• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional Education

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional Education"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA TERHADAP

INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

DEVICA KESUMA ULUNG

NIM : 1110104000016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERI\IYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salatr satu persyaratan memperoleh gelar Strata

I

Keperawatan di Fakuttas

Kedokleran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

OnD

Syarif Hidayatullah Jal€rta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedolteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (Ub{) Syarif Hidayatullatr

Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti batrwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiptakan dari hasil karya omng lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIIID Syarif Hidayatullah Jakarta

t.

2.

J.

(3)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2014

Devica Kesuma, NIM: 1110104000016

Students’s Perception for Interprofessional Education at The Faculty of Medicine and Health Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

xvii + 84 pages + 20 tables + 2 schemes + 7 attachments

ABSTRACT

Concept of Collaboration has been expressed as an effort to solve educational problem. The Integrated education initiated as media of collaboration according to The World Health Organization (WHO) is interprofessional education (IPE). Positive perception to accept IPE are supposed to become a consideration for an institution to develop the concept of IPE at The Faculty of Medicine and Health Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. This study to get a overview on students’ perception for IPE at The Faculty of Medicine and Health Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. The study was quantitative with descriptive analyze and cross sectional design. Samples consisted of 143 undergraduated students of medical education, public health, pharmacy, and nursing taken with disproporsional stratified random sampling method. Quantitative data were obtained through questionnaire of Interprofessional Education Perception Scale with modification. Perception about IPE mainly belonged to good (97,21%.). The questionnaire had 18 items with measure of sampling adequacy (MSA) 0,866. Female students had good perception compared to male students about subscale perception of actual operation (SS.1), competency and autonomy (SS.2), and perceived need for co-operation (SS.4). Public health had good perception on SS.1 and SS.2 compared other profession, and Medical education had good perception on understanding of others’ values (SS.3) and SS.4. Perception for IPE of undergraduate students at The Faculty of Medicine and Health Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta mainly belonged to good category.

Keyword: Perception, Student’s Perception, Interprofessional Education, undergraduate student, Interprofessional Education Perception Scale

(4)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2014

Devica Kesuma, NIM: 1110104000016

Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional Education

xvii + 84 halaman+ 20 tabel + 2 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Konsep kolaborasi sudah lama dicetuskan sebagai salah satu usaha untuk menyelesaikan masalah kesehatan. Pendidikan terintegrasi yang dicetuskan sebagai media kolaborasi menurut WHO adalah Interprofessional Education

(IPE). Persepsi yang positif terhadap penerimaan IPE diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi institusi terhadap pengembangan konsep IPE di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap

Interprofessional Education. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan desain analisis deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 143 mahasiswa yang aktif kuliah program studi pendidikan dokter, kesehatan masyarakat, farmasi, dan ilmu keperawatan dengan metode

disproporsional stratified random sampling. Pengambilan data kuantitatif dengan kuesioner IEPS (Interprofessional Education Perception Scale) yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan persepsi terhadap IPE mayoritas baik 97,21%. Kuesioner yang digunakan memiliki 18 item dengan measure of sampling adequacy (MSA) 0,866. Responden perempuan memilki persepsi yang lebih baik dari pada laki-laki pada komponen persepsi tentang bekerjasama yang sesungguhnya (K.1), kompetensi dan otonomi (K.2), serta kebutuhan untuk bekerjasama (K.4). Program studi kesehatan masyarakat memiliki persepsi yang baik pada K.1 dan K.2 dibanding dengan program studi lain, dan pendidikan dokter memilki memiliki persepsi yang baik pada komponen pemahaman terhadap profesi lain (K.3) dan K.4. Persepsi pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap IPE sebagian besar dalam kategori baik.

Kata kunci: Persepsi, Interprofessional Education, Mahasiswa, Interprofessional Education Perception Scale

(5)

PER}TYATAAII PERSETUJUAI\I

Skripsi denganjudul

PERSEPSI

MAHASISWA FAKT]LTAS KEDOKTERAN

DAN

ILMU

KESEHATAN UIN SYARIT

HIDAYATULLAH

JAKARTA TERHADAP

/NTERPR

OTESSI ONAL E D

UCATION

Telah disetujui dan diperiksa oJeb peanbimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif llidayatullah Jakarta

Disusun Oleh: I)evica Kesuma

I\IM:

1110104000016

Pembimbing I Pembimbing

II

9-r

/6

Ratna Pelawati. M.Fiomed IirP. r978021s 200901 2 00s

Maftuhah. S.Kn.. M.Ken." Ph.D NrP. 19680808 2006042 001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANT

FAKULTAS KEDOIffERAN DAI\[ ILMU KESEHATAIY

UIN SYARIF HIDAYATTJLLAII

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Slaipsi dengan judul

PERSEPSI

MAIIASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

DAI\I

ILMU

KESETIATAI\I

T'IN SYARIF

IIIDAYATULLAH

JAKARTA TERI{ADAP

INTERPRO FE

SSIONAL

E

DUCATION

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

Deviea Kesuma

ltitM: 1110104000016

Pembimbing

I

Pembimbing II

w.

Ratna Pelawati. M.Biomed I\IIP. 19780215 200901 2 005

Penguji

I

Ita Yuanita. S.Kp. M.Kep IrIP. 19700122 200801 2 005

I{IP. 19680808 200604 2 001

Penguji

II

I[IP:

19680808 200604 2 001

&.'yd

q0*O

Penguji

III

trtu

Ratna Pelawati M.Biomed

I[IP. 19780215 200901 2 005

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi denganjudul

PERSEPSI

MAHASISWA

TAKI]LTAS

KEDOKTERAN

DAIY

ILMU

KESEHATAI\T

T]IN

SYARIT

HIDAYATT]LLAH

JAKARTA

TERHAD

AP

INTERPROFESSIONAL

EDUCATION

Telah disusun dan dipertahankan di hadapan penguji oleh:

I)evica Kesuma

MM:

1110104000016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Dekan Fakultas Kedokleran dan Itmu Kesehatan

(8)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : DEVICA KESUMA ULUNG

Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 02 Oktober 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Abrati No. 123 Rt.01/01 Kotabumi

Lampung Utara

HP : +6281310963058 dan +6281298190410

E-mail : kdevica@yahoo.co.id

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Islam Taman Sakti 1996-1998

2. Sekolah Dasar Negeri 05 Bambu Apus 1998-2004

3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 81 Jakarta 2004-2007

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 48 Jakarta 2007-2010

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-sekarang

ORGANISASI

1. OSIS SMA 2008-2009

2. BEM FKIK 2012-2013

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata’ala, kita memuji, meminta pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu „alaihi wasalam.

Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional Education.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tuaku, Ibu Sri Darwati dan Bapak Kamrus Ibrahim yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa, Adikku, Dea Milano, Mayola Mayang Segara, dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih. 2. Ibu Ratna Pelawati, M. Biomed. dan Ibu Maftuhah, Ph.D selaku Dosen

(10)

x

3. Ibu Uswatun Khasanah, MNS. selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.

4. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM, selaku Ketua Program Studi dan Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Teman-teman FKIK 2009-2012, PSIK 2010, BEM FKIK 2013, Cherry,

Aisya, Fardina, teman-teman kostan yang telah membantu, memberi inspirasi, menghibur, memberi masukan, mengundang tawa dan terkhusus untuk Ivo yang telah banyak memberikan referensi dan membantu mengoreksi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp. And., selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama duduk di bangku kuliah.

10. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Ciputat, Juli 2014

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ...

Pernyataan Keaslian Karya ...

Abstract ...

Abstrak ...

Pernyataan Persetujuan ...

Lembar Pengesahan ...

Daftar Riwayat Hidup ...

Kata Pengantar ...

Daftar Isi ...

Daftar Singkatan ...

Daftar Bagan ...

Daftar Tabel ...

Daftar Lampiran ... i

ii

iii

iv

v

vi

viii

ix

xi

xiv

xv

xvi

xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessionalisme ... 10

1. Interprofessional Collaboration (IPC) ... 10

2. Interprofessional Education (IPE) ... 13

a) Pengertian ... 13

(12)

xii

c) Manfaat IPE ... 17

d) Kompetensi IPE ... 20

e) Gambaran Pelaksanaan IPE ... 22

f) Pendekatan Pembelajaran IPE ... 23

g) Hambatan IPE ... 26

B. Persepsi Mengenai IPE ... 27

1. Pengertian Persepsi ... 27

2. Komponen Persepsi ... 27

C. Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 32

1. Mahasiswa ... 32

2. FKIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah ... 32

D. Penelitian Terkait ... 33

E. Kerangka Teori ... 39

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 40

B. Definisi Operasional ... 41

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Populasi dan Sampel ... 45

D. Instrumen Penelitian ... 47

E. Validitas dan Reabilitas ... 50

1. Validitas ... 50

2. Reabilitas ... 52

F. Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 54

G. Pengolahan Data ... 55

1. Editing ... 55

2. Coding ... 56

(13)

xiii

H. Analisa Data ... 56

1. Analisa Univariat ... 56

2. Uji Beda Mean (Jenis Kelamin & Komponen Persepsi IPE) ... 57

3. Uji Beda Mean (Prodi & Komponen Persepsi IPE) ... 57

I. Etika Penelitian ... 58

J. Penyajian Data ... 58

BAB V HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden ... 59

B. Persepsi Mahasiswa terhadap IPE ... 62

C. Gambaran Beda Mean (Jenis Kelamin & Komponen Persepsi IPE) ... 65

D. Gambaran Beda Mean (Prodi & Komponen Persepsi IPE) ... 67

BAB VI PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 69

B. Persepsi Mahasiswa terhadap IPE ... 72

C. Gambaran Beda Mean (Jenis Kelamin & Komponen Persepsi IPE) ... 77

D. Gambaran Beda Mean (Prodi & Komponen Persepsi IPE) ... 78

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

UIN : Universitas Islam Negeri

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

MKDKI : Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

IHI : Institute for Healthcare Improvement

ADEs : Adverse Drug Events

WHO : World Health Organization

IPE : Interprofessional Education

IPC : Interprofessional Collaboration

HPEQ : Health Professional Education Quality

ACCP : American College of Clinical Pharmacy

CIHC : Canadian Interprofessional Health Collaborative

CAIPE : Centre for the Advancement of Interprofessional Education

ILC : Interprofessional Learning Clinic

SPC : Stimulated Practice Centre

IEPS : Interprofessional Education Perception Scale

MSA : Measure of Sampling Adequacy

TTUHSC : Texas Tech University Health Sciences Center

FGD : Focused Group Discussion

RIPLS : Readiness Interprofessional Learning Scale

ITPS : Interprofessional Teamwork Perceptions Scale

PSKM :Program Studi Kesehatan Masyarakat

PSF : Program Studi Farmasi

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

PSPD : Program Studi Pendidikan Dokter

(15)

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Teori 39

(16)

xvi DAFTAR TABEL Halaman 2.1 2.2 2.3 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12

Kompetensi untuk IPE American College of Clinical Pharmacy, 2009)

Original IEPS by Luecht et. al., (1990)

Perbandingan Lokasi Item Pernyataan dalam Komponen antara Luecht et. al. (1990) dan McFadyen (2007)

Definisi Operasional

Persebaran Jumlah Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembagian Strata Bedasarkan Program Studi dan Angkatan Kisi-kisi Instrumen Persepsi terhadap IPE

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Program Studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2014

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Angkatan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2014

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2014

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Akhir di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2014

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mei 2014

Hasil faktor analisis item kuesioner (n=18)

Distribusi Frekuensi Item Pernyataan nomor 1 IPE (McFadyen, 2007)

Distribusi Frekuesnsi Persepsi Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap IPE

Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap IPE berdasarkan program studi Hasil perbedaan mean, Jenis Kelamin dan Kelompok Komponen Hasil Uji Beda Mean

Hasil perbedaan mean, Kelompok Komponen dan Program Studi

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Izin Pengambilan Data dan Penelitian

Lampiran 2. Izin Penggunaan Kuesioner

Lampiran 3. Kuesioner McFadyen dan Luecht

Lampiran 4. Kuesioner Hasil Terjemah Pusat Bahasa

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian

Lampiran 6. Hasil Olah SPSS

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya,

atau antar petugas kesehatan sendiri yang tidak efektif menimbulkan masalah

tentang ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan (Basuki, 2008).

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) melampirkan

data jumlah pengaduan masyarakat terkait dugaan malpraktik kedokteran

sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 mencapai 182 kasus. Dari 182

kasus malpraktik di seluruh Indonesia itu, sebanyak 60 kasus dilakukan

dokter umum, 49 kasus dilakukan dokter bedah, 33 kasus dilakukan dokter

kandungan, dan 16 kasus dilakukan dokter spesialis anak. Sisanya di bawah

10 macam-macam kasus yang dilaporkan (Tempo, 2013).

Contoh kasus tentang ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan yang diduga malpraktik adalah kasus yang dialami oleh Ny. Prita

Mulyasari pada tahun 2008. Ny. Prita menulis dalam surat elektronik yang

berisi keluhan atas pelayanan diberikan pihak Rumah Sakit Omni

Internasional terhadap dirinya. Ny. Prita mengeluhkan kinerja perawat dan

dokter yang ia nilai tidak professional dalam menyampaikan informasi

kepada pasien, serta kurangnya informed consent terhadap tindakan medis

yang ia terima (Kompasiana, 2009). Kasus malpraktik lain yang terjadi

(19)

2

Surabaya, yang dalam tubuhnya terdapat kain kassa tertinggal pascaoperasi

cangkok otot pada September 2011 (Republika, 2013).

Kasus-kasus malpraktik yang terjadi dalam dunia kesehatan semakin

meningkat disebabkan kelalaian yang seharusnya dapat berjalan dengan baik

jika kolaborasi antar petugas kesehatan berjalan efektif (Sukardi, dkk, 2007).

Kolaborasi atau kerjasama antarpetugas kesehatan diperlukan untuk

memecahkan masalah kesehatan yang kompleks dan untuk menyukseskan

suatu pelayanan kesehatan (Basuki, 2008). Institute for Healthcare

Improvement (IHI) Amerika Serikat melaporkan hasil pelaksanaan kolaborasi

antarprofessional kesehatan di unit perawatan intensif neonatal dapat

menurunkan kejadian infeksi dari 22% menjadi 5% dalam 2 tahun. Laporan

pelaksanaan lain dari IHI adalah 20% rumah sakit di Amerika Serikat berhasil

menerapkan kolaborasi tenaga kesehatan dalam program Adverse Drug

Events (ADEs). Selain itu dapat mengurangi kesalahan sebesar 50% dalam

managemen pengobatan (Øvretveit, 2002 dalam A’la, 2010).

Kolaborasi yang baik antar profesi kesehatan sangatlah penting.

Sehingga diperlukan adanya suatu metode pembelajaran yang terintegrasi

antar profesi kesehatan. World Helath Organization (WHO) menawarkan

metode Interprofessional Education (IPE) demi mendukung kolaborasi

sehingga tercipta kerja tim yang baik (WHO, 2010). Interprofessional

Education (IPE) merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang diikuti oleh

dua atau lebih profesi kesehatan belajar tentang, dari, dan dengan satu sama

(20)

3

yang berkualitas (Royal College of Nursing, 2006). IPE adalah langkah yang

diperlukan dalam mempersiapkan tenaga kesehatan yang lebih baik dan siap

untuk menghadapi masalah kesehatan. (WHO, 2010).

Penelitian mengenai pengetahuan mahasiswa dan pembimbing klinik

untuk mengevaluasi penerapan IPE di tatanan pendidikan klinik yang

dilakukan di Winchester District Memorial Hospital menyebutkan bahwa ada

antusiasme yang tinggi dari responden terhadap penerapan IPE. Kemudian

para peserta juga mengungkapkan persepsi yang positif mengenai

pelaksanaan IPE. Para peserta memberikan beberapa rekomendasi untuk IPE

di tatanan pendidikan klinik selanjutnya (Jelley et al.,2006).

Bagi seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan profesi

kesehatan, untuk nantinya mampu berkontribusi dalam pemecahan masalah

tentang kesehatan, maka sejak awal mereka harus mampu memahami konsep

IPE. Coster, et. al., (2008) menjelaskan bahwa IPE merupakan hal yang

penting dalam membantu pengembangan konsep kerja sama antarprofessional

yang ada dengan mempromosikan sikap dan tingkah laku yang positif

antarprofesi yang terlibat di dalamnya. Perlu digaris bawahi bahwa IPE perlu

dikembangkan sejak profesional kesehatan masih dalam studi akademik

untuk mencapai tujuan tersebut.

Mahasiswa yang sudah mampu bekerjasama secara interprofessional,

diharapkan ketika lulus siap memasuki dunia kerja dan bergabung dalam tim

collaborative practice. Dalam tim collaborative practice akan terjadi

(21)

4

menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja profesi kesehatan

yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah atau untuk

peningkatan kualitas kesehatan (HPEQ Project, 2011).

Mahasiswa sudah memiliki persepsi dan kesiapan yang positif

terhadap IPE. Penelitian IPE pada mahasiswa di institusi pendidikan

kesehatan di Indonesia sudah mulai dilakukan. Salah satu hasil penelitian

nasional terbaru mengenai persepsi dan kesiapan mahasiswa kesehatan

terhadap IPE telah dilakukan oleh Sedyowinarso dkk., (2011) menunjukkan

mahasiswa kesehatan Indonesia memiliki persepsi yang baik terhadap IPE

sebanyak 73,62% dan mahasiswa memiliki kesiapan yang baik terhadap IPE

sebanyak 79,90%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi

stake holder untuk mengembangkan IPE dalam sistem pendidikan ilmu

kesehatan di Indonesia (Sedyowinarso dkk., 2011).

Konsep IPE belum banyak diketahui di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hal ini dibuktikan

dengan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 Desember

2013 kepada 12 orang mahasiswa yang terdiri dari empat Program Studi,

yaitu Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Kedokteran dan Ilmu Keperawatan.

Sebagian besar mahasiswa mengatakan belum mengenal konsep IPE dan

merasa bahwa mereka memerlukan pembelajaran terintegrasi. Peneliti juga

tidak menemukan penelitian sejenis yang menjadikan, FKIK UIN Syarif

(22)

5

Penelitian mengenai persepsi IPE pada mahasiswa merupakan bentuk

kajian awal yang paling penting dan paling sering dilakukan di beberapa

negara yang telah menerapkan dan mulai mengembangkan IPE karena

mahasiswa merupakan pemangku kepentingan utama dalam upaya

pengembangan dan penerapan IPE mulai dari tingkat institusi. Persepsi

mereka terhadap metode pembelejaran IPE dapat menjadi modal utama untuk

pengembangan IPE (Sedyowinarso dkk., 2011).

Berawal dari beberapa fenomena dan fakta dari uraian di atas membuat

peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap IPE. Sehingga penelitian

tentang persepsi mahasiswa FKIK terhadap IPE diharapkan dapat menjadi

acuan bagi stake holder FKIK untuk mengembangkan IPE dalam sistem

pendidikan ilmu kesehatan di FKIK, untuk menciptakan outcome mahasiswa

FKIK yang lebih baik dalam berkolaborasi antar tenaga kesehatan dalam

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

B. Perumusan Masalah

MKDKI melampirkan data jumlah pengaduan masyarakat terkait

dugaan malpraktik kedokteran sejak tahun 2006-2012 mencapai 182 kasus.

Metode pembelajaran IPE adalah langkah yang diperlukan dalam

mempersiapkan tenaga kesehatan yang lebih baik dan siap untuk menghadapi

masalah kesehatan. IPE merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang diikuti

oleh dua atau lebih profesi kesehatan belajar tentang, dari, dan dengan satu

(23)

6

pelayanan yang berkualitas. Diharapkan mahasiswa yang sedang menempuh

pendidikan profesi kesehatan, untuk nantinya mampu berkontribusi dalam

pemecahan masalah kesehatan, maka sejak awal harus mampu memahami

konsep IPE. Indonesia adalah negara yang mulai mengembangkan metode

IPE.

Penelitian nasional Sedyowinarso (2011) tentang persepsi terhadap IPE

menunjukkan mahasiswa kesehatan Indonesia telah memiliki persepsi yang

baik terhadap IPE sebanyak 73,62%. Di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta belum pernah dilakukan penelitian tentang persepsi terhadap IPE.

Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti persepsi mahasiswa FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta terhadap IPE karena bentuk riset awal yang paling

penting dan paling sering dilakukan di beberapa negara yang telah

menerapkan dan mulai mengembangkan IPE.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan tindak lanjut dari masalah yang telah

dirumuskan. Tujuan penelitian dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan

khusus (Hidayat, 2008).

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah mengidentifikasi persepsi

mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap

Interprofessional Education.

2. Tujuan Khusus

(24)

7

a) Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi program

studi, jenis kelamin, angkatan, pendidikan akhir, dan umur.

b) Mengetahui persepsi mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta terhadap IPE.

c) Mengidentifikasi apakah ada perbedaan mean persepsi

mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan

jenis kelamin terhadap komponen persepsi IPE.

d) Mengidentifikasi apakah ada perbedaan mean persepsi

mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antar

program studi berdasarkan komponen persepsi terhadap IPE.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi

peneliti, institusi pendidikan, pemerintah dan rumah sakit:

a. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh tambahan ilmu mengenai persepsi mahasiswa

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode pembelajaran

IPE yang dapat digunakan sebagai dasar untuk berkontribusi dalam

pengembangan IPE di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, seperti

turut serta dalam proses sosialisasi dan memberikan usulan-usulan

metode penerapan IPE di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Bagi Institusi pendidikan

Institusi pendidikan dapat memperoleh masukan sebagai bahan

(25)

8

membuat kebijakan lebih lanjut terhadap pengembangan metode

pembelajaran IPE.

c. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk membuat

kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung penyelenggaraan IPE di institusi

pendidikan secara efektif dan efisien, seperti masuknya IPE sebagai salah

satu indikator dalam penilaian akreditasi institusi pendidikan kesehatan.

d. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi institusi rumah sakit untuk mendukung pembelajaran IPE di klinik.

e. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk acuan penelitan

selanjutnya, pada penelitian selanjutnya diharapkan fokus untuk

mengendalikan variabel pengganggu sehingga hasilnya lebih sempurna.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi

mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Interprofessional

Education. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan

(26)

9

pengambilan data dengan menyebarkan kuisioner yang diadaptasi dari

Interdiciplinary Education Perception Scale (IEPS) diadopsi dari McFadyen

et al (2007) dan ditambah kuesioner asli IEPS milik Luecht et al (1990) yang

kemudian peneliti modifikasi kembali. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Mei 2014. Subjek yang diteliti adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang terdiri dari mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan, Farmasi, Kesehatan Masyarakat, dan

(27)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Interprofessionalisme

1. Interprofessional Collaboration (IPC)

Kolaborasi memiliki definisi yang beragam. Berdasarkan pendapat

beberapa ahli, definisi kolaborasi mengacu pada kerja sama, proses

interaksi, hubungan timbal balik, dan proses penggabungan pemikiran

diantara beberapa orang yang saling berkaitan satu sama lain. Menurut

Lindeke dan Sieckert (2005), kolaborasi merupakan proses kompleks yang

membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan atau yang

disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien,

dan terkadang itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga

profesional kesehatan.

Profesi tenaga kerja kesehatan seperti dokter, perawat, farmasi, ahli

gizi, dan fisioterapi dapat saling berkolaborasi secara efektif untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan. Kolaborasi yang terjadi diantara

praktisi kesehatan tersebut melahirkan suatu istilah yang disebut

dengan Interprofessional Collaboration (IPC) (HPEQ, 2010). Ada

beberapa deskripsi yang dapat menjelaskan Interprofessional

Collaboration dalam penyediaan layanan kesehatan. Menurut College of

Nurses of Ontario (2008), Interprofessional Collaboration adalah kerja

(28)

11

umum dimana masing-masing anggota memberikan kontribusi yang unik

sesuai dengan batasannya masing-masing.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Teresa Broers

(2009) Interprofessional Collaboration didefinisikan sebagai beragam

profesi yang bekerja bersama sebagai suatu tim yang memiliki tujuan

untuk meningkatkan kesehatan pasien/ klien dengan saling mengerti

batasan yang ada pada masing-masing profesi kesehatan. Interprofessional

Collaboration adalah proses dalam mengembangkan dan mempertahankan

hubungan kerja yang efektif antara pelajar, praktisi, pasien / klien /

keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan

(CIHC, 2010).

Pelayanan kesehatan yang bermutu dapat dicapai dengan praktik

kolaborasi. Canadian Interprofessional Health Collaborative (2009)

memaparkan bahwa kolaborasi terjadi ketika pemberi pelayanan kesehatan

bekerja bersama dengan rekan seprofesi, dengan rekan selain profesinya,

dan dengan pasien dan keluarganya. Penggunaan bahasa yang tepat ketika

berbicara dengan profesi kesehatan lain atau pasien serta keluarganya

perupakan salah satu keuntungan praktek kolaborasi. Berbagi

tanggungjawab antara dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain atas

penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan untuk merumuskan dan

menyediakan rencana perawatan pasien dalam kolaborasi meningkatkan

kesadaran akan keilmuan dan keterampilan sesama anggota tim sehingga

(29)

12

(O’Daniel & Rosenstein, 2007).

Dokter, perawat, dan ahli gizi merupakan tenaga kesehatan ang

sering berinteraksi dengan pasien dalam melakukan tindakan perawatan

kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan keadaan di lapangan, perawat dan

dokter mempunyai waktu lebih banyak dalam memberikan tindakan

kepada pasien. Mereka merupakan tenaga kesehatan yang lebih mengerti

perkembangan kesehatan pasien. Sebagai tenaga kesehatan yang terlibat

dalam tatanan klinik, perawat dan dokter mempunyai seperti keterampilan

berkomunikasi, bekerja dalam lingkungan tim yang multidisiplin,

mempelajari etikat profesional, dan mempraktikan keterampilan

psikomotor sesuai profesi (Williams et. al., 2009).

National Interprofessional Competency Framework memberikan

pendekatan integratif untuk menggambarkan kompetensi yang dibutuhkan

untuk menghasilkan kolaborasi yang efektif dalam Interprofessional

Collaboration. Kompetensi tersebut adalah:

a. Komunikasi antar profesi

b. Perawatan dengan pasien / klien / keluarga / masyarakat sebagai

pusatnya

c. Klarifikasi peran masing-masing

d. Kerja sama tim

e. Kepemimpinan kolaborasi

f. Penyelesaian konflik antar profesi (CIHC, 2010)

(30)

13

efektif dibutuhkan suatu media pembelajaran interprofessional dalam

bentuk interprofessional education bagi para pelajar dan praktisi kesehatan

untuk dapat mempelajari kompetensi-kompetensi tersebut sehingga dapat

diterapkan dalam praktek kerja yang sebenarnya (CIHC, 2010).

2. Interprofessional Education (IPE)

a) Pengertian Interprofessional Education (IPE)

Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran

yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan

menciptakan suasana belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik

yang berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman

mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar

organisasi sebagai proses profesionalisasi (Royal College of Nursing,

2006). IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih mahasiswa dari program

studi kesehatan yang berbeda belajar bersama yang bertujuan untuk

meningkatkan kerja sama dan kualitas pelayanan kesehatan (CAIPE,

2002). IPE merupakan pendidikan interdisiplin dimana profesional

kesehatan belajar mengenai kolaborasi dalam lintas disiplin ilmu

dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan

nilai dalam bekerja bersama profesi kesehatan lainnya (CIHC, 2008).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

di dalam dunia kesehatan, IPE dapat terwujud apabila para mahasiswa

dari berbagai program studi di bidang kesehatan serta disiplin ilmu

(31)

14

bagaimana kualitasnya dapat ditingkatkan demi kepentingan

masyarakat luas. Secara spesifik, IPE dapat dimanfaatkan untuk

membahas isu-isu kesehatan maupun kasus tertentu yang terjadi di

masyarakat supaya melalui diskusi interprofesional tersebut

ditemukan solusi-solusi yang tepat dan dapat diaplikasikan secara

efektif dan efisien. Penerapan IPE diharapkan dapat membuka mata

masing-masing profesi, untuk menyadari bahwa dalam proses

pelayanan kesehatan, seorang pasien menjadi sehat bukan karena 14

jasa dari salah satu profesi saja, melainkan merupakan konstribusi dari

tiap profesi yang secara terintegrasi melakukan asuhan kesehatan

(HPEQ Project, 2011).

World Health Organization (WHO) tahun 2010 menyatakan

bahwa banyak sistem kesehatan di negara-negara di dunia yang sangat

terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan masalah

kesehatan di negara itu sendiri. Hal ini kemudian disadari karena

permasalahan kesehatan sebenarnya menyangkut banyak aspek dalam

kehidupan, dan untuk dapat memecahkan satu persatu permasalahan

tersebut atau untuk meningkatkan kualitas kesehatan itu sendiri, tidak

dapat dilakukan hanya dengan sistem uniprofessional. Kontribusi

berbagi disiplin ilmu ternyata memberi dampak positif dalam

penyelesaian berbagai masalah kesehatan.

Pengembangan model IPE yang ideal harus dimulai dengan

(32)

15

utama dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang berpusat

pada pasien. Pendekatan interprofesional akan memfasilitasi dengan

lebih baik mahasiswa dari satu disiplin ilmu untuk belajar dari disiplin

ilmu lainnya. Pembelajaran bersama antardisiplin ilmu dapat

meningkatkan keterampilan baru mahasiswa yang akan memperkaya

keterampilan khusus yang dimiliki masing-masing disiplin dan

mampu bekerja sama lebih baik dalam lingkungan tim yang

terintegrasi. Selama ini penerapan IPE masih tidak konsisten, untuk

itu harus dibuat sebuah komitmen sehingga pembelajaran

interprofesional dapat diterapkan di institusi pendidikan dan

diterapkan dalam kurikulum pendidikan di semua program pelayanan

kesehatan untuk memastikan keberadaan jangka panjang IPE yang

berkelanjutan (ACCP, 2009).

b) Karakteristik Model IPE yang Ideal

Penyamaan paradigma merupakan hal yang penting dalam

membangun konsep IPE. Kolaborasi akan tercipta apabila paradigma

antar tenaga kesehatan dapat berjalan selaras yaitu fokus terhadap

kesejahteraan pasien. Pengembagan IPE yang ideal harus dimulai

dengan menyamakan paradigma, keefektifan IPE dapat terlihat apabila

pendekatan penyelesaian masalah melibatkan lebih dari satu profesi

kesehatan (Lee, 2009).

Pelaksanaan terintegrasi dalam pembelajaran perlu diperhatikan

(33)

16

terintegrasi dapat dilaksanakan dalam bentuk kemampuan

keterampilan bekerja dalam tim meliputi kemampuan penyelesaian

masalah dan penyelesaian konflik antar tim (Begley, 2009 dalam A’la,

2010). Terintegrasi ini melibatkan semua profesi kesehatan, meliputi

kedokteran, keperawatan, apoteker, kesehatan masyarakat, pekerja

sosial, dan ahli gizi.

Pelaksanaan pendidikan yang terintegrasi dalam penerapan IPE

membutuhkan lingkungan yang mampu mendukung berlangsungnya

proses pendidikan. Real world experience merupakan model

lingkungan pendidikan yang sangat relevan dalam menunjang

pelaksanaan IPE. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa lingkungan

yang mendukung terjadinya diskusi antar profesi kesehatan dalam

menyelesaikan masalah dan sebagai media bekerja dalam tim, seperti

ruang diskusi maupun mini hospital (Lee, 2009).

Persamaan paradigma, pelaksanaan yang terintegrasi maupun

lingkungan yang memadai tidak akan bisa berjalan dan membentuk

IPE yang ideal tanpa role model pendidikan yang mampu

berkomitmen dalam menuntun pelaksanaan IPE. Role model

pendidikan disini dapat diartikan sebagai dosen. Dosen dalam

pelaksanaan IPE berperan sebagai fasilitator. Ketika dosen mampu

berperan dengan baik sebagai fasilitator, akan menumbuhkan sikap

(34)

17

c) Manfaat IPE

Terkait dengan manfaat perkembangan personal dan

profesionalisme semua kelompok yang ikut dalam IPE, melaporkan

bahwa mereka telah mengalami banyak perkembangan pada diri

mereka dalam melakukan tindakan dan lebih profesional, misalnya

memberikan mahasiswa kesempatan untuk mendapatkan pengalaman

seperti dalam kehidupan kerja yang nyata. Selain itu, para mahasiswa

dapat berinteraksi lebih luas dalam lingkungan fakultas sebagai suatu

lingkungan kerja, bukan hanya dalam hal akademik saja, sehingga

para mahasiswa dapat belajar untuk menghargai profesi lainnya. Salah

satu hasil yang signifikan dilaporkan oleh pelajar di area

perkembangan profesional. Mahasiswa melaporkan bahwa mereka

menjadi lebih jelas mengenai peran mereka masing-masing dan

profesi lain. Selain itu mereka merasa lebih efektif dalam melakukan

tindakan. Mereka dapat menilai masalah dari wilayah disiplin mereka

sendiri dan disesuaikan dari segi kolaborasi sehingga mereka mampu

memperluas pandangan mereka dari profesi lainnya. (Illingworth &

Sonya, 2007).

Manfaat yang penting adalah mahasiswa dapat belajar

bagaimana untuk bekerja dalam lingkungan kelompok. Mereka belajar

bagaimana manajemen konflik dan belajar saling melengkapi sebagai

sebuah tim sehingga menyelesaikan masalah lebih efektif dan efisien.

(35)

18

peningkatan keterampilan pribadi, mereka belajar lebih hormat, sabar,

dan fleksibel. Mereka juga melaporkan bahwa para mahasiswa dapat

menjadi pendengar yang lebih baik dan lebih mampu untuk

berkomunikasi dalam kelompok. Mereka belajar bagaimana

menangani perbedaan yang timbul antara orang-orang karena budaya

atau kepribadian (McCroskey & Robertson, 1999 dalam Illingworth

& Sonya, 2007).

Melalui program IPE mahasiswa dapat belajar untuk bekerja di

berbagai kelompok budaya dan langsung terlibat dalam berbagai

kelompok. Belajar untuk menghormati dan memahami profesi lain

dalam menentukan intervensi. Kelompok yang terdiri dari berbagai

budaya melatih mahasiswa untuk menghargai budaya lain, misalnya

dalam hal mengemukakan pendapat saat berdiskusi tanpa melibatkan

rasisme, masalah budaya, kepercayaan dan etnis (McCroskey &

Robertson, 1999 dalam Illingworth & Sonya, 2007).

Mahasiswa yang mengikuti program IPE dapat memanfaatkan

sumber daya yang tersedia secara maksimal karena dilakukan secara

kolaboratif dengan profesi lain. Para mahasiswa menjadi lebih

memahami akan pentingnya kolaborasi dan memahami perannya

masing-masing sebagai sebuah tim yang berorientasi pada pasien.

Laporan dari mahasiswa yang mengikuti program IPE bahwa mereka

merasa lebih mampu melayani klien sebagai hasil dari pengalaman

(36)

19

pengalaman mereka dalam menangani masalah kompleks

mengahadapi klien (McCroskey & Robertson, 1999 dalam Illingworth

& Sonya, 2007).

WHO (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang

dampak dari penerapan collaborative practice dalam dunia kesehatan.

Hasil dari penelitian ternyata sangat menjanjikan bukan hanya bagi

negara terkait, namun juga apabila digunakan di negara-negara lain.

Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa collaborative

practice dapat meningkatkan:

1. Keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan,

2. Penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai,

3. Outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan

4. Pelayanan serta keselamatan pasien.

WHO (2010) juga menjelaskan collaborative practice dapat

menurunkan:

1. Total komplikasi yang dialami pasien,

2. Jangka waktu rawat inap,

3. Ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers),

4. Biaya rumah sakit,

5. Rata-rata clinical error, dan

6. Rata-rata jumlah kematian pasien

Mahasiswa harus mampu memahami konsep IPE sedini

(37)

20

di kemudian hari. Mahasiswa yang sejak awal mampu bekerja secara

interprofesi diharapkan sudah siap untuk memasuki dunia kerja dan

masuk ke dalam tim collaborative practice. Proses IPE membentuk

proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai kemudian

menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja profesi

kesehatan yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah

atau untuk peningkatan kualitas kesehatan (Thistlethwaite & Monica,

2010).

d) Kompetensi Interprofessional Education

Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dengan

metode pembelajaran IPE adalah kemampuan untuk mengembangkan

kompetensi yang diperlukan untuk berkolaborasi. Dalam buku HPEQ

Project (2011) dijelaskan kompetensi kolaborasi yaitu yaitu:

1. Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain

dengan jelas,

2. Bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam

memutuskan perawatan dan pengobatan pasien,

3. Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan

memantau perawatan pasien,

4. Menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi

lain,

(38)

21

6. Memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan

lain.

American College of Clinical Pharmacy (ACCP) (2009)

membagi kompetensi untuk IPE terdiri atas empat bagian yaitu

[image:38.595.135.531.49.713.2]

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan tim (Tabel 2.1):

Tabel 2.1.

Kompetensi untuk IPE (ACCP, 2009)

No Kompetensi utama

IPE Komponen kompetensi IPE

1 Kompetensi

pengetahuan

Strategi koordinasi

Model berbagi tugas/ pengkajian situasi

Kebiasaan karakter bekerja dalam tim

Pengetahuan terhadap tujuan tim

Tanggung jawab tugas spesifik

2 Kompetensi

keterampilan

Pemantauan kinerja secara bersamasama

Fleksibilitas/ penyesuaian

Dukungan/ perilaku saling mendukung

Kepemimpinan tim

Pemecahan konflik

Umpan balik

Komunikasi/ pertukaran informasi

3. Kompetensi sikap

Orientasi tim

(moral)

Kemajuan bersama

Berbagi pandangan/ tujuan

4. Kompetensi

kemampuan tim

Kepaduan tim

Saling percaya

Orientasi bersama

(39)

22

e) Gambaran Pelaksanaan IPE

Sejak WHO (2010) mengidentifikasi IPE sebagai komponen

penting dari perawatan kesehatan primer pada tahun 1978, berbagai

universitas di dunia mulai mengembangkan IPE dalam kurikulum

mereka. Salah satu universitas yang relah menerapkan IPE adalah

Universitas Australia. Pada tahun 2009 telah dibentuk sebuah komite

yang terdiri dari perwakilan seluruh program profesi kesehatan di

Universitas Australia yang bertugas membahas pelaksanaan IPE dan

mengidentifikasi berbagai hambatan yang ada. Mahasiswa

keperawatan, patologi, pendidikan dokter, kesehatan masyarakat desa,

gizi kesehatan, kesehatan masyarakat, psikologi dan psikiatri di

Universitas Australia belajar bersama dan berkolaborasi dalam sebuah

pendidikan interprofessional. Program pendidikan tersebut bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam

bekerjasama dengan profesi kesehatan yang lain.

Universitas di Eropa dan Amerika juga telah mengaplikasikan

IPE dalam kurikulum pendidikan mereka. Terdapat departemen

khusus di bagian pendidikan fakultas yang mengelola IPE secara

tersendiri yang mengelola dan melakukan managemen terhadap

pelaksanaan IPE. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah

dengan ceramah dan diskusi di kelas, fieldtrip untuk memperdalam

pengetahuan mereka dan melakukan diskusi kelompok dengan

(40)

23

Pada pelaksanaan program IPE terdapat pengelompokan

program dan pengembangan governance model dalam kurikulum IPE.

Metode Interprofessional Learning Clinic (ILC) dan Stimulated

Practice Centre (SPC) mempermudah integrasi pelaksanaan IPE. Para

mahasiswa menjadi mampu mengaitkan antara teori dengan praktek

secara teamwork yang dapat meningkatkan outcome pasien (Wolfson,

2007)

f) Pendekatan Pembelajaran IPE

Tidak ada satu pun metode penerapan IPE yang menjadi pilihan

utama, metode pembelajaran IPE dapat berubah sewaktu-waktu sesuai

dengan kebutuhan belajar peserta didik dan bagaimana cara dosen

untuk menjaga perhatian peserta didik terhadap pelajaran.

Metode-metode balajar yang ada dapat saling memperkuat, tidak berdiri

sendiri. Pendekatan belajar mengajar yang dapat diterapkan dalam IPE

yaitu exchange-based learning, action-based learning, practice-based

learning, simulation-based learning, observation-based learning, dan

e-basedlearning (Sedyowinarso, dkk., 2011).

i. Exchanged-based learning merupakan salah satu cara yang

digunakan untuk memungkinkan para peserta mengungkapkan

perasaan, membandingkan pandangan pertukaran pengalaman.

Debat tentang masalah etika dapat mengekspos nilai yang

mendasari perbedaan antara profesi. Permainan yang memainkan

(41)

24

meringankan belajar tetapi tetap berisi konten serius. Studi kasus

dapat meningkatkan peran aktif peserta dari profesi yang berbeda

untuk memperkenalkan pemahaman yang berbeda dan

menyarankan intervensi berbeda sebagai kelompok kerja terhadap

respon kolaboratif.

ii. Action-based learning, atau problem-based learning (PBL), atau

enquiry-based learning (EBL), sejak tahun 1970 telah menjadi

rekomendasi WHO sebagai metode pembelajaran untuk

interprofesional. Sistem pembelajaran ini tidak dirancang untuk

menyelesaikan masalah saat ini. Bukti menunjukkan bahwa PBL

mendorong kebebasan, kerja tim, ilmu pengetahuan yang lebih

terintegrasi, dan pembelajaran mendalam (Bligh, 1995 dalam

Freeth, 2005). Hughes dan Lucas, 1997 dalam Freeth, 2005,

menemukan bahwa PBL efektif dalam mencapai tujuan IPE

seperti belajar tentang peran dan meningkatkan keterampilan

komunikasi interprofesional.

iii. Interprofessional practice-based learning mengambil beberapa

bentuk penugasan luar dalam lingkungan kerja profesi lain,

pemebelajaran terkait untuk peserta didik secara bersamaan pada

penempatan di tempat kerja yang berdekatan, penempatan

bersama di pengaturan yang sama dan tujuan yang dirancang

(42)

25

iv. Simulated-based learning dapat menggunakan permainan peran

yang diadaptasi untuk memaparkan hubungan kerja antar profesi,

peserta berperan sebagai klien, pemberi pelayanan atau praktisi

dari diri mereka sendiri atau perspektif profesi lain. Keterampilan

laboratorium dikenalkan dalam pendidikan professional, misalnya

pada kedokteran dan keperawatan, dalam kondisi ini bias

dikembangkan penyertaan dua profesi atau lebih dan perspektif

interprofessional dalam diagnosis dan pengobatan. Kehidupan

kerja bisa disimulasikan di dalam lingkungan belajar di mana

hubungan tiap-tiap orang, tiap-tiap kelompok, dan tiap-tiap

organisasi bisa ditunjukkan keluar.

v. Observation-based learning, pelajar secara sederhana diminta

untuk mengamati pertemuan tim multidisiplin dengan

menggunakan metode studi observasional yang lebih canggih.

vi. E-based learning timbul karena adanya peningkatan pengenalan

dunia elektronik, ditambah dengan pembelajaran kesehatan dan

profesi kesehatan sehingga dapat memperbesar peluang

penerapan IPE. Penerapan teknologi ini dalam IPE digunakan

untuk melengkapi dan memperkuat pembelajaran tatap muka atau

sebagai penggantinya (Freeth, 2005).

g) Hambatan IPE

Berbagai penelitian mengenai hambatan IPE sudah banyak

(43)

26

terdapat pada pengorganisasian, pelaksanaan, komunikasi, budaya

ataupun sikap. Sangat penting untuk mengatasi hambatan-hambatan

ini sebagai persiapan mahasiswa dan praktisi profesi kesehatan yang

lebih baik demi praktik kolaborasi hingga perubahan sistem pelayanan

kesehatan (Sedyowinarso, dkk., 2012).

Hambatan-hambatan yang mungkin muncul adalah penanggalan

akademik, peraturan akademik, struktur penghargaan akademik, lahan

praktek klinik, masalah komunikasi, bagian kedisiplinan, bagian

profesional, evaluasi, pengembangan pengajar, sumber keuangan,

jarak geografis, kekurangan pengajar interdisipliner, kepemimpinan

dan dukungan administrasi, tingkat persiapan peserta didik, logistik,

kekuatan pengaturan, promosi, perhatian dan penghargaan, resistensi

perubahan, beasiswa, sistem penggajian, dan komitmen terhadap

(44)

27

B. Persepsi Mengenai IPE 1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indera

dengan didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,

mengartikan, dan menghayati tentang hal yang di amati, baik yang ada

diluar maupun didalam diri individu (Sunaryo, 2004). Sedangkan dalam

buku HPEQ-Project Dikti tahun 2012, persepsi adalah suatu proses

mengorganisasi dan menginterpretasi informasi yang diterima oleh panca

indra sensori, tidak hanya melihat dan mendengar secara fisik saja namun

juga terhadap maksud dari pola sebuah informasi yang didapatkan.

Persepsi meliputi kegiatan penerimaan, mengorganisasikan, dan

menginterpretasikan stimulus (HPEQ-Project Dikti, 2012). Persepsi

mengenai IPE adalah segala asumsi yang dimiliki seseorang terhadap IPE,

yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang terhadap IPE.

Asumsi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif.

2. Komponen Persepsi Mengenai IPE

Luecht, et al. (1990) adalah pemilik asli kuesioner Interdisciplinary

Education Perception Scale (IEPS). Kuesioner tersebut berisi 18

pernyataan yang dapat menilai persepsi seseorang terhadap IPE

(TTUHSC, 2011). Luecht, et al. (1990) dan Lee (2009) juga menerangkan

dalam penelitian tentang skala IEPS, terdapat empat komponen persepsi

tentang IPE terdiri dari kompetensi dan otonomi, persepsi kebutuhan untuk

(45)

28

profesi lain. Hal ini sejalan dengan Barr (2005) mengenai IPE yaitu

kolaborasi, persamaan kompetensi, bekerja dalam tim, pengalaman dan

merupakan ilmu terapan.

Perspektif dari mahasiswa merupakan hal yang sangat berpengaruh

dalam pencapaian IPE kedepan (Lee, 2009). Menurut Barnsteiner et. al.

(2007) dalam A’la (2010), perkembangan IPE sangat membutuhkan sikap

dan keinginan dari peserta didik untuk bekerja sama. Penelitian Ker et. al.,

(2003) menyebutkan bahwa penerimaan mahasiswa tentang pemahaman

tentang profesi lain merupakan suau pendektakan yang harus dipenuhi

dalam pelaksanaan kurikulum IPE.

Item pernyataan pada penelitian Luecht et. al. (1990) terdiri dari 18

item, 18 item tersebut tersebar pada empat komponen persepsi terhadap

IPE, yaitu:

(1) K.1 - Kompetensi dan otonomi (8 item)

(2) K.2 - Kebutuhan untuk bekerjasama (2 item)

(3) K.3 - Persepsi tentang bekerja sama yang sesungguhnya (5 item)

(4) K.4 – Pemahaman terhadap profesi lain (3 item)

Luecht et. al. (1990) menjelaskan nilai alpha untuk masing-masing

komponen adalah 0.823, 0.563, 0.543, dan 0.518 secara berurutan dan

nilai alpha secara keseluruhan item adalah 0.872 dengan jumlah responden

sebanyak 143 orang. Tabel 2.2 menjelaskan item-item pernyataan pada

(46)

29

[image:46.595.135.536.59.594.2]

Tabel 2.2

Original IEPS by Luecht et. al. (1990)

1. Individuals in my profession are well-trained 6 5 4 3 2 1 2. Individuals in my profession are able to work

closely with individuals in other professions 6 5 4 3 2 1 3. Individuals in my profession demonstrate a great

deal of autonomy 6 5 4 3 2 1 4. Individuals in other professions respect the work

done by my profession 6 5 4 3 2 1 5. Individuals in my profession are very positive

about their goals and objectives 6 5 4 3 2 1 6. Individuals in my profession need to cooperate

with other professions 6 5 4 3 2 1 7. Individuals in my profession are very positive

about their contributions and accomplishments 6 5 4 3 2 1 8. Individuals in my profession must depend upon

the work of people in other professions 6 5 4 3 2 1 9. Individuals in other professions think highly of

my profession 6 5 4 3 2 1 10. Individuals in my profession trust each other's

professional judgment 6 5 4 3 2 1 11. Individuals in my profession have a higher

status than individuals in other professions 6 5 4 3 2 1 12. Individuals in my profession make every effort

to understand the capabilities and contributions of other professions

6 5 4 3 2 1 13. Individuals in my profession are extremely

competent 6 5 4 3 2 1 14. Individuals in my profession are willing to share

information and resources with other professionals

6 5 4 3 2 1 15. Individuals in my profession have good relations

with people in other professions 6 5 4 3 2 1 16. Individuals in my profession think highly of

other related professions 6 5 4 3 2 1 17. Individuals in my profession work well with

each other 6 5 4 3 2 1 18. Individuals in other professions often seek the

advice of people in my profession 6 5 4 3 2 1 The scale is as follows: 6 = strongly agree, 5 = agree, 4 = somewhat agree, 3 = somewhat disagree, 2 = disagree, 1 = strongly disagree

McFadyen, MaClaren, & Webster (2007) memaparkan sebuah

alternatif model komponen untuk kuesioner IEPS. Hasil revisi

(47)

30

milik Luecht et al.. Dua belas pertanyaan tersebut disusun ke dalam 3

komponen yaitu:

(1) K.1 - Kompetensi dan otonomi (5 item)

(2) K.2 - Kebutuhan untuk bekerjasama (2 item)

(3) K.3 - Persepsi tentang bekerja sama yang sesungguhnya (5 item)

McFadyen (2007) memaparkan nilai alpha untuk setiap komponen

adalah 0.79, 0.40, dan 0.83 secara berurutan, dan untuk nilai alpha secara

keseluruhan adalah 0.86 dengan jumlah responden sebanyak 308 orang

dari berbagai disiplin ilmu. Kuesioner IEPS yang telah direvisi oleh

McFadyen et al. menunjukkan kestabilan dan handalnya sebuah instrumen

(McFadyen et al., 2007).

Perbandingan lokasi item pada komponen persepsi terhadap IPE

[image:47.595.130.536.54.517.2]

antara Luecht et. al. dan McFadyen adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Perbandingan Lokasi Item Pernyataan dalam Komponen antara Luecht

et. al. (1990) dan McFadyen (2007) No.

Komponen Komponen

Luecht et. al.

(1990) (n=143)

McFadyen (2007) (n=308) K.1 Kompetensi dan otonomi 1,3,4,5,7,9,10,13 1,5,7,10,13

K.2 Kebutuhan untuk

bekerjasama 6,8 6,8

K.3 Persepsi tentang bekerja

sama yang sesungguhnya 2,14,15,16,17 2,14,15,16,17

K.4 Pemahaman terhadap

profesi lain 11,12,18 dihapus

Tiga dari komponen persepsi terhadap IPE milik Luecht et. al.

menunjukkan nilai dibawah 0.60 dan beberapa penelitian menjelaskan

(48)

31

McFadyen dalam penelitiannya melaporkan nilai alpha yang lebih baik

pada 2 komponen persepsi terhadap IPE (McFadyen, 2007).

Kompetensi dan otonomi menjelaskan tentang “kompetensi dan

otonomi individu dalam profesi mereka sendiri dan sikap menghormati

yang ditunjukan oleh profesi lain kepada profesi mereka” (Goelen et al.,

2006 dalam TTUHSC, 2011). Kebutuhan untuk bekerjasama menjelaskan

tentang “sikap memahami antar profesi dalam kerjasama antar disiplin

ilmu karena dapat mempengaruhi profesi mereka sendiri”. Persepsi

tentang bekerja sama yang sesungguhnya menjelaskan tentang “persepsi

tentang bekerjasama yang sesungguhnya antara profesi individu dan

profesi lainnya (Luecht et al. 1990 dalam TTUHSC, 2011).

Hasil analis faktor yang dilakukan McFadyen menunjukkan bahwa

item nomor 3, 4, dan 9 memiliki nilai korelasi dibawah 0.40, berdasarkan

hasil tersebut McFadyen mengeluarkan item nomor 3, 4, dan 9. Kurangnya

kemampuan sebuah item pengukuran untuk menilai komponen

„pemahaman terhadap profesi lain’ mengubah suatu instrumen. Tiga item

pernyataan (Item 11, 12, dan 18) pada komponen-4 „pemahaman terhadap

profesi lain’ tidak semestinya digunakan untuk menilai pemahaman

terhadap profesi lain kepada mahasiswa tingkat akademik yang belum

terpapar dalam lingkungan kerja interprofesional. Komponen „pemahaman

terhadap profesi lain’ seharusnya digunakan untuk mahasiswa tingkat

akademik yang sudah memiliki pengalaman dalam lingkungan klinik, dan

(49)

32

sendiri. Jika komponen tersebut tetap diukur kepada mahasiswa yang

belum memiliki pengalaman klinik penelitian harus dilakukan lebih

mendalam. Seharusnya hal ini menjadi catatan bahwa walaupun dilakukan

pengukuran terhadap tenaga profesional yang berpengalaman didapatkan

pengukuran dengan konsistensi yang rendah yaitu sebesar 0.586 & 0.487

Hayward et. al., (1996) dan mungkin komponen tersebut sesuatu

pengukuran yang tidak mudah untuk diukur (McFadyen, 2007)

C. Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Mahasiswa

Mahasiswa mengacu pada buku Pedoman Akademik Program Strata 1

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010-2011 adalah

peserta didik yang mengikut program pendidikan sarjana. Dalam

aplikasinya, setiap program studi mempunyai jenjang yang berbeda dalam

menempuh tahap akademik ini (UIN, 2010).

2. FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Pada tanggal 30 Desember 2002, Senat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta melakukan pembahasan dalam suatu sidang tentang pentingnya

pembukaan program studi baru dalam bidang kedokteran dan kesehatan.

Forum tersebut merekomendasikan pendirian Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK). Pendirian FKIK dimaksudkan untuk menjawab

tantangan dalam mewujudkan konsep Indonesia Sehat 2010 yang

dicanangkan pemerintah yang membutuhkan lebih banyak tenaga dokter,

(50)

33

visi UIN “menjadikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga

pendidikan tinggi terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan,

keislaman, dan keindonesiaan (UIN, 2010).

Di samping itu, pendirian FKIK adalah untuk menampung para

lulusan Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren yang berada dalam rural

area yang selalu termarginalisasikan karena kalah bersaing, baik secara

ekonomi maupun prestasi, untuk memasuki program studi umum pada

Universitas Negeri/Perguruan Tinggi Negeri. Berdasarkan keputusan Senat

tersebut, penyusunan proposal empat Program Studi yang bernaung di

bawah FKIK mulai dirintis, yaitu Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Farmasi, Kedokteran, dan Ilmu Keperawatan. FKIK terbagi menjadi empat

program studi, yakni: Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM),

Program Studi Farmasi (PSF), Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK)

dan Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) (UIN, 2010).

D. Penelitian Terkait

1. Analisis persepsi dan kesiapan mahasiswa tahap profesi terhadap IPE

[image:50.595.128.532.77.471.2]

Fauziah (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis

Gambaran Persepsi dan Kesiapan Mahasiswa Profesi Fakultas Kedokteran

UGM terhadap Interprofessional Education di tatanan klinik. Jenis

penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan rancangan cross

sectional dan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan data

kuantitatif dengan menggunakan kuesioner IEPS dan RIPLS. Pengambilan

(51)

34

dilakukan terhadap 133 mahasiswa pendidikan dokter dan ilmu

keperawatan tahap pendidikan profesi. Hasilnya 117 (87.97%) mahasiswa

memiliki persepsi baik terhadap IPE dan 111 (83.46%) mahasiswa

menunjukkan kesiapan yang baik terhadap IPE.

Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sama-sama meneliti

variabel persepsi, namun peneliti tidak mengukur variabel kesiapan.

Tetapi, pada penelitian kali ini pendekatan yang dilakukan hanya

kuantitatif. Sampel penelitian juga memiliki perbedaan, dalam penelitian

Fauziah sampel yang diambil adalah Mahasiswa FK UGM tahap profesi

program studi pendidikan dokter dan keperawatan, sedangkan pada

penelitian ini sampelnya lebih umum yaitu Mahasiswa FKIK yang terdiri

dari empat program studi dan tidak hanya yang sedang tahap profesi saja.

Penelitian ini juga menggunakan kuesioner yang berbeda, penelitian

Fauziah menggunakan IEPS milik Luecht et al. 1990 yang dimodifikasi,

sedangkan penelitian ini menggunakan IEPS yang direvisi oleh McFadyen

et al. 2007. Penelitian Fauziah dilakukan di Fakultas Kedokteran UGM,

sedangkan penelitian ini dilakukan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

(52)

Gambar

Tabel 2.1.
Original Tabel 2.2 IEPS by Luecht et. al. (1990)
Tabel 2.3
Gambaran Persepsi dan Kesiapan Mahasiswa Profesi Fakultas Kedokteran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan dilakukan bertujuan memberikan nilai-nilai yang positif bagi masyarakat dari yang tidak baik menuju ke arah yang lebih baik. Mengetahui alasan masyarakat membuka

TampilandarikekuatandBm di antenna alumunium foil single.. Gambar 4.2.2dBm model alumunium foil bertingkat. TampilandarikekuatandBm di antenna alumunium foil bertingkat.

2011, menindaklanjuti surat pesanan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) RSUD Ba’a T.A 2011 dengan memperhatikan Surat PPK tentang Tata Cara Prosedur Perencanaan umum pengadaan

Segala puji hanya bagi Allah SWT, hanya karena Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Prarancangan Pabrik

a) Prefix {in-} has the meaning to indicate negation from noun. b) Suffix {-er} has the meaning to indicate noun category of verb. d) Suffix {-ness} has the meaning to

energi untuk produksi tahu di industri kecil tahu yang meggunakan bahan bakar biomassa adalah sebesar 13.62209 MJ/kg tahu atau 36.28933 MJ/kg kedelai, terdiri dari energi

coping behavior to analyze Frank William Abagnale as the major character. in coping his problems in Catch Me If

Di bawah Departemen Usaha Dagang terdiri dari bagain pembelian, bagian pemasaran,.. bagian pengiriman dan bagian gudang, sedangkan di bawah bagian Keuangan