BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
4. Tingkat Kecemasan
Menurut Dalami (2009) kecemasan dibagi menjadi empat
berdasarkan tingkatan atau rentang responnya, yaitu ansietas ringan
yang memiliki ciri-ciri lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada, ansietas sedang dengan ciri-ciri tingkat
lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun yang mengakibatkan
individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan
mengenyampingkan hal lain, sedangkan pada ansietas berat individu
akan mengalami lapangan persepsi yang sangat sempit sehingga
mengakibatkan individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja
dan mengabaikan hal lain, individu tidak mampu lagi berpikir realistis
dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian
pada area lain, dan tingkat ansietas terakhir yaitu panik, pada tingkatan
ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan terganggu
sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi walaupun telah diberikan
pengarahan.
Peplau dalam Ni Komang (2012) mengidentifikasi 4 tingkatan kecemasan yaitu:
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat,
waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu
mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar.
Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur,
hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas,
tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada dirinya.
4) Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian
5. Terapi Kecemasan 1. Terapi farmakologi
Obat masih menjadi pilihan utama terapi, tetapi gangguan itu
ketergantungan dan kekambuhan membatasi nilai obat ansiolitik
menjadi jangka pendek.
Benzodiazepine merupakan obat dengan mula kerja yang cepat,
tetapi toleransi dapat terjadi pada penggunaan kronik,
sehingga membutuhkan peningkatan dosis pada reaksi putus
obat akut ketika obat dihentikan pada 30% kasus serta pada
10% penghentian kronik. Efek sampingnya meliputi sedasi dan
amnesia dan kemungkinan juga ansietas dan depresi: terdapat
potensi yang besar untuk penyalahgunaan dan interaksi dengan
alkohol.
Buspirone – Walaupun ketergantungan belum pernah terjadi pada pemakaian buspiron, banyak pasien meragukan
efikasinya, mungkin karena mula kerjanya yang lambat. Untuk
ansietas kronik, pengobatan ini masih bermanfaat. Percobaan
terapi hingga delapan minggu dengan setidaknya 30 mg
buspiron setiap harinya, setelah peningkatan dosis secara
bertahap selama dua minggu pertama, sering menunjukan hasil
yang baik.
Antidepresan – Pasien yang sebelumnya mengonsumsi benzodiazepine dapat tidak merasakan efek sedatif dan efek
ansiolitik akut bila digantikan dengan buspirone, pada kasus
hingga delapan minggu dapat bermanfaat. Antidepresan
menimbulkan eksaserbasi-awal ansietas, yang dapat dicegah
dengan pemberian benzodiazepine selama tujuh hingga 10 hari
pertama dengan risiko ketergantungan yang lebih kecil.
Durasi yang diperlukan untuk terapi obat tidak pasti, dan
biasanya digunakan durasi yang sama dengan pengobatan depresi – enam hingga sembilan bulan pada tahap awal.
2. Terapi Non-Farmakologi
a. Terapi Psikologis
Terapi-terapi ini dirancang untuk melatih keterampilan
dalam mengelola komponen kognitif dan somatik ansietas dan
sama efektifnya dengan terapi obat tetapi dengan efek samping
yang lebih sedikit. Terapi psikologis spesialistik mungkin tidak
praktis bagi beberapa pasien di layanan lini pertama, tetapi
konseling singkat dan teknik penyelesaian masalah secara
terstruktur efektif dan dapat dilakukan di praktek umum.
b. Psikoterapi
c. Terapi kognitif-perilaku
d. Terapi berorientasi insight
Manajemen ansietas (relaksasi, latihan pernapasan, distraksi)
B. Konsep Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses janin, plasenta, dan membran
keluar melalui jalan lahir dari rahim. Proses persalinan diawali dengan
adanya pembukaan dan dilatasi serviks yang terjadi akibat adanya
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur pada kontraksi uterus.
Kekuatan kontraksi uterus yang muncul diawali dengan kekuatan yang
kecil, dan terus meningkat mencapai puncaknya yaitu pembukaan
serviks yang sudah lengkap. Pembukaan serviks yang lengkap
merupakan pembukaan yang siap untuk rahim ibu mengeluarkan janin
(Rohani dkk, 2011).
Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditanndai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2004).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).