangunan sistem

perkereta-MAKRO EKONOMI 36 apian (sektor primer) merangsang perluasan industri di bidang besi, batu bara dan baja. Dalam kasus ini industri besi, batu bara dan baja adalah sektor suplementer.

Ketiga, sektor pertumbuhan turunan atau terkait (derivativegrowth sector), yaitu sektor yang berkembang seirama dengan kenaikan pendapatan, penduduk dan produksi sektor industri atau beberapa variabel lain yang secara keseluruhan meningkat agak cepat. Misalnya industri makanan dan perumahan yang erat kaitannya dengan penduduk.

Menurut Rostow, laju pertumbuhan leading sector ini tergantung kepada 4 dasar :

Pertama, harus ada pengenalan fungsi produksi baru dan perluasan kapasitas di sektor-sektor tersebut.

Ketiga, harus ada keuntungan investasi dan modal lebih dulu yang memadai untuk take-off pada sektor-sektor penting ini.

Keempat, sektor-sektor penting harus mendorong perluasan output di sektor lain melalui transformasi teknik.

Manfaat eksternal yang ditimbulkan oleh leading growth sector ini selanjutnya mendorong sisi permintaan pada sektor-sektor lainnya yang terkait dengan leadingsector ini. Akibatnya, terdapat kenaikan laju pertumbuhan output yang berkelanjutan (sustainable growth), yang oleh Rostow disebut self-sustaining. Sustainable Growth adalah suatu transisi permanen dari laju pertumbuhan yang rendah atau tidak ada pertumbuhan sama sekali kepada laju pertumbuhan yang sehat sebagaimana halnya di NM. Transisi permanen ini terjadi karena kekuatan-kekuatan yang berasal dari dalam negeri sendiri, yang terlihat dalam interaksi antara satu atau beberapa leading growth sectors dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian yang bersangkutan.

MAKRO EKONOMI 37 d. Kerangka Budaya yang Mendorong Ekspansi

Persyaratan take off yang terakhir adalah hadir atau munculnya kerangka budaya yang mendorong perluasan sektor modern. Syarat penting untuk itu adalah kemampuan perekonomian untuk meningkatkan tabungan dari pendapatan yang semakin meningkat.Hal ini diperlukan untuk meningkatkan permintaan efektif terhadap barang-barang manufaktur, dan kemampuan untuk menciptakan manfaat eksternal melalui ekspansi leading growth sector. Menurut Rostow untuk take off suatu masyarakat memerlukan seperangkat prasyarat besar-besaran, sampai ke jantung ekonomi, politik dan tatanan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dalam tahap ini, orang-orang yang ingin mempermodernkan perekonomian (kelompok elit) biasanya meraih kemajuan yang pesat dan nyata dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya dibandingkan dengan kelompok tradisional.Secara keseluruhan, kelompok elit ini mendorong masyarakat untuk menyebarluaskan rahasia teknologi modern ke luar sektor yang telah dipermodernkan selama masa take-off tersebut.[15]

e. Proses Take-off

Tahap take-off ini dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar7.2. Pada Gambar 7.2, sumbu horizontal menggambarkan pendapatan nasional (NNI), sumbu vertikal menggambarkan jumlah saving (S), investasi netto (I) dan kapital (K). Garis miring K0Y0 dan K1Y1

adalah ratio antara kapital dengan output (COR). Keduanya digambarkan sejajar untuk menunjukkan adanya rasio yang konstan diantara kapital dengan output yaitu 0K0/0Y0 = 0K1/0Y1. Selanjutnya TY0/Y0Y1 adalah rasio kapital dengan output marginal (ICOR).

Semula, pada masa pra-take-off masyarakat mempunyai kurva saving yang mendatar dan kurva COR yang sangat curam.Kurva saving yang landai menandaikan bahwa orang yang hanya menyisihkan sebagian kecil dari pendapatannya untuk saving, sedangkan kurva COR yang curam menunjukkan angka COR yang sangat tinggi. COR yang tinggi mencerminkan keterbelakangan dan kurang efisiennya investasi. Pada

MAKRO EKONOMI 38 periode waktu 0, begitu investasi netto 0I0 dilakukan investasi ini akan meningkatkan stok modal yang menjadi produktif dalam jangka waktu 1 dan menaikkan Y menjadi 0Y1. Kemudian pada tahap take-off, pada saat investasi 0I1 (=Y1T1) terjadi, ransangan terhadap pertumbuhan modal produktif tersebut lebih cepat lagi sehingga COR turun menjadi T1Y1/Y1Y2. Sebagai akiabtnya, pola investasi berubah dan kurva COR yaitu T1Y2 menjadi lebih datar. Y naik menjadi 0Y2 yang selanjutnya menaikkan investasi menjadi0I2 (=Y2T2). Dengan kenaikan ini berarti perekonomian telah take-off, dan jika pertumbuhan demikian berlanjut ia menjadi swadaya (self sustained).

Jadi take-off itu didahului oleh suatu rangsangan atau dorongan kuat, seperti misalnya perkembangan suatu sektor penting atau revolusi politik yang membawa perubahan mendasar dalam proses produksi, atau kenaikan proporsi investasi netto menjadi lebih dari 10,0 persen dari GNP yang melampaui laju pertumbuhan penduduk.

Perkiraan Rostow mengenai jangka waktu take-off yang dilalui oleh beberapa negara dikemukakan dalam Tabel 7.3. Inggris memasuki periode take-off pada akhir abad ke XVIII yaitu pada saat dimulainya Revolusi Industri dan sekaligus merupakan awal berdirinya ilmu ekonomi. Seperti diketahui Inggris adalah negara tempat lahirnya revolusi industri dan sekaligus ilmu ekonomi. Pada periode tersebut di Inggris, disamping lahirnya ilmu ekonomi juga terdapat beberapa kemajuan yang sangat mendasar dalam bidang sains dan teknologi, misalnya ditemukannya mesin uap, kapal api, kereta api, mesin pintal benang serta beberapa kemajuan teknik produksi terutama dalam industri tekstil.

Pada saat di Inggris sedang terjadi revolusi industri (revolusi ekonomi), di Perancis berlangsung pula suatu revolusi sosial yang lebih dikenalkan dengan sebutan revolusi Prancis.Revolusi Perancis memberikan perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap sikap mental masyarakat serta institusi-institusi yang ada di negara itu.Seperti diketahui perubahan struktur dan tatanan masyarakat ini merupakan prasyarat atau prakondisi yang diperlukan dalam tahap take-off.

MAKRO EKONOMI 39 Daftar Kronologis Periode Take-off Beberapa Negara

Negara Periode

Take-off

Negara Periode

Inggris 1783-1802 Jepang 1878-1900 Perancis 1830-1860 Rusia 1890-1914 Belgia 1833-1860 Kanada 1896-1914 Amerika Serikat 1843-1860 Argentina 1935

Jerman 1850-1873 Turki 1937

Swedia 1878-1900 India 1952

Sumber: Rostow, The Stages of Economic Growth (Cambridge: University Press, 1965). P. 38

Dari kedua negara Eropa Barat ini, kemudian kemajuan ekonomi berkembang ke negara-negara lainnya.Mula-mula ke negara-negara sekitarnya, dan kemudian menjalar ke negara-negara jajahannya di benua Amerika dan Asia.

Beberapa negara sudah memasuki tahap take-off seperti: Argentina (1935), Turki (1937), dan India (1952), akan tetapi hingga sekarang ketiga negara tersebut belum menyelesaikan proses take-offnya. Terlambatnya periode take off ini terutama disebabkan oleh rumitnya kerangka kultural dan budaya masyarakat di negara-negara bersangkutan. Indonesia di dalam GBHN direncanakan akan memasuki periode take-off ini pada Repelita Keenam (1994/1995-1998/1989) f. Periode Menuju Kematangan (Drive to Maturity)

Periode ini memerlukan waktu sekitar 40 atau 50 tahun. Karakteristik suatu perekonomian yang berada dalam periode ini adalah sebagai berikut:

o Teknologi produksi sudah matang o Rentangan produksi semakin meluas

o Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan o Kepemimpinan dunia usaha mengalami perubahan

MAKRO EKONOMI 40 o Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan industrialisasi

Kelima karakteristik ini satu sama lain saling berkaitan dimana yang satu merupakan akibat dari yang lain.

Kematangan Teknologi

Teknologi modern sudah mulai menyebar ke seluruh sisi perekonomian.Rostow memberikan tahun-tahun simbolik kematangan teknologi (technological maturity) pada beberapa negara berikut (Tabel 7.4).

Dalam tahap ini leading sectorbaru mulai muncul menggantikan leading sector lama yang sudah mulai mundur. Leading sector pada tahap ini sifatnya ditentukan oleh: (a) kemajuan teknologi, (b) kekayaan alam, (c) sifat-sifat tahap tinggal landas yang berlaku, serta (d) bentuk kebijaksanaan pemerintah.

Menurut Rostow corak perubahan leading sector di beberapa negara maju sekarang ini pada tahap menuju kematangan, berbeda dengan tahap take off. Sebagai contoh di Inggris, pada tahap take off, leading sector adalah industri tekstil, kemudian pada tahap menuju kematangan digantikan oleh industri baja, kapal, batu bara serta alat-alat teknik berat. Di Amerika Serikat, Perancis dan Jerman pada tahap take-off leading sector adalah jaringan kereta api, kemudian pada tahap berikutnya digantikan oleh industri baja serta peralatan berat.

Fase Kematangan Teknologi Beberapa Negara

No Negara Tahun 1 Inggris 1850 2 Amerika Serikat 1900 3 Jerman 1910 4 Perancis 1910 5 Swedia 1930

MAKRO EKONOMI 41

6 Jepang 1940

7 Rusia 1950

8 Kanada 1950

Sumber: Diolah dari M.L. Jhingan. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (terjemahan). Jakarta: C.V. Rajawali, 1988. H. 187.

Rentangan Produksi

Meskipun kemajuan teknologi menyebabkan munculnya leading sector baru menggantikan yang lama, leading sector lama pada umumnya masih tetap bertahan.Dengan demikian kemajuan teknologi tersebut sekaligus memperluas rentangan produksi.Produk yang dihasilkan, dengan demikian menjadi semakin banyak dan beraneka ragam.Perkembangan yang semacam ini meningkatkan daya tahan perekonomian negara yang berada pada tahap menuju kematangan ini sehingga menjadi lebih mampu menahan segala gejolak yang tak terduga.

Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja

Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti terhadap struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri meningkat, sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah menjadi terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan upah nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk mendapatkan jaminan sosial dan ekonomi lebih mampu menahan segala gejolak yang tak terduga.

Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja

Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti tehadap struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri meningkat, sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah menjadi terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan upah nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk mendapatkan jaminan sosial dan ekonomi yang lebih besar.

MAKRO EKONOMI 42

Manajemen Usaha

Kepemimpinan dalam dunia usaha (perusahaan) mengalami perubahan, dimana peranan manajer semakin penting dan terpisah-pisah dari pemilik (the owner).Perubahan ini mendorong lahirnya para manajer profesional yang mempunyai kedudukan yang semakin penting.Watak para pengusaha (manajer) berubah dari pekerja keras dan kasar menjadi manajer yang halus dan sopan. Kejenuhan Masyarakat

Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan yang diciptakan oleh industrialisasi, dan mulai ada kritik-kritik terhadap industrialisasi tersebut. Ada kecenderungan bahwa masyarakat selalu menginginkan sesuatu yang lebih baru, mendorong terjadinya perubahan lebih lanjut.

Dokumen terkait