PADA IBU PERSALINAN KALA I
DI KAMAR BERSALIN RSU KAB. TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH
RAHMA DWI SYUKRINI 1112104000019
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ii Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengam ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Juni 2016
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016
Rahma Dwi Syukrini, NIM: 1112104000019
Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin Rsu Kab. Tangerang
xvii + 97 halaman + 13 tabel + 4 bagan + 7 lampiran
ABSTRAK
Persalinan akan menyebabkan gangguan psikologi berupa kecemasan yang dapat mengakibatkan penurunan aliran darah yang membawa oksigen ke rahim dan janin sehingga dapat terjadi hal-hal yang merugikan bagi ibu dan janin. Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan adalah melalui pemberian aromaterapi khususnya aromaterapi mawar yang dikenal sebagai agen anti ansietas. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di kamar bersalin RSU Kab Tangerang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan quasi experimental dengan non equivalent control group design. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan 30 responden yang terbagi menjadi 15 responden kelompok kontrol dan 15 responden kelompok intervensi. Instrumen yang digunakan untuk menilai kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Data hasil penelitian dianalisis dengan uji statistik yaitu uji Wilcoxon, t-test, dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh inhalasi aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I kelompok intervensi dengan nilai (p=0,000) <0,05. Terdapat perbedaan rerata skor tingkat kecemasan pada kelompok kontrol (p=0,005) <0,05. Terdapat perbedaan rerata skor tingkat kecemasan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,000) <0,05 dimana rata-rata skor kecemasan kelompok intervensi lebih kecil daripada kelompok kontrol yang berarti kelompok intervensi mengalami penurunan tingkat kecemasan yang lebih baik daripada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perawat yang berada di rumah sakit atau tempat bersalin lainnya untuk mempromosikan manfaat aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I.
Kata Kunci: persalinan kala I, kecemasan, aromaterapi mawar
iv
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, Juny 2016
Rahma Dwi Syukrini, NIM: 1112104000019
The Effect of Aromatherapy on Anxiety Level during Mother’s First Stage of Labor at Delivery Room Rsu Kab. Tangerang
xvii + 97 pages + 13 tables + 4 charts + 7 attachments
ABSTRACT
A labor would cause a psychological disorder that is anxiety that can cause a decreased blood flow which carries oxygen to the uterus and fetus as well as resulting in things which were harmful for the mother and fetus. One of the method to reduce anxiety was by giving aromatherapy especially rose oil aromatherapy which known as anti-anxiety agent. This study aimed to determine the effect of aromatherapy on
anxiety level during mother’s first stage of labor at delivery room RSU Kab. Tangerang. This quantitative study was conducted using quasi-experimental with non-equivalent control group design. The sampling technique was using an accidental sampling with 30 respondents and those were divided into 15 respondents of control and intervention group. The instrument to asses anxiety level for this study was the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Datas were analyzed by statistical tests which are Wilcoxon test, t-test, and Mann Whitney. The results represented there was significant effect of rose oil aromatherapy inhalation on anxiety level during first stage of labor in intervention group with a value (p=0,000) <0,05. There were the differences between the mean score of anxiety level in control group with a value (p=0,005) <0,05. There were the differences from the mean score of anxiety level significantly between the intervention group and the control group with a value (p=0,000) <0,05 in which the average score of intervention group less than the control group which mean the intervention group experienced the decreased of anxiety level that was better than the control group. The result of this research was expected to be a consideration for nurse who is in hospital or other labor places to
promote the advantage of rose oil aromatherapy on anxiety level during mother’s first
stage of labor.
Keywords:first stage of labor, anxiety, rose aromatherapy
v
Skripsi dengan judul
Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan
pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keparawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh
Rahma Dwi Syukrini
1112104000019
Pembimbing I Pembimbing II
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/ 2016
Ns. Kustati Budi Lestari,M.Kep,Sp.Kep.An NIP. 19780409 201101 2 014
vi
Skripsi dengan judul
Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan
pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
Rahma Dwi Syukrini
1112104000019
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Penguji III Penguji IV
Ns. Kustati Budi Lestari,M.Kep,Sp.Kep.An NIP. 19780409 201101 2 014
Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat NIP. 19801119 201101 2 006
Karyadi, SKp., MKep., PhD NIP. 19710903 200501 1 007 Jamaludin, SKp., M.Kep
NIP. 19680522 200801 1 007
Ns. Kustati Budi Lestari,M.Kep,Sp.Kep.An NIP. 19780409 201101 2 014
vii
Skripsi dengan judul
Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan
pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang Disusun oleh :
Rahma Dwi Syukrini 1112104000019
Jakarta, Juni 2016
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Maulina Handayani, S.Kp., MSc
NIP. 19790210 200501 2 002
viii
Nama : Rahma Dwi Syukrini
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 6 Januari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Mirah Raya No 113 Villa Mutiara Sawah Baru Ciputat
Tangerang Selatan Banten 15413
HP : 081311422148
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi Ilmu
Keperawatan
PENDIDIKAN
1. SD Negeri 04 Pagi Jakarta 2000 – 2006
2. SMP Negeri 161 Jakarta 2006 – 2009
3. SMA Negeri 29 Jakarta 2009 – 2012
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 – Sekarang
ORGANISASI
ix Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Berkat kuasa dan kehendak Allah SWT, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul penelitian: Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.
Skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses pembuatan skripsi ini pun peneliti memperoleh banyak hal terutama dalam menambah pengetahuan peneliti yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak baik moril maupun materil, sehingga dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kuasa, dan kehendak-Nya sehingga proposal skripsi ini dapat tersusun.
2. Kedua orang tua saya, RN Rosyafrianto dan Yendra Nofrata yang telah memberi dukungan baik doa, psikis, maupun materil.
3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Dr. Arif Sumantri S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
x Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep., MSc sebagai dosen pembimbing 1 saya yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan dan masukan kepada saya.
8. Ibu Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat sebagai dosen pembimbing 1 menggantikan Ibu Eni yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan dan masukan kepada saya.
9. Ibu Kustati Budi Lestari, M.Kep,Sp.Kep.An sebagai dosen pembimbing 2 saya yang telah memberikan waktu untuk memberi bimbingan dan masukan kepada saya serta menjadi pembimbing terbaik saya yang memudahkan saya dalam segala hal tentang penulisan skripsi ini.
10.Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan.
11.Segenap staf dan karyawan fakultas dan jurusan yang banyak membantu. 12.Seluruh teman-teman PSIK 2012 yang berjuang bersama dalam suka maupun
duka serta memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu karena semua teman di PSIK 2012 ini semuanya merupakan teman-teman terbaik yang saya miliki.
13.Seluruh kakak-kakak dan adik-adik PSIK yang memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi ini terutama adik dan kakak pohon saya yang telah memberikan banyak dukungan.
xi
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Pertanyaan Penelitian ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 10
1. Tujuan Umum ... 10
2. Tujuan Khusus ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
1. Bagi Institusi Pendidikan ... 11
2. Bagi Pelayanan Kesehatan ... 11
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 11
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Konsep Kecemasan ... 13
1. Definisi Kecemasan ... 13
2. Faktor Predisposisi ... 14
3. Respon Fisiologis dan Psikologis terhadap Ansietas ... 18
xii
2. Tahapan Persalinan ... 24
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan ... 27
4. Faktor-Faktor Penyebab Dimulainya Persalinan ... 29
5. Kecemasan pada Persalinan Kala I ... 30
6. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan pada Persalinan ... 32
C. Konsep Aromaterapi ... 34
1. Definisi Aromaterapi ... 34
2. Sejarah Aromaterapi di Indonesia ... 35
3. Sumber Tanaman Minyak Esensial di Indonesia ... 36
4. Bahan-Bahan Pendukung Aromaterapi ... 38
5. Bentuk-Bentuk Aromaterapi ... 39
6. Cara Penggunaan Aromaterapi ... 41
7. Aromaterapi Mawar ... 43
D. Penelitian Terkait ... 46
E. Kerangka Teori... 49
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 51
A. Kerangka Konsep ... 51
B. Hipotesis ... 52
C. Definisi Operasional... 53
BAB IV METODE PENELITIAN ... 55
A. Desain Penelitian ... 55
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56
1. Lokasi Penelitian ... 56
2. Waktu Penelitian ... 56
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 57
1. Populasi ... 57
2. Besar Sampel ... 58
3. Teknik Pengambilan Sampel... 59
D. Instrumen Penelitian... 59
E. Alur Penelitian ... 64
F. Prosedur Pengumpulan Data ... 65
1. Prosedur Administratif ... 65
2. Prosedur Teknis ... 65
G. Prosedur Pengolahan Data ... 69
H. Teknik Analisis Data ... 71
I. Etika Penelitian ... 72
xiii
B. Analisis Bivariat ... 78
1. Uji Normalitas ... 79
2. Transformasi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 79
3. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol pada Pretest dan Posttest ... 80
4. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi pada Pretest dan Posttest ... 81
5. Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ... 82
BAB VI PEMBAHASAN ... 83
A. Pembahasan Hasil ... 83
1. Tingkat Kecemasan Responden ... 83
2. Tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pengamatan pada responden kelompok kontrol ... 87
3. Pengaruh Aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada responden kelompok intervensi ... 90
B. Keterbatasan Penelitian ... 94
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96
xiv
SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
AKB = Angka Kematian Bayi
AKI = Angka Kematian Ibu
MDG = Millenium Development Golds
ACTH = Adreno Corticotriphic Hormone
CAM = Complementary Alternative Medicine
RSU = Rumah Sakit Umum
HRS-A = Hamilton Rating Scale for Anxiety
VASA = Visual Analogous Scale Anxiety
PKI = Persalinan Kala I
HARS = Hamilton Anxiety Rating Scale
UIN = Universitas Islam Negeri
ASI = Air Susu Ibu
SPSS = Statistical Product and Service Solution
SD = Sekolah Dasar
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMA = Sekolah Menengah Atas
PT = Perguruan Tinggi
xv
Tabel 2.1 Daftar Tanaman Esensial ... 36
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 53
Tabel 5.1 Usia ... 74
Tabel 5.2 Pendidikan ... 75
Tabel 5.3 Pekerjaan ... 76
Tabel 5.4 Riwayat Pemeriksaan Kehamilan ... 76
Tabel 5.5 Riwayat Persalinan ... 77
Tabel 5.6 Tingkat Kecemasan Responden Kelompok (Pretest) ... 77
Tabel 5.7 Uji Normalitas Responden Kelompok Kontrol ... 79
Tabel 5.8 Transformasi Data ... 80
Tabel 5.9 Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Kontrol pada Pretest dan Posttest ... 80
Tabel 5.10 Perbedaan Rerata Skor Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi pada Pretest dan Posttest ... 81
xvi
Gambar 2.1 Kerangka Teori Cemas ... 49
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 51
Gambar 4.1 Desain Penelitian ... 55
xvii 2. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian 3. Lampiran 3 Izin Penelitian
4. Lampiran 4 Waktu dan Kegiatan Penelitian 5. Lampiran 5 Kuesioner Penelitian
6. Lampiran 6 Hasil Penelitian
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa persalinan merupakan salah satu tahapan yang mendebarkan
bagi setiap wanita (Kasdu, 2005). Bagi beberapa wanita yang akan
menghadapi persalinan, cerita tentang persalinan dan kelahiran ataupun
menghadiri kelahiran menggambarkan proses yang dapat menyebabkan rasa
sakit yang tak tertahankan dan perasaan takut kehilangan kendali. Akibat dari
ketakutan akan rasa sakit tersebut mengakibatkan mereka kehilangan
pandangan bahwa persalinan merupakan suatu hal yang normal dan alami
(Chopra, 2006).
Persalinan merupakan suatu proses janin, plasenta, dan membran
keluar melalui jalan lahir dari rahim. Proses persalinan diawali dengan adanya
pembukaan dan dilatasi serviks yang terjadi akibat adanya frekuensi, durasi,
dan kekuatan yang teratur pada kontraksi uterus (Rohani, 2011). Hasil Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013 didapatkan bahwa proporsi kelahiran
berdasarkan metode persalinan normal di Indonesia sebanyak 89,2%
sedangkan di Provinsi Banten sebanyak 87,4% dan tercatat 21,4% persalinan
tersebut terjadi di Rumah Sakit Provinsi Banten.
Tahapan persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu: kala I (pembukaan);
kala II (pengeluaran janin); kala III (pengeluaran plasenta); dan kala IV
terjadi perubahan psikologis pada seorang ibu yaitu adanya perasaan khawatir,
cemas, sedangkan pada persalinan kala II seorang ibu sudah dapat mengontrol
dirinya kembali, lelah, gelisah, pada kala III nyeri pada ibu mulai berkurang
dan adanya perasaan gelisah, lelah yang berlanjut, dan pada kala IV seorang
ibu akan melepaskan tekanan dan ketegangan yang dirasakannya, serta
mendapat tanggung jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang telah
dilahirkannya (Cunnigham, 2005).
Menurut Nolan (2003) selama persalinan kala I, seorang wanita akan
mengalami gangguan psikologi yaitu kecemasan. Kecemasan merupakan
reaksi fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang
(Yosep, 2007). Berdasarkan penelitian Simamora di Medan dari beberapa
rumah bersalin tahun 2008, lebih dari 50% ibu dalam masa persalinan
mengalami gangguan kecemasan dengan hasil penelitian yaitu pada ibu
primigravida mengalami kecemasan sedang sebesar 65,6% dan pada ibu
multigravida dengan kecemasan ringan 81,3%.
Menurut Aryasatiani (2005) terdapat beberapa penentu terjadinya
kecemasan pada ibu bersalin yaitu, nyeri persalinan, keadaan fisik ibu, riwayat
pemeriksaan kehamilan, kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan,
dukungan dari lingkungan sosial serta latar belakang psikososial lain dari ibu
yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan
yang tidak diinginkan, dan sosial ekonomi. Salah satu faktor yang
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku cemas didasarkan salah
satunya pada pengetahuan seorang ibu. Dimana seorang ibu mengalami
kecemasan pada saat ibu tidak memiliki pengetahuan tentang persalinan dan
bagaimana prosesnya (Notoatmodjo, 2003).
Selain itu, adapun faktor psikologis yang berhubungan dengan
kecemasan selama persalinan kala I yaitu beberapa ketakutan melahirkan.
Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan bentuk
tubuhnya seperti episiotomi, rupture, jahitan ataupun seksio sesarea, serta ibu
takut akan melukai bayinya. Faktor psikis dalam persalinan merupakan faktor
yang sangat penting mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran
(Simpkin, 2005). Menurut Stuart (2006) faktor fisiologis penyebab kecemasan
yaitu terjadinya perubahan fisik yang dialami ibu. Perubahan tersebut yaitu
perubahan kardiovaskuler, pernafasan, neuromuskular, gastrointestinal,
saluran perkemihan dan kulit.
Secara epidemiologis, gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua
persalinan baik pada persalinan primigravida maupun multigravida. Dalam
sebuah penelitian ditemukan lebih dari 12% ibu yang pernah melahirkan
mengatakan bahwa mereka mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan
dalam hidupnya yaitu cemas pada saat melahirkan. Pengeluaran hormon
adrenalin akibat stress yang mereka alami dikarenakan rasa takut dan sakit
mereka dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi
aliran darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan
merupakan suatu kerugian bagi seorang ibu maupun janin yang berada dalam
rahim ibu (Aryasatiani, 2005).
Gangguan kecemasan memiliki beberapa efek dalam persalinan yaitu,
kadar katekolamin yang berlebihan pada kala I juga menyebabkan turunnya
kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen yang
tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya persalinan kala I
(Simpkin, 2005). Kecemasan merupakan salah satu penyebab terjadinya
partus lama dan kematian janin. Partus lama memberikan sumbangsih 5 %
terhadap penyebab kematian ibu di Indonesia. Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa Angka
Kematian Bayi (AKB) adalah 32/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu
(AKI) sebesar 359/100.000 kelahiran hidup sedangkan target Millenium
Development Golds (MDG‟s) pada tahun 2015 untuk AKB adalah 23/1000
kelahiran hidup dan untuk AKI 102/100.000 kelahiran hidup (Kemkes RI,
2013). Sedangkan AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di kawasan
ASEAN (SDKI, 2012).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSU Kab
Tangerang pada tanggal 23-30 Desember 2015 dengan 11 responden
didapatkan ibu persalinan primigravida sebanyak 7 responden dan sebanyak 3
ibu mengalami kecemasan ringan, 3 ibu mengalami kecemasan sedang, dan 1
ibu mengalami kecemasan berat sedangkan pada ibu persalinan multigravida
sebanyak 4 responden didapatkan ibu yang mengalami kecemasan ringan 2
studi pendahuluan tersebut kedua ibu primi maupun multi dapat mengalami
kecemasan yang berat dikarenakan berbagai faktor penyebab kecemasan pada
ibu persalinan kala I.
Kecemasan dapat dikurangi dengan beberapa terapi penurun
kecemasan yaitu terapi farmakologi dan non-farmakologi. Benzodiazepine,
buspirone, dan antidepresan dapat menjadi terapi farmakologi untuk
menurunkan gangguan kecemasan yang biasanya kronik sedangkan terapi
non-farmakologi untuk menurunkan kecemasan yaitu terapi psikologis,
psikoterapi, kognitif-perilaku dan berorientasi insight yang meliputi relaksasi,
latihan pernapasan dan distraksi (Husny, 2009; Asmadi, 2008; Tomb et all,
2003).
Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan adalah dengan
pemberian aromaterapi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan
melakukan inhalasi pada aromaterapi mampu menurunkan tingkat kecemasan
seseorang (Davis, 2005; Indrati, 2009). Aromaterapi merupakan tindakan
terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat
meningkatkan keadaan fisik dan psikologi seseorang agar menjadi lebih baik.
Setiap minyak essensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti
antibakteri, antivirus, diuretic, vasodilator, penenang, dan merangsang
adrenal (Runiari, 2010; Ana, 2010).
Butje & Shattel (2008) juga menyebutkan bahwa inhalasi terhadap
minyak essensial dapat meningkatkan kesadaran dan menurunkan kecemasan.
terkandung dalam minyak essensial, efek positif tersebut menghambat
pengeluaran Adreno Corticotriphic Hormone (ACTH) dimana hormon ini
adalah hormon yang mengakibatkan terjadinya kecemasan pada individu.
Aromaterapi terkenal dengan penggunaannnya dalam mengatasi stres (Varney
& Buckle, 2013), dan secara jelas, persalinan merupakan pengalaman stres
untuk hampir semua ibu. Oleh karenanya hal ini tidak mengejutkan jika
beberapa laporan saat ini menyarankan aromaterapi untuk menurunkan stres
pada kehamilan (Conrad, 2010; Tilllet & Ames, 2010).
Salah satu herbal esensial yang digunakan dalam aromaterapi adalah
mawar. Aroma mawar efektif pada sistem saraf pusat. Dua bahan dari
aromaterapi mawar, sytrinol dan 2-phenyl ethyl alcohol, pada mawar dikenal
sebagai agen anti ansietas. Menggunakan mawar oil mengurangi kecemasan
sebesar 71% dalam persalinan dan hanya 14% dari mereka yang
membutuhkan pembiusan lokal (Kheirkhah dkk, 2014).
Walaupun teknik pengobatan alternatif sudah diterima, tenaga
kesehatan jarang menggunakan CAM dikarenakan kurangnya penyelidikan
yang memadai (Liu, 2010). Merupakan hal yang penting untuk melakukan
penelitian klinis lebih lanjut mengenai pendekatan psikoterapeutik yang aman
dan efektif untuk mengurangi kecemasan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kala I, seorang
ibu dapat mengalami gangguan kecemasan dibandingkan kala II dimana
seorang ibu dapat mengontrol dirinya kembali, pada kala III seorang ibu juga
cemas, selanjutnya kala IV seorang ibu akan berfokus pada tanggung jawab
barunya untuk mengasuh dan merawat bayi.
Gangguan kecemasan pada kala I dikarenakan beberapa faktor
penyebab yaitu rasa takut akan melahirkan, takut akan peningkatan nyeri,
takut akan kerusakan dan kelainan bentuk tubuh, takut akan melukai bayinya,
serta riwayat pemeriksaan kehamilan yang kurang memuaskan, kurangnya
pengetahuan tentang proses persalinan, dukungan dari lingkungan sosial serta
latar belakang psikososial seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, dan sosial ekonomi. Pada saat ibu
persalinan kala I mengalami gangguan kecemasan, tubuh akan memproduksi
hormon adrenalin yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah
sehingga aliran darah ke rahim menurun dan hal ini dapat menurunkan
kontraksi, selain itu aliran darah yang menurun akan mempengaruhi suplai
oksigen ke janin.
Pendekatan penurunan kecemasan dengan aromaterapi mawar
dilakukan sedini mungkin karena jika tidak ditangani akan berakibat pada
perpanjangan waktu persalinan sehingga memperlambat kelancaran persalinan
ibu menuju kala II dan seterusnya. Hal ini merupakan alasan mengapa peneliti
memilih kecemasan pada ibu persalinan kala I daripada kala lainnya.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil area penelitian di RSU Kab.
Tangerang di Kota Tangerang karena berdasarkan data jumlah persalinan
persalinan spontan di RSU Kab. Tangerang sebanyak 3381 ibu dengan
rata-rata jumlah persalinan spontan 282 ibu setiap bulannya.
Berdasarkan latar belakang di atas dan belum ditemukannya penelitian
yang berkaitan, maka penulis tertarik untuk melakukan studi penelitian
mengenai pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu
persalinan kala I di kamar bersalin dengan mengangkat judul “Pengaruh
Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Persalinan Kala I di
Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.”
B. Perumusan Masalah
Menurut Nolan (2003) selama persalinan kala I, ibu mengalami
gangguan psikologi yaitu kecemasan. Gangguan kecemasan pada ibu dalam
masa persalinan terjadi lebih dari 50% (Simpkin, 2005). Gangguan kecemasan
yang terjadi pada ibu persalinan dapat menyebabkan penurunan aliran darah
ke rahim, penurunan kontraksi rahim, penurunan aliran darah ke plasenta,
penurunan oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan
lamanya persalinan kala I. Hal tersebut diakibatkan oleh rasa cemas yang
mereka alami dapat meningkatkan pengeluaran hormon adrenalin yang
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengurangi aliran
darah yang membawa oksigen. Hal ini merupakan suatu kerugian bagi ibu
maupun janin yang berada dalam rahim ibu (Aryasatiani, 2005).
Inhalasi pada aromaterapi merupakan salah satu cara untuk
terkandung dalam minyak essensial memberikan efek positif pada sistem saraf
pusat. Efek positif tersebut menghambat pengeluaran Adreno Corticotriphic
Hormone (ACTH) dimana hormon ini adalah hormon yang mengakibatkan
terjadinya kecemasan pada individu (Davis, 2005; Indrati, 2009; Butje &
Shattel, 2008).
Aromaterapi mawar merupakan salah satu aromaterapi yang efektif
pada sistem saraf pusat dikarenakan bahan-bahan pada mawar oil yang
mengandung agen anti ansietas (Kheirkhah dkk, 2014). Penelitian mengenai
pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan
kala I belum ada padahal aromaterapi mawar merupakan aromaterapi yang
digunakan untuk menurunkan tingkat kecemasan. Aromaterapi mawar juga
merupakan aromaterapi yang dianjurkan pada ibu persalinan. Dengan
demikian, masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari aromaterapi
terhadap tingkat kecemasan pada ibu persalinan Kala I di RSU Kab.
Tangerang.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik responden (usia, pekerjaan, tingkat pendidikan,
riwayat pemeriksaan kehamilan dan riwayat persalinan) ibu persalinan
kala I di RSU Kab. Tangerang.
2. Bagaimana tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di Kamar
3. Bagaimana perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
pengamatan pada ibu persalinan kala I kelompok kontrol.
4. Bagaimana perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah melakukan
inhalasi aromaterapi mawar pada ibu persalinan kala I kelompok
intervensi.
5. Apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol
dan kelompok intervensi pada ibu persalinan kala I di RSU Kab.
Tangerang.
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pada
ibu persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (usia, pekerjaan, tingkat
pendidikan, riwayat pemeriksaan kehamilan dan riwayat persalinan)
ibu persalinan kala I di RSU Kab. Tangerang.
b. Mengetahui tingkat kecemasan pada ibu persalinan Kala I di Kamar
Bersalin RSU Kab. Tangerang.
c. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
d. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
melakukan inhalasi aromaterapi mawar pada ibu persalinan kala I
kelompok intervensi.
e. Mengetahui perbedaan skor tingkat kecemasan antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi pada ibu persalinan kala I di RSU
Kab. Tangerang.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu keperawatan terkait penurunan tingkat kecemasan
khususnya terapi non-farmakologi pada ibu persalinan kala I dengan
aromaterapi mawar.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan membuat
intervensi keperawatan dalam upaya penurunan tingkat kecemasan yang
terdapat pada ibu persalinan kala I.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dasar bagi
pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan jiwa dan keperawatan
maternitas, khususnya untuk melihat variabel aromaterapi mawar terhadap
tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain
penelitian quasi experimental dengan non equivalent control group design
yang tujuannya untuk melihat pengaruh aromaterapi mawar terhadap
tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I. Sampel penelitian ini adalah
ibu persalinan kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang. Penelitian
dilakukan di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang pada bulan Maret
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak
menyenangkan, melibatkan rasa takut yang subjektif, rasa tidak
nyaman pada tubuh, dan gejala fisik (Katona, 2012). Menurut Juall
(2009) kecemasan merupakan perasaan yang ditimbulkan oleh
ancaman nonspesifik terhadap konsep diri seseorang yang menyangkut
kesehatan, aset, nilai, lingkungan, peran fungsi, pemenuhan
kebutuhan, pencapaian tujuan, hubungan personal, serta perasaan
aman.
Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan
tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak
penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh
menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat,
lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan
berproduktivitas berkurang, hingga banyak mereka yang melarikan
diri kealam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara (Said
Az-zahroni, 2005).
Pengertian lain menurut Wilkinson menyatakan bahwa
menakutkan, disertai dengan respon automatis, dan sumbernya sering
kali tidak spesifik, antisipasi terhadap keadaan bahaya. Sedangkan
menurut Stuart dan Sinden mengartikan kecemasan adalah suatu
perasaan diri, pengalaman subjektif individu. Keadaan emosi ini tidak
memiliki subjek yang spesifik (Ni Komang, 2012).
2. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2006) penyebab kecemasan dapat dipahami
melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis dimana Sigmud Freud
mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego
dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan
timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami
kecemasan yang berat (Stuart, 2006).
Teori perilaku menyebutkan kecemasan merupakan produk
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku lain
menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.
Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil
dihadapkan suatu ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan
kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang
kecemasan sebagai pertentangan antar dua kepentingan yang
berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara
konflik dan kecemasan yaitu konflik menimbulkan kecemasan, dan
kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya
meningkatkan konflik yang dirasakan (Stuart, 2006).
Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan
pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan.
Kecemasan mungkin disertai oleh gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart,
2006).
Menurut Stuart (2006) respon terhadap kecemasan meliputi
respon fisiologi, perilaku, kognitif dan efektif yaitu:
a. Respon fisiologi
Gejala somatik/fisik (otot), meliputi: sakit dan nyeri otot-otot,
kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala
sensorik meliputi: tinnitus (telinga berdengung), penglihatan
ditusuk-tusuk. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah),
meliputi: takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri
dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan,
detak jantung menghilang (berhenti sekejap). Gejala pernafasan:
rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa nafas
pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. Gejala
gastrointestinal meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar
di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar
lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat
badan. Gejala urogenital, meliputi: sering buang air kecil, tidak
dapat menahan kencing, tidak datang bulan (tidak ada haid), masa
haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi
dingin (frigid), ejakulasi dini.
Adapun gejala – gejala yang dialami oleh orang yang
mengalami kecemasan adalah (1) ketegangan motorik / alat gerak
seperti : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai,
gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget (2).
Hiperaktifitas saraf autonom (simpatis dan saraf parasimpatis)
seperti keringat berlebihan, jantung berdebar – debar, rasa dingin
ditelapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering
buang air kecil, diare, muka merah / pucat, denyut nadi dan nafas
akan datang seperti : cemas, takut, khawatir, membayangkan akan
datangnya kemalangan terhadap dirinya (4). Kewaspadaan
berlebihan seperti : Perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi,
sukar tidur, mudah tersinggung, tidak sabar (Hawari, 2004).
b. Respon perilaku
Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah,
ketenangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,
menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.
c. Respon kognitif
Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu,
konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian,
preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun,
kreatifitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat
waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan
kendali, takut pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas
balik, mimpi buruk.
d. Respon afektif
Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak
sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,
kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, dan malu.
mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan
sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
3. Respon Fisiologis dan Psikologis terhadap Ansietas
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas
menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam
pertahanan diri. Serabut saraf simpatis “mengaktifkan” tanda-tanda
vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan
tubuh. Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin), yang
menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak oksigen, mendilatasi
pupil, dan meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil
membuat kontriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari
sistem gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan
glikogenolisis menjadi glukosa bebas guna menyokong jantung, otot,
dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf
parasimpatik membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke
kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya mengaktifkan
kembali respon simpatis.
Ansietas menyebabkan respon kognitif, psikomotor, dan
fisiologis yang tidak nyaman. Untuk mengurangi perasaan tidak
nyaman ini, individu mencoba mengurangi tingkat ketidaknyamanan
tersebut dengan melakukan perilaku adaptif yang baru atau
positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar (Videbeck,
2008).
4. Tingkat Kecemasan
Menurut Dalami (2009) kecemasan dibagi menjadi empat
berdasarkan tingkatan atau rentang responnya, yaitu ansietas ringan
yang memiliki ciri-ciri lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada, ansietas sedang dengan ciri-ciri tingkat
lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun yang mengakibatkan
individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan
mengenyampingkan hal lain, sedangkan pada ansietas berat individu
akan mengalami lapangan persepsi yang sangat sempit sehingga
mengakibatkan individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja
dan mengabaikan hal lain, individu tidak mampu lagi berpikir realistis
dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian
pada area lain, dan tingkat ansietas terakhir yaitu panik, pada tingkatan
ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan terganggu
sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi walaupun telah diberikan
pengarahan.
Peplau dalam Ni Komang (2012) mengidentifikasi 4 tingkatan
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat,
waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu
mengatasi masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar.
Perubahan fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur,
hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi: sering
nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah,
konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi
menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu,
individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci
dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan
gejala dari kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang,
tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak
dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami
sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi,
hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare.
Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh
perhatian terfokus pada dirinya.
4) Panik
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan
kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,
kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari
tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian
5. Terapi Kecemasan 1. Terapi farmakologi
Obat masih menjadi pilihan utama terapi, tetapi gangguan itu
ketergantungan dan kekambuhan membatasi nilai obat ansiolitik
menjadi jangka pendek.
Benzodiazepine merupakan obat dengan mula kerja yang cepat,
tetapi toleransi dapat terjadi pada penggunaan kronik,
sehingga membutuhkan peningkatan dosis pada reaksi putus
obat akut ketika obat dihentikan pada 30% kasus serta pada
10% penghentian kronik. Efek sampingnya meliputi sedasi dan
amnesia dan kemungkinan juga ansietas dan depresi: terdapat
potensi yang besar untuk penyalahgunaan dan interaksi dengan
alkohol.
Buspirone – Walaupun ketergantungan belum pernah terjadi
pada pemakaian buspiron, banyak pasien meragukan
efikasinya, mungkin karena mula kerjanya yang lambat. Untuk
ansietas kronik, pengobatan ini masih bermanfaat. Percobaan
terapi hingga delapan minggu dengan setidaknya 30 mg
buspiron setiap harinya, setelah peningkatan dosis secara
bertahap selama dua minggu pertama, sering menunjukan hasil
yang baik.
Antidepresan – Pasien yang sebelumnya mengonsumsi
benzodiazepine dapat tidak merasakan efek sedatif dan efek
ansiolitik akut bila digantikan dengan buspirone, pada kasus
hingga delapan minggu dapat bermanfaat. Antidepresan
menimbulkan eksaserbasi-awal ansietas, yang dapat dicegah
dengan pemberian benzodiazepine selama tujuh hingga 10 hari
pertama dengan risiko ketergantungan yang lebih kecil.
Durasi yang diperlukan untuk terapi obat tidak pasti, dan
biasanya digunakan durasi yang sama dengan pengobatan depresi –
enam hingga sembilan bulan pada tahap awal.
2. Terapi Non-Farmakologi
a. Terapi Psikologis
Terapi-terapi ini dirancang untuk melatih keterampilan
dalam mengelola komponen kognitif dan somatik ansietas dan
sama efektifnya dengan terapi obat tetapi dengan efek samping
yang lebih sedikit. Terapi psikologis spesialistik mungkin tidak
praktis bagi beberapa pasien di layanan lini pertama, tetapi
konseling singkat dan teknik penyelesaian masalah secara
terstruktur efektif dan dapat dilakukan di praktek umum.
b. Psikoterapi
c. Terapi kognitif-perilaku
d. Terapi berorientasi insight
Manajemen ansietas (relaksasi, latihan pernapasan, distraksi)
B. Konsep Persalinan
1. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses janin, plasenta, dan membran
keluar melalui jalan lahir dari rahim. Proses persalinan diawali dengan
adanya pembukaan dan dilatasi serviks yang terjadi akibat adanya
frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur pada kontraksi uterus.
Kekuatan kontraksi uterus yang muncul diawali dengan kekuatan yang
kecil, dan terus meningkat mencapai puncaknya yaitu pembukaan
serviks yang sudah lengkap. Pembukaan serviks yang lengkap
merupakan pembukaan yang siap untuk rahim ibu mengeluarkan janin
(Rohani dkk, 2011).
Persalinan adalah rangkaian proses berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditanndai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2004).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
2. Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu: kala I
plasenta); dan kala IV (observasi) (Sulisetyawati dan Nugraheny,
2010).
Menurut Dipta (2010) tahapan persalinan meliputi 4 fase/kala:
i. Kala I: Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks
membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses
membukanya serviks dibagi atas 2 fase:
a) Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3cm
b) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam
waktu 2 jam, pembukaan 3cm tadi menjadi 4cm dan fase
dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm dan fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap 10cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah
lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1cm
tiap jam dan multigravida 2cm tiap jam. Menurut Rohani dkk
(2011) inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah
berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis
karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan
ii. Kala II: Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan
kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala
ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada
multipara.
Menurut Wiknjosastro (2008) gejala dan tanda kala II
persalinan adalah:
a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi
b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya
c) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
d) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah
iii. Kala III: Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010) lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda sebagai berikut:
a) Uterus mulai membentuk bundar
b) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke
segmen bawah rahim
c) Tali pusat bertambah panjang
d) Terjadi perdarahan
iv. Kala IV: Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1
perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat
tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan
terjadinya perdarahan.
Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny (2010) kala IV
mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan
observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering
terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a) Tingkat kesadaran pasien
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,
dan pernafasan
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal
bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Rohani dkk (2011) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persalinan yaitu:
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
Kekuatan power yang diperlukan dalam persalinan adalah his,
sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga.
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul, yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Menurut Sulistyawati dan Nugraheni (2010) tanda-tanda
masuk dalam persalinan adalah terjadinya his karakter persalinan
dari his persalinan yaitu:
1) Pengeluaran cairan
2) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan
3) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan
makin besar
4) Terjadi perubahan pada serviks
5) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan
berjalan, maka kekurangannya
6) Pengeluaran lendir dan darah (penandaan persalinan)
Dengan adanya his persalinan, terjadinya perubahan
pembukaan yang menyebabkan selaput lendir yang terdapat
pada kanalis servikalis terlepas sehingga terjadi perdarahan
karena kapiler pembuluh darah pecah.
4. Faktor-faktor Penyebab Dimulainya Persalinan 1. Faktor hormonal
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan
hormon esterogen dan progesteron. Dimana progesteron bekerja
sebagai relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah berkurang dan
hal ini menyebabkan atau merangsang pengeluaran prostaglandin
merangsang dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga merangsang
kontraksi uterus. Faktor struktur uterus atau rahim membesar dan
menekan, menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi otot plasenta yang berakibat degenerasi.
2. Faktor syaraf
Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka
akan menekan dan menggesek ganglion sevikalis yang akan
merangsang timbulnya kontraksi uterus.
3. Faktor kekuatan plasenta
Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan
4. Faktor nutrisi
Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
dikeluarkan.
5. Faktor partus
Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan
oksitosin, amniotomo gagang laminaria (Prawirohardjo, 2007).
5. Kecemasan pada Persalinan Kala I
Pada persalinan kala I terjadi pembukaan serviks sampai
pembukaan lengkap 10cm sehingga terjadi perubahan psikologis pada
seorang ibu sewaktu fase laten, seorang ibu dalam persalinan kala I
akan merasa khawatir, cemas, tetapi masih dapat berkomunikasi dan
diberikan arahan sebelum persalinan berlangsung. Sedangkan pada
persalinan kala II, seorang ibu sudah dapat mengontrol dirinya
kembali, merasakan nyeri selama kontraksi, merasa lelah dan gelisah.
Pada persalinan kala III, nyeri mulai berkurang dan saat pelepasan
plasenta seorang ibu akan merasa gelisah dan lelah. Selanjutnya pada
persalinan kala IV dengan segera seorang ibu akan melepaskan
tekanan dan ketegangan yang dirasakannya, dan mendapat tanggung
jawab baru untuk mengasuh dan merawat bayi yang telah
dilahirkannya (Cunnigham, 2005).
Menurut Nolan (2003) selama persalinan kala I, ibu mengalami
fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan
seseorang (Yosep, 2007). Gangguan kecemasan memiliki beberapa
efek dalam persalinan yaitu, kadar katekolamin yang berlebihan pada
kala I menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, turunnya
kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen
yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya
persalinan kala I (Simpkin, 2005).
Secara epidemiologis, gangguan kecemasan dapat terjadi pada
semua persalinan baik pada persalinan primigravida maupun
multigravida. Dalam sebuah penelitian ditemukan lebih dari 12% ibu
yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami
pengalaman yang tidak menyenangkan dalam hidupnya yaitu cemas
pada saat melahirkan. Pengeluaran hormon adrenalin akibat stress
yang mereka alami dikarenakan rasa takut dan sakit mereka dapat
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran
darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan
kontraksi rahim yang akan memperpanjang waktu persalinan. Hal ini
merupakan suatu kerugian bagi ibu maupun janin yang berada dalam
rahim ibu (Aryasatiani, 2005).
Perlu diketahui bahwa setiap detak jantung ibu hamil, tentu
dapat dirasakan pula oleh janin. Oleh karena itu, bila ibu hamil sering
meningkat. Detak jantung yang semakin keras dapat mempengaruhi
gerakan pada janin. Akibatnya, janin pun lebih aktif bergerak-gerak di
dalam rahim (Novitasari, 2013). Menurut Kemenkes RI (2013)
kecemasan pada persalinan kala I merupakan salah satu penyebab
terjadinya partus lama dan kematian janin. Partus lama memberikan
sumbangsih 5 % terhadap penyebab kematian ibu di Indonesia.
6. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan pada Persalinan
Menurut Aryasatiani (2005) terdapat beberapa penentu
terjadinya kecemasan pada ibu bersalin yaitu, nyeri persalinan,
keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, kurangnya
pengetahuan tentang proses persalinan, dukungan dari lingkungan
sosial serta latar belakang psikososial lain dari ibu yang bersangkutan,
seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak
diinginkan, dan sosial ekonomi. Salah satu faktor yang berhubungan
dengan gangguan kecemasan pada kala I adalah pengetahuan.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku cemas didasarkan
salah satunya pada pengetahuan seorang ibu. Dimana seorang ibu
mengalami kecemasan pada saat ibu tidak memiliki pengetahuan
tentang persalinan dan bagaimana prosesnya (Notoatmodjo, 2003).
Selain itu, adapun faktor psikologis yang berhubungan dengan
kecemasan selama persalinan kala I yaitu beberapa ketakutan
kelainan bentuk tubuhnya seperti episiotomi, rupture, jahitan ataupun
seksio sesarea, serta ibu takut akan melukai bayinya. Faktor psikis
dalam persalinan merupakan faktor yang sangat penting
mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran (Simpkin, 2005).
Menurut Stuart (2006) faktor fisiologis penyebab kecemasan yaitu
terjadinya perubahan fisik yang dialami ibu. Perubahan tersebut yaitu
perubahan kardiovaskuler, pernafasan, neuromuskular,
gastrointestinal, saluran perkemihan dan kulit.
Dalam penelitian Novitasari (2013) menyatakan terdapat faktor
yang menyebabkan adanya kecemasan, yaitu pengalaman negatif masa
lalu. Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada
masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa
mendatang, apabila individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian
yang sama dan juga tidak menyenangkan, hal tersebut merupakan
pengalaman umum yang menimbulkan kecemasan.
Pada ibu yang pernah mengalami kehamilan sebelumnya
(multigravida), mungkin mengalami kecemasan disebabkan oleh
pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialaminya pada
proses persalinan pertama, misal: kesakitan, komplikasi, pendarahan,
atau proses persalinan yang tidak lancar. Sedangkan yang terjadi pada
primigravida, kecemasan terjadi karena kehamilan yang dialaminya
merupakan pengalaman yang pertama kali dan ketidaktauan menjadi
tentang persalinan seperti televisi maupun film yang sering
menampilkan adegan melahirkan yang begitu menegangkan dan
menakutkan, bahkan saat bertanya dengan orang tua-kerabat dan
teman tentang seputar pengalaman melahirkan yang tidak
menyenangkan (Novitasari, 2013).
C. Konsep Aromaterapi
1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan
minyak essensial yang bermanfaat meningkatkan keadaan fisik dan
psikologi seseorang agar menjadi lebih baik. Setiap minyak essensial
memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri, antivirus,
diuretic, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal. (Runiari,
2010; Ana, 2010)
Dilihat dari kesenjangan dalam praktik akhir-akhir ini, perhatian
yang diberikan kepada penggunaan Complementary and Alternative
Medicine (CAM) sebagai pengobatan tambahan mengalami
peningkatan. Aromaterapi adalah salah satu jenis dari CAM yang
banyak digunakan dengan tujuan menghirup uap atau penyerapan
minyak ke dalam kulit yang berguna mengobati atau mengurangi
2. Sejarah Aromaterapi di Indonesia
Pengobatan tradisional di Indonesia kebanyakan mendapat
pengaruh dari Ayuverdic dan pengobatan China. Pengobatan tersebut
bisa berpengaruh dan berkembang di Indonesia dikarenakan pengaruh
agama Hindu yang tiba di Indonesia pada sekitar abad 400 SM.
Pemimpin agama Hindu yang memperkenalkan pengobatan
Ayuverdic, dimana pengobatan yang dilakukan menggunakan minyak
yang berasal dari tanaman. Agama Budha juga memberikan pengaruh
terhadap masuknya aromaterapi di Indonesia, ketika ada biksu Budha
yang mengajarkan pengobatan tradisional China. Kemudian, pada
masa Pemerintahan Kerajaan Majapahit di Jawa Tengah, salah satu
Raja, ada yang mempersunting wanita cantik yang merupakan
keturunan bangsa China. Dari situlah, seni penyembuhan akupuntur
dan refleksiologi diperkenalkan.
Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1450 SM, akibat
kedatangan umat Muslim, membuat penduduk Hindu berpindah ke
dataran Bali, dengan membawa pengetahuan pengobatan yang dimiliki
selama di Jawa Tengah. Sejarah tersebutlah yang menyebabkan
pengobatan dan refleksiologi yang terdapat di Jawa Tengah dan Bali
menjadi hampir serupa dan historikal itu pula yang menyebabkan
banyaknya produk aromaterapi yang berasal dari Bali dan Jawa
3. Sumber Tanaman Minyak Esensial di Indonesia
Minyak esensial adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman
dan merupakan salah satu hasil metabolisme dalam tanaman, yang
terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Sifatnya
minyak esensial adalah mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, kayu kulit,
rimpang, bahkan seluruh bagian tanaman.
Tanaman yang menghasilkan minyak esensial berjumlah
150-200 spesies tanaman, yang termasuk tanaman family Pinaceae,
Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan
Umbeliferaceae.Khusus di Indonesia, dikenal sekitar 40 jenis tanaman
penghasil minyak esensial, namun baru sebagian dari tanaman tersebut
yang digunakan sebagai sumber minyak esensial secara komersil
berikut merupakan daftar tanaman esensial penghasil minyak yang
berkembang di Indonesia (Rafika, 2013):
Tabel 2.1
Daftar Tanaman Esensial
No Tanaman Nama Lain Sumber Minyak
1. Adas Foenicullum vulqare Buah dan biji
2. Akar wangi Vetiveria Zizanoides Akar
3. Anis Clausena anisata Buah dan biji
4. Bangle Zinqiber purpureum Roxb. Akar
5. Cempaka Michelia champaca Cempaka
6. Cendana Santalum album Kayu teras
7. Cengkeh Syzyqium aromaticum Bunga
8. Eucalyptus Eucalyptus sp. Daun
T
10. Gandapura Gaultheria sp. Daun dan ganggang
11. Jahe Zinqiber officinale Akar
12. Jaringau Acarus calamus
13. Jeruk purut Citrus hystrix Buah
14. Kapulaga Amomum cardamomum Buah dan biji
15. Kayu manis Cinnamomum cassia Batang
16. Kayu putih Melaleuca leucadendron LI Daun
17. Kemangi Basil oil Daun
18. Kemukus Piper cubeba L Buah
19. Kenangan Canagium odoratum Bunga
20. Kencur Caempreria galangal Akar
21. Ketumbar Coriandrum sativum Buah dan biji
22. Klausena Clausena anisata Biji
23. Kunyit Curcuma domestica Akar
24. Lada Piper niqrum L Buah dan biji
25. Lawang
26. Lengkuas hutan Alpina malacensis oil Akar
27. Manis Cinnamomum Daun
28. Massoi Criptocaria massoia Batang
29. Mawar Rosa sp. Bunga
30. Melati Jasminum sambac Bunga
31. Mentha Mentha arvensis Daun
32. Nilam Pogostemon cablin Daun
33. Pala Myristica fragrans Houtt Biji dan Fuli
34. Palmarosa Cymbopogon martini Daun
35. Pinus Pinus merkusii Getah
36. Rosemari Rosmarinus officinale Bunga 37. Sedap malam Polianthes tuberose Bunga 38. Selasih mekah Ocimum gratissimum Bunga
39. Seledri Avium graveolens L Daun dan batang
40. Sereh dapur Andropogon citrates Daun 41. Sereh wangi Cymbopogon citrates Daun
42. Sirih Piper bitle Daun dan batang
43. Sarawung pohon Backhousia citriodora Daun 44. Temulawak Curcuma xanthorizza Akar
4. Bahan – Bahan Pendukung Aromaterapi
Berikut merupakan bahan pendukung untuk pembuatan Aromaterapi:
- Minyak Atsiri
Minyak wangi ini diekstrak dari tanaman melalui destilasi uap atau
ekspresi (minyak jeruk). Namun istilah ini juga kadang digunakan
untuk menggambarkan minyak wangi yang diekstrak dari tanaman
yang menggunakan ekstrasi pelarut. Selain itu minyak atsiri juga
dikenal dengan istilah essential oil.
- Absolutes
Merupakan hasil ekstrasi dari bunga atau jaringan tanaman halus
melalui fluida superkritis pelarut atau naik mutlak. Digunakan
juga untuk menggambarkan minyak yang diekstrak dari mentega
harum, beton, dan pomades enfleurage menggunakan etanol.
- Pembawa Minyak
Biasanya berminyak tanaman dasar tricglycerides yang cair dan
biasanya minyak ini dapat digunakan pada kulit (Almond manis).
- Distilat Herbal atau Hydrosols
Merupakan air yang terbentuk dari proses distilasi (Air mawar).
Banyak aromaterapi yang menggunakan sulingan herbal dan
biasanya mereka dapat digunakan pada kuliner, sebagai obat dan
juga sebagai perawatan kulit. Sulingan herbal biasanya berupa