MAKRO EKONOMI 1
Teori Ekonomi Klasik
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Makro Ekonomi”
Dosen Pengampu:
1. Joko Widodo
2. Deky Aji Suseno
Disusun oleh :
1. Putri 7101413287
2. Yunifa M. 7101413226
3. Wahyu Hendra Pranata 7101413206
4. Titin Indra Wijayanti 7101413192
5. Rini Handayani 7101413171
6. Sri Yuniati 7101413245
7. Risalatul S. 7101413151
8. Lindasari 7101413133
9. Della A.N 7101413133
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
MAKRO EKONOMI 2 DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ……… 1
DAFTAR ISI ………. 2 PROFILE... 3
BAB I : PENDAHULUAN
a. Pengantar Teori...………... 10 b. Rumusan Masalah... 11 c. Tujuan Penulisan... 12 BAB II : PEMBAHASAN
a. Teori Pertumbuhan Adam Smith………... 13 b. Teori Pertumbuhan Karl Mark... 15 c. Teori Pertumbuhan Rostow... 22
BAB III: KESIMPULAN
a. Kesimpulan ………….………. 44
MAKRO EKONOMI 3 PROFILE
A. Francois Quesnay
Francois Quesnay (diucapkan Kennay) terkenal sebagai pencipta model ekonomi pertama, Tableau Economique, dan sebagai pemimpin physiocrats. Para pengikutnya menamakan diri mereka sebagai physiocrat dari bahasa Perancis, physiocrate, yang berarti hukum alam (Rule of Nature). Physiocrat ialah kelompok ekonom yang percaya kalau kemakmuran suatu negara hanya bisa dicapai melalui agrikultur.
MAKRO EKONOMI 4 B. John Locke
Sumbangan John Locke untuk ekonomi adalah memberikan justifikasi pertama untuk kepemilikan pribadi dan untuk pembatasan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Locke juga memberi sumbangan pada teori uang dan tingkat suku bunga.
Sumbangan mengenai filosofinya yaitu, mengemukakan proporsi yang agak kontroversial bahwa manusia mempunyai hak atas pekerjaan mereka dan atas hasil dari pekerjaannya itu, mereka menerima tanah sebagai milik mereka secara sah dengan memadukan pekerjaan mereka dengan tanah tersebut. Uang atau modal diakui oleh Locke benar-benar merupakan hasil dari kerja sebelumnya. Jadi, kepemilikan uang dapat dibenarkan karena orang-orang harus bekerja untuk mendapatkannya. Uang juga membuat manusia dapat mengumpulkan kekayaan lebih banyak lagi karena uang tidak rusak sebelum dikonsumsi. Selain itu, Locke berpendapat bahwa properti pribadi memiliki nilai praktis karena ketika manusia diizinkan mengumpulkan kekayaan maka mereka akan lebih produktif.
Locke menolak pedapat dari Josiah Child (Pertengahan abad ke-17) yang berpendapat bahwa seharusnya negara membatasi tingkat suku bunga sampai 4%. Ia juga berpendapat bahwa hukum riba (Usury Law) hanyalah redistribusi dari keuntungan antara pedagang dan pemberi pinjaman, mereka tidak menguntungkan negara secara keseluruhan karena bunga tersebut tidak meningkatkan peminjaman dan investasi. Locke menyimpulkan bahwa lebih baik bunga dibiarkan sampai ke tingkat yang wajar (yang ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran) ketimbang diterapkan oleh pemerintah.
MAKRO EKONOMI 5 C. Adam Smith
Menurut Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Pembagian kerja harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dan akumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan, juga menitik beratkan pada Luas Pasar. Pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi, sehingga perdagangan internasional menarik perhatian. Karena hubungan perdagangan internasional itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri.
MAKRO EKONOMI 6 D. David Ricardo
Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat, yaitu:
Golongan Kapital
Adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional.
Golongan Buruh
Golongan buruh ini tergantung pada golongan kapital dan merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat.
Golongan Tuan Tanah
Mereka hanya memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang disewakan.
Golongan Kapital
MAKRO EKONOMI 7 5. Thomas Robert Malthus
Menurut Thomas Robert Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah penduduk saja tampa dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikan pendapatan dan tidak akan menaikan permintaan. Turunnya biaya produksi akan memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus berproduksi.
MAKRO EKONOMI 8 6. John Stuart Mill
John Stuart Mill merupakan salah satu tokoh Utilitarianisme yang terkenal dalam menelurkan konsep kebebasan, yang dituangkan secara komprehensif di dalam bukunya On Liberty.
Bukunya yang berkaitan dengan ekonomi, Principles of Political Economy pada tahun 1848 berupaya untuk memahami masalah ekonomi sebagai suatu masalah sosial. Masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk dalam negeri dan perpesaing antar produk, maupun masalah distribusi melalui instrument uang dan kredit (mikhael dua,2008).
MAKRO EKONOMI 9 7. David Hume
MAKRO EKONOMI 10 BAB I
Pendahuluan
A. Pengantar Teori
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19
yaitu di masa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi
adanya perkembangan ekonomi. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela
dan menurut aliran klasik, ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan
antara kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula
kemajuan teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi
akhirnya terjadi sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan.
Kemajuan teknologi mula-mula disebabkan oleh adanya akumulasi kapital
atau dengan kata lain kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan kapital.
Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat
keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya
hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returus)
karena sumber daya alam itu terbatas.
Teori-teori perkembangan dari beberapa pengamat aliran klasik,
diantaranya adalah :
1. Francois Quesnay
2. John Locke
3. Adam Smith
4. David Ricardo
5. Thomas Robert Malthus
6. John Stuart Mill
7. Lord Keynes
MAKRO EKONOMI 11 B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori pertumbuhan klasik menurut Adam Smith?
2. Bagaimana teori pertumbuhan klasik menurut Karl Mark?
3. Bagaimana teori pertumbuhan klasik menurut Rostow?
C.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori pertumbuhan klasik menurut Adam Smith.
2. Mengetahui teori pertumbuhan klasik menurut Karl Mark.
MAKRO EKONOMI 12 BAB II
PEMBAHASAN
A.Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Klasik
Teori Ekonomi Klasik secara umum dianggap sebagai aliran modern
pertama dalam sejarah pemikiran ekonomi. Teori ekonomi klasik mulai
berkembang sekitar pada abad ke-18. Adam Smith merupakan pemikir utama
dari ekonomi klasik. Sebuah karya milik Adam Smith yaitu The Wealth of
Nations pada tahun 1776 dianggap sebagai penanda dimulainya era ekonomi
klasik. Ekonomi klasik menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya
sendiri jika tidak ada campur tangan dari pihak apapun. Ekonomi klasik
menekankan pada penerapan harga yang fleksibel baik dari segi upah maupun
barang. Postulat lainnya yang ditekankan oleh ekonomi klasik adalah
keseimbangan antara tabungan dan investasi dengan asumsi bahwa suku bunga
fleksibel akan selalu menjaga ekuilibrium. Aliran ekonomi klasik mengemuka
hingga pertengahan abad ke-19 dan kemudian digantikan oleh aliran ekonomi
neoklasik (1870)
Teori ekonomi klasik mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut:
1. Perekonomian yang didasarkaan pada sistem bebas berusaha (Laissez Faire)
artinya mempunyai kemampuan untuk kembali ke posisi keseimbangan
secara otomatis. Terjadi tangan bebas atau pasar bebas dalam mencapai keseimbangan sehingga terjadi “full employment” atau kesempatan kerja penuh (tidak ada pengangguran).
2. Pemerintah tidak ikut campur tangan. Peran pemerintah hanya pada masalah
penegakan hukum, menjaga keamanan serta pembangunan infrastruktur.
3. Harga barang ditentukan oleh produsen dann konsumen.
4. Tingkat upah ditentukan oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Apabila kelebihan tenaga kerja maka akan menurunkan upah, tetapi apabila
MAKRO EKONOMI 13 Ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang teori ekonomi
klasik, diantaranya:
o Adam Smith (1723-1790)
Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bertumpu pada
adanya pertumbuhan penduduk. Dengan adanya pertumbuhan penduduk
maka akan terdapat pertambahan output dan pertambahan hasil. Teori ini
terdapat dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes
of the Wealth of Nations.
Pemikiran-pemikiran tentang ekonomi sudah sangat bekembang pada
abad ke-XV, saat terjadi revolusi pertanian di Eropa. Akan tetapi, pengakuan
terhadap ilmu ekonomi sebagai cabang ilmu tersendiri baru diberikan pada
abad ke-XVIII, setelah tokoh Adam Smith muncul dalam percaturan
ekonomi. Adam Smith (1729-1790), tidak disangsikan lagi, merupakan tokoh
utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik.
John Adam Smith adalah seorang ahli filsuf berkebangsaan Skotlandia.
Ia lahir pada 5 Juni 1723 di kirkcaldy, Fife, Skotlandia. Beliau dikenal
sebagai Bapak Ilmu Ekonomi dunia setelah menerbutkan sebuah buku yang
berjudul: The Wealth of Nations. Secara garis besar, buku ini membahas
mengenai: apa yang menentukan tingkat kemakmuran suatu bangsa dan
bagaimana taraf hidup rakyat dapat ditingkatkan dan didistribusikan.
Menurut Adam Smith, secara sistematis ilmu ekonomi mempelajari
tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber
daya yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu.Dalam analisisnya, Adam
Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai (value),
kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya
hukum alami.
Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of
Nations (1776) ia mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi
MAKRO EKONOMI 14 Terdapat dua aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi:
A.Pertumbuhan output total
Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut
ini :
1. Sumber-sumber alam
sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang mendasar dari
kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu perekonomian, Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya, maka
jumlah penduduk dan stok modal yang ada memegang penranan penting
dalam pertumbuhan output.Tetapi pertmbuhan output tersebut akan
berhenti jika semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara
penuh.
2. Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk)
Sumber daya insani (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif
dalam proses pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan
menyeuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu
masyarakat.
3. Jumlah persediaan (stok barang modal yang ada)
Pengaruh stok modal terhadap tingkar output total bias secara
langsung dan tidak lansung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah
karena pertambahan modal (sebagai input) akan langsng meningkatkan
output. Sedangkan pengaruh tidak langsung maksudnya adalah
peningkatan produktifitas perkapita yang dimungkinkan oleh karena
adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi.
B.Pertumbuhan penduduk.
Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah
yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah sub sisten yaitu tngkat upah yang
pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah diatas tingkat sub system, maka
orang-orang akan menikah pada umur muda, tingkat kematian menurun, dan
MAKRO EKONOMI 15 tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat upah sub sisten, maka
jumlah penduduk akan menurun.
Tingkat upah yang belaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik
menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah
yang tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih
cepat dari pada penawaran tenaga kerja.
Sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal
dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan
akan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi
modal) dan laju pertumbuhan output.
o KARL MARX (1818-1883)
Teori Marx ini merupakan reaksi terhadap proses pertumbuhan ekonomi
klasik berdasarkan kapitalisme yang dikemukakan sebelumnya oleh Adam
Smith (1723-1790) dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh David
Ricardo (1772-1823).
Penerapan teori klasik pada tahap-tahap awal pertumbuhannya di Eropa
Barat, terutama di Inggris ternyata telah menimbulkan kesenjangan ekonomi
yang semakin hari semakin melebar, khususnya diantara kaum kapitalis yang
semakin kaya dan kaum buruh yang semakin miskin.
Teori klasik yang menekankan peranan kapital beserta akumulasinya
dalam pertumbuhan ekonomi mendorong para pemilik modal (kapitalis)
memaksimumkan penggunaan modal melalui operasi perusahaan. Selanjutnya
dalam mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu laba maksimum, para kapitalis
yang sekaligus adalah manejer perusahaan ini, antara lain berusaha menekan
biaya produksi yang salah satu komponen utamanya adalah upah buruh. Jadi
ada pertentangan kepentingan diantara para majikan dengan buruh.
Pertarungan ini berkisar pada masalah penetapan upah, dalam mana pihak
kapitalis berada pada posisi yang lebih dominan. Maka proses pertumbuhan
ekonomi klasik ini cenderung memperlebar jurang pendapatan diantara para
majikan dengan buruh. Para pemilik modal menjadi semakin kata, karena
MAKRO EKONOMI 16 keuntungannya, sebaliknya para buruh semakin melarat, karena selalu
mendapat tekanan dari para kapitalis.Maka konflik diantara kedua kepentingan
inilai yang dieksploitasi oleh Marx dalam merumuskan teorinya.
Menghadapi kenyataan ini Marx menawarkan teori alternatif, yang pokok
isinya adalah membela kepentingan para pekerja dan meramalkan runtuhnya
sistem kapitalis.Teori ini sering disebut teori sosialis dan dalam
perkembangannya melahirkan sistem ekonomi komunis yang banyak
dipraktekkan di negara-negara Eropa Timur, Uni Sovyet, RRC dan di beberapa
NT dan NSB lainnya.
Teori Marxis ini bukan saja menjelaskan fenomena sejarah perekonomian
sebagaimana yang dikemukakan oleh Friedrick List, Karel Bucher dan Bruno
Hilde Brand misalnya, tetapi juga memberikan suatu kerangka analisis dan
saran-saran untuk meruntuhkan sistem kapitalis dan mewujudkan suatu
masyarakat sosialis atau masyarakat komunal modern. Karena lingkupnya yang
demikian luas, yaitu ingin merubah secara mendasar tatanan tatanan ekonomi
dan masyarakat yang sudah berurat berakar, maka pembahasan teori Marx
secara intensif ditempatkan, yang khusus mengkaji beberapa teori mengenai
pembangunan ekonomi.
Kajian dalam ini lebih ditekankan kepada penafsiran sejarah dari sudut
ekonomi. Secara historis menurut Marx pertumbuhan ekonomi melalui lima
tahapan berikut :
perkembangan masyarakat yaitu mulai dari masyarakat komunal (primitif) pada
tahap pertama dan berakhir kembali pada masyarakat komunal (modern) pada
tahap kelima.Dalam itu pada tahap kedua, ketiga dan keempat ditandai oleh
adanya konflik dan perjuangan kelas diantara kelompok-kelompok yang
MAKRO EKONOMI 17 Berikut penjelasan dari masing-masing tahap yang dikemukakan oleh
Marx, yaitu :
1. Masyarakat Komunal Primitif
Masyarakat komunal, dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan
masyarakat yang menekankan kepada pentingnya kebersamaan.Jadi berbeda
dengan tatanan masyarakat kapitalis primitif yang lebih menonjolkan
kepentingan individu.Perekonomian primitif ditandai oleh teknologi atau
peralatan kerja yang sifatnya masih sangat sederhana seperti alat-alat yang
berasal dari batu dan sebagainya.Tahap ini identik dengan tahap pertama
(mengembara), kedua (beternak), dan ketiga (bertani) versi Friedrick
List.Perbedaaannya, List melihat dari sisi perkembangan teknik produksi
sementara Marx menekankan kajiannya kepada sisi pemilikan faktor produksi,
yaitu pada tahap ini pemilikan faktor produksi bersifat komunal. Kegiatan
perdagangan belum ada dan kalaupun ada masih bersifat barter dan sangat
terbatas. Pada umumnya orang memproduksi sendiri produk yang mereka
perlukan, dan oleh karena itu juga tidak ada surplus konsumsi di atas produksi
atau sebaliknya.Dengan demikian dapat diduga bahwa kondisi perekonomian
pada tahap ini berada dalam keadaan stabil dengan distribusi pendapatan relatif
merata.
Tetapi lama-kelamaan karena kemajuan teknik produksi, terjadilah
perubahan sosial dan pembagian kerja yang semakin jelas, tegas dan tajam
dalam produksi.Pertukaran barang-barang secara berangsur-angsur terus
berkembang dan saling mendorong dengan kemajuan teknik
produksi.Semuanya ini mendorong terjadinya disparitas (kepincangan) dalam
distribusi pendapatan diantara anggota masyarakat yang sekaligus secara
berangsur-angsur juga mengurangi rasa kebersamaan. Dengan kata lain pola
kehidupan komunal secara berangsur-angsur berakhir. Sebaliknya bibit
individualisme mulai bersemi.
2. Masyarakat Perbudakan
Suatu fenomena penting dalam perkembangan teknik produksi ini adalah
terbelahnya produsen ke dalam dua kelompok yang satu sama lain disamping
MAKRO EKONOMI 18 kepentingan yang saling bertentangan. Kelompok pertama adalah pemilik
alat-alat produksi dan sekaligus merupakan pihak yang mempekerjakan
(majikan).Kelompok kedua adalah pekerja (budak) yang hanya menyediakan
tenaganya.Dalam prakteknya pada masa itu majikan mempunyai kedudukan
yang lebih dominan daripada budak dan mempunyai tendensi untuk menguasai
budak tersebut secara tidak manusiawi untuk kepentingan dirinya
sendiri.Sebaliknya, para budak mempunyai posisi yang sangat lemah sehingga
sangat tergantung kepada majikan.Pendek kata para budak kurang dihargai.
Keadaan ini sebenarnya dilatarbelakngi oleh kenyataan bahwa para budak
pada umumnya adalah orang yang tidak puya (the havenot), kecuali tenaganya
sebaliknya para majikan adalah orang haya (the have). Disamping itu banyak
juga budak yang berasal dari tawanan perang, biasanya berasal dari pihak yang
kalah.Dalam kebanyakan masyarakat memang ada kecenderungan untuk
kurang menghargai orang yang miskin dan orang yang kalah.
Dengan pola hubungan produksi yang semacam itu, menurut Marx,
majikan dapat memperoleh keuntungan yang semakin besar, karena para budak
hanya diberi upah sekedar untuk bisa bekerja dan tidak mati.Tatanan masyarkat
yang semacam inilah yang disebut masyarakat perbudakan. Perubahan
masyarakat ke arah yang semacam ini menandai dimulainya kecenderungan
untuk memberi keuntungan bagi diri sendiri (individual) melalui pengorbanan
pihak lain, dan rasa kebersamaan yang melandasi masyarakat komunal semakin
berkurang.
Dalam pada itu pembagian kerja dan tingkat spesialisasi yang semakin
jauh di berbagai sektor produksi, dengan sendirinya mendorong peningkatan
pengetahuan dan keterampilan para budak atau pekerja serta mendorong
mereka untuk memperbaiki alat-alat produksi. Semuanya ini meningkatkan
produktivitas kerja para budak serta kontribusinya dalam proses produksi.
Sementara para tuan tanah tidak berminat memperbaiki alat-alat produksi
terutama karena murahnya tingkat upah atau harga tenaga budak. Hal ini
lama-kelamaan menyadarkan para budak akan kedudukannya dan merasa tidak puas
dengan apa yang diperolehnya dari hubungan produksi yang timpang ini. Maka
MAKRO EKONOMI 19 3. Masyarakat Feodal
Kritik-kritik berbagai kalangan terhadap praktek perbudakan, akhirnya
meluluhlantakkan sistem tersebut. Perang saudara di Amerika Serikat adalah
perang antara pihak yang menginginkan dihapuskannya perbudakan (terdiri
dari negara-negara bagian yang terletak di belahan utara) dengan pihak yang
ingin mempertahankan sistem tersebut (terdiri dari negara-negara bagian yang
terletak di belahan selatan negeri itu). Perang ini akhirnya dimenangkan oleh
pihak utara yang berimplikasi kepada dihapuskannya di Amerika Serikat.
Begitu pula kebanyakan agama, misalnya Islam sangat menentang
praktek-praktek perbudakan yang tidak manusiawi.
Menyusul berakhirnya sistem perbudakan muncullah suatu bentuk
masyarakat baru, yaitu masyarakat feodal, dimana kaum bangsawan menguasai
alat-alat produksi utama pada waktu itu, yaitu tanah. Masyarakat feodal ini,
oleh karena itu terdapat dalam suatu perekonomian yang agraris, dimana
distribusi pemilikan lahan (tanah) sangat timpang. Sehingga sebagian besar
petani tidak memiliki tanah atau hanya memiliki tanah yang luasnya sangat
terbatas sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Oleh
karena itu kebanyakan mereka bekerja pada tanah milik orang lain (pada
umumnya tuan tanah yang memiliki tanah yang luas) sebagai buruh tani atau
sebagai penyewa.
Para petani atau buruh tani tersebut kebanyakan terdiri dari para budak
yang dibebaskan. Mereka mengerjakan tanah untuk kaum feodal dan setelah itu
baru tanah miliknya sendiri dapat dikerjakan. Seperti halnya dalam masyarakat
perbudakan, kepentingannya satu sama lain saling bertentangan. Kedua kelas
itu adalah: (1) kelas feodal yang terdiri dari tuan-tuan tanah yang lebih
berkuasa dalam hubungan produksi dan sosial itu dan, (2) kelas petani yang
bertugas melayani mereka. Dalam hal ini, menurut Marx, kaum feodal hanya
memikirkan keuntungan saja, sehingga kehidupan selalu tertekan.
Meskipun demikian, dibandingkan dengan hubungan produksi pada sistem
perbudakan hubungan produksi semacam itu ternyata mendorong adanya
perbaikan alat-alat produksi dan kemajuan teknologi terutama di sektor
MAKRO EKONOMI 20 yang sangat berarti sehingga mendorong perkembangan sektor pertukaran.
Pedagang-pedagang baru banyak muncul dan didukung oleh raja-raja yang
kemudian membutuhkan pasar yang lebih luas karena produksi selalu
bertambah. Kaum pedagang mulai menggeser kedudukan kaum bangsawan
yang hanya menerima hasil begitu saja dari hasil keringat para petani.
Dalam perkembangan selanjutnya para pedagang ini disamping berdagang
lama-kelamaan menginvestasikan sebagian dari keuntunganya dalam usaha
processing (pabrik) sehingga lama-kelamaan terbentuklah apa yang disebut
dengan alat produksi kapitalis. Dengan demikian terbentuklah suatu kelas baru
dalam masyarakat yaitu kelas borjuis yang kapitalistik. Kaum borjuis ini
menghendaki dihapuskannya sistem feodal yang didominasi oleh kaum
bangsawan. Kelas borjuis yang memiliki alat-alat produksi menghendaki pasar
buruh yang bebas dan hapusnya tarif dan lain-lain rintangan dalam
perdagangan yang diciptakan oleh kaum feodal.
Demikian kerasnya pertentangan antara kaum borjuis dan feodal ini, maka
di Eropa pada akhir abad ke delapan belas meletuslah Revolusi Perancis yang
dimenangkan oleh kaum borjuis sehingga revolusi Perancis tersebut disebut
juga revolusi borjuis. Peristiwa ini mempercepat terwujudnya masyarakat
kapitalis.
4. Masyarakat Kapitalis
Lahirnya masyarakat kapitalis diilhami oleh gagasan Adam Smith yang
menggarisbawahi pentingnya peranan kapital dan akumulasi kapital dalam
pertumbuhan ekonomi lewat peningkatan produktivitas per pekerja.
Peningkatan produktivitas per pekerja terjadi karena tambahan kapital
membuka peluang untuk mempertajam tingkat spesialisasi dan pembagian
kerja (specialization division of labor). Disamping itu faktor lain yang ikut
menunjang proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith adalah:
a) Pasar yang semakin luas, dan
b) Laba usaha.
Kedua faktor tersebut saling berkaitan. Meluasnya pasar membuka
kemungkinan untuk inovasi lebih lanjut, dus menciptakan pembagian kerja
MAKRO EKONOMI 21 akumulasi kapital. Syarat utama yang harus dipenuhi untuk memaksimumkan
luas pasar menurut Adam Smith adalah memberikan kebebasan seluas-luasnya
kepada anggota masyarakat dalam mengelola kegiatan ekonominya.
Dalam kenyataannya lahirnya masyarakat kapitalis ini berbarengan dengan
terjadinya perubahan struktur ekonomi dari agraris ke industri di Inggris pada
akhir abad ke XVIII. Revolusi industri tersebut didukung oleh kemajuan
teknologi produksi yang spektakuler yang berimplikasi kepada peningkatan
skala produksi dan perluasan pasar. Semuanya ini memerlukan kapital dalam
jumlah yang besar, sehingga mendorong terjadinya proses akumulasi kapital
yang intensif sehingga masyarakat menjadi kapitalistik.
Dampak dari perkembangan yang semacam itu adalah bahwa masyarakat
kembali terbagi dua tetapi dengan corak yang berbeda dari periode
sebelumnya. Kedua kelompok itu adalah: a) kelas kapitalis, dan b) kelas buruh.
Dalam hubungan ini para kapitalis mempekerjakan kaum buruh, yang dalam
hal ini mempunyai posisi yang relatif lemah terutama karena tidak memiliki
alat produksi. Dalam konstelasi yang semacam itu kaum kapitalis
memanfaatkan kelemahan kaum buruh ini yaitu dengan memberikan tingkat
upah yang rendah untuk memaksimumkan labanya dan mempercepat laju
akumulasi kapital. Sementara itu kaum buruh menjadi semakin melarat.
Pertentangan kepentingan ini makin lama makin besar dan akhirnya timbul
pertarungan diantara keduanya yang oleh Marx disebut perjuangan kelas.
Sementara itu sistem kapitalis yang mementingkan adanya kebebasan
dalam berusaha melahirkan suasana persaingan yang tajam terutama diantara
para kapitalis itu sendiri, baik dalam memasarkan output maupun dalam
membeli input untuk memaksimumkan profitnya. Dalam persaingan ini
nantinya akan semakin banyak kapitalis tersisih, sementara yang menang
jumlahnya akan semakin sedikit tetapi kekayaannya akan semakin besar.
Prosesi ini melahirkan kesenjangan yang sangat besar dalam masyarakat
dimana jumlah orang yang kaya semakin sedikit dengan tingkat kekayaan yang
semakin besar dan jumlah orang miskin menjadi semakin banyak. Tatanan
MAKRO EKONOMI 22 berpendapatan rendah berada pada bagian bawahnya dan yang paling kaya
yang jumlahnya sangat sedikit bertengger di puncak piramid. Pertarungan ini
oleh karena itu, seperti digambarkan oleh Marx pada akhirnya akan
dimenangkan oleh kaum buruh yang kemudian membentuk masyarakat sosialis
atau masyarakat komunal modern.
5. Masyarakat Sosialis Modern
Seperti halnya dalam masyarakat komunal primitif, dalam masyarakat
komunal modern faktor-faktor produksi adalah milik bersama (social
ownership). Namun berbeda dengan masyarakat komunal primitif, dalam
masyarakat komunal modern alat-alat produksi atau teklogi sudah jauh lebih
maju. Dalam sistem ini semua manusia mempunyai peluang yang sama untuk
maju pada semua bidang kehidupan dan terutama dalam bidang ekonomi.
o W.W ROSTOW
Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi Rostow dapat dikatakan sebagai
reaksi terhadap teori komunis Marx. Hal ini terlihat dari karya utama Rostow
yang berjudul: The Stages of Economic Growth: A Non-Communist
Manifesto.Seperti analisis Marx, model pertumbuhan ini ternyata jauh lebih
berpengaruh kepada para politisi daripada kepada para teoritisi ekonomi atau
sejarawan profesional.
Rostow yang beradal dari TexasUniversity mengajukan lima tahap
pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1. Masyarakat Tradisional
2. Prakondisi untuk Take-off
3. Periode Take-off
4. Dorongan menuju kematangan (Drive to Maturity)
5. Konsumsi tinggi dan besar-besaran (High-mass consumption)
Dari kelima tahap tersebut, Take off (lepas landas) merupakan tahap
MAKRO EKONOMI 23 1. Masyarakat Tradisional
Tahap ini adalah tahap paling awal dari pertumbuhan ekonomi, yang
menurut Rostow mempunyai karakteristik sebagai berikut:
A. Kebiasaan-kebiasaan lama menentukan organisasi dan metoda produksi.
Pada tahap ini organisasi dan metoda produksi banyak ditentukan oleh
kebiasaan lama, misalnya cara hidup yang sangat dipengaruhi oleh
pikiran-pikiran yang tidak rasional dan hanya didasarkan kepada
kebiasaan-kebiasaan sebelumnya.
Sebagai contoh dapat dikemukakan pandangan bahwa banyak anak,
banyak rezeki.Pandangan hidup ini menyebabkan suatu rumah tangga
tidak perlu merasa khawatir untuk beranak banyak, sehingga jumlah anak
yang mereka miliki relatif banyak dan melampaui kemampuan mereka
untuk memelihara dan mendidiknya.Akibatnya tingkat kesehatan (baik
tingkat kesehatan anak maupun tingkat kesehatan anak) dan pendidikan
masyarakat tradisional ini relatif rendah yang selanjutnya menghasilkan
tenaga kerja yang berproduktivitas rendah pula.
Disamping rendahnya produktivitas jumlah anak yang banyak ini juga
memperbesar rasio ketergantungan (dependency ratio).Rendahnya tingkat
produktivitas serta tingginya rasio ketergantungan ini menyebabkan
rendahnya pendapatan.Kemudian jumlah anak yang banyak ini menyerap
sebagian besar pendapatan yang rendah tersebut terutama untuk memenuhi
barang-barang kebutuhan pokok yang bersifat konsumtif. Bahkan itupun
sering tidak mencukupi (dissaving) sehingga peluang untuk investasi
menjadi sangat terbatas, kalau tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali.
Pola hidup yang semacam inilah yang sering menyebabkan masyarakat
tradisional ini terjebak di dalam lingkaran setan kemiskinan (Visicious
Circle).
Rasionalitas merupakan salah satu prinsip dari ilmu ekonomi, oleh
karena itu masyarakat yang tidak rasional memang sukar untuk berpikir
ekonomis, yaitu berpikir efisien dan mengarah kepada kemajuan
(pertumbuhan ekonomi). Mereka cenderung hidup boros, tidak efisien
MAKRO EKONOMI 24 ini dapat menjelaskan kenapa pada masyarakat tradisional banyak
dijumpai proyek-proyek yang tidak produktif seperti: pembangunan
candi-candi atau monumen-monumen, pesta penguburan jenazah, pesta
perkawinan, atau untuk perang dan sebagainya.
Di Indonesia juga banyak terdapat candi-candi yang terpenting
diantaranya adalah candi candi Borobudur dan Prambanan yang dibangun
sekitar abad ke IX. Dapat dibayangkan bahwa pembangunan candi-candi
tersebut memerlukan biaya yang sangat besar terutama dalam bentuk
pengorbanan tenaga manusia dengan teknologi yang ada pada masa itu.
Jelas proyek ini tidak ekonomis, meskipun dari segi sosial budaya proyek
tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Pada tahun 1980-an atau
seribu tahun kemudian, candi tersebut direnovasi dan daerah di sekitarnya
dikembangkan menjadi kawasan wisata yang salah satu sasarannya adalah
untuk menjaring devisa dan mengembangkan perekonomian di sekitar
kawasan tersebut.
Di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru (sejak tahun 1966)
kebiasaan-kebiasaan yang kurang produktif ini juga banyak dijumpai
terutama di daerah pedesaan. Misalnya, masih banyak dijumpai
penggunaan dana inpres desa yang tidak produktif dan lebih bersifat
monumental, seperti untuk membangun batas desa atau tugu-tugu
peringatan.Praktek-praktek semacam ini pernah dikritik tajam oleh
Menteri Dalam Negeri Rudini pada tahun 1990.
b. Dampak sains teknologi terhadap kegiatan ekonomi relatif kecil.
Sikap rasional berkorelasi positif dengan kemajuan sains dan teknologi.
Semakin rasional masyarakat semakin cepat kemajuan sains dan teknologi
di dalam masyarakat tersebut, sebaliknya semakin tidak rasional
masyarakat, semakin sulit sains dan teknologi berkembang di dalam
masyarakat tersebut. Jadi rasionalitas merupakan tanah tempat tumbuh
tanaman sains dan teknologi. Masyarakat yang memiliki sifat-sifat yang
rasional merupakan ladang yang subur bagi tanaman sains dan teknologi.
MAKRO EKONOMI 25 dan teknologinya sendiri, maka sebenarnya mereka dapat mengimpornya
dari negara-negara lain yang lebih maju. Akan tetapi, hal ini sulit
dilakukan karena pendapatan mereka yang sangat rendah, sehingga mereka
tetap saja bodoh dan teknologi mereka tetap saja terbelakang. Oleh karena
itu dampak sains dan teknologi terhadap kegiatan ekonomi relatif kecil
sehingga produktivitas sulit ditingkatkan.
Rendahnya tingkat penguasaan sains dan teknologi juga menyebabkan
struktur perekonomian tetap agraris, karena sektor pertanian tradisional ini
belum menuntut teknologi yang begitu tinggi. Sekitar 75 persen dari
penduduk yang bekerja melakukan pekerjaan di sektor pertanian dengan
sebagian besar pendapatan mereka berasal dari sektor ini.
c. Masyarakat merasa tidak memerlukan perubahan.
Masyarakat tradisional adalah suatu masyarakat yang statis, karena
mereka merasa tidak memerlukan perubahan.Sehubungan dengan itu
masyarakat ini ditandai pula oleh relatif lambannya mobilitas sosial, dalam
arti kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak banyak berbeda dengan
kedudukan orang tuanya. Jadi, misalnya bagi anak seorang buruh tani kecil
sekali kemungkinannya untuk menjadi tuan tanah.
Struktur masyarakat tradisional cenderung bersifat hierarkis (bertingkat),
dimana hubungan darah dan keluarga memainkan peranan yang
menentukan.Kekuasaan politik terpusat di daerah, ditangan bangsawan
pemilik tanah yang didukung oleh sekelompok serdadu dan pegawai
negeri. Bahkan di negara dengan sistem pemerintahan sentralisasipun di
daerah-daerah juga terdapat pusat kekuasaan politik sehingga para tuan
tanah di daerah, misalnya, dapat mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah
pusat.
Ketiga karakteristik utama ini satu sama lain saling berkaitan sehingga
yang satu sering merupakan akibat bagi yang lain.
2. Prakondisi untuk Take-off
Tahap kedua adalah tahap transisi dari tradisional ke take-off. Pada
tahap ini prasyarat-prasyarat untuk take-off dibangun atau atau tercipta. Di
MAKRO EKONOMI 26 perlahan-lahan, yaitu sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI, yaitu
pada waktu abad pertengahan berakhir dan abad modern dimulai.
Dari segi prasyarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke tahap ini
Rostow membedakan dua kategori negara berdasarkan sistem
masyarakatnya:
a. Negara yang harus merombak sistem masyarakatnya yang
tradisional. Tipe ini dialami oleh kebanyakan negara-negara Asia,
Timur Tengah dan Afrika
b. Negara-negara yang tidak perlu merombak sistem masyarakatnya,
yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru.
Negara-negara ini tidak perlu merombak sistem masyarakatnya,
karena sebagian besar penduduk negara-negara ini berasal dari
Eropa Barat yang sudah lebih dulu berkembang, dan oleh karena itu
sudah memiliki sifat-sifat yang diperlukan untuk berada pada tahap “Prakondisi untuk Take off”. Perhatikan bahwa negara-negara ini adalah bekas jajahan Inggris dan hingga kini menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa resminya.
Adapun karakteristik masyarakat atau negara yang berada pada tahap
ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sikap mental tradisional masyarakat secara perlahan-lahan mulai
berkurang
2. Saving dan investasi meningkat secara teratur dan mendasar serta
melampaui laju pertumbuhan penduduk.
3. Introduksi teknologi maju.
4. Munculnya pahma nasional sebagai reaksi terhadap internvensi dan
dominasi asing
Keempat karakteristik ini satu sama lain saling berkaitan, namun
MAKRO EKONOMI 27 1. Berkurangnya Sikap Mental Tradisional
Pada tahap ini sikap mental tradisional secara perlahan-lahan mulai
berkurang. Proses ini biasanya diawlai dengan munculnya kelompok elit
baru yang mempunyai gagasan bahwa modernisasi ekonomi adalah
sesuatu yang mungkin dan bahkan sangat didambakan. Kemajuan
ekonomi merupakan syarat penting untuk mencapai tujuan lain yang
dianggap terbaik, misalnya kebanggaan nasional, keuntungan pribadi,
kesejahteraan umum, atau kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu.
Kelompok elit baru ini mau bekerja keras, meningkatkan tabungan dan
mengambil resiko dalam mengejar keuntungan modernisasi.
Sebagian anggota masyarakat sudah mulai berpikir rasional
menyusul semakin meluasnya pendidikan, sekurang-kurangnya bagi
beberapa orang tertentu. Perkembangan sektor pendidikan ini adalah untuk
memenuhi berbagai kebutuhan dalam kehidupan modern.
Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan contoh Indonesia. Pada tahun
1921 untuk pertama kalinya di Bandung didirikan sebuah perguruan tinggi
teknik oleh pemerintah Belanda, yaitu Technische Highschool, yang salah
satu tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan terhadap tenaga
insinyur teknik yang semakin meningkat pada waktu itu Ir. Soekarno yang
kemudian menjadi proklamator kemerdekaan dan presiden pertama
Republik Indonesia adalah salah seorang alumni perguruan tinggi tersebut.
Perguruan tinggi tersebut terus berkembang dan kemudian menjadi
ITB, salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Setelah itu
sampai menjelang kemerdekaan beberapa pendidikan tinggi lainnya
berdiri pula di beberapa kota besar lainnya di Indonesia seperti
kedokteran, hukum dan sastra di Jakarta, pertanian di Bogor, kedokteran
hewan di Surabaya dan fakultasekonomi di Ujung Pandang. Sdangkan
pendidikan pada tingkat yang lebih rendah seperti SLTA, SLTP dan SD
sudah berkembang lebih dulu maupun oleh pribumi Indonesia dan bahkan
oleh golongan etnis Cina. Sementara itu beberapa putra terbaik Indonesia
juga banyak yang menuntutkan ilmu ke luar negeri atau ke negara-negara
MAKRO EKONOMI 28 Dalam perjalanan sejarha selanjutnya alumni-alumni perguruan
tinggi ini, baik lulusan domestik maupun lulusan luar negeri merupakan
para founding father bagi republik Indonesia. Bahkan sebagian besar dari
founding father tersebut adalah para lulusan perguruan tinggi (sarjana).
Lebih jauh lagi, sepanjang sejarahnya, mayoritas anggota kabinet dalam
pemerintah Indonesia adalah sarjana.
Lahirnya sektor pendidikan modern di Indonesia ini tidak terlepas
dari kontak yang terjadi dengan dunia luar, khususnya dengan negeri
Belanda yang telah menjajah Indonesia selama ratusan tahun. Indikasi ini
diperkuat pula oleh kenyataan bahwa perguruan-perguruan tinggi tersebut
didirikan di kota-kota besar yang merupakan pula konsentrasi-konsentrasi
kekuasaan Belanda di Indonesia pada masa itu.
2. Peningkatan Saving dan Investasi
Pada periode ini bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan
bermunculan seiring dengan meningkatnya saving dan investasi secara
teratur dan mendasar hingga melampaui laju pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan sektor perbankan/ lembaga keuangan, saving, investasi dan
pendapatan masyarakat saling menunjang. Perkembangan sektor
perbankan/ lembaga keuangan, memberikan kemudahan kepada
masyarakat untuk menabung dan memperoleh dana yang diperlukan untuk
invetasi sehingga memacu peningkatan saving, investasi dan pendapatan
masyarakat. Perkembangan saving, investasi dan pendapatan masyarakat
sebaiknya memperluas permintaan terhadap jasa-jasa perbankan/
keuangan. Begitu pula peningkatan pendapatan masyarakat membuka
peluang untuk meningkatkan saving, investasi dan lembaga-lembaga
keuangan/ perbankan. Interaksi keempat komponen ini secara
bersama-sama memungkinkan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Sebagai ilustrasi perhatikan kasus Indonesia berikut. Bank pertama
di Indonesia (pada waktu itu Nederland Indie) didirikan pada tahun
1827[13], yaitu De Javasche Bank N.V. Pada tahun 1951 pemerintah
MAKRO EKONOMI 29 Indonesia (BI) yang hingga kini menjadi bank sentral di Indonesia. Sejak
tahun 1827 tersebut jumlah bank di Indonesia terus meningkat seiring
dengan meningkatnya kegiatan ekonomi pada masa itu hingga menjelang
Perang Dunia II tidak kurang dari 20 buah. Bank-bank tersebut
kebanyakan milik bangsa asing, seperti Belanda, Inggris dan bahkan Cina.
Bank-bank milik pribumi diantaranya adalah Bank Nasional Abuan
Saudagar, yang didirikan pada tahun 1932 di Bukittinggi, N.V Bank
Boemi di Jakarta dan Bank Nasional Indonesia di Surabaya.
Rostow menyarankan supaya investasi pemerintah diarahkan
kepada perluasan Social overhead capital (prasarana produksi) terutama
untuk membangun jaringan transportasi. Pengembangan jaringan
transportasi ini sangat besar peranannya dalam memperluas pasar,
menggarap sumber daya alam secara lebih produktif, dan untuk
memungkinkan negara memerintah secara lebih efektif. Kebijaksanaan ini
juga membantu terwujudnya stabilitas politik dan integrasi nasional, yang
merupakan prasyarat pula bagi pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
Seperti diketahui sebagian besar NT memiliki keunggulan
komparatif dalam sumber daya alam sehingga potensi ekspor mereka
terletak pada produk-produk primer yang meliputi berbagai rupa bahan
tambang, kehutanan dan produk-produk pertanian lainnya. Untuk
mengelola sebagian besar dari potensi sumber daya alam ini biasanya
diperlukan modal yang relatif besar dengan teknologi yang relatif tinggi,
yang keduanya biasanya tidak dapat dipenuhi oleh sebagian besar NT.
Oleh karena itu eksploitasi sumber daya alam ini biasanya
dilakukan melalui kerjasama dengan negara lain yang lebih maju. Dengan
kata lain NT tersebut mengundang masuknya modal asing baik berupa
PMA swasta murni maupun melalui proyek patungan dengan modal
pribumi baik swasta maupun pemerintah. Hasil produknya biasanya juga
sebagian besar diekspor. Disamping itu adalagi pola kerjasama production
sharing atau bagi hasil, dimana pemerintah NT menerima sebagian dari
hasil produksi yang dihasilkan oleh Perusahaan Asing tersebut sebagai
MAKRO EKONOMI 30 asing tersebut biasanya berupa perusahaan besar yang lebih dikenal
dengan sebutan Multi Nasional Corporation (MNC) atau Trans
NationalCorporation (TNC).
Oleh karena menggunakan teknologi dan tenaga profesional
berkualitas tinggi dari negara maju ini, maka pengelolaan sumber daya
alam ini biasanya efisien dan efektif. Maka efisiensi dan efektivitas dalam
pengelolaan sumber daya alam ini diharapkan dapat meningkatkan ekspor
dan penerimaan devisa yang kemudian dapat digunakan lagi untuk
memperluas impor termasuk impor barang modal. Dengan demikian
investasi dapat terus ditingkatkan.
3. Pengenalan Teknologi Maju
Berkurangnya sikap mental tradisional, kemudian dalam bidang
pendidikan serta peningkatan saving dan investasi merangsang
berkembangnya usaha-usaha untuk memperbaiki serta
memperkembangkan lebih lanjut alat-alat dan metode produksi.
Penyebaran teknologi maju ini diiringi oleh berbagai rupa kegiatan
pelatihan atau training untuk menggunakannya. Akibatnya,
bermunculanlah berbagai rupa lembaga-lembaga pendidikan nonformal/
kursus-kursus keterampilan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta. Adapun tujuannya adalah untuk mengenalkan teknologi
baru kepada para pekerja melalui paket kegiatan pelatihan dan penataran.
Dengan demikian lembaga-lembaga pendidikan nonformal ini merupakan
pelopor penyebaran teknologi maju ke dalam masyarakat.
4. Berkembangnya Semangat Kebangsaan
Semangat kebangsaan yang biasanya muncul sebagai reaksi
terhadap intervensi dan dominasi asing, berfungsi sebagai kekuatan
potensial dalam melahirkan masa transisi tersebut.
Di Jepang, misalnya bukan hasrat untuk mendapatkan keuntungan
besar atau barang-barang pabrik baru yang mendorong diambilnya
MAKRO EKONOMI 31 di Cina pada awal 1940-an dan kehadiran 7 kapal perang komodor Perry
sepuluh tahun kemudian.
Di Indonesia yang sejak awal abad XVII mulai dijajah oleh
Belanda, pada abad ke XIX mulai muncul berbagai gerakan kebangsaan
untuk menentang kekuasaan Belanda. Pada awal abad XX gerakan
kemerdekaan tersebut semakin terorganisir dan terarah dan semakin
intensif masa penjajahan Jepang (1942-1945) berakhir. Cita-cita
perjuangan kemerdekaan itu kemudian dirumuskan sedemikian rupa
dengan tujuan akhirnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang
adil dan makmur.
3. Periode Take-off
Menurut Rostow waktu yang diperlukan dalam periode ini berkisar
antara 20 sampai dengan 30 tahun. Untuk take off suatu negara harus
memenuhi tiga syarat (karakteristik) berikut.
a. Investasi Netto meningkat sekitar dua kali lipa hingga menjadi di atas
10 persen dari GNP atau pendapatan nasional.
b. Berkembangnya satu atau beberapa sektor (industri) manufaktur
penting dengan laju pertumbuhan yang tinggi.
c. Hadirnya secara cepat suatu kerangka politik, sosial dan organisasi
yang menampung hasrat ekspansi di sektor modern dan menumbuhkan
daya dorong kepada pertumbuhan
Ketiga syarat tersebut satu sama lainnya saling berkaitan dan
selanjutnya akan dibahas satu per satu.
1. Tingkat Investasi Netto melebihi 10 persen dari GNP
Untuk take off suatu perekonomian memerlukan tingkat investasi yang
relatif tinggi yaitu minimal 10,5 persen dari pendapatan bersih nasional
(Net National Income = NNI). Laju pertumbuhan investasi yang tinggi ini
memungkinkan laju pertumbuhan pendapatan nasional melampaui laju
pertumbuhan penduduk sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan
MAKRO EKONOMI 32 Diketahui:
1. ICOR pada tahap awal pembangunan 3,5
2. Laju pertumbuhan penduduk:
a. Skenerio 1 = 1,0 %
b. Skenerio 2 = 1,5 %
c. Skenerio 3 = 2,0 %
Pertanyaan:
Berapa investasi yang diperlukan setiap tahunnya untuk:
A. Mempertahankan pendapatan per kapita
B. Meningkatkan pendapatan per kapita:
a. 2 % per-tahun
b. 5 % per- tahun
Solusi:
7 ICOR = ΔK/ΔY ……….(1)
Karena ΔK = I, maka,
ICOR = I/ΔY ……….(2)
atau
I = ICOR (ΔY) ………..(3)
Dimana ΔY adalah tambahan income secara absolut. Sedangkan tambahan
income dalam bentuk persentase dapat diekspresikan dengan persamaan berikut:
ΔY /Y = y ………(4)
dimana y adalah laju pertumbuhan laju pertumbuhan ekonomi.
MAKRO EKONOMI 33 Bila persamaan (4) diintegrasikan kepada persamaan (3) maka diperoleh:
I = ICOR (yY) … ……… ……(5)
A. Investasi yang Investasi yang diperlukan untuk mempertahankan
Pendapatan Per-kapita
Bila pendapatan per kapita hendak dipertahankan, maka NNI negara
tersebut harus meningkat secepat laju pertumbuhan penduduk, yang berarti
y = n.
a. Skenerio 1 (y = n = 1,0 %)
Dengan menggunakan persamaan (5) maka besarnya investasi
yang diperlukan setiap tahunnya untuk mempertahankan pendapatan
perkapita bila jumlah penduduk meningkat rata-rata 1,0 % per tahun,
adalah:
I = ICOR (yY) = 3,5 (1,0 % x Y) = 3,5 % Y
yang berarti setiap tahun perlu dilakukan investasi secara teratur
sebesar 3,5% dari pendapatan nasional bersih. Dengan kata-kata lain untuk
mempertahankan tingkat kemakmuran suatu negara yang menghadapi laju
pertumbuhan penduduk 1,0 % per tahun, setiap tahunnya perlu dilakukan
investasi secara teratur sebesar 3,5 % dari pendapatan bersih
masyarakatnya.
b. Skenerio 2 (y = n = 1,5 %)
Bila laju pertumbuhan penduduk (n) adalah 1,5%, maka I = 3,5
(1,5 % x Y) = 5,25 %. Artinya, untuk mempertahankan tingkat
kemakmuran masyarakat yang menghadapi laju pertumbuhan penduduk
1,5 % per tahun, setiap tahunnya diperlukan investasi secara teratur
sebesar 5,25 % dari pendapatan bersih masyarakat itu.
c. Skenerio 3 (y = n = 2,0 %)
Bila laju pertumbuhan penduduk 2,0 % per tahun seperti yang
dialami Indonesia selama periode 1980-1990, maka untuk
MAKRO EKONOMI 34 setiap tahunnya sebesar 3,5 x 2,0 % Y = 7,0 % dari pendapatan bersih
masyarakat.
a) Investasi yang diperlukan untuk meningkatkan Pendapatan
Per-kapita
Bila tingkat kemakmuran hendak ditingkatkan, maka laju
pertumbuhan ekonomi harus melampaui laju pertumbuhan jumlah
penduduk (y > n), seingga investasi yang diperlukan lebih besar lagi.
Formulasinya adalah:
I = ICOR (y + n) Y ……….(6)
Persamaan (6) adalah pengembangan dari persamaan (5) yaitu dengan
menjumlahkan y dengan n.
1) Skenerio 1 (n = 1,0 %; y = 2,0 %)
Dengan menggunakan persamaan (6), maka besarnya investasi
yang diperlukan adalah 3,5 (2,0 % + 1,0 %) Y = 10,5% dari pendapatan
nasional. Jadi dalam suatu negara yang menghadapi laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,0 % per tahun, maka untuk menaikkan pendapatan
per-kapita sebesar 2,0 % per-tahun diperlukan investasi secara teratur
setiap tahunnya sebesar 10,5% dari pendapatan nasional. Perhatikan
dengan dasar inilah Rostow mengemukakan perlunya investasi dinaikkan
menjadi minimal 10,5% dari pendapatan nasional untuk memungkinkan
perekonomian Negara tersebut take-off.
2) Skenerio 2 (n = 1,5 % ; y = 2,0 %)
Bila laju pertumbuhan penduduk 1,5 % per tahun, maka untuk
menaikkan pendapatan per kapita sebesar 2,0 % per tahun, diperlukan
investasi secara teratur setiap tahunnya sebesar 3,5 x 3,5 % Y = 12,25 %
dari pendapatan nasional.
Kasus yang diterangkan oleh Rostow ini didasarkan pada anggapan
bahwa COR dan laju pertumbuhan penduduk konstan. Pengaruh
MAKRO EKONOMI 35 dengan demikian tidak dipertimbangkan. Akan tetapi selama tinggal
landas COR cenderung menurun diikuti dengan perubahan pola investasi,
dan kenaikan proporsi investasinetto terhadap pendapatan nasional
meningkat dari 5,0 % menjadi lebih dari 10,0 %, yang berarti melampaui
laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan investasi yang relatif
tinggi itu antara lain dapat dicapai dengan seperangkat langkah-langkah
berikut:
Pertama, menginvestasikan kembali secara terus menerus
keuntungan yang didapat oleh unit-unit usaha atau sektor-sektor ekonomi
yang mengalami pertumbuhan yang pesat.
Kedua, meningkatkan tabungan masyarakat melalui pengembangan
sistem keuangan, moneter dan perbankan.
Ketiga, merangsang berkembangnya inovasi.
b) Perkembangan Sektor-sektor Penting
Syarat take off yang kedua adalah perkembangan salah satu atau
beberapa sektor penting (leading sectors) di dalam perekonomian. Rostow
menganggap perkembangan sektor penting itu sebagai tulang punggung
analitis dari tahap pertumbuhan ekonomi tersebut. Pada era take off
Rostow membagi suatu perekonomian menjadi 3 sektor, yaitu:
Pertama, sektor pertumbuhan utama (leading growth sector) yaitu
kegiatan perekonomian yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan
dapat berekspansi ke berbagai sektor lain dalam perekonomian itu.
Pertumbuhan yang pesat ini dimungkinkan oleh adanya inovasi.Leading
growth sector ini di berbagai negara berbeda-beda. Di Inggris, misalnya
tekstil, katun, sementara di Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Jerman dan
Kanada adalah jaringan jalan kereta api. Di Swedia industri perkayuan dan
di Jepang industri sutra. Di Indonesia minyak dan gas bumi.
Kedua, sektor pertumbuhan suplementer (supplementary growth
sector), yaitu sektor yang berkembang pesat sebagai akibat langsung dari
perkereta-MAKRO EKONOMI 36 apian (sektor primer) merangsang perluasan industri di bidang besi, batu
bara dan baja. Dalam kasus ini industri besi, batu bara dan baja adalah
sektor suplementer.
Ketiga, sektor pertumbuhan turunan atau terkait (derivativegrowth
sector), yaitu sektor yang berkembang seirama dengan kenaikan
pendapatan, penduduk dan produksi sektor industri atau beberapa variabel
lain yang secara keseluruhan meningkat agak cepat. Misalnya industri
makanan dan perumahan yang erat kaitannya dengan penduduk.
Menurut Rostow, laju pertumbuhan leading sector ini tergantung
kepada 4 dasar :
Pertama, harus ada pengenalan fungsi produksi baru dan perluasan
kapasitas di sektor-sektor tersebut.
Ketiga, harus ada keuntungan investasi dan modal lebih dulu yang
memadai untuk take-off pada sektor-sektor penting ini.
Keempat, sektor-sektor penting harus mendorong perluasan output di
sektor lain melalui transformasi teknik.
Manfaat eksternal yang ditimbulkan oleh leading growth sector ini
selanjutnya mendorong sisi permintaan pada sektor-sektor lainnya yang
terkait dengan leadingsector ini. Akibatnya, terdapat kenaikan laju
pertumbuhan output yang berkelanjutan (sustainable growth), yang oleh
Rostow disebut self-sustaining. Sustainable Growth adalah suatu transisi
permanen dari laju pertumbuhan yang rendah atau tidak ada pertumbuhan
sama sekali kepada laju pertumbuhan yang sehat sebagaimana halnya di
NM. Transisi permanen ini terjadi karena kekuatan-kekuatan yang berasal
dari dalam negeri sendiri, yang terlihat dalam interaksi antara satu atau
beberapa leading growth sectors dengan sektor-sektor lainnya dalam
MAKRO EKONOMI 37 d. Kerangka Budaya yang Mendorong Ekspansi
Persyaratan take off yang terakhir adalah hadir atau munculnya
kerangka budaya yang mendorong perluasan sektor modern. Syarat
penting untuk itu adalah kemampuan perekonomian untuk meningkatkan
tabungan dari pendapatan yang semakin meningkat.Hal ini diperlukan
untuk meningkatkan permintaan efektif terhadap barang-barang
manufaktur, dan kemampuan untuk menciptakan manfaat eksternal
melalui ekspansi leading growth sector. Menurut Rostow untuk take off
suatu masyarakat memerlukan seperangkat prasyarat besar-besaran,
sampai ke jantung ekonomi, politik dan tatanan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. Dalam tahap ini, orang-orang yang ingin
mempermodernkan perekonomian (kelompok elit) biasanya meraih
kemajuan yang pesat dan nyata dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya
dibandingkan dengan kelompok tradisional.Secara keseluruhan, kelompok
elit ini mendorong masyarakat untuk menyebarluaskan rahasia teknologi
modern ke luar sektor yang telah dipermodernkan selama masa take-off
tersebut.[15]
e. Proses Take-off
Tahap take-off ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
Gambar7.2. Pada Gambar 7.2, sumbu horizontal menggambarkan
pendapatan nasional (NNI), sumbu vertikal menggambarkan jumlah
saving (S), investasi netto (I) dan kapital (K). Garis miring K0Y0 dan K1Y1
adalah ratio antara kapital dengan output (COR). Keduanya digambarkan
sejajar untuk menunjukkan adanya rasio yang konstan diantara kapital
dengan output yaitu 0K0/0Y0 = 0K1/0Y1. Selanjutnya TY0/Y0Y1 adalah
rasio kapital dengan output marginal (ICOR).
Semula, pada masa pra-take-off masyarakat mempunyai kurva
saving yang mendatar dan kurva COR yang sangat curam.Kurva saving
yang landai menandaikan bahwa orang yang hanya menyisihkan sebagian
kecil dari pendapatannya untuk saving, sedangkan kurva COR yang curam
menunjukkan angka COR yang sangat tinggi. COR yang tinggi
MAKRO EKONOMI 38 periode waktu 0, begitu investasi netto 0I0 dilakukan investasi ini akan
meningkatkan stok modal yang menjadi produktif dalam jangka waktu 1
dan menaikkan Y menjadi 0Y1. Kemudian pada tahap take-off, pada saat
investasi 0I1 (=Y1T1) terjadi, ransangan terhadap pertumbuhan modal
produktif tersebut lebih cepat lagi sehingga COR turun menjadi
T1Y1/Y1Y2. Sebagai akiabtnya, pola investasi berubah dan kurva COR
yaitu T1Y2 menjadi lebih datar. Y naik menjadi 0Y2 yang selanjutnya
menaikkan investasi menjadi0I2 (=Y2T2). Dengan kenaikan ini berarti
perekonomian telah take-off, dan jika pertumbuhan demikian berlanjut ia
menjadi swadaya (self sustained).
Jadi take-off itu didahului oleh suatu rangsangan atau dorongan
kuat, seperti misalnya perkembangan suatu sektor penting atau revolusi
politik yang membawa perubahan mendasar dalam proses produksi, atau
kenaikan proporsi investasi netto menjadi lebih dari 10,0 persen dari GNP
yang melampaui laju pertumbuhan penduduk.
Perkiraan Rostow mengenai jangka waktu take-off yang dilalui
oleh beberapa negara dikemukakan dalam Tabel 7.3. Inggris memasuki
periode take-off pada akhir abad ke XVIII yaitu pada saat dimulainya
Revolusi Industri dan sekaligus merupakan awal berdirinya ilmu ekonomi.
Seperti diketahui Inggris adalah negara tempat lahirnya revolusi industri
dan sekaligus ilmu ekonomi. Pada periode tersebut di Inggris, disamping
lahirnya ilmu ekonomi juga terdapat beberapa kemajuan yang sangat
mendasar dalam bidang sains dan teknologi, misalnya ditemukannya
mesin uap, kapal api, kereta api, mesin pintal benang serta beberapa
kemajuan teknik produksi terutama dalam industri tekstil.
Pada saat di Inggris sedang terjadi revolusi industri (revolusi
ekonomi), di Perancis berlangsung pula suatu revolusi sosial yang lebih
dikenalkan dengan sebutan revolusi Prancis.Revolusi Perancis
memberikan perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap sikap
mental masyarakat serta institusi-institusi yang ada di negara itu.Seperti
diketahui perubahan struktur dan tatanan masyarakat ini merupakan
MAKRO EKONOMI 39 Daftar Kronologis Periode Take-off Beberapa Negara
Negara Periode
Take-off
Negara Periode
Inggris 1783-1802 Jepang 1878-1900
Perancis 1830-1860 Rusia 1890-1914
Belgia 1833-1860 Kanada 1896-1914
Amerika Serikat 1843-1860 Argentina 1935
Jerman 1850-1873 Turki 1937
Swedia 1878-1900 India 1952
Sumber: Rostow, The Stages of Economic Growth (Cambridge: University Press,
1965). P. 38
Dari kedua negara Eropa Barat ini, kemudian kemajuan ekonomi
berkembang ke negara-negara lainnya.Mula-mula ke negara-negara sekitarnya,
dan kemudian menjalar ke negara-negara jajahannya di benua Amerika dan Asia.
Beberapa negara sudah memasuki tahap take-off seperti: Argentina (1935),
Turki (1937), dan India (1952), akan tetapi hingga sekarang ketiga negara tersebut
belum menyelesaikan proses take-offnya. Terlambatnya periode take off ini
terutama disebabkan oleh rumitnya kerangka kultural dan budaya masyarakat di
negara-negara bersangkutan. Indonesia di dalam GBHN direncanakan akan
memasuki periode take-off ini pada Repelita Keenam (1994/1995-1998/1989)
f. Periode Menuju Kematangan (Drive to Maturity)
Periode ini memerlukan waktu sekitar 40 atau 50 tahun. Karakteristik
suatu perekonomian yang berada dalam periode ini adalah sebagai berikut:
o Teknologi produksi sudah matang
o Rentangan produksi semakin meluas
o Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan
MAKRO EKONOMI 40 o Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan industrialisasi
Kelima karakteristik ini satu sama lain saling berkaitan dimana yang satu
merupakan akibat dari yang lain.
Kematangan Teknologi
Teknologi modern sudah mulai menyebar ke seluruh sisi
perekonomian.Rostow memberikan tahun-tahun simbolik kematangan teknologi
(technological maturity) pada beberapa negara berikut (Tabel 7.4).
Dalam tahap ini leading sectorbaru mulai muncul menggantikan leading
sector lama yang sudah mulai mundur. Leading sector pada tahap ini sifatnya
ditentukan oleh: (a) kemajuan teknologi, (b) kekayaan alam, (c) sifat-sifat tahap
tinggal landas yang berlaku, serta (d) bentuk kebijaksanaan pemerintah.
Menurut Rostow corak perubahan leading sector di beberapa negara maju
sekarang ini pada tahap menuju kematangan, berbeda dengan tahap take off.
Sebagai contoh di Inggris, pada tahap take off, leading sector adalah industri
tekstil, kemudian pada tahap menuju kematangan digantikan oleh industri baja,
kapal, batu bara serta alat-alat teknik berat. Di Amerika Serikat, Perancis dan
Jerman pada tahap take-off leading sector adalah jaringan kereta api, kemudian
pada tahap berikutnya digantikan oleh industri baja serta peralatan berat.
Fase Kematangan Teknologi Beberapa Negara
No Negara Tahun
1 Inggris 1850
2 Amerika Serikat 1900
3 Jerman 1910
4 Perancis 1910
MAKRO EKONOMI 41
6 Jepang 1940
7 Rusia 1950
8 Kanada 1950
Sumber: Diolah dari M.L. Jhingan. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan
(terjemahan). Jakarta: C.V. Rajawali, 1988. H. 187.
Rentangan Produksi
Meskipun kemajuan teknologi menyebabkan munculnya leading sector
baru menggantikan yang lama, leading sector lama pada umumnya masih tetap
bertahan.Dengan demikian kemajuan teknologi tersebut sekaligus memperluas
rentangan produksi.Produk yang dihasilkan, dengan demikian menjadi semakin
banyak dan beraneka ragam.Perkembangan yang semacam ini meningkatkan daya
tahan perekonomian negara yang berada pada tahap menuju kematangan ini
sehingga menjadi lebih mampu menahan segala gejolak yang tak terduga.
Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja
Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti terhadap
struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri meningkat,
sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah menjadi
terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan upah
nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk mendapatkan
jaminan sosial dan ekonomi lebih mampu menahan segala gejolak yang tak
terduga.
Perubahan Struktur dan Keahlian Tenaga Kerja
Kemajuan teknologi menimbulkan perubahan yang berarti tehadap
struktur ekonomi dan keahlian tenaga kerja. Peranan sektor industri meningkat,
sementara peranan sektor pertanian berkurang. Tenaga kerja berubah menjadi
terdidik. Kemajuan dalam bidang pendidikan ini selanjutnya menyebabkan upah
nyata pekerja meningkat dan mereka mengorganisasikan diri untuk mendapatkan
MAKRO EKONOMI 42
Manajemen Usaha
Kepemimpinan dalam dunia usaha (perusahaan) mengalami perubahan,
dimana peranan manajer semakin penting dan terpisah-pisah dari pemilik (the
owner).Perubahan ini mendorong lahirnya para manajer profesional yang
mempunyai kedudukan yang semakin penting.Watak para pengusaha (manajer)
berubah dari pekerja keras dan kasar menjadi manajer yang halus dan sopan.
Kejenuhan Masyarakat
Adanya gejala kebosanan masyarakat terhadap kemajuan yang diciptakan
oleh industrialisasi, dan mulai ada kritik-kritik terhadap industrialisasi tersebut.
Ada kecenderungan bahwa masyarakat selalu menginginkan sesuatu yang lebih
baru, mendorong terjadinya perubahan lebih lanjut.
3. Periode Konsumsi Tinggi dan Besar-besaran
Merupakan kelanjutan dari periode menuju kematangan. Disebut konsumsi
tinggi dan besar-besaran ((Highmass consumption) karena dalam periode ini
terdapat perkembangan yang pesat dalam konsumsi masyarakat, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Karakteristiknya secara garis besar adalah sebagai
berikut:
a. Pemenuhan produk-produk kebutuhan pokok bukan lagi merupakan
problema utama.
b. Perhatian masyarakat lebih ditujukan kepada masalah-masalah konsumsi
dan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas, tidak lagi pada masalah
produksi seperti pada peridoe sebelumnya. Dengan kata lain pada tahap ini
keseimbangan perhatian masyarakat sudah beralih dari penawaran ke
permintaan. Jumlah barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh
masyarakat (konsumen) sudah semakin banyak yang dapat dipenuhi.
Konsumsi barang-barang konsumsi tahan lama, seperti mobil, kulkas dan
peralatan rumah tangga lainnya menjadi semakin populer.