• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAN FAKTOR YANG BERPENGARUH

Bab ini akan menjabarkan analisis hubungan tingkat keberhasilan KB dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Pengukuran tingkat kesejahteraan yang digunakan adalah menurut indikator keluarga sejahtera BKKBN.

Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Tingkat kesejahteraan menurut indikator keluarga sejahtera BKKBN adalah keluarga yang telah mampu memenuhi kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial-psikologis, maupun yang bersifat pengembangan, serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Tingkat kemandirian tersebut dinilai berdasarkan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan secara baik, pendidikan, keterdedahan terhadap informasi, serta aktif baik secara memberikan sumbangan secara materil maupun menjadi pengurus dalam organisasi sosial masyarakat. Semakin sejahtera maka keluarga sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar secara baik serta aktif dalam kegiatan organisasi sosial masyarakat. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan jumlah dan persentase responden menurut tingkat kesejahteraan petani menurut indikator keluarga sejahtera BKKBN.

Tabel 18 Jumlah dan persentase PUS menurut tingkat keluarga sejahtera (BKKBN)

Tingkat Kesejahteraan Jumlah (PUS) Persentase (%)

Pra Sejahtera (skor 0) 0 0

Sejahtera 1 (skor 1-7) 0 0

Sejahtera 2 (skor 8-13) 6 17.14

Sejahtera 3 (skor 14-21) 26 74.28

Sejahtera 3 Plus (skor ≥22) 3 8.57

Total 35 100

Sebanyak 17.14% atau berjumlah enam keluarga yang dikategorikan sebagai Sejahtera 2, artinya bahwa keluarga PUS tersebut yang telah memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial-psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk peningkatan agama, menabung, berinteraksi dalam keluarga, ikut melaksanakan kegiatan dalam masyarakat dan mampu memperoleh informasi. Sebanyak 74.28% keluarga dikategorikan ke dalam Sejahtera 3, artinya bahwa keluarga PUS tersebut telah memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis, dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lemabaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan sebagainya. Dan sebanyak 8.57% dikategorikan ke dalam Sejahtera 3 Plus, artinya bahwa keluarga petani tersebut telah mampu memenuhi semua kebutuhan baik yang bersifat dasar,

sosial-psikologis, maupun yang bersifat pengembangan, serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

“…Kesejahteraan keluarga di RW 4 ini sih sudah cukup baik, karena semua kepala keluarganya punya pekerjaan, malah anaknya juga banyak yang mau bantu-bantu cari uang…” (DDS, 29 tahun).

“… Keluarga di RW 4 ini menurut saya secara umum

sudah sejahtera apalagi bila dibandingkan dengan RW sebelah…” (AS, 32 tahun).

Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan Program KB dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga

Hasil uji korelasi antara tingkat keberhasilan KB dan tingkat kesejahteraan keluarga menunjukan nilai signifikan sebesar 0.033 (lampiran 6). Nilai tersebut lebih rendah dari α (0.05), maka terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan KB dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Hubungan tersebut bersifat positif, artinya semakin tinggi tingkat keberhasilan KB maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan. Sebaliknya, apabila semakin rendah tingkat keberhasilan KB maka semakin rendah tingkat kesejahteraan keluarga. Persentase hubungan tingkat keberhasilan KB dengan tingkat kesejahteraan keluarga dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19 Persentase hubungan tingkat keberhasilan KB dengan tingkat kesejahteraan keluarga Tingkat Keberhasilan KB Tingkat Kesejahteraan Total Sejahtera 2 Sejahtera 3 Sejahtera 3 Plus

F % F % F % F %

Tinggi 0 0 8 80 2 20 10 100

Sedang 6 24 18 72 1 4 25 100

Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 19 menunjukkan bahwa terdapat 20% keluarga yang memiliki tingkat keberhasilan KB tinggi dan sejahtera tiga plus. Pada tingkat kesejahteraan yang sama sebanyak 4% keluarga memiliki tingkat keberhasilan KB sedang. Sedangkan pada sejahtera keluarga tiga terdapat 80% keluarga memiliki tingkat keberhasilan KB tinggi dan 72% memiliki tingkat keberhasilan KB sedang. Hanya terdapat enam keluarga atau 24% yang berada pada keluarga sejahtera 2 dan memiliki tingkat keberhasilan KB sedang.

Secara keseluruhan tingkat kesejahteraan keluarga yang diukur berdasarkan tingkat keluarga sejahtera BKKBN sudah memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi.

Ikhtisar

Data di lapangan menunjukkan tingkat pengambilan keputusan perempuan tinggi yaitu sebanyak 29 perempuan atau 82.85%. Sementara tingkat keberhasilan KB berada di tingkat sedang dengan persentase sebesar 71.42% yaitu sebanyak 25 responden. Hasil penelitian melalui uji statistik SPSS mengenai tingkat pengambilan keputusan perempuan dalam keluarga PUS di RW 4 Desa Sirnagalih dan hubungannya dengan tingkat keberhasilan program KB menunjukan korelasi yang signifikan namun bernilai negatif. Semakin tinggi tingkat pengambilan keputusan perempuan maka semakin rendah keberhasilan KB, begitupun sebaliknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengambilan keputusan perempuan dalam keluarga tidak sepenuhnya dibuat sendiri melainkan ada pengaruh dari laki-laki, keluarga luas maupun PLKB. Selain itu masih banyak perempuan yang mengambil keputusan dalam keikutsertaan KB belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang KB, dapat dikatakan mereka hanya berpartisipasi di permukaan program saja sehingga mereka belum merasakan manfaat sebenarnya dari KB.

Terdapat 65.71% keluarga yang memiliki tingkat keberhasilan KB sedang sedangkan tingkat pengambilan keputusannya tergolong tinggi, dan dengan tingkat keberhasilan KB yang sama terdapat 5.71% keluarga yang memiliki tingkat pengambilan keputusan yang sedang. Pada tingkat keberhasilan KB yang tinggi terdapat 17.14% keluarga yang memiliki tingkat pengambilan keputusan yang tinggi, dan dengan tingkat keberhasilan KB yang sama terdapat 11.42% keluarga yang memiliki tingkat pengambilan keputusan yang sedang.

Hasil penelitian mengenai hubungan tingkat keberhasilan KB dengan tingkat kesejahteraan keluarga memiliki korelasi signifikan yang bernilai positif, dimana semakin tinggi tingkat keberhasilan KB maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga, begitupun sebaliknya. Pada penelitian ini tingkat keberhasilan KB diukur berdasarkan jumlah anak, jumlah akseptor KB, usia responden menikah dan tingkat kesakitan reproduksi. Selain faktor diatas, data kualitatif menunjukan bahwa keberhasilan KB juga dapat dukur berdasarkan kualitas keluarga. Hal tersebut dapat dilihat dari pendidikan anak dan kesehatan keluarga. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, sudah dapat dipastikan semakin banyak jumlah anak, maka kualitas anak semakin rendah. Sebaliknya, semakin ideal jumlah anak, maka kualitas anak semakin baik.

Terdapat 5.71% keluarga yang memiliki tingkat keberhasilan KB tinggi dan sejahtera tiga plus. Pada tingkat kesejahteraan yang sama sebanyak 2.85% keluarga memiliki tingkat keberhasilan KB sedang. Sedangkan pada sejahtera keluarga tiga terdapat 22.85% keluarga memiliki tingkat keberhasilan KB tinggi dan 51.42% memiliki tingkat keberhasilan KB sedang. Hanya terdapat enam keluarga atau 17.14% yang berada pada keluarga sejahtera 2 dan memiliki tingkat keberhasilan KB sedang. Secara keseluruhan tingkat kesejahteraan keluarga yang diukur berdasarkan tingkat keluarga sejahtera BKKBN memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pola-pola pengambilan keputusan yang berkaitan dengan produktivitas keluarga yang mengarahkan pada kesejahteraan keluarga hendaknya didasarkan pada pemahaman dan implementasi yang lebih baik. Hal yang lebih penting adalah muncul dan terbinanya kepedulian keluarga terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dalam program KB.

SIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini mengulas mengenai kesimpulan hasil penelitian mengenai pengaruh tingkat pengambilan keputusan perempuan RW 4 Desa Sirnagalih terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Dilakukan pada keluarga Pasangan Usia Subur. Kesimpulan yang diambil adalah jawaban dari permasalahan dan tujuan yang diangkat pada bagian awal karya ilmiah ini. Bagian ini disertai pula dengan saran yang membangun terhadap penelitian serupa agar tercipta kebermanfaatan dan juga keberlanjutan untuk penelitian yang lebih baik lagi.

Simpulan

Hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengambilan keputusan perempuan yang dilihat berdasarkan dominansi keputusan yang dibuat oleh istri, suami, bersama setara, keluarga luas, dan PLKB menunjukan bahwa perempuan memiliki kontrol yang tinggi terhadap keikutsertaan KB, menentukan alat kontrasepsi yang digunakan, menentukan jumlah anak lahir, memilih proses persalinan, dan menentukan jarak anak. Hasil uji statistik menujukkan semakin tinggi tingkat pengambilan keputusan perempuan, maka tingkat keberhasilan KB semakin rendah. Hal tersebut disebabkan karena keikutsertaan PUS sebagai akseptor KB tidak sepenuhnya diputuskan sendiri, melainkan ada unsur-unsur dukungan dari suami, keluarga luas atau PLKB. Selain itu responden belum memiliki pemahaman yang tinggi terhadap tujuan dari program KB sehingga mereka hanya ikut berpartisipasi di permukaan saja. Selain dipengaruhi oleh suami, keluarga luas, dan PLKB, tingkat pengambilan keputusan perempuan juga dipengaruhi oleh karakteristik individu setiap anggota PUS.

Berdasarkan pengolahan data menggunakan SPSS tingkat keberhasilan KB memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat kesejahteraan. Menurut BKKBN, program Keluarga Berencana memang difokuskan pada kesejahteraan keluarga melalui pembatasan jumlah anak dari setiap keluarga. Pada penelitian ini, tingkat keberhasilan KB diukur dari jumlah akseptor KB, jumlah anak, usia perkawinan responden, dan tingkat kesakitan reproduksi. Secara keseluruhan tingkat kesejahteraan keluarga yang diukur berdasarkan tingkat keluarga sejahtera BKKBN sudah memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi.

Pola-pola pengambilan keputusan yang berkaitan dengan produktivitas keluarga yang mengarahkan pada kesejahteraan keluarga hendaknya didasarkan pada pemahaman dan implementasi yang lebih baik. Hal yang lebih penting adalah muncul dan terbinanya kepedulian keluarga terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dalam program KB.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan masukan atau saran, diantaranya sebagai berikut:

1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai keefektifan program KB dalam upaya peningkatan kesejahteraan keluarga di pedesaan.

2. Hubungan antara tingkat pengambilan keputusan perempuan dengan tingkat keberhasilan KB memiliki korelasi negatif. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak keluarga yang hanya ikut-ikutan menjadi akseptor KB dari orang-orang sebelumnya. Mereka belum menggali lebih dalam pemahaman mengenai manfaat sebenarnya dari KB. Oleh karena itu, penyuluhan menyeluruh mengenai KB menjadi penting dalam kasus ini.

3. Salah satu yang menjadi masalah pada akseptor KB di lapangan adalah masih ada saja yang kebobolan. Artinya walaupun mereka menggunakan KB, jumlah anak masih tetap tidak ideal. Oleh karena itu, BKKBN perlu menyediakan solusi bagi kasus seperti ini. Serta perlu diadakan revitalisasi dari fungsi kader-kader posyandu yang menaungi program KB di Desa Sirnagalih, tujuannya agar akseptor KB dapat berkonsultasi langsung terkait program KB.

Dokumen terkait