• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori pertumbuhan ekonomi kontemporer rev (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori pertumbuhan ekonomi kontemporer rev (1)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

MAKRO EKONOMI 1

Teori Ekonomi Klasik

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Makro Ekonomi

Dosen Pengampu:

1. Joko Widodo

2. Deky Aji Suseno

Disusun oleh :

1. Putri 7101413287

2. Yunifa M. 7101413226

3. Wahyu Hendra Pranata 7101413206

4. Titin Indra Wijayanti 7101413192

5. Rini Handayani 7101413171

6. Sri Yuniati 7101413245

7. Risalatul S. 7101413151

8. Lindasari 7101413133

9. Della A.N 7101413133

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

MAKRO EKONOMI 2 DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ……… 1

DAFTAR ISI ………. 2 PROFILE... 3

BAB I : PENDAHULUAN

a. Pengantar Teori...………... 10 b. Rumusan Masalah... 11 c. Tujuan Penulisan... 12 BAB II : PEMBAHASAN

a. Teori Pertumbuhan Adam Smith………... 13 b. Teori Pertumbuhan Karl Mark... 15 c. Teori Pertumbuhan Rostow... 22

BAB III: KESIMPULAN

a. Kesimpulan ………….………. 44

(3)

MAKRO EKONOMI 3 PROFILE

A. Francois Quesnay

Francois Quesnay (diucapkan Kennay) terkenal sebagai pencipta model ekonomi pertama, Tableau Economique, dan sebagai pemimpin physiocrats. Para pengikutnya menamakan diri mereka sebagai physiocrat dari bahasa Perancis, physiocrate, yang berarti hukum alam (Rule of Nature). Physiocrat ialah kelompok ekonom yang percaya kalau kemakmuran suatu negara hanya bisa dicapai melalui agrikultur.

(4)

MAKRO EKONOMI 4 B. John Locke

Sumbangan John Locke untuk ekonomi adalah memberikan justifikasi pertama untuk kepemilikan pribadi dan untuk pembatasan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Locke juga memberi sumbangan pada teori uang dan tingkat suku bunga.

Sumbangan mengenai filosofinya yaitu, mengemukakan proporsi yang agak kontroversial bahwa manusia mempunyai hak atas pekerjaan mereka dan atas hasil dari pekerjaannya itu, mereka menerima tanah sebagai milik mereka secara sah dengan memadukan pekerjaan mereka dengan tanah tersebut. Uang atau modal diakui oleh Locke benar-benar merupakan hasil dari kerja sebelumnya. Jadi, kepemilikan uang dapat dibenarkan karena orang-orang harus bekerja untuk mendapatkannya. Uang juga membuat manusia dapat mengumpulkan kekayaan lebih banyak lagi karena uang tidak rusak sebelum dikonsumsi. Selain itu, Locke berpendapat bahwa properti pribadi memiliki nilai praktis karena ketika manusia diizinkan mengumpulkan kekayaan maka mereka akan lebih produktif.

Locke menolak pedapat dari Josiah Child (Pertengahan abad ke-17) yang berpendapat bahwa seharusnya negara membatasi tingkat suku bunga sampai 4%. Ia juga berpendapat bahwa hukum riba (Usury Law) hanyalah redistribusi dari keuntungan antara pedagang dan pemberi pinjaman, mereka tidak menguntungkan negara secara keseluruhan karena bunga tersebut tidak meningkatkan peminjaman dan investasi. Locke menyimpulkan bahwa lebih baik bunga dibiarkan sampai ke tingkat yang wajar (yang ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran) ketimbang diterapkan oleh pemerintah.

(5)

MAKRO EKONOMI 5 C. Adam Smith

Menurut Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Pembagian kerja harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dan akumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan, juga menitik beratkan pada Luas Pasar. Pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi, sehingga perdagangan internasional menarik perhatian. Karena hubungan perdagangan internasional itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri.

(6)

MAKRO EKONOMI 6 D. David Ricardo

Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat, yaitu:

 Golongan Kapital

Adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional.

 Golongan Buruh

Golongan buruh ini tergantung pada golongan kapital dan merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat.

 Golongan Tuan Tanah

Mereka hanya memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang disewakan.

 Golongan Kapital

(7)

MAKRO EKONOMI 7 5. Thomas Robert Malthus

Menurut Thomas Robert Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah penduduk saja tampa dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikan pendapatan dan tidak akan menaikan permintaan. Turunnya biaya produksi akan memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus berproduksi.

(8)

MAKRO EKONOMI 8 6. John Stuart Mill

John Stuart Mill merupakan salah satu tokoh Utilitarianisme yang terkenal dalam menelurkan konsep kebebasan, yang dituangkan secara komprehensif di dalam bukunya On Liberty.

Bukunya yang berkaitan dengan ekonomi, Principles of Political Economy pada tahun 1848 berupaya untuk memahami masalah ekonomi sebagai suatu masalah sosial. Masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk dalam negeri dan perpesaing antar produk, maupun masalah distribusi melalui instrument uang dan kredit (mikhael dua,2008).

(9)

MAKRO EKONOMI 9 7. David Hume

(10)

MAKRO EKONOMI 10 BAB I

Pendahuluan

A. Pengantar Teori

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19

yaitu di masa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi

adanya perkembangan ekonomi. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela

dan menurut aliran klasik, ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan

antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula

kemajuan teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi

akhirnya terjadi sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan.

Kemajuan teknologi mula-mula disebabkan oleh adanya akumulasi kapital

atau dengan kata lain kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan kapital.

Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat

keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya

hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returus)

karena sumber daya alam itu terbatas.

Teori-teori perkembangan dari beberapa pengamat aliran klasik,

diantaranya adalah :

1. Francois Quesnay

2. John Locke

3. Adam Smith

4. David Ricardo

5. Thomas Robert Malthus

6. John Stuart Mill

7. Lord Keynes

(11)

MAKRO EKONOMI 11 B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori pertumbuhan klasik menurut Adam Smith?

2. Bagaimana teori pertumbuhan klasik menurut Karl Mark?

3. Bagaimana teori pertumbuhan klasik menurut Rostow?

C.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui teori pertumbuhan klasik menurut Adam Smith.

2. Mengetahui teori pertumbuhan klasik menurut Karl Mark.

(12)

MAKRO EKONOMI 12 BAB II

PEMBAHASAN

A.Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Klasik

Teori Ekonomi Klasik secara umum dianggap sebagai aliran modern

pertama dalam sejarah pemikiran ekonomi. Teori ekonomi klasik mulai

berkembang sekitar pada abad ke-18. Adam Smith merupakan pemikir utama

dari ekonomi klasik. Sebuah karya milik Adam Smith yaitu The Wealth of

Nations pada tahun 1776 dianggap sebagai penanda dimulainya era ekonomi

klasik. Ekonomi klasik menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya

sendiri jika tidak ada campur tangan dari pihak apapun. Ekonomi klasik

menekankan pada penerapan harga yang fleksibel baik dari segi upah maupun

barang. Postulat lainnya yang ditekankan oleh ekonomi klasik adalah

keseimbangan antara tabungan dan investasi dengan asumsi bahwa suku bunga

fleksibel akan selalu menjaga ekuilibrium. Aliran ekonomi klasik mengemuka

hingga pertengahan abad ke-19 dan kemudian digantikan oleh aliran ekonomi

neoklasik (1870)

Teori ekonomi klasik mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut:

1. Perekonomian yang didasarkaan pada sistem bebas berusaha (Laissez Faire)

artinya mempunyai kemampuan untuk kembali ke posisi keseimbangan

secara otomatis. Terjadi tangan bebas atau pasar bebas dalam mencapai keseimbangan sehingga terjadi “full employment” atau kesempatan kerja penuh (tidak ada pengangguran).

2. Pemerintah tidak ikut campur tangan. Peran pemerintah hanya pada masalah

penegakan hukum, menjaga keamanan serta pembangunan infrastruktur.

3. Harga barang ditentukan oleh produsen dann konsumen.

4. Tingkat upah ditentukan oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Apabila kelebihan tenaga kerja maka akan menurunkan upah, tetapi apabila

(13)

MAKRO EKONOMI 13 Ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang teori ekonomi

klasik, diantaranya:

o Adam Smith (1723-1790)

Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bertumpu pada

adanya pertumbuhan penduduk. Dengan adanya pertumbuhan penduduk

maka akan terdapat pertambahan output dan pertambahan hasil. Teori ini

terdapat dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes

of the Wealth of Nations.

Pemikiran-pemikiran tentang ekonomi sudah sangat bekembang pada

abad ke-XV, saat terjadi revolusi pertanian di Eropa. Akan tetapi, pengakuan

terhadap ilmu ekonomi sebagai cabang ilmu tersendiri baru diberikan pada

abad ke-XVIII, setelah tokoh Adam Smith muncul dalam percaturan

ekonomi. Adam Smith (1729-1790), tidak disangsikan lagi, merupakan tokoh

utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik.

John Adam Smith adalah seorang ahli filsuf berkebangsaan Skotlandia.

Ia lahir pada 5 Juni 1723 di kirkcaldy, Fife, Skotlandia. Beliau dikenal

sebagai Bapak Ilmu Ekonomi dunia setelah menerbutkan sebuah buku yang

berjudul: The Wealth of Nations. Secara garis besar, buku ini membahas

mengenai: apa yang menentukan tingkat kemakmuran suatu bangsa dan

bagaimana taraf hidup rakyat dapat ditingkatkan dan didistribusikan.

Menurut Adam Smith, secara sistematis ilmu ekonomi mempelajari

tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber

daya yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu.Dalam analisisnya, Adam

Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai (value),

kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya

hukum alami.

Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of

Nations (1776) ia mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi

(14)

MAKRO EKONOMI 14 Terdapat dua aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi:

A.Pertumbuhan output total

Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut

ini :

1. Sumber-sumber alam

sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang mendasar dari

kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu perekonomian, Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya, maka

jumlah penduduk dan stok modal yang ada memegang penranan penting

dalam pertumbuhan output.Tetapi pertmbuhan output tersebut akan

berhenti jika semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara

penuh.

2. Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk)

Sumber daya insani (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif

dalam proses pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan

menyeuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu

masyarakat.

3. Jumlah persediaan (stok barang modal yang ada)

Pengaruh stok modal terhadap tingkar output total bias secara

langsung dan tidak lansung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah

karena pertambahan modal (sebagai input) akan langsng meningkatkan

output. Sedangkan pengaruh tidak langsung maksudnya adalah

peningkatan produktifitas perkapita yang dimungkinkan oleh karena

adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi.

B.Pertumbuhan penduduk.

Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah

yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah sub sisten yaitu tngkat upah yang

pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah diatas tingkat sub system, maka

orang-orang akan menikah pada umur muda, tingkat kematian menurun, dan

(15)

MAKRO EKONOMI 15 tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat upah sub sisten, maka

jumlah penduduk akan menurun.

Tingkat upah yang belaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik

menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah

yang tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih

cepat dari pada penawaran tenaga kerja.

Sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal

dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan

akan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi

modal) dan laju pertumbuhan output.

o KARL MARX (1818-1883)

Teori Marx ini merupakan reaksi terhadap proses pertumbuhan ekonomi

klasik berdasarkan kapitalisme yang dikemukakan sebelumnya oleh Adam

Smith (1723-1790) dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh David

Ricardo (1772-1823).

Penerapan teori klasik pada tahap-tahap awal pertumbuhannya di Eropa

Barat, terutama di Inggris ternyata telah menimbulkan kesenjangan ekonomi

yang semakin hari semakin melebar, khususnya diantara kaum kapitalis yang

semakin kaya dan kaum buruh yang semakin miskin.

Teori klasik yang menekankan peranan kapital beserta akumulasinya

dalam pertumbuhan ekonomi mendorong para pemilik modal (kapitalis)

memaksimumkan penggunaan modal melalui operasi perusahaan. Selanjutnya

dalam mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu laba maksimum, para kapitalis

yang sekaligus adalah manejer perusahaan ini, antara lain berusaha menekan

biaya produksi yang salah satu komponen utamanya adalah upah buruh. Jadi

ada pertentangan kepentingan diantara para majikan dengan buruh.

Pertarungan ini berkisar pada masalah penetapan upah, dalam mana pihak

kapitalis berada pada posisi yang lebih dominan. Maka proses pertumbuhan

ekonomi klasik ini cenderung memperlebar jurang pendapatan diantara para

majikan dengan buruh. Para pemilik modal menjadi semakin kata, karena

(16)

MAKRO EKONOMI 16 keuntungannya, sebaliknya para buruh semakin melarat, karena selalu

mendapat tekanan dari para kapitalis.Maka konflik diantara kedua kepentingan

inilai yang dieksploitasi oleh Marx dalam merumuskan teorinya.

Menghadapi kenyataan ini Marx menawarkan teori alternatif, yang pokok

isinya adalah membela kepentingan para pekerja dan meramalkan runtuhnya

sistem kapitalis.Teori ini sering disebut teori sosialis dan dalam

perkembangannya melahirkan sistem ekonomi komunis yang banyak

dipraktekkan di negara-negara Eropa Timur, Uni Sovyet, RRC dan di beberapa

NT dan NSB lainnya.

Teori Marxis ini bukan saja menjelaskan fenomena sejarah perekonomian

sebagaimana yang dikemukakan oleh Friedrick List, Karel Bucher dan Bruno

Hilde Brand misalnya, tetapi juga memberikan suatu kerangka analisis dan

saran-saran untuk meruntuhkan sistem kapitalis dan mewujudkan suatu

masyarakat sosialis atau masyarakat komunal modern. Karena lingkupnya yang

demikian luas, yaitu ingin merubah secara mendasar tatanan tatanan ekonomi

dan masyarakat yang sudah berurat berakar, maka pembahasan teori Marx

secara intensif ditempatkan, yang khusus mengkaji beberapa teori mengenai

pembangunan ekonomi.

Kajian dalam ini lebih ditekankan kepada penafsiran sejarah dari sudut

ekonomi. Secara historis menurut Marx pertumbuhan ekonomi melalui lima

tahapan berikut :

perkembangan masyarakat yaitu mulai dari masyarakat komunal (primitif) pada

tahap pertama dan berakhir kembali pada masyarakat komunal (modern) pada

tahap kelima.Dalam itu pada tahap kedua, ketiga dan keempat ditandai oleh

adanya konflik dan perjuangan kelas diantara kelompok-kelompok yang

(17)

MAKRO EKONOMI 17 Berikut penjelasan dari masing-masing tahap yang dikemukakan oleh

Marx, yaitu :

1. Masyarakat Komunal Primitif

Masyarakat komunal, dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan

masyarakat yang menekankan kepada pentingnya kebersamaan.Jadi berbeda

dengan tatanan masyarakat kapitalis primitif yang lebih menonjolkan

kepentingan individu.Perekonomian primitif ditandai oleh teknologi atau

peralatan kerja yang sifatnya masih sangat sederhana seperti alat-alat yang

berasal dari batu dan sebagainya.Tahap ini identik dengan tahap pertama

(mengembara), kedua (beternak), dan ketiga (bertani) versi Friedrick

List.Perbedaaannya, List melihat dari sisi perkembangan teknik produksi

sementara Marx menekankan kajiannya kepada sisi pemilikan faktor produksi,

yaitu pada tahap ini pemilikan faktor produksi bersifat komunal. Kegiatan

perdagangan belum ada dan kalaupun ada masih bersifat barter dan sangat

terbatas. Pada umumnya orang memproduksi sendiri produk yang mereka

perlukan, dan oleh karena itu juga tidak ada surplus konsumsi di atas produksi

atau sebaliknya.Dengan demikian dapat diduga bahwa kondisi perekonomian

pada tahap ini berada dalam keadaan stabil dengan distribusi pendapatan relatif

merata.

Tetapi lama-kelamaan karena kemajuan teknik produksi, terjadilah

perubahan sosial dan pembagian kerja yang semakin jelas, tegas dan tajam

dalam produksi.Pertukaran barang-barang secara berangsur-angsur terus

berkembang dan saling mendorong dengan kemajuan teknik

produksi.Semuanya ini mendorong terjadinya disparitas (kepincangan) dalam

distribusi pendapatan diantara anggota masyarakat yang sekaligus secara

berangsur-angsur juga mengurangi rasa kebersamaan. Dengan kata lain pola

kehidupan komunal secara berangsur-angsur berakhir. Sebaliknya bibit

individualisme mulai bersemi.

2. Masyarakat Perbudakan

Suatu fenomena penting dalam perkembangan teknik produksi ini adalah

terbelahnya produsen ke dalam dua kelompok yang satu sama lain disamping

(18)

MAKRO EKONOMI 18 kepentingan yang saling bertentangan. Kelompok pertama adalah pemilik

alat-alat produksi dan sekaligus merupakan pihak yang mempekerjakan

(majikan).Kelompok kedua adalah pekerja (budak) yang hanya menyediakan

tenaganya.Dalam prakteknya pada masa itu majikan mempunyai kedudukan

yang lebih dominan daripada budak dan mempunyai tendensi untuk menguasai

budak tersebut secara tidak manusiawi untuk kepentingan dirinya

sendiri.Sebaliknya, para budak mempunyai posisi yang sangat lemah sehingga

sangat tergantung kepada majikan.Pendek kata para budak kurang dihargai.

Keadaan ini sebenarnya dilatarbelakngi oleh kenyataan bahwa para budak

pada umumnya adalah orang yang tidak puya (the havenot), kecuali tenaganya

sebaliknya para majikan adalah orang haya (the have). Disamping itu banyak

juga budak yang berasal dari tawanan perang, biasanya berasal dari pihak yang

kalah.Dalam kebanyakan masyarakat memang ada kecenderungan untuk

kurang menghargai orang yang miskin dan orang yang kalah.

Dengan pola hubungan produksi yang semacam itu, menurut Marx,

majikan dapat memperoleh keuntungan yang semakin besar, karena para budak

hanya diberi upah sekedar untuk bisa bekerja dan tidak mati.Tatanan masyarkat

yang semacam inilah yang disebut masyarakat perbudakan. Perubahan

masyarakat ke arah yang semacam ini menandai dimulainya kecenderungan

untuk memberi keuntungan bagi diri sendiri (individual) melalui pengorbanan

pihak lain, dan rasa kebersamaan yang melandasi masyarakat komunal semakin

berkurang.

Dalam pada itu pembagian kerja dan tingkat spesialisasi yang semakin

jauh di berbagai sektor produksi, dengan sendirinya mendorong peningkatan

pengetahuan dan keterampilan para budak atau pekerja serta mendorong

mereka untuk memperbaiki alat-alat produksi. Semuanya ini meningkatkan

produktivitas kerja para budak serta kontribusinya dalam proses produksi.

Sementara para tuan tanah tidak berminat memperbaiki alat-alat produksi

terutama karena murahnya tingkat upah atau harga tenaga budak. Hal ini

lama-kelamaan menyadarkan para budak akan kedudukannya dan merasa tidak puas

dengan apa yang diperolehnya dari hubungan produksi yang timpang ini. Maka

(19)

MAKRO EKONOMI 19 3. Masyarakat Feodal

Kritik-kritik berbagai kalangan terhadap praktek perbudakan, akhirnya

meluluhlantakkan sistem tersebut. Perang saudara di Amerika Serikat adalah

perang antara pihak yang menginginkan dihapuskannya perbudakan (terdiri

dari negara-negara bagian yang terletak di belahan utara) dengan pihak yang

ingin mempertahankan sistem tersebut (terdiri dari negara-negara bagian yang

terletak di belahan selatan negeri itu). Perang ini akhirnya dimenangkan oleh

pihak utara yang berimplikasi kepada dihapuskannya di Amerika Serikat.

Begitu pula kebanyakan agama, misalnya Islam sangat menentang

praktek-praktek perbudakan yang tidak manusiawi.

Menyusul berakhirnya sistem perbudakan muncullah suatu bentuk

masyarakat baru, yaitu masyarakat feodal, dimana kaum bangsawan menguasai

alat-alat produksi utama pada waktu itu, yaitu tanah. Masyarakat feodal ini,

oleh karena itu terdapat dalam suatu perekonomian yang agraris, dimana

distribusi pemilikan lahan (tanah) sangat timpang. Sehingga sebagian besar

petani tidak memiliki tanah atau hanya memiliki tanah yang luasnya sangat

terbatas sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Oleh

karena itu kebanyakan mereka bekerja pada tanah milik orang lain (pada

umumnya tuan tanah yang memiliki tanah yang luas) sebagai buruh tani atau

sebagai penyewa.

Para petani atau buruh tani tersebut kebanyakan terdiri dari para budak

yang dibebaskan. Mereka mengerjakan tanah untuk kaum feodal dan setelah itu

baru tanah miliknya sendiri dapat dikerjakan. Seperti halnya dalam masyarakat

perbudakan, kepentingannya satu sama lain saling bertentangan. Kedua kelas

itu adalah: (1) kelas feodal yang terdiri dari tuan-tuan tanah yang lebih

berkuasa dalam hubungan produksi dan sosial itu dan, (2) kelas petani yang

bertugas melayani mereka. Dalam hal ini, menurut Marx, kaum feodal hanya

memikirkan keuntungan saja, sehingga kehidupan selalu tertekan.

Meskipun demikian, dibandingkan dengan hubungan produksi pada sistem

perbudakan hubungan produksi semacam itu ternyata mendorong adanya

perbaikan alat-alat produksi dan kemajuan teknologi terutama di sektor

(20)

MAKRO EKONOMI 20 yang sangat berarti sehingga mendorong perkembangan sektor pertukaran.

Pedagang-pedagang baru banyak muncul dan didukung oleh raja-raja yang

kemudian membutuhkan pasar yang lebih luas karena produksi selalu

bertambah. Kaum pedagang mulai menggeser kedudukan kaum bangsawan

yang hanya menerima hasil begitu saja dari hasil keringat para petani.

Dalam perkembangan selanjutnya para pedagang ini disamping berdagang

lama-kelamaan menginvestasikan sebagian dari keuntunganya dalam usaha

processing (pabrik) sehingga lama-kelamaan terbentuklah apa yang disebut

dengan alat produksi kapitalis. Dengan demikian terbentuklah suatu kelas baru

dalam masyarakat yaitu kelas borjuis yang kapitalistik. Kaum borjuis ini

menghendaki dihapuskannya sistem feodal yang didominasi oleh kaum

bangsawan. Kelas borjuis yang memiliki alat-alat produksi menghendaki pasar

buruh yang bebas dan hapusnya tarif dan lain-lain rintangan dalam

perdagangan yang diciptakan oleh kaum feodal.

Demikian kerasnya pertentangan antara kaum borjuis dan feodal ini, maka

di Eropa pada akhir abad ke delapan belas meletuslah Revolusi Perancis yang

dimenangkan oleh kaum borjuis sehingga revolusi Perancis tersebut disebut

juga revolusi borjuis. Peristiwa ini mempercepat terwujudnya masyarakat

kapitalis.

4. Masyarakat Kapitalis

Lahirnya masyarakat kapitalis diilhami oleh gagasan Adam Smith yang

menggarisbawahi pentingnya peranan kapital dan akumulasi kapital dalam

pertumbuhan ekonomi lewat peningkatan produktivitas per pekerja.

Peningkatan produktivitas per pekerja terjadi karena tambahan kapital

membuka peluang untuk mempertajam tingkat spesialisasi dan pembagian

kerja (specialization division of labor). Disamping itu faktor lain yang ikut

menunjang proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith adalah:

a) Pasar yang semakin luas, dan

b) Laba usaha.

Kedua faktor tersebut saling berkaitan. Meluasnya pasar membuka

kemungkinan untuk inovasi lebih lanjut, dus menciptakan pembagian kerja

(21)

MAKRO EKONOMI 21 akumulasi kapital. Syarat utama yang harus dipenuhi untuk memaksimumkan

luas pasar menurut Adam Smith adalah memberikan kebebasan seluas-luasnya

kepada anggota masyarakat dalam mengelola kegiatan ekonominya.

Dalam kenyataannya lahirnya masyarakat kapitalis ini berbarengan dengan

terjadinya perubahan struktur ekonomi dari agraris ke industri di Inggris pada

akhir abad ke XVIII. Revolusi industri tersebut didukung oleh kemajuan

teknologi produksi yang spektakuler yang berimplikasi kepada peningkatan

skala produksi dan perluasan pasar. Semuanya ini memerlukan kapital dalam

jumlah yang besar, sehingga mendorong terjadinya proses akumulasi kapital

yang intensif sehingga masyarakat menjadi kapitalistik.

Dampak dari perkembangan yang semacam itu adalah bahwa masyarakat

kembali terbagi dua tetapi dengan corak yang berbeda dari periode

sebelumnya. Kedua kelompok itu adalah: a) kelas kapitalis, dan b) kelas buruh.

Dalam hubungan ini para kapitalis mempekerjakan kaum buruh, yang dalam

hal ini mempunyai posisi yang relatif lemah terutama karena tidak memiliki

alat produksi. Dalam konstelasi yang semacam itu kaum kapitalis

memanfaatkan kelemahan kaum buruh ini yaitu dengan memberikan tingkat

upah yang rendah untuk memaksimumkan labanya dan mempercepat laju

akumulasi kapital. Sementara itu kaum buruh menjadi semakin melarat.

Pertentangan kepentingan ini makin lama makin besar dan akhirnya timbul

pertarungan diantara keduanya yang oleh Marx disebut perjuangan kelas.

Sementara itu sistem kapitalis yang mementingkan adanya kebebasan

dalam berusaha melahirkan suasana persaingan yang tajam terutama diantara

para kapitalis itu sendiri, baik dalam memasarkan output maupun dalam

membeli input untuk memaksimumkan profitnya. Dalam persaingan ini

nantinya akan semakin banyak kapitalis tersisih, sementara yang menang

jumlahnya akan semakin sedikit tetapi kekayaannya akan semakin besar.

Prosesi ini melahirkan kesenjangan yang sangat besar dalam masyarakat

dimana jumlah orang yang kaya semakin sedikit dengan tingkat kekayaan yang

semakin besar dan jumlah orang miskin menjadi semakin banyak. Tatanan

(22)

MAKRO EKONOMI 22 berpendapatan rendah berada pada bagian bawahnya dan yang paling kaya

yang jumlahnya sangat sedikit bertengger di puncak piramid. Pertarungan ini

oleh karena itu, seperti digambarkan oleh Marx pada akhirnya akan

dimenangkan oleh kaum buruh yang kemudian membentuk masyarakat sosialis

atau masyarakat komunal modern.

5. Masyarakat Sosialis Modern

Seperti halnya dalam masyarakat komunal primitif, dalam masyarakat

komunal modern faktor-faktor produksi adalah milik bersama (social

ownership). Namun berbeda dengan masyarakat komunal primitif, dalam

masyarakat komunal modern alat-alat produksi atau teklogi sudah jauh lebih

maju. Dalam sistem ini semua manusia mempunyai peluang yang sama untuk

maju pada semua bidang kehidupan dan terutama dalam bidang ekonomi.

o W.W ROSTOW

Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi Rostow dapat dikatakan sebagai

reaksi terhadap teori komunis Marx. Hal ini terlihat dari karya utama Rostow

yang berjudul: The Stages of Economic Growth: A Non-Communist

Manifesto.Seperti analisis Marx, model pertumbuhan ini ternyata jauh lebih

berpengaruh kepada para politisi daripada kepada para teoritisi ekonomi atau

sejarawan profesional.

Rostow yang beradal dari TexasUniversity mengajukan lima tahap

pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Masyarakat Tradisional

2. Prakondisi untuk Take-off

3. Periode Take-off

4. Dorongan menuju kematangan (Drive to Maturity)

5. Konsumsi tinggi dan besar-besaran (High-mass consumption)

Dari kelima tahap tersebut, Take off (lepas landas) merupakan tahap

(23)

MAKRO EKONOMI 23 1. Masyarakat Tradisional

Tahap ini adalah tahap paling awal dari pertumbuhan ekonomi, yang

menurut Rostow mempunyai karakteristik sebagai berikut:

A. Kebiasaan-kebiasaan lama menentukan organisasi dan metoda produksi.

Pada tahap ini organisasi dan metoda produksi banyak ditentukan oleh

kebiasaan lama, misalnya cara hidup yang sangat dipengaruhi oleh

pikiran-pikiran yang tidak rasional dan hanya didasarkan kepada

kebiasaan-kebiasaan sebelumnya.

Sebagai contoh dapat dikemukakan pandangan bahwa banyak anak,

banyak rezeki.Pandangan hidup ini menyebabkan suatu rumah tangga

tidak perlu merasa khawatir untuk beranak banyak, sehingga jumlah anak

yang mereka miliki relatif banyak dan melampaui kemampuan mereka

untuk memelihara dan mendidiknya.Akibatnya tingkat kesehatan (baik

tingkat kesehatan anak maupun tingkat kesehatan anak) dan pendidikan

masyarakat tradisional ini relatif rendah yang selanjutnya menghasilkan

tenaga kerja yang berproduktivitas rendah pula.

Disamping rendahnya produktivitas jumlah anak yang banyak ini juga

memperbesar rasio ketergantungan (dependency ratio).Rendahnya tingkat

produktivitas serta tingginya rasio ketergantungan ini menyebabkan

rendahnya pendapatan.Kemudian jumlah anak yang banyak ini menyerap

sebagian besar pendapatan yang rendah tersebut terutama untuk memenuhi

barang-barang kebutuhan pokok yang bersifat konsumtif. Bahkan itupun

sering tidak mencukupi (dissaving) sehingga peluang untuk investasi

menjadi sangat terbatas, kalau tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali.

Pola hidup yang semacam inilah yang sering menyebabkan masyarakat

tradisional ini terjebak di dalam lingkaran setan kemiskinan (Visicious

Circle).

Rasionalitas merupakan salah satu prinsip dari ilmu ekonomi, oleh

karena itu masyarakat yang tidak rasional memang sukar untuk berpikir

ekonomis, yaitu berpikir efisien dan mengarah kepada kemajuan

(pertumbuhan ekonomi). Mereka cenderung hidup boros, tidak efisien

(24)

MAKRO EKONOMI 24 ini dapat menjelaskan kenapa pada masyarakat tradisional banyak

dijumpai proyek-proyek yang tidak produktif seperti: pembangunan

candi-candi atau monumen-monumen, pesta penguburan jenazah, pesta

perkawinan, atau untuk perang dan sebagainya.

Di Indonesia juga banyak terdapat candi-candi yang terpenting

diantaranya adalah candi candi Borobudur dan Prambanan yang dibangun

sekitar abad ke IX. Dapat dibayangkan bahwa pembangunan candi-candi

tersebut memerlukan biaya yang sangat besar terutama dalam bentuk

pengorbanan tenaga manusia dengan teknologi yang ada pada masa itu.

Jelas proyek ini tidak ekonomis, meskipun dari segi sosial budaya proyek

tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Pada tahun 1980-an atau

seribu tahun kemudian, candi tersebut direnovasi dan daerah di sekitarnya

dikembangkan menjadi kawasan wisata yang salah satu sasarannya adalah

untuk menjaring devisa dan mengembangkan perekonomian di sekitar

kawasan tersebut.

Di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru (sejak tahun 1966)

kebiasaan-kebiasaan yang kurang produktif ini juga banyak dijumpai

terutama di daerah pedesaan. Misalnya, masih banyak dijumpai

penggunaan dana inpres desa yang tidak produktif dan lebih bersifat

monumental, seperti untuk membangun batas desa atau tugu-tugu

peringatan.Praktek-praktek semacam ini pernah dikritik tajam oleh

Menteri Dalam Negeri Rudini pada tahun 1990.

b. Dampak sains teknologi terhadap kegiatan ekonomi relatif kecil.

Sikap rasional berkorelasi positif dengan kemajuan sains dan teknologi.

Semakin rasional masyarakat semakin cepat kemajuan sains dan teknologi

di dalam masyarakat tersebut, sebaliknya semakin tidak rasional

masyarakat, semakin sulit sains dan teknologi berkembang di dalam

masyarakat tersebut. Jadi rasionalitas merupakan tanah tempat tumbuh

tanaman sains dan teknologi. Masyarakat yang memiliki sifat-sifat yang

rasional merupakan ladang yang subur bagi tanaman sains dan teknologi.

(25)

MAKRO EKONOMI 25 dan teknologinya sendiri, maka sebenarnya mereka dapat mengimpornya

dari negara-negara lain yang lebih maju. Akan tetapi, hal ini sulit

dilakukan karena pendapatan mereka yang sangat rendah, sehingga mereka

tetap saja bodoh dan teknologi mereka tetap saja terbelakang. Oleh karena

itu dampak sains dan teknologi terhadap kegiatan ekonomi relatif kecil

sehingga produktivitas sulit ditingkatkan.

Rendahnya tingkat penguasaan sains dan teknologi juga menyebabkan

struktur perekonomian tetap agraris, karena sektor pertanian tradisional ini

belum menuntut teknologi yang begitu tinggi. Sekitar 75 persen dari

penduduk yang bekerja melakukan pekerjaan di sektor pertanian dengan

sebagian besar pendapatan mereka berasal dari sektor ini.

c. Masyarakat merasa tidak memerlukan perubahan.

Masyarakat tradisional adalah suatu masyarakat yang statis, karena

mereka merasa tidak memerlukan perubahan.Sehubungan dengan itu

masyarakat ini ditandai pula oleh relatif lambannya mobilitas sosial, dalam

arti kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak banyak berbeda dengan

kedudukan orang tuanya. Jadi, misalnya bagi anak seorang buruh tani kecil

sekali kemungkinannya untuk menjadi tuan tanah.

Struktur masyarakat tradisional cenderung bersifat hierarkis (bertingkat),

dimana hubungan darah dan keluarga memainkan peranan yang

menentukan.Kekuasaan politik terpusat di daerah, ditangan bangsawan

pemilik tanah yang didukung oleh sekelompok serdadu dan pegawai

negeri. Bahkan di negara dengan sistem pemerintahan sentralisasipun di

daerah-daerah juga terdapat pusat kekuasaan politik sehingga para tuan

tanah di daerah, misalnya, dapat mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah

pusat.

Ketiga karakteristik utama ini satu sama lain saling berkaitan sehingga

yang satu sering merupakan akibat bagi yang lain.

2. Prakondisi untuk Take-off

Tahap kedua adalah tahap transisi dari tradisional ke take-off. Pada

tahap ini prasyarat-prasyarat untuk take-off dibangun atau atau tercipta. Di

(26)

MAKRO EKONOMI 26 perlahan-lahan, yaitu sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI, yaitu

pada waktu abad pertengahan berakhir dan abad modern dimulai.

Dari segi prasyarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke tahap ini

Rostow membedakan dua kategori negara berdasarkan sistem

masyarakatnya:

a. Negara yang harus merombak sistem masyarakatnya yang

tradisional. Tipe ini dialami oleh kebanyakan negara-negara Asia,

Timur Tengah dan Afrika

b. Negara-negara yang tidak perlu merombak sistem masyarakatnya,

yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

Negara-negara ini tidak perlu merombak sistem masyarakatnya,

karena sebagian besar penduduk negara-negara ini berasal dari

Eropa Barat yang sudah lebih dulu berkembang, dan oleh karena itu

sudah memiliki sifat-sifat yang diperlukan untuk berada pada tahap “Prakondisi untuk Take off”. Perhatikan bahwa negara-negara ini adalah bekas jajahan Inggris dan hingga kini menggunakan bahasa

Inggris sebagai bahasa resminya.

Adapun karakteristik masyarakat atau negara yang berada pada tahap

ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Sikap mental tradisional masyarakat secara perlahan-lahan mulai

berkurang

2. Saving dan investasi meningkat secara teratur dan mendasar serta

melampaui laju pertumbuhan penduduk.

3. Introduksi teknologi maju.

4. Munculnya pahma nasional sebagai reaksi terhadap internvensi dan

dominasi asing

Keempat karakteristik ini satu sama lain saling berkaitan, namun

(27)

MAKRO EKONOMI 27 1. Berkurangnya Sikap Mental Tradisional

Pada tahap ini sikap mental tradisional secara perlahan-lahan mulai

berkurang. Proses ini biasanya diawlai dengan munculnya kelompok elit

baru yang mempunyai gagasan bahwa modernisasi ekonomi adalah

sesuatu yang mungkin dan bahkan sangat didambakan. Kemajuan

ekonomi merupakan syarat penting untuk mencapai tujuan lain yang

dianggap terbaik, misalnya kebanggaan nasional, keuntungan pribadi,

kesejahteraan umum, atau kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu.

Kelompok elit baru ini mau bekerja keras, meningkatkan tabungan dan

mengambil resiko dalam mengejar keuntungan modernisasi.

Sebagian anggota masyarakat sudah mulai berpikir rasional

menyusul semakin meluasnya pendidikan, sekurang-kurangnya bagi

beberapa orang tertentu. Perkembangan sektor pendidikan ini adalah untuk

memenuhi berbagai kebutuhan dalam kehidupan modern.

Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan contoh Indonesia. Pada tahun

1921 untuk pertama kalinya di Bandung didirikan sebuah perguruan tinggi

teknik oleh pemerintah Belanda, yaitu Technische Highschool, yang salah

satu tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan terhadap tenaga

insinyur teknik yang semakin meningkat pada waktu itu Ir. Soekarno yang

kemudian menjadi proklamator kemerdekaan dan presiden pertama

Republik Indonesia adalah salah seorang alumni perguruan tinggi tersebut.

Perguruan tinggi tersebut terus berkembang dan kemudian menjadi

ITB, salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Setelah itu

sampai menjelang kemerdekaan beberapa pendidikan tinggi lainnya

berdiri pula di beberapa kota besar lainnya di Indonesia seperti

kedokteran, hukum dan sastra di Jakarta, pertanian di Bogor, kedokteran

hewan di Surabaya dan fakultasekonomi di Ujung Pandang. Sdangkan

pendidikan pada tingkat yang lebih rendah seperti SLTA, SLTP dan SD

sudah berkembang lebih dulu maupun oleh pribumi Indonesia dan bahkan

oleh golongan etnis Cina. Sementara itu beberapa putra terbaik Indonesia

juga banyak yang menuntutkan ilmu ke luar negeri atau ke negara-negara

(28)

MAKRO EKONOMI 28 Dalam perjalanan sejarha selanjutnya alumni-alumni perguruan

tinggi ini, baik lulusan domestik maupun lulusan luar negeri merupakan

para founding father bagi republik Indonesia. Bahkan sebagian besar dari

founding father tersebut adalah para lulusan perguruan tinggi (sarjana).

Lebih jauh lagi, sepanjang sejarahnya, mayoritas anggota kabinet dalam

pemerintah Indonesia adalah sarjana.

Lahirnya sektor pendidikan modern di Indonesia ini tidak terlepas

dari kontak yang terjadi dengan dunia luar, khususnya dengan negeri

Belanda yang telah menjajah Indonesia selama ratusan tahun. Indikasi ini

diperkuat pula oleh kenyataan bahwa perguruan-perguruan tinggi tersebut

didirikan di kota-kota besar yang merupakan pula konsentrasi-konsentrasi

kekuasaan Belanda di Indonesia pada masa itu.

2. Peningkatan Saving dan Investasi

Pada periode ini bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan

bermunculan seiring dengan meningkatnya saving dan investasi secara

teratur dan mendasar hingga melampaui laju pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan sektor perbankan/ lembaga keuangan, saving, investasi dan

pendapatan masyarakat saling menunjang. Perkembangan sektor

perbankan/ lembaga keuangan, memberikan kemudahan kepada

masyarakat untuk menabung dan memperoleh dana yang diperlukan untuk

invetasi sehingga memacu peningkatan saving, investasi dan pendapatan

masyarakat. Perkembangan saving, investasi dan pendapatan masyarakat

sebaiknya memperluas permintaan terhadap jasa-jasa perbankan/

keuangan. Begitu pula peningkatan pendapatan masyarakat membuka

peluang untuk meningkatkan saving, investasi dan lembaga-lembaga

keuangan/ perbankan. Interaksi keempat komponen ini secara

bersama-sama memungkinkan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Sebagai ilustrasi perhatikan kasus Indonesia berikut. Bank pertama

di Indonesia (pada waktu itu Nederland Indie) didirikan pada tahun

1827[13], yaitu De Javasche Bank N.V. Pada tahun 1951 pemerintah

(29)

MAKRO EKONOMI 29 Indonesia (BI) yang hingga kini menjadi bank sentral di Indonesia. Sejak

tahun 1827 tersebut jumlah bank di Indonesia terus meningkat seiring

dengan meningkatnya kegiatan ekonomi pada masa itu hingga menjelang

Perang Dunia II tidak kurang dari 20 buah. Bank-bank tersebut

kebanyakan milik bangsa asing, seperti Belanda, Inggris dan bahkan Cina.

Bank-bank milik pribumi diantaranya adalah Bank Nasional Abuan

Saudagar, yang didirikan pada tahun 1932 di Bukittinggi, N.V Bank

Boemi di Jakarta dan Bank Nasional Indonesia di Surabaya.

Rostow menyarankan supaya investasi pemerintah diarahkan

kepada perluasan Social overhead capital (prasarana produksi) terutama

untuk membangun jaringan transportasi. Pengembangan jaringan

transportasi ini sangat besar peranannya dalam memperluas pasar,

menggarap sumber daya alam secara lebih produktif, dan untuk

memungkinkan negara memerintah secara lebih efektif. Kebijaksanaan ini

juga membantu terwujudnya stabilitas politik dan integrasi nasional, yang

merupakan prasyarat pula bagi pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

Seperti diketahui sebagian besar NT memiliki keunggulan

komparatif dalam sumber daya alam sehingga potensi ekspor mereka

terletak pada produk-produk primer yang meliputi berbagai rupa bahan

tambang, kehutanan dan produk-produk pertanian lainnya. Untuk

mengelola sebagian besar dari potensi sumber daya alam ini biasanya

diperlukan modal yang relatif besar dengan teknologi yang relatif tinggi,

yang keduanya biasanya tidak dapat dipenuhi oleh sebagian besar NT.

Oleh karena itu eksploitasi sumber daya alam ini biasanya

dilakukan melalui kerjasama dengan negara lain yang lebih maju. Dengan

kata lain NT tersebut mengundang masuknya modal asing baik berupa

PMA swasta murni maupun melalui proyek patungan dengan modal

pribumi baik swasta maupun pemerintah. Hasil produknya biasanya juga

sebagian besar diekspor. Disamping itu adalagi pola kerjasama production

sharing atau bagi hasil, dimana pemerintah NT menerima sebagian dari

hasil produksi yang dihasilkan oleh Perusahaan Asing tersebut sebagai

(30)

MAKRO EKONOMI 30 asing tersebut biasanya berupa perusahaan besar yang lebih dikenal

dengan sebutan Multi Nasional Corporation (MNC) atau Trans

NationalCorporation (TNC).

Oleh karena menggunakan teknologi dan tenaga profesional

berkualitas tinggi dari negara maju ini, maka pengelolaan sumber daya

alam ini biasanya efisien dan efektif. Maka efisiensi dan efektivitas dalam

pengelolaan sumber daya alam ini diharapkan dapat meningkatkan ekspor

dan penerimaan devisa yang kemudian dapat digunakan lagi untuk

memperluas impor termasuk impor barang modal. Dengan demikian

investasi dapat terus ditingkatkan.

3. Pengenalan Teknologi Maju

Berkurangnya sikap mental tradisional, kemudian dalam bidang

pendidikan serta peningkatan saving dan investasi merangsang

berkembangnya usaha-usaha untuk memperbaiki serta

memperkembangkan lebih lanjut alat-alat dan metode produksi.

Penyebaran teknologi maju ini diiringi oleh berbagai rupa kegiatan

pelatihan atau training untuk menggunakannya. Akibatnya,

bermunculanlah berbagai rupa lembaga-lembaga pendidikan nonformal/

kursus-kursus keterampilan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun swasta. Adapun tujuannya adalah untuk mengenalkan teknologi

baru kepada para pekerja melalui paket kegiatan pelatihan dan penataran.

Dengan demikian lembaga-lembaga pendidikan nonformal ini merupakan

pelopor penyebaran teknologi maju ke dalam masyarakat.

4. Berkembangnya Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan yang biasanya muncul sebagai reaksi

terhadap intervensi dan dominasi asing, berfungsi sebagai kekuatan

potensial dalam melahirkan masa transisi tersebut.

Di Jepang, misalnya bukan hasrat untuk mendapatkan keuntungan

besar atau barang-barang pabrik baru yang mendorong diambilnya

(31)

MAKRO EKONOMI 31 di Cina pada awal 1940-an dan kehadiran 7 kapal perang komodor Perry

sepuluh tahun kemudian.

Di Indonesia yang sejak awal abad XVII mulai dijajah oleh

Belanda, pada abad ke XIX mulai muncul berbagai gerakan kebangsaan

untuk menentang kekuasaan Belanda. Pada awal abad XX gerakan

kemerdekaan tersebut semakin terorganisir dan terarah dan semakin

intensif masa penjajahan Jepang (1942-1945) berakhir. Cita-cita

perjuangan kemerdekaan itu kemudian dirumuskan sedemikian rupa

dengan tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang

adil dan makmur.

3. Periode Take-off

Menurut Rostow waktu yang diperlukan dalam periode ini berkisar

antara 20 sampai dengan 30 tahun. Untuk take off suatu negara harus

memenuhi tiga syarat (karakteristik) berikut.

a. Investasi Netto meningkat sekitar dua kali lipa hingga menjadi di atas

10 persen dari GNP atau pendapatan nasional.

b. Berkembangnya satu atau beberapa sektor (industri) manufaktur

penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi.

c. Hadirnya secara cepat suatu kerangka politik, sosial dan organisasi

yang menampung hasrat ekspansi di sektor modern dan menumbuhkan

daya dorong kepada pertumbuhan

Ketiga syarat tersebut satu sama lainnya saling berkaitan dan

selanjutnya akan dibahas satu per satu.

1. Tingkat Investasi Netto melebihi 10 persen dari GNP

Untuk take off suatu perekonomian memerlukan tingkat investasi yang

relatif tinggi yaitu minimal 10,5 persen dari pendapatan bersih nasional

(Net National Income = NNI). Laju pertumbuhan investasi yang tinggi ini

memungkinkan laju pertumbuhan pendapatan nasional melampaui laju

pertumbuhan penduduk sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan

(32)

MAKRO EKONOMI 32 Diketahui:

1. ICOR pada tahap awal pembangunan 3,5

2. Laju pertumbuhan penduduk:

a. Skenerio 1 = 1,0 %

b. Skenerio 2 = 1,5 %

c. Skenerio 3 = 2,0 %

Pertanyaan:

Berapa investasi yang diperlukan setiap tahunnya untuk:

A. Mempertahankan pendapatan per kapita

B. Meningkatkan pendapatan per kapita:

a. 2 % per-tahun

b. 5 % per- tahun

Solusi:

7 ICOR = ΔK/ΔY ……….(1)

Karena ΔK = I, maka,

ICOR = I/ΔY ……….(2)

atau

I = ICOR (ΔY) ………..(3)

Dimana ΔY adalah tambahan income secara absolut. Sedangkan tambahan

income dalam bentuk persentase dapat diekspresikan dengan persamaan berikut:

ΔY /Y = y ………(4)

dimana y adalah laju pertumbuhan laju pertumbuhan ekonomi.

(33)

MAKRO EKONOMI 33 Bila persamaan (4) diintegrasikan kepada persamaan (3) maka diperoleh:

I = ICOR (yY) … ……… ……(5)

A. Investasi yang Investasi yang diperlukan untuk mempertahankan

Pendapatan Per-kapita

Bila pendapatan per kapita hendak dipertahankan, maka NNI negara

tersebut harus meningkat secepat laju pertumbuhan penduduk, yang berarti

y = n.

a. Skenerio 1 (y = n = 1,0 %)

Dengan menggunakan persamaan (5) maka besarnya investasi

yang diperlukan setiap tahunnya untuk mempertahankan pendapatan

perkapita bila jumlah penduduk meningkat rata-rata 1,0 % per tahun,

adalah:

I = ICOR (yY) = 3,5 (1,0 % x Y) = 3,5 % Y

yang berarti setiap tahun perlu dilakukan investasi secara teratur

sebesar 3,5% dari pendapatan nasional bersih. Dengan kata-kata lain untuk

mempertahankan tingkat kemakmuran suatu negara yang menghadapi laju

pertumbuhan penduduk 1,0 % per tahun, setiap tahunnya perlu dilakukan

investasi secara teratur sebesar 3,5 % dari pendapatan bersih

masyarakatnya.

b. Skenerio 2 (y = n = 1,5 %)

Bila laju pertumbuhan penduduk (n) adalah 1,5%, maka I = 3,5

(1,5 % x Y) = 5,25 %. Artinya, untuk mempertahankan tingkat

kemakmuran masyarakat yang menghadapi laju pertumbuhan penduduk

1,5 % per tahun, setiap tahunnya diperlukan investasi secara teratur

sebesar 5,25 % dari pendapatan bersih masyarakat itu.

c. Skenerio 3 (y = n = 2,0 %)

Bila laju pertumbuhan penduduk 2,0 % per tahun seperti yang

dialami Indonesia selama periode 1980-1990, maka untuk

(34)

MAKRO EKONOMI 34 setiap tahunnya sebesar 3,5 x 2,0 % Y = 7,0 % dari pendapatan bersih

masyarakat.

a) Investasi yang diperlukan untuk meningkatkan Pendapatan

Per-kapita

Bila tingkat kemakmuran hendak ditingkatkan, maka laju

pertumbuhan ekonomi harus melampaui laju pertumbuhan jumlah

penduduk (y > n), seingga investasi yang diperlukan lebih besar lagi.

Formulasinya adalah:

I = ICOR (y + n) Y ……….(6)

Persamaan (6) adalah pengembangan dari persamaan (5) yaitu dengan

menjumlahkan y dengan n.

1) Skenerio 1 (n = 1,0 %; y = 2,0 %)

Dengan menggunakan persamaan (6), maka besarnya investasi

yang diperlukan adalah 3,5 (2,0 % + 1,0 %) Y = 10,5% dari pendapatan

nasional. Jadi dalam suatu negara yang menghadapi laju pertumbuhan

penduduk sebesar 1,0 % per tahun, maka untuk menaikkan pendapatan

per-kapita sebesar 2,0 % per-tahun diperlukan investasi secara teratur

setiap tahunnya sebesar 10,5% dari pendapatan nasional. Perhatikan

dengan dasar inilah Rostow mengemukakan perlunya investasi dinaikkan

menjadi minimal 10,5% dari pendapatan nasional untuk memungkinkan

perekonomian Negara tersebut take-off.

2) Skenerio 2 (n = 1,5 % ; y = 2,0 %)

Bila laju pertumbuhan penduduk 1,5 % per tahun, maka untuk

menaikkan pendapatan per kapita sebesar 2,0 % per tahun, diperlukan

investasi secara teratur setiap tahunnya sebesar 3,5 x 3,5 % Y = 12,25 %

dari pendapatan nasional.

Kasus yang diterangkan oleh Rostow ini didasarkan pada anggapan

bahwa COR dan laju pertumbuhan penduduk konstan. Pengaruh

(35)

MAKRO EKONOMI 35 dengan demikian tidak dipertimbangkan. Akan tetapi selama tinggal

landas COR cenderung menurun diikuti dengan perubahan pola investasi,

dan kenaikan proporsi investasinetto terhadap pendapatan nasional

meningkat dari 5,0 % menjadi lebih dari 10,0 %, yang berarti melampaui

laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan investasi yang relatif

tinggi itu antara lain dapat dicapai dengan seperangkat langkah-langkah

berikut:

Pertama, menginvestasikan kembali secara terus menerus

keuntungan yang didapat oleh unit-unit usaha atau sektor-sektor ekonomi

yang mengalami pertumbuhan yang pesat.

Kedua, meningkatkan tabungan masyarakat melalui pengembangan

sistem keuangan, moneter dan perbankan.

Ketiga, merangsang berkembangnya inovasi.

b) Perkembangan Sektor-sektor Penting

Syarat take off yang kedua adalah perkembangan salah satu atau

beberapa sektor penting (leading sectors) di dalam perekonomian. Rostow

menganggap perkembangan sektor penting itu sebagai tulang punggung

analitis dari tahap pertumbuhan ekonomi tersebut. Pada era take off

Rostow membagi suatu perekonomian menjadi 3 sektor, yaitu:

Pertama, sektor pertumbuhan utama (leading growth sector) yaitu

kegiatan perekonomian yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan

dapat berekspansi ke berbagai sektor lain dalam perekonomian itu.

Pertumbuhan yang pesat ini dimungkinkan oleh adanya inovasi.Leading

growth sector ini di berbagai negara berbeda-beda. Di Inggris, misalnya

tekstil, katun, sementara di Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Jerman dan

Kanada adalah jaringan jalan kereta api. Di Swedia industri perkayuan dan

di Jepang industri sutra. Di Indonesia minyak dan gas bumi.

Kedua, sektor pertumbuhan suplementer (supplementary growth

sector), yaitu sektor yang berkembang pesat sebagai akibat langsung dari

(36)

perkereta-MAKRO EKONOMI 36 apian (sektor primer) merangsang perluasan industri di bidang besi, batu

bara dan baja. Dalam kasus ini industri besi, batu bara dan baja adalah

sektor suplementer.

Ketiga, sektor pertumbuhan turunan atau terkait (derivativegrowth

sector), yaitu sektor yang berkembang seirama dengan kenaikan

pendapatan, penduduk dan produksi sektor industri atau beberapa variabel

lain yang secara keseluruhan meningkat agak cepat. Misalnya industri

makanan dan perumahan yang erat kaitannya dengan penduduk.

Menurut Rostow, laju pertumbuhan leading sector ini tergantung

kepada 4 dasar :

Pertama, harus ada pengenalan fungsi produksi baru dan perluasan

kapasitas di sektor-sektor tersebut.

Ketiga, harus ada keuntungan investasi dan modal lebih dulu yang

memadai untuk take-off pada sektor-sektor penting ini.

Keempat, sektor-sektor penting harus mendorong perluasan output di

sektor lain melalui transformasi teknik.

Manfaat eksternal yang ditimbulkan oleh leading growth sector ini

selanjutnya mendorong sisi permintaan pada sektor-sektor lainnya yang

terkait dengan leadingsector ini. Akibatnya, terdapat kenaikan laju

pertumbuhan output yang berkelanjutan (sustainable growth), yang oleh

Rostow disebut self-sustaining. Sustainable Growth adalah suatu transisi

permanen dari laju pertumbuhan yang rendah atau tidak ada pertumbuhan

sama sekali kepada laju pertumbuhan yang sehat sebagaimana halnya di

NM. Transisi permanen ini terjadi karena kekuatan-kekuatan yang berasal

dari dalam negeri sendiri, yang terlihat dalam interaksi antara satu atau

beberapa leading growth sectors dengan sektor-sektor lainnya dalam

(37)

MAKRO EKONOMI 37 d. Kerangka Budaya yang Mendorong Ekspansi

Persyaratan take off yang terakhir adalah hadir atau munculnya

kerangka budaya yang mendorong perluasan sektor modern. Syarat

penting untuk itu adalah kemampuan perekonomian untuk meningkatkan

tabungan dari pendapatan yang semakin meningkat.Hal ini diperlukan

untuk meningkatkan permintaan efektif terhadap barang-barang

manufaktur, dan kemampuan untuk menciptakan manfaat eksternal

melalui ekspansi leading growth sector. Menurut Rostow untuk take off

suatu masyarakat memerlukan seperangkat prasyarat besar-besaran,

sampai ke jantung ekonomi, politik dan tatanan nilai-nilai yang berlaku

dalam masyarakat tersebut. Dalam tahap ini, orang-orang yang ingin

mempermodernkan perekonomian (kelompok elit) biasanya meraih

kemajuan yang pesat dan nyata dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya

dibandingkan dengan kelompok tradisional.Secara keseluruhan, kelompok

elit ini mendorong masyarakat untuk menyebarluaskan rahasia teknologi

modern ke luar sektor yang telah dipermodernkan selama masa take-off

tersebut.[15]

e. Proses Take-off

Tahap take-off ini dapat dijelaskan dengan menggunakan

Gambar7.2. Pada Gambar 7.2, sumbu horizontal menggambarkan

pendapatan nasional (NNI), sumbu vertikal menggambarkan jumlah

saving (S), investasi netto (I) dan kapital (K). Garis miring K0Y0 dan K1Y1

adalah ratio antara kapital dengan output (COR). Keduanya digambarkan

sejajar untuk menunjukkan adanya rasio yang konstan diantara kapital

dengan output yaitu 0K0/0Y0 = 0K1/0Y1. Selanjutnya TY0/Y0Y1 adalah

rasio kapital dengan output marginal (ICOR).

Semula, pada masa pra-take-off masyarakat mempunyai kurva

saving yang mendatar dan kurva COR yang sangat curam.Kurva saving

yang landai menandaikan bahwa orang yang hanya menyisihkan sebagian

kecil dari pendapatannya untuk saving, sedangkan kurva COR yang curam

menunjukkan angka COR yang sangat tinggi. COR yang tinggi

(38)

MAKRO EKONOMI 38 periode waktu 0, begitu investasi netto 0I0 dilakukan investasi ini akan

meningkatkan stok modal yang menjadi produktif dalam jangka waktu 1

dan menaikkan Y menjadi 0Y1. Kemudian pada tahap take-off, pada saat

investasi 0I1 (=Y1T1) terjadi, ransangan terhadap pertumbuhan modal

produktif tersebut lebih cepat lagi sehingga COR turun menjadi

T1Y1/Y1Y2. Sebagai akiabtnya, pola investasi berubah dan kurva COR

yaitu T1Y2 menjadi lebih datar. Y naik menjadi 0Y2 yang selanjutnya

menaikkan investasi menjadi0I2 (=Y2T2). Dengan kenaikan ini berarti

perekonomian telah take-off, dan jika pertumbuhan demikian berlanjut ia

menjadi swadaya (self sustained).

Jadi take-off itu didahului oleh suatu rangsangan atau dorongan

kuat, seperti misalnya perkembangan suatu sektor penting atau revolusi

politik yang membawa perubahan mendasar dalam proses produksi, atau

kenaikan proporsi investasi netto menjadi lebih dari 10,0 persen dari GNP

yang melampaui laju pertumbuhan penduduk.

Perkiraan Rostow mengenai jangka waktu take-off yang dilalui

oleh beberapa negara dikemukakan dalam Tabel 7.3. Inggris memasuki

periode take-off pada akhir abad ke XVIII yaitu pada saat dimulainya

Revolusi Industri dan sekaligus merupakan awal berdirinya ilmu ekonomi.

Seperti diketahui Inggris adalah negara tempat lahirnya revolusi industri

dan sekaligus ilmu ekonomi. Pada periode tersebut di Inggris, disamping

lahirnya ilmu ekonomi juga terdapat beberapa kemajuan yang sangat

mendasar dalam bidang sains dan teknologi, misalnya ditemukannya

mesin uap, kapal api, kereta api, mesin pintal benang serta beberapa

kemajuan teknik produksi terutama dalam industri tekstil.

Pada saat di Inggris sedang terjadi revolusi industri (revolusi

ekonomi), di Perancis berlangsung pula suatu revolusi sosial yang lebih

dikenalkan dengan sebutan revolusi Prancis.Revolusi Perancis

memberikan perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap sikap

mental masyarakat serta institusi-institusi yang ada di negara itu.Seperti

diketahui perubahan struktur dan tatanan masyarakat ini merupakan

(39)

MAKRO EKONOMI 39 Daftar Kronologis Periode Take-off Beberapa Negara

Negara Periode

Take-off

Negara Periode

Inggris 1783-1802 Jepang 1878-1900

Perancis 1830-1860 Rusia 1890-1914

Belgia 1833-1860 Kanada 1896-1914

Amerika Serikat 1843-1860 Argentina 1935

Jerman 1850-1873 Turki 1937

Swedia 1878-1900 India 1952

Sumber: Rostow, The Stages of Economic Growth (Cambridge: University Press,

1965). P. 38

Dari kedua negara Eropa Barat ini, kemudian kemajuan ekonomi

berkembang ke negara-negara lainnya.Mula-mula ke negara-negara sekitarnya,

dan kemudian menjalar ke negara-negara jajahannya di benua Amerika dan Asia.

Beberapa negara sudah memasuki tahap take-off seperti: Argentina (1935),

Turki (1937), dan India (1952), akan tetapi hingga sekarang ketiga negara tersebut

belum menyelesaikan proses take-offnya. Terlambatnya periode take off ini

terutama disebabkan oleh rumitnya kerangka kultural dan budaya masyarakat di

negara-negara bersangkutan. Indonesia di dalam GBHN direncanakan akan

memasuki periode take-off ini pada Repelita Keenam (1994/1995-1998/1989)

f. Periode Menuju Kematangan (Drive to Maturity)

Periode ini memerlukan waktu sekitar 40 atau 50 tahun. Karakteristik

suatu perekonomian yang berada dalam periode ini adalah sebagai berikut:

o Teknologi produksi sudah matang

o Rentangan produksi semakin meluas

o Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan

(40)

MAKRO EKONOMI 40 o Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan industrialisasi

Kelima karakteristik ini satu sama lain saling berkaitan dimana yang satu

merupakan akibat dari yang lain.

Kematangan Teknologi

Teknologi modern sudah mulai menyebar ke seluruh sisi

perekonomian.Rostow memberikan tahun-tahun simbolik kematangan teknologi

(technological maturity) pada beberapa negara berikut (Tabel 7.4).

Dalam tahap ini leading sectorbaru mulai muncul menggantikan leading

sector lama yang sudah mulai mundur. Leading sector pada tahap ini sifatnya

ditentukan oleh: (a) kemajuan teknologi, (b) kekayaan alam, (c) sifat-sifat tahap

tinggal landas yang berlaku, serta (d) bentuk kebijaksanaan pemerintah.

Menurut Rostow corak perubahan leading sector di beberapa negara maju

sekarang ini pada tahap menuju kematangan, berbeda dengan tahap take off.

Sebagai contoh di Inggris, pada tahap take off, leading sector adalah industri

tekstil, kemudian pada tahap menuju kematangan digantikan oleh industri baja,

kapal, batu bara serta alat-alat teknik berat. Di Amerika Serikat, Perancis dan

Jerman pada tahap take-off leading sector adalah jaringan kereta api, kemudian

pada tahap berikutnya digantikan oleh industri baja serta peralatan berat.

Fase Kematangan Teknologi Beberapa Negara

No Negara Tahun

1 Inggris 1850

2 Amerika Serikat 1900

3 Jerman 1910

4 Perancis 1910

(41)

MAKRO EKONOMI 41

6 Jepang 1940

7 Rusia 1950

8 Kanada 1950

Sumber: Diolah dari M.L. Jhingan. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan

(terjemahan). Jakarta: C.V. Rajawali, 1988. H. 187.

Rentangan Produksi

Meskipun kemajuan teknologi menyebabkan munculnya leading sector

baru menggantikan yang lama, leading sector lama pada umumnya masih tetap

bertahan.Dengan demikian kemajuan teknologi tersebut sekaligus memperluas

rentangan produksi.Produk yang dihasilkan, dengan demikian menjadi semakin

banyak dan beraneka ragam.Perkembangan yang semacam ini meningkatkan daya

tahan perekonomian negara yang berada pada tahap menuju kematangan ini

sehingga menjadi lebih mampu menahan segala gejolak yang tak terduga.

Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja

Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti terhadap

struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri meningkat,

sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah menjadi

terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan upah

nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk mendapatkan

jaminan sosial dan ekonomi lebih mampu menahan segala gejolak yang tak

terduga.

Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja

Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti tehadap

struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri meningkat,

sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah menjadi

terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan upah

nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk mendapatkan

(42)

MAKRO EKONOMI 42

Manajemen Usaha

Kepemimpinan dalam dunia usaha (perusahaan) mengalami perubahan,

dimana peranan manajer semakin penting dan terpisah-pisah dari pemilik (the

owner).Perubahan ini mendorong lahirnya para manajer profesional yang

mempunyai kedudukan yang semakin penting.Watak para pengusaha (manajer)

berubah dari pekerja keras dan kasar menjadi manajer yang halus dan sopan.

Kejenuhan Masyarakat

Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan yang diciptakan

oleh industrialisasi, dan mulai ada kritik-kritik terhadap industrialisasi tersebut.

Ada kecenderungan bahwa masyarakat selalu menginginkan sesuatu yang lebih

baru, mendorong terjadinya perubahan lebih lanjut.

3. Periode Konsumsi Tinggi dan Besar-besaran

Merupakan kelanjutan dari periode menuju kematangan. Disebut konsumsi

tinggi dan besar-besaran ((Highmass consumption) karena dalam periode ini

terdapat perkembangan yang pesat dalam konsumsi masyarakat, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Karakteristiknya secara garis besar adalah sebagai

berikut:

a. Pemenuhan produk-produk kebutuhan pokok bukan lagi merupakan

problema utama.

b. Perhatian masyarakat lebih ditujukan kepada masalah-masalah konsumsi

dan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas, tidak lagi pada masalah

produksi seperti pada peridoe sebelumnya. Dengan kata lain pada tahap ini

keseimbangan perhatian masyarakat sudah beralih dari penawaran ke

permintaan. Jumlah barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh

masyarakat (konsumen) sudah semakin banyak yang dapat dipenuhi.

Konsumsi barang-barang konsumsi tahan lama, seperti mobil, kulkas dan

peralatan rumah tangga lainnya menjadi semakin populer.

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa dapat memanfaatkan fungsi masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga dapat memanfaatkan masid untuk kegiatan lain dalam  pengembangan budaya

Hasil uji ANOVA total fenol ekstrak buah takokak berbeda nyata (p<0.05) pada taraf signifikansi 5% terhadap jenis pelarutnya, namun untuk perlakuan buah dan

Teknik Normalisasi digunakan untuk menghilangkan beberapa group elemen yang berulang, berikut ini adalah langkah- langkah normalisasi yang dilakukan dalam

Metrika cjenovne premije je pokazala svoju korisnost u određivanju cijena gledajući na konkurente, metrika rezervirane cijene u suradnji s metrikom postotka

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap produksi, peredaran dan penjualan minuman beralkohol tradisional yang diproduksi

Penelian ini melihat faktor-faktor yang yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Sikapak Kota Pariaman tahun 2015, antara lain

Faktor pendidikan orang tua dalam menstimulasi tumbuh kembang balita akan berdampak dan memberikan efek yang berbeda terhadap cara menstimulasi tumbuh kembang

Respon eksplan terhadap media juga bervariasi, pada media yang sama untuk kultivar yang berbeda dapat membentuk kalus, umbi mikro maupun tunas berakar.. Respon yang