• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

BARU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh : Ika Amalia Putri 1111101000077

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, 4Desember 2015

Ika Amalia Putri, NIM : 1111101000077

Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

xviii+ 79halaman, 15tabel, 4 gambar, 3 bagan, 7 lampiran

ABSTRAK

Kelurahan Benda Baru merupakan salah satu kelurahan denganIncidence Rate DBDJanuari-Juli 2015tertinggidi wilayah kerja Puskesmas Benda Baru yakni 57,12 per 100.000 penduduk.Kasus DBD yang tinggi mengindikasikan keberadaan jentik Aedes aegypti. Meskipun begitu, terdapat kesenjangan antara nilai ABJ yang tinggi (99%) dengan kasus DBD. Keberadaan jentik vektor DBD sangat tergantung dari keberadaan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti serta perilaku masyarakat pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tempat perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda BaruKota Tangerang Selatantahun 2015. Desain Penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel diambil sebanyak 128 Rumah Tangga. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data primer berupa observasi dan wawancara. Waktu penelitian dilaksanakan Agustus -Oktober 2015.

Hasil penelitian terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti 21,1%. Hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa terdapat variabel yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti yakni menguras tempat penampungan air (p value 0,000) dan menutup tempat penampungan air (p value 0,000). Serta beberapa variabel yang tidak berhubungan yakni tempat perindukan nyamuk, mengubur barang bekas, penggunaan abate dan memelihara ikan pemakan jentik (pvalue> 0,05).

Berdasarkan hasil tersebut masyarakat disarankan untuk mengurangi tempat perindukan nyamuk, menguras TPA secara rutin, serta segera menutup rapat TPA setelah digunakan. Pihak Puskesmas pun diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dengan masyarakat dan kader dalam pengecekan jentik nyamuk secara rutin sehingga dapat memberantas vektor penyakit DBD.

Daftar Bacaan : 60 ( 1971 – 2014)

(4)

iii

STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduated Thesis, 4 December 2015

Ika Amalia Putri, NIM: 1111101000077

Correlation Breeding Places and Behavior Mosquito Eradication Nest (PSN) with Existence of Aedes aegypti Larvae in the Village of Benda Baru Tangerang Selatan City 2015

xviii + 79pages, 15tables, 4 figures, 3 charts, 7attachment ABSTRACT

Based on government report informed, Benda BaruVillage is one of the villagesthat has highest incident rate(57,12 per 100.000 population) of dengue than other villages in working area of Benda Baru Public health community from January - July 2015. High dengue cases indicatepresence of Aedes aegypti. However, there is inconsistent between the ABJ number (99%) toward dengue cases. The existence of dengue vector dependon the presence of Aedes aegypti mosquito breeding places and people's behavior toward eradication of mosquito nest (PSN).

This study aims to determine the relationship of the mosquito breeding places and eradication of mosquito nest (PSN) behavior by the presence of Aedes aegypti Benda Baru Village 2015. The study used cross sectional design. There are 128 Household as samples in this study that is chosen by Stratified Random Samplingtechnique. Observation and interviews are the methods used to collect the primary datas,such as observation and interviews. The research was conducted from August to October 2015.

The study determined presence of Aedes aegypti is 21.1%. Statistical analysis show thedrain water reservoirs behaviour (p value 0.000) and close the water reservoirs (p value 0.000) related to As well as some of the variables that are not related the breeding places of mosquitoes, on the other hand, bury the thrift, abate and maintain the use of fish-eating larvae (p value> 0.05) are not related with the variables breeding places of mosquitoes,.

According to results, advised to reduce mosquito breeding places, drain regular landfill, and immediately shut the landfill after use. The public health community is also expected to improve coordination with the public and cadres in checking the mosquito larvae regularly to eradicate the vector of dengue disease. Reading List: 60 (1971 - 2014)

(5)
(6)
(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Ika Amalia Putri

Tempat,Tanggal Lahir : Sungailiat, 15November 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ahmad Yani Jalur 2 Depan Pengadilan Agama Sungailiat - Bangka

Telepon : 081368620910

Email : ikaikaamalia@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

2011 – 2015 : Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

vii

C. Pengalaman Organisasi

2013-2014 : Ketua Divisi Forum Silaturahim Environmental Health Student Association (ENVIHSA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013 : Ketua Divisi Pengembangan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi (BEM Prodi ) Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penelitidapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2015tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti. Selain itu, shalawat dan salam teruntuk Nabi Muhammad SAW.

Sehubungan dengan penyusunan skripsi ini, penelitibanyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada :

1. Ayahanda Bahuri dan Ibunda Zunainah, yang tak henti-hentinya memberikan doa serta dukungan moral maupun material kepada peneliti. Serta menjadi penyejuk dan sumber semangat bagi peneliti. 2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan dan masukan dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(10)

ix

5. Iryan Asanewati, Masda Hilmi Adesyaputra, Firda Aulia dan keponakan tersayang Yuri, Devan, Rifqy yang selalu menjadi penyemangat dan dukungan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi. 6. Meta, Lifi, Ayuri, Rini, Fuji, Nurul, Ibnu, Putri, Shela, Andini, Emalia,

Lilik dan Hanber yang senantiasa mencurahkan motivasi serta doa dalam penyusunan skripsi.

7. Keluarga Peminatan Kesehatan Lingkungan 2011 (Cepol, Lifi, Pewe, Shela, Efri, Onoy, Ayu, Tika, Ibnu, Almen, Rois, Chandra, Ila, Ibet, Awaliyah, Sarah Ajeng, Eka, Ikoh, Feela, Hari, Rahmatika, Niken, Ukhfiya)

8. Seluruh teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat 2011.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaanskripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, Desember2015

(11)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pertanyaan Penelitian ... 5

D. Tujuan ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Keaslian Penelitian ... 7

G. Ruang Lingkup ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Nyamuk Aedes aegypti ... 11

(12)

xi

2. Perilaku Istirahat ... 12

3. Jangkauan Terbang ... 13

B. Siklus Hidup dan Morfologi Nyamuk Aedes aegypti ... 13

1. Telur Aedes aegypti... 15

2. Jentik Aedes aegypti ... 16

3. Pupa Aedes aegypti ... 17

4. Aedes aegypti Dewasa... 18

C. Tempat Perindukan (Breeding Places) Nyamuk Aedes Aegypti ... 18

1. Metode Survei Jentik ... 20

2. Indeks Nyamuk Aedes aegypti ... 21

D. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypti... 23

1. Fisik... 24

2. Biologi... 26

3. Kimia... 26

E. Kerangka Teori... 28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 29

A. Kerangka Konsep ... 30

B. Definisi Operasional... 32

C. Hipotesis ... 34

BAB IV METODE PENELITIAN ... 35

(13)

xii

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

D. Teknik pengambilan sampel ... 37

E. Metode Pengumpulan Data ... 38

F. Instrumen Penelitian... 39

G. Metode Pengolahan Data ... 40

H. Analisis Data ... 40

BAB V HASIL ... 43

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

B. Analisis Univariat... 44

1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti ... 44

2. Tempat Perindukan Nyamuk ... 45

3. Menguras Tempat Penampungan Air ... 46

4. Menutup Tempat Penampungan Air ... 48

5. Mengubur Barang Bekas... 48

6. Penggunaan Abate ... 49

7. Memelihara Ikan Pemakan Jentik ... 50

C. Analisis Bivariat ... 51

(14)

xiii

2. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air ... 52

3. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air ... 53

4. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Mengubur Barang Bekas... 55

5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Penggunaan Abate ... 56

6. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Memelihara Ikan Pemakan Jentik ... 57

BAB VI PEMBAHASAN ... 58 A. Keterbatasan Penelitian ... 58

B. Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 . 58

C. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Tempat perindukan Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ... 60

D. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 ... 62

1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air... 62

(15)

xiv

3. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Mengubur Barang

Bekas ... 68

4. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Penggunaan Abate ... 70

5. Keberadaan Jentik Aedes aegypti berdasarkan Perilaku Memelihara Ikan Pemakan Jentik ... 71

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(16)

xv

DAFTAR TABEL

[image:16.595.110.513.195.511.2]
(17)

xvi

[image:17.595.126.505.178.539.2]
(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti ... 14

[image:18.595.125.503.188.538.2]

Gambar 2 Telur Aedes aegypti ... 16

Gambar 3 Jentik Aedes aegypti ... 17

(19)

xviii

DAFTAR BAGAN

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular berbasis vektor menjadi salah satu masalah kesehatan bagi negara tropis. Indonesia merupakan salah satu negarakepulauan yang terletak di garis khatulistiwa dengan iklim tropis. Dengan karakterisitik tersebutIndonesia memiliki potensi penyakit menular berbasis vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) (Sumantri, 2010). Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular berbahaya dengan penyebaran yang cepat serta dapat menimbulkan pendarahan hingga menyebabkan kematian bagi penderita (CDC, 2009).

Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya(Kemenkes, 2010). Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2009 dan Kemenkes, 2010).

(21)

2

dari tahun sebelumnya sebesar 32,69 per 100.000 penduduk(Profil Kesehatan Indonesia 2012-2013).

Tangerang Selatan merupakan kota di Provinsi Banten yang endemis DBD. Pada tahun 2013 diketahui jumlah kasus DBD di Kota Tangerang Selatan mengalami kenaikan sebanyak 985 kasus penderita (IR= 67,8 per 100.000 penduduk) dari tahun sebelumnya yakni 837 kasus (IR= 60 per 100.000 penduduk). Selain itu, terjadi peningkatan Case Fatality Rate (CFR) pada tahun 2013 yakni 0,77% dari tahun sebelumnya 0,59% (Dinkes Tangerang Selatan, 2013).

Dari tujuh kecamatan di Kota Tangerang Selatan terdapat tiga kecamatan dengan kasus DBD tertinggi yakni Kecamatan Pamulang, Pondok Aren dan Ciputat. Pamulang menjadi kecamatan paling endemis DBD di Tangerang Selatan yakni 190 kasus (IR= 60,33 per 100.000 penduduk). Puskesmas Benda Baru menjadi puskesmas dengan kasus DBD tertinggi di Kecamatan Pamulang dengan kasus mencapai 92 kasus (IR= 82 per 100.000penduduk) dan CFR sebesar 2,2 %pada tahun 2013 (Dinkes Tangerang Selatan, 2013). Akan tetapi, terjadi peningkatan jumlah kasus DBD pada tahun 2014 menjadi 148 kasus (IR= 131,91 per 100.000penduduk) (Puskesmas Benda Baru, 2014).

(22)

3

profil Kesehatan Dinas Kesehatan Tangerang Selatan tahun 2013 diketahui

bahwa ABJ di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru 99% (≥ 95 %). Hal

ini berarti terdapat kesenjangan antara jumlah kasus DBD yang tinggi dengan ABJ tinggi yang telah melebihi target ABJ Departemen Kesehatan Indonesia.

Kejadian DBD dipengaruhi oleh kepadatan populasi jentikAedes aegypti. Keberadaanjentik vektor DBD sangat tergantung dari keberadaan tempat perindukan nyamuk (breeding places)Aedes aegypti(Sari dan Darnoto, 2012). Tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah natural container (tempat perindukan alami), seperti lubang di pohon, batok kelapa, atau lubang breeding di batu dan artificial container (tempat perindukan buatan) seperti bak mandi, ember, kaleng bekas, botol, drum, atau toples (Trpis dkk, 1971 dan Ditjen P2PL, 2014).Berdasarkan penelitian Laila dkk (2014) diketahui bahwa sumur (natural container) dan gentong (artificial container ) merupakan tempat yang paling potensial dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

(23)

dkk, 2005).Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang membuktikan bahwa faktor perilaku berhubungan dengan keberadaan vektor DBD dan keberadaan jentik vektor DBD (Sari dan Darnoto, 2012). Dalam hal ini, perilaku pemberantasan jentik nyamuk DBD dikenal dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan dengan cara fisik seperti langkah 3M (Mengubur, menguras dan menutup tempat penampungan air), biologi dengan memelihara ikan pemakan jentik serta dengan cara kimia yakni menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida/abate) (Depkes RI, 2005). Menurut Widagdo dkk (2008), Perilaku PSN memiliki hubungan yang bermakna dengan jumlah jentik di tempat penampungan air. Penelitian lain juga membuktikan bahwa terdapat hubungan antara perilaku ibu dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (Sari dan Kurniawan, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa penting untuk dilakukan penelitian di Kelurahan Benda Baru mengenai tempat perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentikAedes aegypti.

B. Rumusan Masalah

(24)

5

peningkatan jumlah kasus DBD di Puskesmas Benda Baru menjadi 148 kasus (IR= 131,91 per 100.000penduduk) dari tahun sebelumnya dan CFR sebesar 1,4 % (Puskesmas Benda Baru, 2014). Kelurahan Benda Baru menurut data laporan bulan Januari – Juli 2015 merupakan daerah dengan IR DBD tertinggi pada wilayah kerja Puskesmas Benda Baru yakni 57,12 per 100.000 penduduk.Berdasarkan profil Kesehatan Dinas Kesehatan Tangerang Selatan tahun 2013 diketahui bahwa ABJ di wilayah kerja

Puskesmas Benda Baru 99% (≥ 95%).

Kasus DBD yang tinggi di Kelurahan Benda Baru mengindikasikan keberadaan jentik Aedes aegypti. Keberadaan jentik vektor DBD sangat tergantung dari keberadaan tempat perindukan nyamuk (breeding places) Aedes aegypti serta perilaku masyarakat pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Adapun tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah natural container(tempat perindukan alamiah)dan artificial container (tempat perindukan buatan).Berdasarkan masalah diatas, penulis ingin mengetahui hubungan tempat perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran umum lokasi penelitian ?

(25)

3. Bagaimana perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Kelurahan Benda Baru tahun 2015 ?

4. Bagaimana keberadaan jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015?

5. Apakah ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015?

6. Apakah ada hubungan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentik Aedes Aegypti di Kelurahan Benda tahun 2015?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahuihubungan tempat perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahuigambaran umum lokasi penelitian.

b. Mengetahui keberadaan tempat perindukan nyamukAedes aegyptidi Kelurahan Benda Barutahun 2015.

c. Mengetahui perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN)di Kelurahan Benda Barutahun 2015.

(26)

7

e. Mengetahui hubungan tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015.

f. Mengetahui hubungan perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai tempat potensial perindukan nyamuk Aedes aegypti.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai informasi bagi Puskesmas tentang hubungan tempat perindukan nyamuk dan perilaku PSN terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti sehingga dapat menjadi masukan dalam pengendalian vektor demam berdarah dengue di Kelurahan Benda Baru.

3. Bagi peneliti lain

Sebagai informasi dan referensi dalam penelitian selanjutnya mengenai tempat potensial perkembangbiakan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti .

F. Keaslian Penelitian

(27)

aegyptitelah dilakukan di berbagai daerah. Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun perbedaan tersebut meliputi tempat penelitian yang belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, waktu penelitian serta variabel yang akan diteliti. Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

a. Variabel Independen pada penelitian ini adalah tempat perindukan nyamuk dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk meliputi menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, memelihara ikan pemakan jentik, penggunaan abate. Variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya adalah perilaku pemberantasan sarang nyamuk bukan merupakan variabel komposit. b. Tempat penelitian akan dilaksanakan di Kelurahan Benda Baru

Tangerang Selatan. Tempat penelitian ini berbeda dengan tempat penelitian sebelumnya.

c. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tahun 2015. Dalam hal ini waktu penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya.

(28)
[image:28.842.85.736.80.459.2]

9

Tabel 1 Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun &Tempat

Penelitian Desain Penelitian Variabel Penelitian Hasil 1 Hubungan Breeding

Place dan Perilaku

Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Vektor Dbd Di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Dhina Sari dan Sri Darnoto

Tahun 2012 di Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak

KabupatenBoyolali

Cross Sectional Variabel Dependen:

Keberadaan Jentik Vektor DBD

Variabel Independen: tempat perindukan nyamuk, perilaku masyarakat

- Ada hubungan antara Tempat Perindukan Nyamuk (p=0,001) serta Perilaku Masyarakat (p=0,022) dengan keberadaan jentik vektor

DBD

2 Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes

aegypti diDaerah

Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya Ririh Yudhastuti dan Anny Vidiyani

Tahun 2005 di KelurahanWonokusu o,Kec.SemampirKota Surabaya

Cross Sectional Variabel Dependen

:keberadaan jentik nyamuk

Aedes aegypti

Variabel Independen:kondisi lingkungan meliputi : suhu udara, kelembaban udara, jenis kontainer serta perilaku masyarakat

- Ada hubungan antara Kelembaban

udara(p=0,000) Jenis kontainer (p=0,004) Pengetahuan (p=0,001) serta tindakan

(p=0,001)dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.

- Tidak ada hubungan antara Suhu Udara (p=0,591) Sikap (p=0,113) dengan keberadaan jentik

(29)

G. Ruang Lingkup

(30)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Aedes aegypti

Aedes merupakan jenis vektor utama yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah(Widoyono dkk, 2008). Aedes aegypti mendapat virus dengue sewaktu menghisap darah orang yang sakit Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darah nya terdapat virus dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit Demam Berdarah. Selanjutnya, virus mereplikasi diri dan menyebar ke seluruh jaringan tubuh nyamuk termasuk kelenjar liur. Virus ini dapat berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Sebelum menghisap darah, nyamuk ini akan mengeluarkan air liur melalui proboscis) agar darah yang dihisap tidak membeku bersamaan dengan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain (WHO, 2009).

(31)

1. Perilaku Menggigit

Perilaku menggigit nyamuk Aedes aegypti yaitu pada pagi hingga sore hari, yaitu pada pukul 08.00-12.00 dan pukul 15.00-17.00. Nyamuk lebih banyak menggigit di dalam rumah daripada di luar rumah (Silalahi L, 2004). Nyamuk betina sangat menyenangi darah manusia. Hal ini disebabkan karena pada siang hari orang sedang aktif, sehingga nyamuk yang menggigit seseorang belum tentu kenyang. Orang tersebut sudah bergerak, nyamuk terbang menggigit orang lain lagi sampai cukup darah untuk pertumbuhan dan perkembangan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah guna pertumbuhan dan perkembangan telurnya (WHO, 2005)

2. Perilaku Istirahat

(32)

13

nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir (Depkes RI, 2005).

3. Jangkauan Terbang

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk keberadaan tempat bertelur dan darah sebagai makanan. Aedesaegypti dapat terbang di udara dengan kecepatan 5,4 kilometer perjam. Tetapi bila berlawanan angin kecepatannya turun mendekati nol. Jarakterbang Aedes aegypti berkisar antara 40 – 100 meter dari tempat perindukannya (Soeroso, 2002).

Walaupun demikian, penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina dewasa menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur. Penyebaran pasif nyamuk Aedes aegypti dewasa dapat terjadi melalui telur dan jentik dalam wadah (Depkes RI, 2004a).

B. Siklus Hidup dan Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

(33)

telur pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi jentik.

Terdapat empat tahapan dalam perkembangan jentik yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana jentik memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 8 hingga 10 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.

[image:33.595.134.507.189.590.2]

Sumber : Depkes 2005

(34)

15

Berikut merupakan morfologi dari nyamuk Aedes aegypti:

1. Telur Aedes aegypti

Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir. Ketika pertama kali dikeluarkan oleh induk nyamuk, telur Aedes aegypti berwarna putih dan lunak. Telur tersebut kemudian menjadi berwarna hitam dan keras. Telur tersebut berbentuk ovoid yang meruncing dan selalu diletakkan satu per satu. Induk nyamuk biasanya meletakkan telurnya di dinding tempat penampungan air, seperti gentong, lubang batu dan lubang pohon di atas garis air (Depkes RI. 2004b.).

(35)
[image:35.595.131.512.81.511.2]

Sumber : Departemen Kesehatan RI , 2014

Gambar 2. Telur Aedes aegypti

2. Jentik Aedes aegypti

JentikAedes aegypti memiliki sifon yang pendek, dan hanya ada sepasang sisik subsentral yang jaraknya lebih dari ¼ bagian dari pangkal sifon. Ciri-ciri tambahan yang membedakan jentik Aedes aegypti dengan genus lain adalah sekurang-kurangnya ada tiga pasang setae pada sirip ventral, antena tidak melekat penuh dan tidak ada setae yang besar pada toraks. Ciri ini dapat membedakan jentik Aedes aegypti dari umumnya genus Culicine,kecuali Haemagogus dari Amerika Selatan. JentikAedes aegypti. bergerak aktif, mengambil oksigen dari permukaan air dan makan pada dasar tempat perkembangbiakan ((Ditjen P2PL, 2014).).

Ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan jentik tersebut, yaitu (Ditjen PPM & PLP, 1996):

1) Instar I : berukuran paling ksecil, yaitu 1-2 mm 2) Instar II : ukuran 2,5 – 3,8 mm

(36)

17

[image:36.595.133.509.85.515.2]

Sumber : Departemen Kesehatan RI , 2014

Gambar 3. JentikAedes aegypti

3. Pupa Aedes aegypti

Stadium pupa atau kepompong merupakan fase akhir siklus nyamuk dalam lingkungan air. Stadium ini membutuhkan waktu sekitar 2 hari pada suhu optimumatau lebih panjang pada suhu rendah. Pada fase ini adalah periode waktu atau masa tidak makan dan sedikit bergerak(Ditjen P2PL, 2014).

Pupa biasanya mengapung pada permukaan air di sudut atau tepi-tepi tempat perindukan.Ketika pertama kali muncul, pupa Aedes aegypti berwarna putih, akan tetapidalam waktu singkat pigmennya berubah. Pupa Aedes aegypti berbentuk koma(Ditjen PPM& PLP, 1996).

Sumber : Departemen Kesehatan RI , 2014

[image:36.595.238.387.569.724.2]
(37)

4. Aedes aegypti Dewasa

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Pada umumnya, sisik-sisik pada tubuh nyamuk mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk-nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yangdiperoleh nyamuk selama perkembangan.

Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang. Aedes aegyptibentuk domestik lebih pucat dan hitam kecoklatan(Ditjen P2PL, 2014).

C. Tempat Perindukan (Breeding Places) Nyamuk Aedes Aegypti

(38)

19

dari 1000 meter diatas permukaan laut. Dengan ciri highly anthropophilic dan kebiasaan hidup di dekat manusia. Aedes aegypti dewasa menyukai tempat gelap yang tersembunyi di dalam rumah sebagai tempat beristirahatnya, nyamuk ini merupakan vektor efisien bagi arbovirus (Depkes RI, 2004b).

Tempat perkembangbiakan Aedes aegypti adalah tempat penampungan air yang mengandung air jernih atau air yang sedikit terkontaminasi. Aedes aegyptilebih menyukai tempat yang tidak terkena matahari langsung dan tidak dapat bertahan hidup pada tempat perindukan yang berkontak langsung dengan tanah(Hasyimi, 2004).

Nyamuk Aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat– tempat penampungan air bersih. Trpis et.al (1971) mengklasifikasikan tempat perkembangbiakan Aedes aegypti yakni natural breeding places (tempat perindukan nyamuk alamiah) , seperti lubang di pohon, batok kelapa, rumah siput, atau lubang breeding di batu dan artificial breeding places( tempat perindukan nyamuk buatan )seperti ember, kaleng bekas, botol, drum, toples dll.

Menurut Ditjen P2PL (2014), tempat perkembangbiakan (breeding places) jentik Aedes aegypti dibedakan sebagai berikut :

1) Artificial (Buatan)

(39)

jentik buatan yakni bak mandi, ember, dispenser, kulkas, ban bekas, pot/vas bunga, kaleng, plastik, dan lain-lain.

2) Natural (Alamiah)

Tempat perkembangbiakan jentik alamiah adalah tempat yang dapat menampung air jernih dan telah tersedia di lingkungan pemukiman. Adapun contoh tempat berupa tempat perindukan nyamuk pada tempat alami yakni tanaman yang dapat menampung air, ketiak daun, tempurung kelapa, lubang bambu, ataupun pada pelepah daun.

1. Metode Survei Jentik

Metode yang di gunakan untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei yang dipilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan survey perangkap telur. Survei jentik dilakukan dengan cara (Ditjen PPM & PL, 1996): a. Pemeriksaan terhadap semua tempat perkembangbiakan nyamuk

Aedes aegypti diperiksa dengan mata telanjang untuk mengetahui keberadaan jentik.

b. Jika pada pemeriksaan pertama tempat perkembangbiakan yang berukuran besar tidak terlihat jentik, tunggu kira-kira ½ -1 menit untuk memastikan bahwa jentik tidak ada.

(40)

21

d. Apabila tempat perkembangbiakan nyamuk agak gelap ataupun air keruh maka dapat didukung dengan senter.

Dalam pelaksanaan survai jentik ada dua metode yakni (Depkes RI, 2005):

a. Metode Single Survai

Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik disetiap tempat genangan air yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi jenis jentik lebih lanjut.

e. Metode Visual

Metode dilakukan dengan hanya dilihat dan dicatat ada tidaknya jentik di dalam tempat penampungan air tidak dilakukan pengambilan dan pemeriksaan spesies jentik. Survei ini dilakukan pada survei lanjutan untuk memonitor indek-indek jentik.

2. Indeks Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Depkes RI (2005), untuk mengetahui kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu daerah seperti daerah perimeter dan buffer pelabuhan dapat melalui survai terhadap stadium jentik atau dewasa, sebagai hasil survai tersebut di dapat indeks-indeks Aedes aegypti yaitu:

a. Angka Bebas Jentik (ABJ)

(41)

100% petugas puskesmas pada rumah– rumah penduduk yang diperiksa secara.

ABJ= Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

b. House Indeks (HI)

Persentase antara rumah dimana ditemukan jentik terhadap rumah yang diperiksa.

HI = Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100 % Jumlah rumah yang diperiksa

c. Container Indeks (CI)

Persentase antara kontainer yang ditemukan jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa.

CI = Jumlah kontainer yang positif jentik x100 % Jumlah kontainer yang diperiksa

d. Breateu Indeks (BI)

Jumlah kontainer yang positif per seratus rumah BI = Jumlah kontainer yang positif jentik x 100%

Jumlah rumah yang diperiksa

(42)

23

Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan pengendalian nyamuk penularan DBD (Depkes RI, 1996).

D. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypti Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku pemberantasan sarang nyamuk adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya. Menurut WHO (2009), perilaku PSN merupakan cara yang efektif untuk mencegah peningkatan kasus DBD.

Sumber : Depkes RI, 2005

Bagan 1. Cara Pemberantasan DBD Nyamuk Dewasa

Jentik

Insektisida (Fogging dan ULV)

Fisik

Biologi

(43)

Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam BerdarahDengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:

1. Fisik

Cara ini dapat dilakukan dengan langkah 3M yaitu . menguras tempat penampungan air. Menutup tempat penampungan air rumah tangga. Mengubur atau memusnahkan barang(kaleng-kaleng) bekas atautempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan.

a. Menguras Tempat Penampungan Air

Keberadaan tempat penampungan air (TPA) di dalam maupun luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya larva Aedes aegypti, bahkan tempat penampungan air (TPA) tersebut bisa menjadi tempat perkembangbiakan menjadi nyamuk dewasa sehingga dapat menjadi vektor DBD (Fatimah, 2006).Menurut Depkes RI (2013), tempat penampungan air keperluan rumah tangga (bak mandi, tempayan, drum, dan ember) perlu dibersihkan dengan cara dikuras menggunakan sikat dan sabun pada dinding-dindingnya.

(44)

25

Puskesmas Tarakan Kota Makassar yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara menguras tempat penampungan air dalam rumah dengan keberadaan jentikAedes aegypt.

b. Menutup Tempat Penampungan Air

Kegiatan fisik lainnya yang dapat menekan keberadaan jentikAedes aegypti yakni menutup rapat tempat penampungan air. Menurut WHO (2005), tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti adalah air bersih yang tergenang. Nyamuk Aedes aegypti lebih suka menetaskan telurnya di TPA tersebut hingga menjadi jentik Aedes aegypti. Sehingga kegiatan menutup rapat tempat penampungan air (TPA) sangat berperan penting dapat mengurangi jumlah jentikAedes aegypti. Menurut Jaya dkk (2013) penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara menutup rapat tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan jentikAedes aegypti. c. Mengubur barang bekas

(45)

aegypti. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudhastuti dan Vidiyani (2005) di Surabaya.

2. Biologi

Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme pemangsa,parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Aedes aegypti. Pengendalian ini biasa dilakukan dengan memelihara ikan yang relative kuat dan tahan, misalnya ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain dalam bak atau tempat penampungan air lainnya sehingga sebagai predator bagi jentik dan pupa (Sucipto, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2005) menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hal ini didukung oleh Respti dan Keman (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti dan DBD.

3. Kimia

(46)

27

temephos ini sebaiknya diulang penggunaannya setiap 2 bulan (Depkes RI, 2005).

(47)

28

E. Kerangka Teori

Bagan 2. Kerangka Teori

Soedarmo (1988), WHO (2009), Depkes RI (2005), Depkes RI (2013), Sucipto (2011) Life Cycle

Ae.aegypti

Sumber Penular Virus Dengue

Perilaku PSN

Kejadian DBD

Pupa

Telur Jentik

Nyamuk dewasa

Tempat Perindukan Nyamuk

Perilaku Menggigit Perilaku Istirahat

Jangkauan Terbang

Fisik Menguras TPA Menutup TPA Mengubur barang bekas

Kimia penggunaan

abate

Biologi Memelihara

ikan pemakan

jentik

Keterangan :

(48)

29

Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup yang sempurna yakni dari telur kemudian berkembang menjadi jentik dan pupa hingga menjadi nyamuk dewasa yang merupakanvektor utama pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Dalam penularan penyakit DBD, nyamuk Aedes aegyptidipengaruhi oleh perilaku mengigit, perilaku beristirahat serta jangkauan terbang nyamuk.Adapun cara penularan virus dengue adalah secara aktif (menggigit), namun dapat juga ditularkan secara pasif(transovarial) melalui telur-telur dari nyamuk yang mengandung virus dengue.

Perkembangan telur menjadi jentik membutuhkan waktu yang singkat sedangkan perkembangan jentik menjadi pupa dan nyamuk dewasa memiliki rentang lebih lama yakni berkisar 8-10 hari. Keberadaan telur dan jentik nyamuk dipengaruhi oleh keberadaan tempat perindukan nyamuk. Semakin banyak ketersediaan tempat perindukan nyamuk maka semakin berpotensi meningkatkan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.

(49)

30

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas, peneliti tidak meneliti semua variabel yang terdapat di kerangka teori. Variabel yang dijadikan penelitian adalah keberadaan jentik Aedesaegypti yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik Aedes aegyptiyang diteliti adalah keberadaan tempat perindukan nyamuk serta perilaku masayarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk meliputi : menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, Mengubur barang bekas, penggunaan abate dan memelihara ikan pemakan jentik.

(50)

31

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 3. Kerangka Konsep Tempat Perindukan Nyamuk

Keberadaan jentikAedes

aegypti Perilaku Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN)

a. Menguras Tempat

Penampungan Air

b. Menutup Tempat Penampungan Air c. Mengubur barang

bekas

d. Penggunaan abate

e. Memelihara ikan

(51)
[image:51.595.83.589.152.749.2]

B. Definisi Operasional

Tabel 2Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Keberadaan

jentik Aedes aegytpi

Penemuan jentik Aedes

aegypti dalam tempat

perindukan nyamuk dengan metode visual.

Observasi jentik

Lembar

observasi 1. Ada ( ditemukan jentik Aedes

aegypti)

2. Tidak ada (tidak ditemukan jentik

Aedes aegypti)

Ordinal

Tempat Perindukan Nyamuk

Tempat yang memungkinkan air tergenang dan tidak beralaskan tanah yang telah tersedia di lingkungan (alamiah) maupun buatan manusia di sekitar rumah responden

Observasi Lembar observasi

1. Artificial 2. Natural 3. Artificial dan

Natural

4. Tidak ada Ordinal

Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Menguras Tempat Penampungan Air Kegiatan responden membersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, kolam dengan menggunakan sikat dan sabun minimal seminggu sekali

Wawancara Kuesioner 1. Ya 2. Tidak

Ordinal

Menutup Tempat Penampungan Air

Kegiatan responden menutup rapat tempat penampungan air

Wawancara

Kuesioner 1. Ya

2. tidak Ordinal

Mengubur Barang Bekas

Kegiatan responden mengubur barang-barang yang tidak terpakai dan dapat menampung air seperti ban bekas dan kaleng.

Wawancara Kuesioner 1. Ya 2. Tidak

(52)

33

Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukuran Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Penggunaan

abate

Kegiatan responden menabur bubuk abate pada tempat penampungan air sesuai takaran dan aturan yakni 1sdm peres (yang diratakan diatasnya) untuk 100 liter air setiap 2 bulan.

Wawancara Kuesioner

1. Ya 2. Tidak

Ordinal

Memelihara ikan pemakan jentik

Kegiatan responden memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan guvi, ikan

cupang/tempalo, ikan nila) di tempat penampungan air.

Wawancara Kuesioner 1. Ya 2. Tidak

(53)

C. Hipotesis

1. Ada hubungan tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

2. Ada hubunganmenguras tempat penampungan air dengan keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

3. Ada hubunganmenutup tempat penampungan air dengan keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

4. Ada hubungan mengubur barang bekas dengan keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

5. Ada hubunganpenggunaan abate dengan keberadaan jentikAedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015

(54)

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan, penelitian ini merupakan adalah observasional (survei) analitik yakni penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi variabel-variabel serta melakukan analisa hubungan antar variabel-variabel penelitian dengan menguji hipotesis yang dirumuskan (Murti, 1997).Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dimana variabel dependen dan independen dalam penelitian ini akan diteliti dalam waktu yang bersamaan. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini yakni keberadaan jentik Aedes aegypti. Sedangkan variabel independen pada penelitian ini yakni tempat perindukan nyamuk serta menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, penggunaan abate, memelihara ikan pemakan jentik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

(55)

2. Waktu penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan pada Agustus -Oktober 2015

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Rumah tangga (KK) yang berada di Kelurahan Benda Baru tahun 2015 yakni sebanyak 8330 rumah tangga yang terbagi dalam 24 RW dan 165 RT.

2. Sampel penelitian

Sampel penelitian yakni sebagian dari anggota rumah tangga di Kelurahan Benda Baru .

Adapun besar sampel dihitung dengan rumus perbedaan antara dua proporsi sebagai berikut (Bachtiar dkk, 2000) :

√[ ( )] √

Keterangan :

n : Besar Sampel

: Derajat kemaknaan, α sebesar 5% = 1,96

: Kekuatan uji 1-β, yaitu sebesar 5% = 1,64

: Proporsi kejadian pada variabel perilaku PSN yang baik terhadap keberadaan larva Aedes aegypti sebesar 0,245 dari penelitian terdahulu ( Sari dan Darnoto, 2012)

(56)

37

terhadap keberadaan larva Aedes aegypti sebesar 0,468 dari penelitian terdahulu ( Sari dan Darnoto, 2012)

: Rata-rata Proporsi ( = 0,3565)

Perhitungan :

√[ ( )] √

√ √

sampel

Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 116 sampel. Namun untuk menghindari terjadinya sampel drop out atau kurang maka peneliti menambahkan 10% dari sampel minimal yakni 11,6 sampel. Jadi total sampel penelitian adalah 128 sampel.

D. Teknik pengambilan sampel

(57)
[image:57.595.134.539.189.534.2]

KK maka hanya akan diambil 1 KK yang mewakili 1 rumah. Sampel diambil dari setiap RW di Kelurahan Benda Baru yang terpilih. Namun, dihitung secara proporsional dengan mempertimbangkan jumlah KK per RW. Berikut merupakan hasil perhitungan jumlah sampel per RW yang akan diambil.

Tabel 3 Jumlah Sampel per RW Yang Akan Diambil RW Jumlah Rumah Tangga (KK) Jumlah sampel

02 376 15

03 863 35

09 894 37

11 362 14

14 471 18

18 237 9

TOTAL 3199 128

E. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

(58)

39

observasi menggunakan lembar observasi untuk variabel keberadaan jentik Aedes aegypti dan tempat perindukan nyamuk .

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini mencakup data Kelurahan Benda baru terkait jumlah rumah tangga di Kelurahan Benda baru. Selain itu data sekunder diperoleh dari profil kesehatan Dinas Kesehatan Tangerang Selatan tahun 2013 terkait jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) dan data Angka Bebas Jentik (ABJ). Serta data kasus demam berdarah dengue (DBD) dari Puskesmas Benda Baru pada profil kesehatan Puskesmas Benda Baru 2014 dan laporan bulanan Puskesmas Benda Baru tahun 2015.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pada variabel keberadaan jentik Aedes aegypti, tempat perindukan nyamuk yakni lembar observasi. Lembar observasi diperlukan sebagai panduan dalam pelaksanaan observasi baik terkait observasi jentik maupun observasi tempat perindukan nyamuk. Alat pendukung lainnya yang diperlukan dalam pengamatan jentik yakni senter.

(59)

G. Metode Pengolahan Data

Untuk pengolahan data dilakukan secra statistik menggunakan perangkat komputer dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing, merupakan kegiatan pengecekan daftar isian apakah data sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten dengan daftar isian yang diinginkan.

2. Coding, merupakan kegiatan memberikan kode pada setiap variabel dependen dan independen sehingga memudahkan dalam memasukkan data serta menganalisis data

3. Processing, merupakan kegiatan pemasukan data ke dalam program komputer.

4. Cleaning, merupakan kegiatan pembersihan data atau pengecekan kembali data yang sudah diamsukkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi pada saat data dimasukkan ke program komputer.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk memberikan informasi yang baik setelah data variabel independen dan dependen dikumpulkan. Adapun analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

(60)

41

penelitian ini yakni tempat perindukan nyamuk serta perilaku menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, penggunaan abate, dan memelihara ikan pemakan jentik

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu tempat perindukan nyamuk , serta menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, penggunaan abate, dan memelihara ikan pemakan jentikdengan variabel dependen yakni keberadaan jentik Aedes aegypti. Analisis data dilakukan dengan Chi square. Hal ini karena karena variabel yang diteliti berskala kategorik dan menggunakan lebih dari dua kelompok sampel tidak berpasangan (Dahlan S, 2006). Jika pvalue ≤0,05 maka ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan dependen. Sedangkan, jika pvalue ≥0,05 berarti tidak ada hubungana yang bermakna variabel independen dengan dependen.

(61)
(62)

43

BAB V HASIL

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Benda Baru adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Pamulang yang berlokasi di Jalan H. Rean No. 17, Benda Baru, Pamulang – Tangerang Selatan, Banten. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 tahun 2005, Desa Benda Baru akhirnya berubah status dari desa menjadi kelurahan yaitu pada tahun 2005 bersama dengan 76 desa lainnya di Kabupaten Tangerang. Adapun batas wilayah Kelurahan Benda Baru sebagai berikut (Perda Kab. Tangerang No 3 Tahun 2005):

[image:62.595.136.490.380.731.2]

1. Sebelah Utara : Kelurahan Serua ( Kec. Ciputat) 2. Sebelah Selatan : Kelurahan Pondok Benda 3. Sebelah Barat : Kelurahan Pondok Benda 4. Sebelah Timur :Kelurahan Pamulang Barat

(63)

Luas wilayah Kelurahan Benda Baru yakni 288 Ha. Kelurahan Benda Baru memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 9054 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 44693 jiwa. Kelurahan Benda Baru juga memiliki 168 Rukun Tetangga (RT) dan 24 Rukun Warga (RW) (Kelurahan Benda Baru, 2014).

Penelitian dilaksanakan pada 6 RW di Kelurahan Benda Baru yakni RW 02, 03, 09, 11, 14, dan 18. Masing-masing RW cenderung memiliki karakteristik banyak memiliki lahan pekarangan. Atas dasar ini, maka perlu diwaspadai karena kondisi tanaman pekarangan terutama yang memiliki pelepah dan yang cenderung lembab dan gelap merupakan tempat yang sangat disukai Aedes untuk beristirahat. Pada RW 02 terdapat tempat pembuangan akhir terbuka limbah rumah tangga. Keberadaan sampah padat yang dapat menampung air seperti kaleng bekas dan botol bekas mempunyai resiko yang cukup tinggi sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. RW 14 berdekatan dengan pasar tradisional. Pasar merupakan salah satu fasilitas yang banyakdikunjungi masyarakat, karena itudimungkinkan terjadinya interaksi manusiayang kemungkinan diantaranya terdapatpenderita carrier yang membawavirus dengue.

B. Analisis Univariat

1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti

(64)

45

[image:64.595.131.521.171.576.2]

kegiatan observasi dengan menggunakan metode visual adalah sebagai berikut.

Tabel 4

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 Keberadaan Jentik

Aedes aegypti N %

HI (%) CI (%) BI (%) ABJ (%)

Ada 27 21,1

21,09 5,87 23,43 78,9

Tidak Ada 101 78,9

Total 128 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa jumlah rumah responden yang tidak ditemukan jentik Aedes aegyptilebih banyak (78,9%) daripada rumah yang ditemukan jentik. Angka Bebas Jentik di Kelurahan Benda Baru yang didapatkan yakni sebesar 78,9 %. House Index di Kelurahan Benda Baru adalah 21,09 % dengan Container Index sebesar 5,87%.

2. Tempat Perindukan Nyamuk

Hasil penelitian mengenai tempat perindukan nyamuk pada rumah responden di Kelurahan Benda Baru yang dilakukan melalui kegiatan observasi adalah sebagai berikut.

Tabel 5

Distribusi Tempat Perindukan Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Tempat Perindukan Nyamuk N %

Artificial 112 87,5

Natural 0 0

Artificial dan Natural 16 12,5

Tidak Ada 0 0

Total 128 100

[image:64.595.146.516.586.663.2]
(65)
[image:65.595.137.527.184.534.2]

mandi, ember, dispenser, kulkas, botol/kaleng bekas, ban bekas dan kolam/akuarium.

Tabel 6

Distribusi Jenis Tempat Perindukan Nyamuk Berdasarkan Keberadaan Jentik

Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Jenis Tempat Perindukan Nyamuk Keberadaan Jentik

TOTAL Ada Tidak Ada

N % N % N %

Artificial 100

a. Bak Mandi 13 10,92 106 89,08 199 100

b. Ember 5 4 120 96 125 100

c. Dispenser 12 57,14 9 42,86 21 100

d. Vas Bunga 0 0 12 100 12 100

e. Botol/Kaleng Bekas 0 0 24 100 24 100

f. Ban Bekas 0 0 11 100 11 100

g. Kolam/Akuarium 0 0 17 100 17 100

Total 30 9,12 299 90,88 329 100

Natural

a. Tempurung Kelapa 0 0 3 100 3 100

b. Pelepah Daun 0 0 13 100 13 100

Total 0 0 16 100 16 100

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa tempat perindukan nyamuk artificial yang paling banyak dimiliki responden adalah bak mandi. Akan tetapi, jenis tempat perindukan artificial yang paling banyak ditemukan jentik adalah dispenser (57,14%).

3. Menguras Tempat Penampungan Air

(66)

47

Tabel 7

Distribusi Perilaku Responden dalam Menguras Tempat Penampungan Air di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Menguras Tempat Penampungan

Air N %

Ya 67 52,3

Tidak 61 47,7

Total 128 100

[image:66.595.134.520.119.520.2]

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa responden yang menguras tempat penampungan air lebih banyak (52,3%) dibandingkan dengan responden yang tidak menguras tempat penampungan air.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi dan Cara Menguras Tempat Penampungan Air Berdasarkan Keberadaan Jentik Aedes aegyptidi Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Variabel Keberadaan Jentik

TOTAL Ada Tidak Ada

N % N % N %

Frekuensi Menguras

Seminggu Sekali 6 42,9 70 85,4 76 79,2

>1 Minggu 8 57,1 12 14,6 20 20,8

Total 14 100 82 100 96 100

Cara Menguras

Benar (sikat dan sabun) 6 42,9 69 84,1 75 78,1

Salah 8 57,1 13 15,9 21 21,9

Total 14 100 82 100 96 100

(67)

4. Menutup Tempat Penampungan Air

[image:67.595.133.516.180.618.2]

Hasil penelitian mengenai perilaku responden dalam kegiatan menutup tempat penampungan air dengan rapat di Kelurahan Benda Baru adalah sebagai sebagai berikut.

Tabel 9

Distribusi Perilaku Responden dalam Menutup Tempat Penampungan Air di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Menutup Tempat Penampungan Air N %

Ya 81 63,3

Tidak 47 36,7

Total 128 100

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa responden menutup tempat penampungan air dengan rapat lebih banyak yakni 81 orang (63,3%).

5. Mengubur Barang Bekas

Hasil penelitian perilaku responden dalam kegiatan mengubur barang-barang yang tidak terpakai dan dapat menampung air di Kelurahan Benda Baru adalah sebagai sebagai berikut.

Tabel 10

Distribusi Perilaku Responden dalam Mengubur Barang Bekas di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Mengubur Barang Bekas N %

Ya 10 7,8

Tidak 118 92,2

Total 128 100

(68)
[image:68.595.129.516.105.568.2]

49

Tabel 11

Distribusi Jenis Barang Bekas di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Jenis Barang Bekas N %

Botol/kaleng Bekas 19 63,33

Ban Bekas 11 36,67

Total 30 100

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa mayoritas jenis barang bekas yang dimiliki responden di Kelurahan Benda Baru yakni botol/kaleng bekas (63,33%).

6. Penggunaan Abate

[image:68.595.145.517.119.178.2]

Hasil penelitian mengenai perilaku responden dalam menabur bubuk abate pada tempat penampungan air sesuai takaran dan aturan yakni 1sdm peres (yang diratakan diatasnya) untuk 100 liter air setiap 2 bulandi Kelurahan Benda Baru adalah sebagai sebagai berikut.

Tabel 12

Distribusi Perilaku Responden dalam Penggunaan abate di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Penggunaan abate N %

Ya 42 32,8

Tidak 86 67,2

Total 128 100

(69)
[image:69.595.133.524.128.516.2]

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Dan Takaran Penggunaan Abate Berdasarkan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Variabel Keberadaan Jentik

TOTAL Ada Tidak Ada

N % N % N %

Frekuensi Penggunaan Abate

2 bulan sekali 2 40 18 62,1 20 58,8

>2bulan sekali 3 60 11 37,9 14 41,2

Total 5 100 29 100 34 100

Takaran Penggunaan Abate

Sesuai Takaran (1sdm ratakan untuk 100 lt) 6 42,9 69 84,1 75 78,1

Tidak Sesuai Takaran 8 57,1 13 15,9 21 21,9

Total 14 100 82 100 96 100

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa ditemukan jentik paling banyak pada responden dengan frekuensi penggunaan abate > 2 bulan sekali (60%) serta responden yang menggunakan abate tidak sesuai takaran (57,1%).

7. Memelihara Ikan Pemakan Jentik

Hasil penelitian perilaku responden dalam memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah (Aplocheilus panchax), ikan guvi (Poecilia reticulata), ikan cupang/tempalo (Betta fusca) dan ikan nila (Oreochromis niloticus) di tempat penampungan air di Kelurahan Benda Baru adalah sebagai sebagai berikut.

Tabel 14

Distribusi Perilaku Responden dalam Memelihara Ikan Pemakan Jentik di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Memelihara Ikan Pemakan Jentik N %

Ya 14 10,9

Tidak 114 89,1

[image:69.595.148.517.662.717.2]
(70)

51

[image:70.595.117.516.182.544.2]

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa responden tidak memelihara ikan pemakan jentik paling banyak yakni 114 orang (89,1%) .

Tabel15

Distribusi Jenis Ikan Pemakan Jentik di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Jenis Ikan Pemakan Jentik N %

Ikan Kepala Hitam (Aplocheilus panchax) 2 14,29

Ikan Guvi (Poecilia reticulata) 4 28,57

Ikan Cupang (Betta fusca) 2 14,29

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 6 42,86

Total 14 100

Berdasarkan tabel 15 diketahui bahwa responden paling banyak memelihara ikan pemakan jentik jenis ikan nila (42,86%).

C. Analisis Bivariat

1. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Tempat Perindukan Nyamuk

Hasil penelitian mengenai hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 sebagai berikut.

Tabel 12

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Tempat Perindukan Nyamuk di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Tempat Perindukan Nyamuk

Keberadaan Jentik Aedes

aegypti Total

Pvalue PR

(95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Artificial 24 88,9 88 87,1 112 87,5

1,000

1,143 Artificial

dan Natural 3 11,1 13 12,9 16 12,5

(71)

Berdasakan tabel 12 diketahui bahwa responden paling banyak memiliki tempat perindukan nyamuk artificial dan ditemukan jentik Aedes aegypti ada 24 orang (88,9%) dimana pada tabel 6 diketahui paling banyak ditemukan jentik Aedes aegypti pada dispenser responden (57,14%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 1,000 artinya pada tingkat kemaknaan 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat perindukan nyamuk dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 1,143 ( CI 95% 0,388-3,365), hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara variabel tempat perindukan nyamuk terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti.

2. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air

Hasil penelitian mengenai hubungan antara menguras tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru tahun 2015 sebagai berikut.

Tabel 13

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Menguras Tempat Penampungan Air

Keberadaan Jentik

Aedes aegypti Total

Pvalue

PR (95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Tidak 24 88,9 37 36,6 61 47,7

0,000

[image:71.595.134.512.185.511.2]
(72)

53

Berdasakan tabel 13 diketahui bahwa responden yang tidak menguras tempat penampungan air dan memiliki jentik Aedes aegypti ada 24 orang (88,9%). Sedangkan responden yang menguras tempat penampungan air dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 3 orang (11,1%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,000 artinya pada tingkat kemaknaan 5% terdapat hubungan yang bermakna antara menguras tempat penampungan air dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Selain itu, diperoleh nilai PR sebesar 0,114 (0,036-0,359), hal ini berarti bahwa responden yang menguras tempat penampungan air akan mengurangi risiko keberadaan jentik Aedes aegyptirumahnya dibandingkan dengan responden yang tidak menguras tempat penampungan air.

3. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air

(73)
[image:73.595.137.518.144.512.2]

Tabel 14

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Menutup Tempat Penampungan Air

Keberadaan Jentik

Aedes aegypti Total

Pvalue

PR (95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Tidak 19 70,4 28 27,7 47 36,7

0,000

0,244 (0,116-0,514) Ya 8 29,6 73 72,3 81 63,3

Berdasakan tabel 14 diketahui bahwa responden yang tidak menutup tempat penampungan air dan memiliki jentik Aedes aegypti ada 19 orang (70,4%). Sedangkan responden yang menutup tempat penampungan air dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 8 orang (29,6%).

(74)

55

4. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Mengubur Barang Bekas

[image:74.595.136.527.183.516.2]

Hasil penelitian mengenai hubungan antara mengubur barang bekas dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 sebagai berikut.

Tabel 15

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Mengubur Barang Bekas di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Mengubur Barang Bekas

Keberadaan Jentik

Aedes aegypti Total

Pvalue PR

(95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Tidak 24 88,9 94 118 118 92,2

0,439 1,475 (0,536-4,057)

Ya 3 11,1 7 6,9 10 7,8

Berdasakan tabel 15 diketahui bahwa responden yang tidak mengubur barang bekas dan memiliki jentik Aedes aegypti ada 24 orang (88,9%). Sedangkan responden mengubur barang bekas dan ditemukan jentik Aedes aegyptiada 3 orang (11,1%).

(75)

5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Penggunaan Abate

[image:75.595.133.536.178.512.2]

Hasil penelitian mengenai hubungan antara penggunaan abate dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015 sebagai berikut.

Tabel 16

Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Berdasarkan Perilaku Penggunaan Abate di Kelurahan Benda Baru Tahun 2015

Penggunaan Abate

Keberadaan Jentik Aedes

aegypti Total

Pvalue PR

(95% CI) Ada Tidak

N % N % N %

Tidak 19 70,4 67 66,3 86 67,2

0,819 0,862 (0,412-1,805)

Ya 8 29,6 34 33,7 42 32,8

Berdasakan tabel 16 diketahui bahwa responden

Gambar

Tabel 4Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Benda Baru
Tabel 14Distribusi Perilaku Responden dalam Memelihara Ikan Pemakan Jentik
Gambar 3 Jentik Aedes aegypti ............................................................................
Tabel 1 Keaslian Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Experiential Learning melalui Media Audio Visual Berbasis Budaya Lokal dalam Pembelajaran Menulis Narasi (Kuasi Eksperimen terhadap Warga Belajar Kelas. III Kejar Paket A

[r]

[r]

Daya Hambat Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans ; Qori Winda Ekawati; 070210193169; 2012: 81 halaman; Program

energi untuk produksi tahu di industri kecil tahu yang meggunakan bahan bakar biomassa adalah sebesar 13.62209 MJ/kg tahu atau 36.28933 MJ/kg kedelai, terdiri dari energi

coping behavior to analyze Frank William Abagnale as the major character. in coping his problems in Catch Me If

Pengembangan dilakukan bertujuan memberikan nilai-nilai yang positif bagi masyarakat dari yang tidak baik menuju ke arah yang lebih baik. Mengetahui alasan masyarakat membuka

usaha yang dilakukan oleh setiap hakim itu sendiri, sementara usaha eksternal dimaksudkan adalah usaha di luar diri hakim yang dilakukan oleh institusi terkait