• Tidak ada hasil yang ditemukan

y and Play Pre-School

TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA 3-6 TAHUN SELAMA MASA PERAWATAN DI RUANG MELATI RSUD DR. SOEDIRMAN

KEBUMEN

1. Bidang studi : Keperawatan Anak

2. Pokok bahasan : Terapi Bermain

3. Sub pokok bahasan : Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (Truk)

4. Tujuan : Mengoptimalkan perkembangan motorik

halus

5. Sasaran : Anak Usia 3-6 Tahun

Di Ruang Melati RSUD Dr. SOEDIRMAN

6. Pelaksana : Sarti

7. Pertemuan : Pertama

8. Hari/tanggal : Kamis, 13 Juli 2017

9. Waktu : 40 menit

10. Tempat : Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen

A. Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan di Rumah Sakit dan dapat menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap di Rumah Sakit. Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Jovans, 2008).

Hospitalisasi adalah suatu keadaan kritis pada anak, saat anak sakit dan di rawat di Rumah Sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap

anak maupun orang tua dan keluarga. Reaksi anak terhadap hospitalisasi bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya (Wong, 2009).

Wright (2008) dalam penelitiannya tentang efek hospitalisasi pada perilaku anak menyebutkan bahwa reaksi anak pada hospitalisasi secara garis besar adalah sedih, takut dan rasa bersalah karena menghadapi suatu yang belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang bisa dialami dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Ketika anak menjalani perawatan di Rumah Sakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal tersebut akan mengecewakan anak sehingga dapat meningkatkan kecemasan pada anak (Samiasih, 2007).

Reaksi anak usia prasekolah yang menjalani stres akibat hospitalisasi disebabkan karena mereka belum beradaptasi dengan lingkungan di Rumah Sakit, masih merasa asing sehingga anak tidak dapat mengontrol emosi dan mengalami stres, reaksinya berupa menolak makan, sering bertanya, menangis, dan tidak kooperatif dengan petugas kesehatan. Banyak metode menurunkan stres hospitalisasi pada anak. Perawat harus peka terhadap kebutuhan dan reaksi klien untuk menentukan metode yang tepat dalam melaksanakan intervensi keperawatan dalam menurunkan tingkat kecemasan (Kozier, 2010). Respon secara umun yang terjadi pada anak yang dirawat inap antara lain mengalami regresi, kecemasan perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur, terutama terjadi pada anak dibawah usia 7 tahun (Hockkenberry dan Wilson, 2007).

Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering dialami seperti menangis, dan takut pada orang baru. Banyaknya stresor yang

dialami anak ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang menggangu perkembangan anak. Lingkungan Rumah Sakit dapat merupakan penyebab stres dan kecemasan pada anak (Utami, 2014).

Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak menjadi susah makan, tidak tenang, takut, gelisah, cemas, tidak mau bekerja sama dalam tindakan medikasi sehingga menggangu proses penyembuhan anak (Stuart, 2007). Masa hospitalisasi pada anak prasekolah juga dapat menyebabkan post traumatic stres disorder (PSTD) yang dapat menyebabkan trauma hospitalisasi berkepanjangan bahkan setelah anak beranjak dewasa (Perkin dkk, 2013). Banyak anak menolak diajak ke Rumah Sakit, apalagi menjalani rawat inap dalam jangka waktu yang lama. Peralatan medis yang terlihat bersih dirasakan cukup menyeramkan bagi anak-anak. Begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan penampilan pra staf Rumah Sakit dengan baju putihnya yang terkesan angker. Salah satu cara independent untuk menurunkan stres akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah adalah terapi bermain.

Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikan sarana untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta perawatan. Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang dalam keadaan sakit tetapi kebutuhan akan bermainnya tetap ada. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Evism, 2012).

Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Katinawati, 2011). Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini (Suryanti, 2011). Bermain dapat digunakan

sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain (Tedjasaputra, 2007).

Bermain dapat menjadi bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dan ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Bermain juga menjadi media terapi yang baik anak-anak bermasalah selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008).

Terapi bermain yang diberikan pada anak usia prasekolah harus menyesuaikan dengan tahapan perkembangan sesuai usianya. Permainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif, dapat mengembangkan koordinasi motorik, dan memerlukan hubungan dengan teman sebaya (Pramono, 2012). Beberapa permainan anak usia prasekolah dalam mengatasi kecemasan misalnya mewarnai gambar, menggambar, menyusun puzzle, dan menyusun balok. Menurunkan tingkat kecemasan anak selama perawatan dengan mengajak mereka bermain menggunakan alat permainan yang tepat. Melalui mewarnai gambar, seorang dapat menuangkan simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya kedalam coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan perasaan-perasaan yang tersimpan dalam bawah sadarnya dan tidak dapat dimunculkan kedalam realita melalui gambar.

Melalui menggambar mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar telah mengeluarkan muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa sedih, tertekan, stres, menciptakan gambaran-gambaran yang membuat kita kembali merasa bahagia, dan membangkitkan masa-masa

indah yang pernah kita alami bersama orang-orang yang kita cinta. Melalui aktifitas mewarnai gambar, emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan, sehingga dapat menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu dalam mengurangi stres yang dialami anak (Hidayah, 2011).

Manfaat bermain bagi anak adalah berfungsi untuk merangsang perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi, kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik (Adriana (2011).

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang selama perawatan di Rumah Sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat di Rumah Sakit.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) selama kurang lebih 40 menit diharapkan tingkat kecemasan anak usia 3-6 tahun dapat berkurang.

a. Bisa merasa tenang selama dirawat

b. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan petugas kesehatan (dokter dan perawat)

c. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat

d. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan e. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi

f. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal g. Dapat mengekspresikan keinginan, keinginan, perasaan, dan fantasi

anak terhadap suatu permainan

h. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat

i. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit

j. Menurukan tingkat kecemasan pada anak

k. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti di rumah sebagai alat komunikasi antara perawat klien.

C. Sasaran

Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar alat transportasi (truk) adalah anak usia 3-6 tahun yang sedang menjalani perawatan di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

D. Sarana dan Media 1. Sarana

Ruangan tempat bermain 2. Media

a. Meja belajar b. Buku gambar c. Pensil / bolpoint d. Pensil warna / crayon E. Materi

Terlampir

F. Rencana pelaksanaan

NO Waktu Kegiatan bermain Kegiatan peserta

1. 5 menit Pembukaan :

1. Perawat membuka kegiatan dan mengucapkan salam

2. Perawat memperkenalkan diri 3. Perawat menjelaskan tujuan dan

peraturan kegiatan

4. Perawat menjelaskan media yang akan dijadikan media permainan 5. Kontrak waktu

Menjawab salam

Mendengarkan dan dan memperhatikan

2. 25 menit Pelaksanaan :

1. Perawat mengatur posisi klien 2. Perawat membagikan buku gambar,

Pensil / bolpoint, crayon / pensil warna kepada klien

3. Perawat mengajak dan memotivasi klien (anak) untuk mengungkapkan gambar yang diinginkan pada buku gambar

4. Memulai mewarnai gambar dengan didampingi oleh perawat

5. Perawat memberi semangat pada anak selama proses mewarnai

6. Perawat memotivasi anak untuk dapat memilih warna yang disukainya 7. Apabila anak tidak mau aktif,

melibatkan orang tua atau pendamping anak untuk membantu anak mewarnai gambar yang telah diberikan

Berpindah posisi Menerima kertas dan pensil warna

Klien menggambar alat Transportasi (truk)

Klien mewarnai gambar Alat transportasi (truk)

3. 5 menit Evaluasi :

1. Menanyakan tentang perasaan anak setelah diberi terapi bermain

menggambar dan mewarnai gambar alat transportasi (truk)

Menjawab pertanyaan

4. 5 menit Penutup :

1. Perawat menutup acara permainan dengan memberikan reward kepada klien

2. Mengucapkan terima kasih dan

Memperhatikan

mengucapkan salam G. Setting tempat

 

Keterangan : : Meja belajar

: Perawat

: Anak

: Ibu H. Evaluasi

1. Anak bisa menggambar dan mewarnai sesuai dengan tingkat perkembangan 2. Membedakan warna dan bentuk gambar

3. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi p

MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

A. Pengertian Terapi Bermain

Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi mental, intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih, 2014). Terapi merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang dengan tujuan melakukan perubahan. Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan anak dalam situasi bermain (Adriana, 2011).

B. Fungsi Bermain

Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi, kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.

1. Perkembangan sensorimotor : aktivitas sensorimotor adalah komponen utama bermain pada semua usia. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepaskan kelebihan energi. Melalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan kinestetik, bayi memperoleh kesan. Todler dan prasekolah sangat menyukai gerakan tubuh dan mengeksplorasi segala sesuatu di ruangan.

2. Perkembangan intelektual : melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi objek-objek. Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua variabel terpenting yang terkait dengan perkembangan kognitif selama masa bayi dan prasekolah. Sosialisasi: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk hubungan sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku dan sikap yang diterima masyarakat.

3. Kreativitas : anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain. Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas tunggal, meskipun berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok. Anak merasa puas ketika menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

4. Kesadaran diri : melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuan diri dan membandingkannya dengan orang lain. Kemudian menguji kemampuannya dengan mencoba berbagai peran serta mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap orang lain.

5. Nilai moral : anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain anak memperoleh kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya. Anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan sesuatu dan bertanggung jawab.

6. Manfaat terapeutik : bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia. Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara yang dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan. C. Tujuan Bermain

Supartini (2012) mengemukakan beberapa tujuan dari terapi bermain antara lain :

1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangannya, walaupun demikian selama anak dirawat di

rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap di lanjutkan untuk menjaga kesinambungannya. 2. Mengespresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya

pada saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat mengespresikannya secara verbal, permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengeskpresikannya.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah, permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. 4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap sters karena sakit dan

dirawat di rumah sakit. D. Jenis-jenis Permainan

Ada 2 jenis permainan yaitu permainan aktif dan permainan pasif. Kedua jenis permainan tersebut harus diketahui orang tua atau siapapun yang berkaitan dengan pendidikan dan perkembangan anak supaya dapat menyeimbangkan antara keduanya.

a. Kategori permainan aktif adalah sebagai berikut

1) Permainan olahraga. Bagi anak olah raga bisa menjadi satu permainan yang menyenangkan yang mengandung kesenangan, hiburan dalam bermain tapi tidak juga terlepas dari unsur partisipasi dan keinginan untuk unggul. Permainan Perkelahian (body Contact). Permainan yang menuntut keseriusan anak untuk memenuhi kebutuhan kekuasaan. Hal ini sehat dan positif bagi anak, berguna untuk menguji keunggulan dan kekuatan dilingkungan sekitar bermain bebas dan spontan atau eksplorasi. Anak dapat melakukan hal yang diinginkan. Anak akan terus bermain dengan permaianan selama itu menimbulkan kesenangan.

2) Bermain drama atau peran. Menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan nyata maupun terdapat dalam media massa atau televisi. Anak akan berfantasi dan meniru peran-peran.

Perbendaharaan bertambah dan kemampuan berkomunikasi semaakin baik. Mengajarkan berbagai keterampilan sosial dan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak.

3) Bermain air atau pasir. Mengembangkan perasaan dan kebebasan serta kepuasan. Belajar membentuk sesuatu yang baru sebagai modal awal kreatifitas.

4) Bermain musik dan menari. Mengembangkan kepekaan, membebaskan ekspresi dan mendorong anak untuk mengembangkan kepekaan, membebaskan ekspresi dan mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya.

5) Permainan bongkar pasang (puzzle) dan menyusun balok. Melatih kemampuan motorik halus, konsentrasi, dan melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar konsentrasi dan kreatifitas anak menjadi terasah (Devianti, 2013).

b. Kategori permainan pasif adalah sebagai berikut: 1) Permainan mekanis.

Alat tehnologi canggih seperti komputer bukan lagi milik orang dewasa, tapi telah menjadi barang biasa untuk anak-anak. Berbagai games atau permainan virtual telah tersedia didalam komputer. Bermain komputer tidak sama bermain bersama teman. Anak bermain sendiri dengan kesenangannya. Sisi negatif permainan mekanis ini adalah kurangnya pembentukan sikap anak untuk menerima dan memberi (take and give). Anak memegang sikap kendali penuh atas “teman mainnya” dan Si teman mainnya” akan melakukan apapun yang diinginkan anak. Kendali penuh ini akan menimbulkan reaksi serius bila anak menyalurkannya dalam pertemanan dilingkungan sosialnya. Hal positif, anak memiliki keterampilam komputer yang akan diperlukan anak sebagai sarana hidupnya.

2) Permainan elektronik seperti komputer dan playstation meningkatkan refleks (rangsangan), perkembangan motorik halus

anak dan memberikan konstribusi pada perbendaharaan kata terutama bahasa asing. Namun, stimulus (rangsangan) fisik dan interaksi sosial ditawarkan dalam permainan tersebut bersifat artifisial (buatan), bahkan sangat kurang. Permainan interaktif atau software bersifat edukatif yang sering ada dalam komputer dapat menjadi suatu alternatif permainan (Yuriastien, 2009). 3) Permainan Fantasi. Anak dapat membentuk dunia sesuai

dengan keinginannya (imajinasi). Permainan fantasi selain proses kreatif pengembangan kemampuan sisi otak kanan, juga untuk pembentukan kecerdasan interpersonal.

4) Mendengarkan cerita. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan imajinasi anak. Anak akan belajar empati dari apa yang dialami tokoh dan berimajinasi menjadi si tokoh dalam cerita tersebut. Hubungan anak dengan orang tua akan menjadi lebih erat karena saling berinteraksi dan akan menjadi sarana komunikasi yang baik antara keduanya.

5) Membaca. Menambah perbendaharaan kata, imajinasi, memperluas wawasan serta pengetahuan anak.

6) Menonton televisi. Dengan menonton tv anak akan mendapatkan tambahan pengetahuan serta ide-ide tentang hal-hal yang dapat dimainkan. Televisi dapat membangun kemampuan anak untuk menirukan atau mengembangkan kekuatan intuisi dan imajinasi anak dalam memperkaya pengalaman. Tetapi televisi dapat berpengaruh negatif terhadap anak misalkan menirukan adegan-adegan kekerasan, kriminalitas. (Yuriastien, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, jenis-jenis permainan yang dilakukan pada saat anak bermain ada 2 macam yaitu permainan aktif dan permainan pasif. Permainan aktif ketika anak banyak menggunakan aktifitas fisik saat bermain sehingga anak banyak melakukan gerakan-gerakan dengan menggunakan tubuhnya. Permainan pasif ketika anak hanya berdiam diri tanpa

mempergunakan aktifitas tubuh yang berlebihan dan menggunakan alat-alat yang cenderung dapat dilakukan dengan hanya diam dan duduk saja.

E. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Terapi Bermain

Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Soetjianingsih (2014) saat anak dalam aktivitas bermain yaitu:

1. Energi ekstra/tambahan: bermain memerlukan energi tambahan, dimana anak yang sakit, tidak memiliki energi yang banyak untuk bermain, sehingga permainan yang di anjurkan yaitu permainan yang tidak memerlukan banyak energi.

2. Waktu: anak yang hospitalisasi harus mempunyai cukup waktu untuk bermain

3. Alat permainan: untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangan anak.

4. Ruangan untuk bermain: ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain di halaman atau di tempat tidur disesuaikan dengan keadaan anak.

5. Pengetahuan cara bermain: anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau dibimbing oleh orangtua atau pengasuh

6. Teman bermain: anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain. Anak dapat bermain dengan orang tua, teman sebaya atau saudara sehingga anak tidak kehilangan kesempatan dalam bersosialisasi

7. Reward: pemberian reward akan membuat anak termotivasi, reward dapat diberikan berupa semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan sebuah permainan.

F. Jenis permainan pada anak Usia Prasekolah

Permainan anak usia prasekolah menurut Adriana (2011) biasanya bersifat asosiatif (interaktif dan kooperatif) serta memerlukan hubungan dengan teman sebaya. Alat permainan yang dianjurkan

untuk anak usia prasekolah yaitu berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, dokter-dokteran atau masak-masakan (Soetjianingsih, 2014).

G. Terapi bermain di Rumah Sakit

Terapi bermain menurut Adriana (2011) membantu anak

dalam beradaptasi dengan lingkungan baru di rumah sakit, membantu mengurangi stress terhadap perpisahan, dapat sebagai distraksi (pengalihan perhatian) dan relaksasi dan mencapai tujuan terapeutik. Prinsip bermain di rumah sakit yaitu:

1. Permainan tidak bertentangan dengan terapi dan perawatan yang dijalani

2. Tidak membutuhkan energi yang banyak 3. Harus mempertimbangkan keamanan bagi anak 4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama 5. Melibatkan orang tua atau keluarga

H. Pengertian Menggambar dan Mewarnai

Menurut Soedarso (dalam Suwarna, 2007: 10) menggambar adalah suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan garis warna. Dengan demikian menggambar merupakan bahasa visual dan merupakan salah satu media komunikasi yang diungkapkan melalui garis, bentuk, warna dan teksture. Dijelaskan pula dalam Suwarna (2007: 10) bahwa menggambar juga merupakan curahan isi jiwa seseorang yang bernuansa estetis, kreatif, harmonis, dan ekspresif, yang tidak terlepas dari sensitivitas, mengandung pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain yang melihatnya, dan hal ini dapat menimbulkan sesuatu.

Menurut Affandi (dalam Saiful Haq, 2008: 2) menggambar merupakan perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis, bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.

Berdasarkan pada pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menggambar adalah membuat gambar dengan cara menggoreskan benda-benda tajam (seperti pensil atau pena) pada bidang datar (misalnya permukaan papan tulis, kertas, atau dinding) yang merupakan perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis, bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.

I. Tujuan dan Manfaat Menggambar bagi anak

Menurut Hajar Pamadhi (dalam Saiful Haq, 2008: 4) menyatakan bahwa menggambar memiliki tujuan yang antara lain :

1. Alat untuk mengutarakan/ekspresi isi hati, pendapat maupun gagasan

2. Media fantasi, imajinasi, dan sekaligus sublimasi

3. Stimulasi bentuk ketika lupa atau untuk menumbuhkan gagasan baru

4. Alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi

Menurut Hajar Pamadhi, Evan Sukardi S, dan Azizah Muis (2010: 2.11) menjelaskan tentang fungsi menggambar bagi anak. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Menggambar sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk) 2. Menggambar sebagai media mencurahkan perasaan 3. Menggambar sebagai alat bermain

4. Menggambar melatih ingatan

5. Menggambar melatih berfikir komprehensif (menyeluruh) 6. Menggambar sebagai media sublimasi perasaan

7. Menggambar melatih keseimbangan

8. Menggambar mengembangkan kecakapan emosional 9. Menggambar melatih kreativitas anak

10. Menggambar melatih ketelitian melalui pengamatan langsung

Dokumen terkait