• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kecemasan

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 23-28)

sinyalnya dijalarkan kebawah melalui farmasio retikularis otak dan masuk ke medula spinalis untuk menyebabkan pelepasan impuls simpatis yang massif (Guyton & Hall, 2011).

Hubungan dari fisiologi terjadi kecemasan dan empati adalah dengan empati dapat memberikan rasa tenang yang menghambat pengeluaran hormon Adrenocortocotropin (ACTH) dan system saraf simpatis, sehingga Corticotrophin Releasing Hormone (CRH) dapat ditekan pengeluarannya, hal ini menimbulkan efek tenang dan dapat mengurangi stressor sehingga seseorang yang mengalami kecemasan dapat kembali tenang ditandai dengan kembalinya nilai tanda-tanda vital kedalam batas normal.

2.2.5 Tingkat Kecemasan

Stuart (2008) mengidentifikasi tingkat kecemasan menjadi 5 tingkat yaitu:

2.2.5.1 Normal, pada tahap ini klien merasakan periode peringatan dari ancaman yang akan timbul dengan tanda–tanda seperti gelisah dan sulit menerima stressor tersebut.

2.2.5.2 Kecemasan ringan, pada tingkat ini sebenarnya merupakan hal yang normal karena merupakan tanda bahwa keadaan jiwa dan tubuh manusia agar dapat mempertahankan diri dari lingkungan yang serba berubah.

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untukbelajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

2.2.5.3 Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan untuk konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

2.2.5.4 Kecemasan berat, Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

2.2.5.5 Kecemasan tingkat panik, Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan

inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi.

Gambar 2.1. Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2008) 2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Kaplan dan Sadock (2016), faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien antara lain:

2.2.6.1 Faktor intrinsik, antara lain:

a. Usia

Menurut Kaplan & Sadock (2016) gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, usia menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu, usia berhubungan dengan pengalaman, pengalaman berhubungan dengan pengetahuan. Kematangan dalam proses berfikir pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok usia anak-anak;

Menurut Stuart (2008) mengenai perubahan dalam perkembangan kecemasan dijelaskan dalam tabel berikut:

Respon adtif Respon maladaptive Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Periode Usia Kecemasan

Masa Bayi Awal Merasakan was-was dan perubahan suasana hati yang sebelumnya tidak ada apabila berada dengan orang asing.

Usia 1-2 Tahun Orang tua lebih berperan dalam menentukan kecemasan yang dialami oleh anak

Kanak-Kanak Awal

Orang tua lebih berperan dalam menentukan kecemasan yang dialami oleh anak

10-13 Tahun Remaja awal merupakan masa dimana remaja harus mampu mematangkan hubungan dengan teman sebayanya

15-18 Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan kecemasan 18-22 Tahun

(Dewasa)

Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkan menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok umur anak-anak

Table 2.2 Perubahan Perkembangan Kecemasan

b. Jenis kelamin

Kecemasan sering dialami pada wanita dari pada pria. Kaplan &

Sadock (2016), mengemukakan bahwa kurang lebih 5% dari populasi, kecemasan pada wanita dua kali lebih banyak dari pada pria. Lebih tingginya frekwensi kecemasan yang dialami wanita kemungkinan disebabkan wanita mempunyai kepribadian yang lebih labil dan bersifat immatur. Juga adanya peran hormon yang mempengaruhi kondisi emosi sehingga mudah cemas dan curiga;

c. Pengalaman pada hal tertentu

Pengalaman pada kondisi tertentu tentu akan membuat kecemasan menurun, namun apabila hal tersebut baru pertama kali dilakukan maka tingkat kecemasan akan lebih tinggi dari pada orang yang sudah mengalami hal tersebut;

d. Konsep diri dan peran

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu berhubungan dengan orang lain. Peran adalah pola sikap perilaku dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi peran seperti kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran, kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang dijalaninya. Juga keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

Disamping itu pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran, jadi setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisinya pada setiap waktu. Pasien yang mempunyai peran ganda baik di dalam keluarga atau di masyarakat ada kecenderungan mengalami kecemasan yang berlebih disebabkan konsentrasi terganggu.

2.2.6.2 Faktor ekstrinsik :

a. Kondisi lingkungan

Lingkungan yang tidak kondusif seperti ramai dan tidak tenang dapat menimbulkan kecemasan meskipun persiapan yang di lakukan sudah optimal, hal ini dikarenakan kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi dengan orang lain berbeda.

b. Akses informasi

Adalah pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi

adalah segala penjelasan yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan tindakan terdiri dari tujuan, proses, resiko dan komplikasi serta alternatif tindakan yang tersedia, serta proses adminitrasi (Smeltzer, 2014).

c. Proses adaptasi

Menurut Kozier (2015) mengatakan bahwa tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus menerus. Proses adaptasi sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan dari sumber-sumber di lingkungan dimana dia berada.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 23-28)

Dokumen terkait