• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin Rsu Kab. Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin Rsu Kab. Tangerang"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PADA IBU PERSALINAN KALA I

DI KAMAR BERSALIN RSU KAB. TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH

RAHMA DWI SYUKRINI 1112104000019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengam ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juni 2016

(3)

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016

Rahma Dwi Syukrini, NIM: 1112104000019

Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin Rsu Kab. Tangerang

xvii + 97 halaman + 13 tabel + 4 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Persalinan akan menyebabkan gangguan psikologi berupa kecemasan yang dapat mengakibatkan penurunan aliran darah yang membawa oksigen ke rahim dan janin sehingga dapat terjadi hal-hal yang merugikan bagi ibu dan janin. Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan adalah melalui pemberian aromaterapi khususnya aromaterapi mawar yang dikenal sebagai agen anti ansietas. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di kamar bersalin RSU Kab Tangerang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan quasi experimental dengan non equivalent control group design. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan 30 responden yang terbagi menjadi 15 responden kelompok kontrol dan 15 responden kelompok intervensi. Instrumen yang digunakan untuk menilai kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Data hasil penelitian dianalisis dengan uji statistik yaitu uji Wilcoxon, t-test, dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh inhalasi aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I kelompok intervensi dengan nilai (p=0,000) <0,05. Terdapat perbedaan rerata skor tingkat kecemasan pada kelompok kontrol (p=0,005) <0,05. Terdapat perbedaan rerata skor tingkat kecemasan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,000) <0,05 dimana rata-rata skor kecemasan kelompok intervensi lebih kecil daripada kelompok kontrol yang berarti kelompok intervensi mengalami penurunan tingkat kecemasan yang lebih baik daripada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perawat yang berada di rumah sakit atau tempat bersalin lainnya untuk mempromosikan manfaat aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I.

Kata Kunci: persalinan kala I, kecemasan, aromaterapi mawar

(4)

iv

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, Juny 2016

Rahma Dwi Syukrini, NIM: 1112104000019

The Effect of Aromatherapy on Anxiety Level during Mother’s First Stage of Labor at Delivery Room Rsu Kab. Tangerang

xvii + 97 pages + 13 tables + 4 charts + 7 attachments

ABSTRACT

A labor would cause a psychological disorder that is anxiety that can cause a decreased blood flow which carries oxygen to the uterus and fetus as well as resulting in things which were harmful for the mother and fetus. One of the method to reduce anxiety was by giving aromatherapy especially rose oil aromatherapy which known as anti-anxiety agent. This study aimed to determine the effect of aromatherapy on

anxiety level during mother’s first stage of labor at delivery room RSU Kab. Tangerang. This quantitative study was conducted using quasi-experimental with non-equivalent control group design. The sampling technique was using an accidental sampling with 30 respondents and those were divided into 15 respondents of control and intervention group. The instrument to asses anxiety level for this study was the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Datas were analyzed by statistical tests which are Wilcoxon test, t-test, and Mann Whitney. The results represented there was significant effect of rose oil aromatherapy inhalation on anxiety level during first stage of labor in intervention group with a value (p=0,000) <0,05. There were the differences between the mean score of anxiety level in control group with a value (p=0,005) <0,05. There were the differences from the mean score of anxiety level significantly between the intervention group and the control group with a value (p=0,000) <0,05 in which the average score of intervention group less than the control group which mean the intervention group experienced the decreased of anxiety level that was better than the control group. The result of this research was expected to be a consideration for nurse who is in hospital or other labor places to

promote the advantage of rose oil aromatherapy on anxiety level during mother’s first

stage of labor.

Keywords:first stage of labor, anxiety, rose aromatherapy

(5)

v

Skripsi dengan judul

Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan

pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keparawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh

Rahma Dwi Syukrini

1112104000019

Pembimbing I Pembimbing II

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/ 2016

Ns. Kustati Budi Lestari,M.Kep,Sp.Kep.An NIP. 19780409 201101 2 014

(6)

vi

Skripsi dengan judul

Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan

pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

Rahma Dwi Syukrini

1112104000019

Pembimbing I Pembimbing II

Penguji I Penguji II

Penguji III Penguji IV

Ns. Kustati Budi Lestari,M.Kep,Sp.Kep.An NIP. 19780409 201101 2 014

Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat NIP. 19801119 201101 2 006

Karyadi, SKp., MKep., PhD NIP. 19710903 200501 1 007 Jamaludin, SKp., M.Kep

NIP. 19680522 200801 1 007

Ns. Kustati Budi Lestari,M.Kep,Sp.Kep.An NIP. 19780409 201101 2 014

(7)

vii

Skripsi dengan judul

Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan

pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang Disusun oleh :

Rahma Dwi Syukrini 1112104000019

Jakarta, Juni 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Maulina Handayani, S.Kp., MSc

NIP. 19790210 200501 2 002

(8)

viii

Nama : Rahma Dwi Syukrini

Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 6 Januari 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Mirah Raya No 113 Villa Mutiara Sawah Baru Ciputat

Tangerang Selatan Banten 15413

HP : 081311422148

E-mail : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi Ilmu

Keperawatan

PENDIDIKAN

1. SD Negeri 04 Pagi Jakarta 2000 – 2006

2. SMP Negeri 161 Jakarta 2006 – 2009

3. SMA Negeri 29 Jakarta 2009 – 2012

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 – Sekarang

ORGANISASI

(9)

ix Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Berkat kuasa dan kehendak Allah SWT, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul penelitian: Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.

Skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses pembuatan skripsi ini pun peneliti memperoleh banyak hal terutama dalam menambah pengetahuan peneliti yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak baik moril maupun materil, sehingga dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kuasa, dan kehendak-Nya sehingga proposal skripsi ini dapat tersusun.

2. Kedua orang tua saya, RN Rosyafrianto dan Yendra Nofrata yang telah memberi dukungan baik doa, psikis, maupun materil.

3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Dr. Arif Sumantri S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

(10)

x Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep., MSc sebagai dosen pembimbing 1 saya yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan dan masukan kepada saya.

8. Ibu Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat sebagai dosen pembimbing 1 menggantikan Ibu Eni yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan dan masukan kepada saya.

9. Ibu Kustati Budi Lestari, M.Kep,Sp.Kep.An sebagai dosen pembimbing 2 saya yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan dan masukan kepada saya serta menjadi pembimbing terbaik saya yang memudahkan saya dalam segala hal tentang penulisan skripsi ini.

10.Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan.

11.Segenap staf dan karyawan fakultas dan jurusan yang banyak membantu. 12.Seluruh teman-teman PSIK 2012 yang berjuang bersama dalam suka maupun

duka serta memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu karena semua teman di PSIK 2012 ini semuanya merupakan teman-teman terbaik yang saya miliki.

13.Seluruh kakak-kakak dan adik-adik PSIK yang memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi ini terutama adik dan kakak pohon saya yang telah memberikan banyak dukungan.

(11)

xi

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Pertanyaan Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

1. Tujuan Umum ... 10

2. Tujuan Khusus ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

1. Bagi Institusi Pendidikan ... 11

2. Bagi Pelayanan Kesehatan ... 11

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Konsep Kecemasan ... 13

1. Definisi Kecemasan ... 13

2. Faktor Predisposisi ... 14

3. Respon Fisiologis dan Psikologis terhadap Ansietas ... 18

(12)

xii

2. Tahapan Persalinan ... 24

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan ... 27

4. Faktor-Faktor Penyebab Dimulainya Persalinan ... 29

5. Kecemasan pada Persalinan Kala I ... 30

6. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan pada Persalinan ... 32

C. Konsep Aromaterapi ... 34

1. Definisi Aromaterapi ... 34

2. Sejarah Aromaterapi di Indonesia ... 35

3. Sumber Tanaman Minyak Esensial di Indonesia ... 36

4. Bahan-Bahan Pendukung Aromaterapi ... 38

5. Bentuk-Bentuk Aromaterapi ... 39

6. Cara Penggunaan Aromaterapi ... 41

7. Aromaterapi Mawar ... 43

D. Penelitian Terkait ... 46

E. Kerangka Teori... 49

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 51

A. Kerangka Konsep ... 51

B. Hipotesis ... 52

C. Definisi Operasional... 53

BAB IV METODE PENELITIAN ... 55

A. Desain Penelitian ... 55

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

1. Lokasi Penelitian ... 56

2. Waktu Penelitian ... 56

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 57

1. Populasi ... 57

2. Besar Sampel ... 58

3. Teknik Pengambilan Sampel... 59

D. Instrumen Penelitian... 59

E. Alur Penelitian ... 64

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 65

1. Prosedur Administratif ... 65

2. Prosedur Teknis ... 65

G. Prosedur Pengolahan Data ... 69

H. Teknik Analisis Data ... 71

I. Etika Penelitian ... 72

(13)

xiii

B. Analisis Bivariat ... 78

1. Uji Normalitas ... 79

2. Transformasi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 79

3. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol pada Pretest dan Posttest ... 80

4. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi pada Pretest dan Posttest ... 81

5. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ... 82

BAB VI PEMBAHASAN ... 83

A. Pembahasan Hasil ... 83

1. Tingkat Kecemasan Responden ... 83

2. Tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pengamatan pada responden kelompok kontrol ... 87

3. Pengaruh Aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada responden kelompok intervensi ... 90

B. Keterbatasan Penelitian ... 94

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

(14)

xiv

SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

AKB = Angka Kematian Bayi

AKI = Angka Kematian Ibu

MDG = Millenium Development Golds

ACTH = Adreno Corticotriphic Hormone

CAM = Complementary Alternative Medicine

RSU = Rumah Sakit Umum

HRS-A = Hamilton Rating Scale for Anxiety

VASA = Visual Analogous Scale Anxiety

PKI = Persalinan Kala I

HARS = Hamilton Anxiety Rating Scale

UIN = Universitas Islam Negeri

ASI = Air Susu Ibu

SPSS = Statistical Product and Service Solution

SD = Sekolah Dasar

SMP = Sekolah Menengah Pertama

SMA = Sekolah Menengah Atas

PT = Perguruan Tinggi

(15)

xv

Tabel 2.1 Daftar Tanaman Esensial ... 36

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 53

Tabel 5.1 Usia ... 74

Tabel 5.2 Pendidikan ... 75

Tabel 5.3 Pekerjaan ... 76

Tabel 5.4 Riwayat Pemeriksaan Kehamilan ... 76

Tabel 5.5 Riwayat Persalinan ... 77

Tabel 5.6 Tingkat Kecemasan Responden Kelompok (Pretest) ... 77

Tabel 5.7 Uji Normalitas Responden Kelompok Kontrol ... 79

Tabel 5.8 Transformasi Data ... 80

Tabel 5.9 Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol pada Pretest dan Posttest ... 80

Tabel 5.10 Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi pada Pretest dan Posttest ... 81

(16)

xvi

Gambar 2.1 Kerangka Teori Cemas ... 49

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 51

Gambar 4.1 Desain Penelitian ... 55

(17)

xvii 2. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian 3. Lampiran 3 Izin Penelitian

4. Lampiran 4 Waktu dan Kegiatan Penelitian 5. Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

6. Lampiran 6 Hasil Penelitian

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa persalinan merupakan salah satu tahapan yang mendebarkan

bagi setiap wanita (Kasdu, 2005). Bagi beberapa wanita yang akan

menghadapi persalinan, cerita tentang persalinan dan kelahiran ataupun

menghadiri kelahiran menggambarkan proses yang dapat menyebabkan rasa

sakit yang tak tertahankan dan perasaan takut kehilangan kendali. Akibat dari

ketakutan akan rasa sakit tersebut mengakibatkan mereka kehilangan

pandangan bahwa persalinan merupakan suatu hal yang normal dan alami

(Chopra, 2006).

Persalinan merupakan suatu proses janin, plasenta, dan membran

keluar melalui jalan lahir dari rahim. Proses persalinan diawali dengan adanya

pembukaan dan dilatasi serviks yang terjadi akibat adanya frekuensi, durasi,

dan kekuatan yang teratur pada kontraksi uterus (Rohani, 2011). Hasil Riset

Kesehatan Dasar Tahun 2013 didapatkan bahwa proporsi kelahiran

berdasarkan metode persalinan normal di Indonesia sebanyak 89,2%

sedangkan di Provinsi Banten sebanyak 87,4% dan tercatat 21,4% persalinan

tersebut terjadi di Rumah Sakit Provinsi Banten.

Tahapan persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu: kala I (pembukaan);

kala II (pengeluaran janin); kala III (pengeluaran plasenta); dan kala IV

(19)

terjadi perubahan psikologis pada seorang ibu yaitu adanya perasaan khawatir,

cemas, sedangkan pada persalinan kala II seorang ibu sudah dapat mengontrol

dirinya kembali, lelah, gelisah, pada kala III nyeri pada ibu mulai berkurang

dan adanya perasaan gelisah, lelah yang berlanjut, dan pada kala IV seorang

ibu akan melepaskan tekanan dan ketegangan yang dirasakannya, serta

mendapat tanggung jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang telah

dilahirkannya (Cunnigham, 2005).

Menurut Nolan (2003) selama persalinan kala I, seorang wanita akan

mengalami gangguan psikologi yaitu kecemasan. Kecemasan merupakan

reaksi fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,

mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang

(Yosep, 2007). Berdasarkan penelitian Simamora di Medan dari beberapa

rumah bersalin tahun 2008, lebih dari 50% ibu dalam masa persalinan

mengalami gangguan kecemasan dengan hasil penelitian yaitu pada ibu

primigravida mengalami kecemasan sedang sebesar 65,6% dan pada ibu

multigravida dengan kecemasan ringan 81,3%.

Menurut Aryasatiani (2005) terdapat beberapa penentu terjadinya

kecemasan pada ibu bersalin yaitu, nyeri persalinan, keadaan fisik ibu, riwayat

pemeriksaan kehamilan, kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan,

dukungan dari lingkungan sosial serta latar belakang psikososial lain dari ibu

yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan

yang tidak diinginkan, dan sosial ekonomi. Salah satu faktor yang

(20)

Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku cemas didasarkan salah

satunya pada pengetahuan seorang ibu. Dimana seorang ibu mengalami

kecemasan pada saat ibu tidak memiliki pengetahuan tentang persalinan dan

bagaimana prosesnya (Notoatmodjo, 2003).

Selain itu, adapun faktor psikologis yang berhubungan dengan

kecemasan selama persalinan kala I yaitu beberapa ketakutan melahirkan.

Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan bentuk

tubuhnya seperti episiotomi, rupture, jahitan ataupun seksio sesarea, serta ibu

takut akan melukai bayinya. Faktor psikis dalam persalinan merupakan faktor

yang sangat penting mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran

(Simpkin, 2005). Menurut Stuart (2006) faktor fisiologis penyebab kecemasan

yaitu terjadinya perubahan fisik yang dialami ibu. Perubahan tersebut yaitu

perubahan kardiovaskuler, pernafasan, neuromuskular, gastrointestinal,

saluran perkemihan dan kulit.

Secara epidemiologis, gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua

persalinan baik pada persalinan primigravida maupun multigravida. Dalam

sebuah penelitian ditemukan lebih dari 12% ibu yang pernah melahirkan

mengatakan bahwa mereka mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan

dalam hidupnya yaitu cemas pada saat melahirkan. Pengeluaran hormon

adrenalin akibat stress yang mereka alami dikarenakan rasa takut dan sakit

mereka dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi

aliran darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan

(21)

merupakan suatu kerugian bagi seorang ibu maupun janin yang berada dalam

rahim ibu (Aryasatiani, 2005).

Gangguan kecemasan memiliki beberapa efek dalam persalinan yaitu,

kadar katekolamin yang berlebihan pada kala I juga menyebabkan turunnya

kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen yang

tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya persalinan kala I

(Simpkin, 2005). Kecemasan merupakan salah satu penyebab terjadinya

partus lama dan kematian janin. Partus lama memberikan sumbangsih 5 %

terhadap penyebab kematian ibu di Indonesia. Hasil Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka

Kematian Bayi (AKB) adalah 32/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu

(AKI) sebesar 359/100.000 kelahiran hidup sedangkan target Millenium

Development Golds (MDG‟s) pada tahun 2015 untuk AKB adalah 23/1000

kelahiran hidup dan untuk AKI 102/100.000 kelahiran hidup (Kemkes RI,

2013). Sedangkan AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di kawasan

ASEAN (SDKI, 2012).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSU Kab

Tangerang pada tanggal 23-30 Desember 2015 dengan 11 responden

didapatkan ibu persalinan primigravida sebanyak 7 responden dan sebanyak 3

ibu mengalami kecemasan ringan, 3 ibu mengalami kecemasan sedang, dan 1

ibu mengalami kecemasan berat sedangkan pada ibu persalinan multigravida

sebanyak 4 responden didapatkan ibu yang mengalami kecemasan ringan 2

(22)

studi pendahuluan tersebut kedua ibu primi maupun multi dapat mengalami

kecemasan yang berat dikarenakan berbagai faktor penyebab kecemasan pada

ibu persalinan kala I.

Kecemasan dapat dikurangi dengan beberapa terapi penurun

kecemasan yaitu terapi farmakologi dan non-farmakologi. Benzodiazepine,

buspirone, dan antidepresan dapat menjadi terapi farmakologi untuk

menurunkan gangguan kecemasan yang biasanya kronik sedangkan terapi

non-farmakologi untuk menurunkan kecemasan yaitu terapi psikologis,

psikoterapi, kognitif-perilaku dan berorientasi insight yang meliputi relaksasi,

latihan pernapasan dan distraksi (Husny, 2009; Asmadi, 2008; Tomb et all,

2003).

Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan adalah dengan

pemberian aromaterapi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan

melakukan inhalasi pada aromaterapi mampu menurunkan tingkat kecemasan

seseorang (Davis, 2005; Indrati, 2009). Aromaterapi merupakan tindakan

terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat

meningkatkan keadaan fisik dan psikologi seseorang agar menjadi lebih baik.

Setiap minyak essensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti

antibakteri, antivirus, diuretic, vasodilator, penenang, dan merangsang

adrenal (Runiari, 2010; Ana, 2010).

Butje & Shattel (2008) juga menyebutkan bahwa inhalasi terhadap

minyak essensial dapat meningkatkan kesadaran dan menurunkan kecemasan.

(23)

terkandung dalam minyak essensial, efek positif tersebut menghambat

pengeluaran Adreno Corticotriphic Hormone (ACTH) dimana hormon ini

adalah hormon yang mengakibatkan terjadinya kecemasan pada individu.

Aromaterapi terkenal dengan penggunaannnya dalam mengatasi stres (Varney

& Buckle, 2013), dan secara jelas, persalinan merupakan pengalaman stres

untuk hampir semua ibu. Oleh karenanya hal ini tidak mengejutkan jika

beberapa laporan saat ini menyarankan aromaterapi untuk menurunkan stres

pada kehamilan (Conrad, 2010; Tilllet & Ames, 2010).

Salah satu herbal esensial yang digunakan dalam aromaterapi adalah

mawar. Aroma mawar efektif pada sistem saraf pusat. Dua bahan dari

aromaterapi mawar, sytrinol dan 2-phenyl ethyl alcohol, pada mawar dikenal

sebagai agen anti ansietas. Menggunakan mawar oil mengurangi kecemasan

sebesar 71% dalam persalinan dan hanya 14% dari mereka yang

membutuhkan pembiusan lokal (Kheirkhah dkk, 2014).

Walaupun teknik pengobatan alternatif sudah diterima, tenaga

kesehatan jarang menggunakan CAM dikarenakan kurangnya penyelidikan

yang memadai (Liu, 2010). Merupakan hal yang penting untuk melakukan

penelitian klinis lebih lanjut mengenai pendekatan psikoterapeutik yang aman

dan efektif untuk mengurangi kecemasan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kala I, seorang

ibu dapat mengalami gangguan kecemasan dibandingkan kala II dimana

seorang ibu dapat mengontrol dirinya kembali, pada kala III seorang ibu juga

(24)

cemas, selanjutnya kala IV seorang ibu akan berfokus pada tanggung jawab

barunya untuk mengasuh dan merawat bayi.

Gangguan kecemasan pada kala I dikarenakan beberapa faktor

penyebab yaitu rasa takut akan melahirkan, takut akan peningkatan nyeri,

takut akan kerusakan dan kelainan bentuk tubuh, takut akan melukai bayinya,

serta riwayat pemeriksaan kehamilan yang kurang memuaskan, kurangnya

pengetahuan tentang proses persalinan, dukungan dari lingkungan sosial serta

latar belakang psikososial seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,

kehamilan yang tidak diinginkan, dan sosial ekonomi. Pada saat ibu

persalinan kala I mengalami gangguan kecemasan, tubuh akan memproduksi

hormon adrenalin yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah

sehingga aliran darah ke rahim menurun dan hal ini dapat menurunkan

kontraksi, selain itu aliran darah yang menurun akan mempengaruhi suplai

oksigen ke janin.

Pendekatan penurunan kecemasan dengan aromaterapi mawar

dilakukan sedini mungkin karena jika tidak ditangani akan berakibat pada

perpanjangan waktu persalinan sehingga memperlambat kelancaran persalinan

ibu menuju kala II dan seterusnya. Hal ini merupakan alasan mengapa peneliti

memilih kecemasan pada ibu persalinan kala I daripada kala lainnya.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil area penelitian di RSU Kab.

Tangerang di Kota Tangerang karena berdasarkan data jumlah persalinan

(25)

persalinan spontan di RSU Kab. Tangerang sebanyak 3381 ibu dengan

rata-rata jumlah persalinan spontan 282 ibu setiap bulannya.

Berdasarkan latar belakang di atas dan belum ditemukannya penelitian

yang berkaitan, maka penulis tertarik untuk melakukan studi penelitian

mengenai pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu

persalinan kala I di kamar bersalin dengan mengangkat judul “Pengaruh

Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di

Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.”

B. Perumusan Masalah

Menurut Nolan (2003) selama persalinan kala I, ibu mengalami

gangguan psikologi yaitu kecemasan. Gangguan kecemasan pada ibu dalam

masa persalinan terjadi lebih dari 50% (Simpkin, 2005). Gangguan kecemasan

yang terjadi pada ibu persalinan dapat menyebabkan penurunan aliran darah

ke rahim, penurunan kontraksi rahim, penurunan aliran darah ke plasenta,

penurunan oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan

lamanya persalinan kala I. Hal tersebut diakibatkan oleh rasa cemas yang

mereka alami dapat meningkatkan pengeluaran hormon adrenalin yang

mengakibatkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengurangi aliran

darah yang membawa oksigen. Hal ini merupakan suatu kerugian bagi ibu

maupun janin yang berada dalam rahim ibu (Aryasatiani, 2005).

Inhalasi pada aromaterapi merupakan salah satu cara untuk

(26)

terkandung dalam minyak essensial memberikan efek positif pada sistem saraf

pusat. Efek positif tersebut menghambat pengeluaran Adreno Corticotriphic

Hormone (ACTH) dimana hormon ini adalah hormon yang mengakibatkan

terjadinya kecemasan pada individu (Davis, 2005; Indrati, 2009; Butje &

Shattel, 2008).

Aromaterapi mawar merupakan salah satu aromaterapi yang efektif

pada sistem saraf pusat dikarenakan bahan-bahan pada mawar oil yang

mengandung agen anti ansietas (Kheirkhah dkk, 2014). Penelitian mengenai

pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan

kala I belum ada padahal aromaterapi mawar merupakan aromaterapi yang

digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan. Aromaterapi mawar juga

merupakan aromaterapi yang dianjurkan pada ibu persalinan. Dengan

demikian, masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari aromaterapi

terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan Kala I di RSU Kab.

Tangerang.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana karakteristik responden (usia, pekerjaan, tingkat pendidikan,

riwayat pemeriksaan kehamilan dan riwayat persalinan) ibu persalinan

kala I di RSU Kab. Tangerang.

2. Bagaimana tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di Kamar

(27)

3. Bagaimana perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah

pengamatan pada ibu persalinan kala I kelompok kontrol.

4. Bagaimana perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah melakukan

inhalasi aromaterapi mawar pada ibu persalinan kala I kelompok

intervensi.

5. Apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol

dan kelompok intervensi pada ibu persalinan kala I di RSU Kab.

Tangerang.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada

ibu persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (usia, pekerjaan, tingkat

pendidikan, riwayat pemeriksaan kehamilan dan riwayat persalinan)

ibu persalinan kala I di RSU Kab. Tangerang.

b. Mengetahui tingkat kecemasan pada ibu persalinan Kala I di Kamar

Bersalin RSU Kab. Tangerang.

c. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah

(28)

d. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah

melakukan inhalasi aromaterapi mawar pada ibu persalinan kala I

kelompok intervensi.

e. Mengetahui perbedaan skor tingkat kecemasan antara kelompok

kontrol dan kelompok intervensi pada ibu persalinan kala I di RSU

Kab. Tangerang.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan ilmu keperawatan terkait penurunan tingkat kecemasan

khususnya terapi non-farmakologi pada ibu persalinan kala I dengan

aromaterapi mawar.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan membuat

intervensi keperawatan dalam upaya penurunan tingkat kecemasan yang

terdapat pada ibu persalinan kala I.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dasar bagi

pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh

(29)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan jiwa dan keperawatan

maternitas, khususnya untuk melihat variabel aromaterapi mawar terhadap

tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain

penelitian quasi experimental dengan non equivalent control group design

yang tujuannya untuk melihat pengaruh aromaterapi mawar terhadap

tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I. Sampel penelitian ini adalah

ibu persalinan kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang. Penelitian

dilakukan di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang pada bulan Maret

(30)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak

menyenangkan, melibatkan rasa takut yang subjektif, rasa tidak

nyaman pada tubuh, dan gejala fisik (Katona, 2012). Menurut Juall

(2009) kecemasan merupakan perasaan yang ditimbulkan oleh

ancaman nonspesifik terhadap konsep diri seseorang yang menyangkut

kesehatan, aset, nilai, lingkungan, peran fungsi, pemenuhan

kebutuhan, pencapaian tujuan, hubungan personal, serta perasaan

aman.

Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan

tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak

penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh

menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat,

lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan

berproduktivitas berkurang, hingga banyak mereka yang melarikan

diri kealam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara (Said

Az-zahroni, 2005).

Pengertian lain menurut Wilkinson menyatakan bahwa

(31)

menakutkan, disertai dengan respon automatis, dan sumbernya sering

kali tidak spesifik, antisipasi terhadap keadaan bahaya. Sedangkan

menurut Stuart dan Sinden mengartikan kecemasan adalah suatu

perasaan diri, pengalaman subjektif individu. Keadaan emosi ini tidak

memiliki subjek yang spesifik (Ni Komang, 2012).

2. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2006) penyebab kecemasan dapat dipahami

melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis dimana Sigmud Freud

mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id

mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego

dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego

bahwa ada bahaya.

Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan

timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan

interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan

trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami

kecemasan yang berat (Stuart, 2006).

Teori perilaku menyebutkan kecemasan merupakan produk

(32)

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku lain

menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari

berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.

Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil

dihadapkan suatu ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan

kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang

kecemasan sebagai pertentangan antar dua kepentingan yang

berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara

konflik dan kecemasan yaitu konflik menimbulkan kecemasan, dan

kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya

meningkatkan konflik yang dirasakan (Stuart, 2006).

Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan

pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan.

Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart,

2006).

Menurut Stuart (2006) respon terhadap kecemasan meliputi

respon fisiologi, perilaku, kognitif dan efektif yaitu:

a. Respon fisiologi

Gejala somatik/fisik (otot), meliputi: sakit dan nyeri otot-otot,

kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala

sensorik meliputi: tinnitus (telinga berdengung), penglihatan

(33)

ditusuk-tusuk. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah),

meliputi: takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri

dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan,

detak jantung menghilang (berhenti sekejap). Gejala pernafasan:

rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas

pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. Gejala

gastrointestinal meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar

di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar

lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat

badan. Gejala urogenital, meliputi: sering buang air kecil, tidak

dapat menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), masa

haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi

dingin (frigid), ejakulasi dini.

Adapun gejala – gejala yang dialami oleh orang yang

mengalami kecemasan adalah (1) ketegangan motorik / alat gerak

seperti : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai,

gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget (2).

Hiperaktifitas saraf autonom (simpatis dan saraf parasimpatis)

seperti keringat berlebihan, jantung berdebar – debar, rasa dingin

ditelapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering

buang air kecil, diare, muka merah / pucat, denyut nadi dan nafas

(34)

akan datang seperti : cemas, takut, khawatir, membayangkan akan

datangnya kemalangan terhadap dirinya (4). Kewaspadaan

berlebihan seperti : Perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi,

sukar tidur, mudah tersinggung, tidak sabar (Hawari, 2004).

b. Respon perilaku

Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah,

ketenangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang

koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari

hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,

menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.

c. Respon kognitif

Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu,

konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian,

preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun,

kreatifitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat

waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan

kendali, takut pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas

balik, mimpi buruk.

d. Respon afektif

Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak

sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,

kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu.

(35)

mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan

sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

3. Respon Fisiologis dan Psikologis terhadap Ansietas

Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas

menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam

pertahanan diri. Serabut saraf simpatis “mengaktifkan” tanda-tanda

vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan

tubuh. Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin), yang

menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak oksigen, mendilatasi

pupil, dan meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil

membuat kontriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari

sistem gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan

glikogenolisis menjadi glukosa bebas guna menyokong jantung, otot,

dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf

parasimpatik membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke

kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya mengaktifkan

kembali respon simpatis.

Ansietas menyebabkan respon kognitif, psikomotor, dan

fisiologis yang tidak nyaman. Untuk mengurangi perasaan tidak

nyaman ini, individu mencoba mengurangi tingkat ketidaknyamanan

tersebut dengan melakukan perilaku adaptif yang baru atau

(36)

positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar (Videbeck,

2008).

4. Tingkat Kecemasan

Menurut Dalami (2009) kecemasan dibagi menjadi empat

berdasarkan tingkatan atau rentang responnya, yaitu ansietas ringan

yang memiliki ciri-ciri lapangan persepsi melebar dan individu akan

berhati-hati dan waspada, ansietas sedang dengan ciri-ciri tingkat

lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun yang mengakibatkan

individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan

mengenyampingkan hal lain, sedangkan pada ansietas berat individu

akan mengalami lapangan persepsi yang sangat sempit sehingga

mengakibatkan individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja

dan mengabaikan hal lain, individu tidak mampu lagi berpikir realistis

dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian

pada area lain, dan tingkat ansietas terakhir yaitu panik, pada tingkatan

ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan terganggu

sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi walaupun telah diberikan

pengarahan.

Peplau dalam Ni Komang (2012) mengidentifikasi 4 tingkatan

(37)

1) Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat,

waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu

mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar.

Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur,

hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.

2) Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan

pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga

individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat

melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi: sering

nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah,

konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi

menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada

apa yang menjadi perhatiannya.

3) Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu,

individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci

dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua

perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan

gejala dari kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang,

(38)

tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak

dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami

sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi,

hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare.

Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh

perhatian terfokus pada dirinya.

4) Panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan

terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan

kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan

sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,

kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan

dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi

kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari

tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian

5. Terapi Kecemasan 1. Terapi farmakologi

Obat masih menjadi pilihan utama terapi, tetapi gangguan itu

(39)

ketergantungan dan kekambuhan membatasi nilai obat ansiolitik

menjadi jangka pendek.

Benzodiazepine merupakan obat dengan mula kerja yang cepat,

tetapi toleransi dapat terjadi pada penggunaan kronik,

sehingga membutuhkan peningkatan dosis pada reaksi putus

obat akut ketika obat dihentikan pada 30% kasus serta pada

10% penghentian kronik. Efek sampingnya meliputi sedasi dan

amnesia dan kemungkinan juga ansietas dan depresi: terdapat

potensi yang besar untuk penyalahgunaan dan interaksi dengan

alkohol.

Buspirone – Walaupun ketergantungan belum pernah terjadi

pada pemakaian buspiron, banyak pasien meragukan

efikasinya, mungkin karena mula kerjanya yang lambat. Untuk

ansietas kronik, pengobatan ini masih bermanfaat. Percobaan

terapi hingga delapan minggu dengan setidaknya 30 mg

buspiron setiap harinya, setelah peningkatan dosis secara

bertahap selama dua minggu pertama, sering menunjukan hasil

yang baik.

 Antidepresan – Pasien yang sebelumnya mengonsumsi

benzodiazepine dapat tidak merasakan efek sedatif dan efek

ansiolitik akut bila digantikan dengan buspirone, pada kasus

(40)

hingga delapan minggu dapat bermanfaat. Antidepresan

menimbulkan eksaserbasi-awal ansietas, yang dapat dicegah

dengan pemberian benzodiazepine selama tujuh hingga 10 hari

pertama dengan risiko ketergantungan yang lebih kecil.

Durasi yang diperlukan untuk terapi obat tidak pasti, dan

biasanya digunakan durasi yang sama dengan pengobatan depresi –

enam hingga sembilan bulan pada tahap awal.

2. Terapi Non-Farmakologi

a. Terapi Psikologis

Terapi-terapi ini dirancang untuk melatih keterampilan

dalam mengelola komponen kognitif dan somatik ansietas dan

sama efektifnya dengan terapi obat tetapi dengan efek samping

yang lebih sedikit. Terapi psikologis spesialistik mungkin tidak

praktis bagi beberapa pasien di layanan lini pertama, tetapi

konseling singkat dan teknik penyelesaian masalah secara

terstruktur efektif dan dapat dilakukan di praktek umum.

b. Psikoterapi

c. Terapi kognitif-perilaku

d. Terapi berorientasi insight

Manajemen ansietas (relaksasi, latihan pernapasan, distraksi)

(41)

B. Konsep Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan merupakan suatu proses janin, plasenta, dan membran

keluar melalui jalan lahir dari rahim. Proses persalinan diawali dengan

adanya pembukaan dan dilatasi serviks yang terjadi akibat adanya

frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur pada kontraksi uterus.

Kekuatan kontraksi uterus yang muncul diawali dengan kekuatan yang

kecil, dan terus meningkat mencapai puncaknya yaitu pembukaan

serviks yang sudah lengkap. Pembukaan serviks yang lengkap

merupakan pembukaan yang siap untuk rahim ibu mengeluarkan janin

(Rohani dkk, 2011).

Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran

hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan

sejati, yang ditanndai oleh perubahan progresif pada serviks, dan

diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2004).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

2. Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu: kala I

(42)

plasenta); dan kala IV (observasi) (Sulisetyawati dan Nugraheny,

2010).

Menurut Dipta (2010) tahapan persalinan meliputi 4 fase/kala:

i. Kala I: Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks

membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses

membukanya serviks dibagi atas 2 fase:

a) Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi

sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3cm

b) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam

waktu 2 jam, pembukaan 3cm tadi menjadi 4cm dan fase

dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm dan fase

deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap 10cm.

Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah

lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam

sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1cm

tiap jam dan multigravida 2cm tiap jam. Menurut Rohani dkk

(2011) inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur

darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah

berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis

karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan

(43)

ii. Kala II: Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan

kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala

ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada

multipara.

Menurut Wiknjosastro (2008) gejala dan tanda kala II

persalinan adalah:

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum

dan/atau vaginanya

c) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

d) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah

iii. Kala III: Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan

dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010) lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan

tanda-tanda sebagai berikut:

a) Uterus mulai membentuk bundar

b) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim

c) Tali pusat bertambah panjang

d) Terjadi perdarahan

iv. Kala IV: Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1

(44)

perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat

tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital

(tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan

terjadinya perdarahan.

Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny (2010) kala IV

mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan

observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering

terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a) Tingkat kesadaran pasien

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,

dan pernafasan

c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal

bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Rohani dkk (2011) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persalinan yaitu:

a. Power (Tenaga/Kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,

(45)

Kekuatan power yang diperlukan dalam persalinan adalah his,

sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga.

b. Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul, yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan

bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

c. Passenger (Janin dan Plasenta)

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan

bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

Menurut Sulistyawati dan Nugraheni (2010) tanda-tanda

masuk dalam persalinan adalah terjadinya his karakter persalinan

dari his persalinan yaitu:

1) Pengeluaran cairan

2) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan

3) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan

makin besar

4) Terjadi perubahan pada serviks

5) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan

berjalan, maka kekurangannya

6) Pengeluaran lendir dan darah (penandaan persalinan)

Dengan adanya his persalinan, terjadinya perubahan

(46)

pembukaan yang menyebabkan selaput lendir yang terdapat

pada kanalis servikalis terlepas sehingga terjadi perdarahan

karena kapiler pembuluh darah pecah.

4. Faktor-faktor Penyebab Dimulainya Persalinan 1. Faktor hormonal

Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan

hormon esterogen dan progesteron. Dimana progesteron bekerja

sebagai relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah berkurang dan

hal ini menyebabkan atau merangsang pengeluaran prostaglandin

merangsang dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga merangsang

kontraksi uterus. Faktor struktur uterus atau rahim membesar dan

menekan, menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga

mengganggu sirkulasi otot plasenta yang berakibat degenerasi.

2. Faktor syaraf

Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka

akan menekan dan menggesek ganglion sevikalis yang akan

merangsang timbulnya kontraksi uterus.

3. Faktor kekuatan plasenta

Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan

(47)

4. Faktor nutrisi

Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan

dikeluarkan.

5. Faktor partus

Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan

oksitosin, amniotomo gagang laminaria (Prawirohardjo, 2007).

5. Kecemasan pada Persalinan Kala I

Pada persalinan kala I terjadi pembukaan serviks sampai

pembukaan lengkap 10cm sehingga terjadi perubahan psikologis pada

seorang ibu sewaktu fase laten, seorang ibu dalam persalinan kala I

akan merasa khawatir, cemas, tetapi masih dapat berkomunikasi dan

diberikan arahan sebelum persalinan berlangsung. Sedangkan pada

persalinan kala II, seorang ibu sudah dapat mengontrol dirinya

kembali, merasakan nyeri selama kontraksi, merasa lelah dan gelisah.

Pada persalinan kala III, nyeri mulai berkurang dan saat pelepasan

plasenta seorang ibu akan merasa gelisah dan lelah. Selanjutnya pada

persalinan kala IV dengan segera seorang ibu akan melepaskan

tekanan dan ketegangan yang dirasakannya, dan mendapat tanggung

jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang telah

dilahirkannya (Cunnigham, 2005).

Menurut Nolan (2003) selama persalinan kala I, ibu mengalami

(48)

fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,

mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan

seseorang (Yosep, 2007). Gangguan kecemasan memiliki beberapa

efek dalam persalinan yaitu, kadar katekolamin yang berlebihan pada

kala I menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, turunnya

kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen

yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya

persalinan kala I (Simpkin, 2005).

Secara epidemiologis, gangguan kecemasan dapat terjadi pada

semua persalinan baik pada persalinan primigravida maupun

multigravida. Dalam sebuah penelitian ditemukan lebih dari 12% ibu

yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami

pengalaman yang tidak menyenangkan dalam hidupnya yaitu cemas

pada saat melahirkan. Pengeluaran hormon adrenalin akibat stress

yang mereka alami dikarenakan rasa takut dan sakit mereka dapat

mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran

darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan

kontraksi rahim yang akan memperpanjang waktu persalinan. Hal ini

merupakan suatu kerugian bagi ibu maupun janin yang berada dalam

rahim ibu (Aryasatiani, 2005).

Perlu diketahui bahwa setiap detak jantung ibu hamil, tentu

dapat dirasakan pula oleh janin. Oleh karena itu, bila ibu hamil sering

(49)

meningkat. Detak jantung yang semakin keras dapat mempengaruhi

gerakan pada janin. Akibatnya, janin pun lebih aktif bergerak-gerak di

dalam rahim (Novitasari, 2013). Menurut Kemenkes RI (2013)

kecemasan pada persalinan kala I merupakan salah satu penyebab

terjadinya partus lama dan kematian janin. Partus lama memberikan

sumbangsih 5 % terhadap penyebab kematian ibu di Indonesia.

6. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan pada Persalinan

Menurut Aryasatiani (2005) terdapat beberapa penentu

terjadinya kecemasan pada ibu bersalin yaitu, nyeri persalinan,

keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, kurangnya

pengetahuan tentang proses persalinan, dukungan dari lingkungan

sosial serta latar belakang psikososial lain dari ibu yang bersangkutan,

seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak

diinginkan, dan sosial ekonomi. Salah satu faktor yang berhubungan

dengan gangguan kecemasan pada kala I adalah pengetahuan.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku cemas didasarkan

salah satunya pada pengetahuan seorang ibu. Dimana seorang ibu

mengalami kecemasan pada saat ibu tidak memiliki pengetahuan

tentang persalinan dan bagaimana prosesnya (Notoatmodjo, 2003).

Selain itu, adapun faktor psikologis yang berhubungan dengan

kecemasan selama persalinan kala I yaitu beberapa ketakutan

(50)

kelainan bentuk tubuhnya seperti episiotomi, rupture, jahitan ataupun

seksio sesarea, serta ibu takut akan melukai bayinya. Faktor psikis

dalam persalinan merupakan faktor yang sangat penting

mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran (Simpkin, 2005).

Menurut Stuart (2006) faktor fisiologis penyebab kecemasan yaitu

terjadinya perubahan fisik yang dialami ibu. Perubahan tersebut yaitu

perubahan kardiovaskuler, pernafasan, neuromuskular,

gastrointestinal, saluran perkemihan dan kulit.

Dalam penelitian Novitasari (2013) menyatakan terdapat faktor

yang menyebabkan adanya kecemasan, yaitu pengalaman negatif masa

lalu. Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada

masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa

mendatang, apabila individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian

yang sama dan juga tidak menyenangkan, hal tersebut merupakan

pengalaman umum yang menimbulkan kecemasan.

Pada ibu yang pernah mengalami kehamilan sebelumnya

(multigravida), mungkin mengalami kecemasan disebabkan oleh

pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialaminya pada

proses persalinan pertama, misal: kesakitan, komplikasi, pendarahan,

atau proses persalinan yang tidak lancar. Sedangkan yang terjadi pada

primigravida, kecemasan terjadi karena kehamilan yang dialaminya

merupakan pengalaman yang pertama kali dan ketidaktauan menjadi

(51)

tentang persalinan seperti televisi maupun film yang sering

menampilkan adegan melahirkan yang begitu menegangkan dan

menakutkan, bahkan saat bertanya dengan orang tua-kerabat dan

teman tentang seputar pengalaman melahirkan yang tidak

menyenangkan (Novitasari, 2013).

C. Konsep Aromaterapi

1. Definisi Aromaterapi

Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan

minyak essensial yang bermanfaat meningkatkan keadaan fisik dan

psikologi seseorang agar menjadi lebih baik. Setiap minyak essensial

memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri, antivirus,

diuretic, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal. (Runiari,

2010; Ana, 2010)

Dilihat dari kesenjangan dalam praktik akhir-akhir ini, perhatian

yang diberikan kepada penggunaan Complementary and Alternative

Medicine (CAM) sebagai pengobatan tambahan mengalami

peningkatan. Aromaterapi adalah salah satu jenis dari CAM yang

banyak digunakan dengan tujuan menghirup uap atau penyerapan

minyak ke dalam kulit yang berguna mengobati atau mengurangi

(52)

2. Sejarah Aromaterapi di Indonesia

Pengobatan tradisional di Indonesia kebanyakan mendapat

pengaruh dari Ayuverdic dan pengobatan China. Pengobatan tersebut

bisa berpengaruh dan berkembang di Indonesia dikarenakan pengaruh

agama Hindu yang tiba di Indonesia pada sekitar abad 400 SM.

Pemimpin agama Hindu yang memperkenalkan pengobatan

Ayuverdic, dimana pengobatan yang dilakukan menggunakan minyak

yang berasal dari tanaman. Agama Budha juga memberikan pengaruh

terhadap masuknya aromaterapi di Indonesia, ketika ada biksu Budha

yang mengajarkan pengobatan tradisional China. Kemudian, pada

masa Pemerintahan Kerajaan Majapahit di Jawa Tengah, salah satu

Raja, ada yang mempersunting wanita cantik yang merupakan

keturunan bangsa China. Dari situlah, seni penyembuhan akupuntur

dan refleksiologi diperkenalkan.

Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1450 SM, akibat

kedatangan umat Muslim, membuat penduduk Hindu berpindah ke

dataran Bali, dengan membawa pengetahuan pengobatan yang dimiliki

selama di Jawa Tengah. Sejarah tersebutlah yang menyebabkan

pengobatan dan refleksiologi yang terdapat di Jawa Tengah dan Bali

menjadi hampir serupa dan historikal itu pula yang menyebabkan

banyaknya produk aromaterapi yang berasal dari Bali dan Jawa

(53)

3. Sumber Tanaman Minyak Esensial di Indonesia

Minyak esensial adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman

dan merupakan salah satu hasil metabolisme dalam tanaman, yang

terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifatnya

minyak esensial adalah mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai

dengan bau tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, kayu kulit,

rimpang, bahkan seluruh bagian tanaman.

Tanaman yang menghasilkan minyak esensial berjumlah

150-200 spesies tanaman, yang termasuk tanaman family Pinaceae,

Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan

Umbeliferaceae.Khusus di Indonesia, dikenal sekitar 40 jenis tanaman

penghasil minyak esensial, namun baru sebagian dari tanaman tersebut

yang digunakan sebagai sumber minyak esensial secara komersil

berikut merupakan daftar tanaman esensial penghasil minyak yang

berkembang di Indonesia (Rafika, 2013):

Tabel 2.1

Daftar Tanaman Esensial

No Tanaman Nama Lain Sumber Minyak

1. Adas Foenicullum vulqare Buah dan biji

2. Akar wangi Vetiveria Zizanoides Akar

3. Anis Clausena anisata Buah dan biji

4. Bangle Zinqiber purpureum Roxb. Akar

5. Cempaka Michelia champaca Cempaka

6. Cendana Santalum album Kayu teras

7. Cengkeh Syzyqium aromaticum Bunga

8. Eucalyptus Eucalyptus sp. Daun

(54)

T

10. Gandapura Gaultheria sp. Daun dan ganggang

11. Jahe Zinqiber officinale Akar

12. Jaringau Acarus calamus

13. Jeruk purut Citrus hystrix Buah

14. Kapulaga Amomum cardamomum Buah dan biji

15. Kayu manis Cinnamomum cassia Batang

16. Kayu putih Melaleuca leucadendron LI Daun

17. Kemangi Basil oil Daun

18. Kemukus Piper cubeba L Buah

19. Kenangan Canagium odoratum Bunga

20. Kencur Caempreria galangal Akar

21. Ketumbar Coriandrum sativum Buah dan biji

22. Klausena Clausena anisata Biji

23. Kunyit Curcuma domestica Akar

24. Lada Piper niqrum L Buah dan biji

25. Lawang

26. Lengkuas hutan Alpina malacensis oil Akar

27. Manis Cinnamomum Daun

28. Massoi Criptocaria massoia Batang

29. Mawar Rosa sp. Bunga

30. Melati Jasminum sambac Bunga

31. Mentha Mentha arvensis Daun

32. Nilam Pogostemon cablin Daun

33. Pala Myristica fragrans Houtt Biji dan Fuli

34. Palmarosa Cymbopogon martini Daun

35. Pinus Pinus merkusii Getah

36. Rosemari Rosmarinus officinale Bunga 37. Sedap malam Polianthes tuberose Bunga 38. Selasih mekah Ocimum gratissimum Bunga

39. Seledri Avium graveolens L Daun dan batang

40. Sereh dapur Andropogon citrates Daun 41. Sereh wangi Cymbopogon citrates Daun

42. Sirih Piper bitle Daun dan batang

43. Sarawung pohon Backhousia citriodora Daun 44. Temulawak Curcuma xanthorizza Akar

(55)

4. Bahan – Bahan Pendukung Aromaterapi

Berikut merupakan bahan pendukung untuk pembuatan Aromaterapi:

- Minyak Atsiri

Minyak wangi ini diekstrak dari tanaman melalui destilasi uap atau

ekspresi (minyak jeruk). Namun istilah ini juga kadang digunakan

untuk menggambarkan minyak wangi yang diekstrak dari tanaman

yang menggunakan ekstrasi pelarut. Selain itu minyak atsiri juga

dikenal dengan istilah essential oil.

- Absolutes

Merupakan hasil ekstrasi dari bunga atau jaringan tanaman halus

melalui fluida superkritis pelarut atau naik mutlak. Digunakan

juga untuk menggambarkan minyak yang diekstrak dari mentega

harum, beton, dan pomades enfleurage menggunakan etanol.

- Pembawa Minyak

Biasanya berminyak tanaman dasar tricglycerides yang cair dan

biasanya minyak ini dapat digunakan pada kulit (Almond manis).

- Distilat Herbal atau Hydrosols

Merupakan air yang terbentuk dari proses distilasi (Air mawar).

Banyak aromaterapi yang menggunakan sulingan herbal dan

biasanya mereka dapat digunakan pada kuliner, sebagai obat dan

juga sebagai perawatan kulit. Sulingan herbal biasanya berupa

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian tentang

Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Menimbang : bahwa sehubungan dengan pengembangan fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dipandang perlu

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.. The Subjective Workload Assessment Technique: a

Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.. Gaya Hidup Sehat Mencegah Penyakit

Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.. Pendidikan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dalam

iv FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015 Rifka Triasari, NIM: