HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP
PRAKTIK PENCEGAHAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
PADA MASYARAKAT DI RW 022 KELURAHAN PAMULANG
BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
UMMI ZULAIKHAH NIM: 109104000037
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2014
Ummi Zulaikhah, NIM: 109104000037
Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat xvii+ 69 halaman + 4 lampiran
ABSTRAK
Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Angka terjadinya kasus demam berdarah dengue mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, diperkirakan 50-100 juta orang diseluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara tropis didunia yang termasuk wilayah endemik terhadap penyakit demam berdarah dengue. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue terhadap praktik pencegahan demam berdarah dengue di RW 022 Pamulang Barat. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain correlation. Pengambilan data dilakukan pada 54 responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner. Hasil analisis didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan demam berdarah dengue (p = 0,13 r = 0,206). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi instansi kesehatan agar dapat melakukan pengawasan terhadap praktik pencegahan demam berdarah di masyarakat yang berguna untuk menurunkan angka kejadian demam berdarah dengue.
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, January 2014 Ummi Zulaikhah, NIM: 109104000037
Correlation between Community Knowledge for Community Practice of Dengue Hemorrhagic Fever in RW: 022 West Pamulang
xvii+ 69page + 4 attachments
ABSTRACT
Dengue hemorrhagic fever is an infectious disease transmitted through mosquito bites . Figures occurrence of cases of dengue fever has increased dramatically worldwide in recent years, an estimated 50-100 million people worldwide infected with dengue hemorrhagic fever each year . Indonesia is a tropical country in the world including the endemic areas of the disease dengue fever. The purpose of this study was to determine the correlation between the community knownledge about dengue hemorrhagic fever and community practice of dengue hemorrhagic fever in RW: 022 West Pamulang. This research is a quantitatie study of the correlation design. Data collection was conducted on 54 respondents using questionnaires. The results of the analysis showed that there was no relationship between knownledge of the practice of prevention of dengue hemorrhagic fever (p = 0,13 r = 0,206). The results of this study are expected to be a consideration for health agencies in order to conduct surveillance of dengue prevention practices in the community that can reduce the incidence of dengue hemorrhagic fever.
vii
RIWAYAT
HIDUP
Nama : Ummi Zulaikhah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 November 1991
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Ciptomangunkusumo Gg. H. Kana Rt: 04 Rw: 06 No.63 Kelurahan Paninggilan, Ciledug- Tangerang Kode Pos: 15154
Telepon : 08979787006
Email : ummi.zulaikhah18@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. MI Darunnajah [1997-2003]
2. SMP Negeri 245 Jakarta Selatan [2003-2006]
3. SMA Budi Mulia [2006-2009]
Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:
1. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” pada tahun 2009
2. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” tahun 2010
3. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health” tahun 2012
viii
5. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012
6. Seminar Keperawatan “Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan Diagnostic Reasoning” tahun 2012
7. Workshop Keperawatan “Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan Diagnostic Reasoning” tahun 2012
ix
PERSEMBAHAN
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu
orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Imran: 139)
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Seluruh keluarga besarku terutama Ibu, Bapak, Mbak Nur, Mbak Siti dan Mba Fitri yang telah memberikan motivasi, fasilitas dan doa yang tiada hentinya untukku.
Hendri Arfian sebagai orang terdekat yang selalu memberikan aku semangat dan nasihat selama ini.
Untuk sahabat dan teman- temanku tercinta khususnya untuk walidatul laili mardliyah dan Rusmanto yang tiada hentinya memberikanku motivasi, kritik dan saran selama skripsi, serta tidak lupa Ares, Eva, Anggi, Desi, Nami, Sri Inggar, Nining, serta seluruh keluarga besar PSIK.
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) .
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak- pihak yang memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Prof. Dr (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp.and selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan
3. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
4. Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan banyak ilmu, kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini. 5. Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing akademik yang
xi
6. Seluruh Bapak/ Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang memberikan banyak sekali ilmu kepada penulis selama belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan.
7. Ibu, Bapak serta saudara- saudaraku tercinta yang telah memberikan doa, dukungan dan fasilitas selama penulis menempuh pendidikan.
8. Teman- temanku tercinta di PSIK 2009 yang senantiasa memberikan semangat, kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini, khususnya untuk wali, desi, sri, ares, eva, inggar, nami dan rusmanto.
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Jakarta, Januari 2014
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah ...10
1. Pengertian DBD ...10
2. Penyebaran Penyakit DBD ...10
3. Vektor Penyebab DBD ...12
4. Faktor-Faktor Resiko pada DBD ...14
5. Siklus Penularan DBD ...14
6. Patogenesis DBD ...15
7. Macam-macam DBD ...16
xiii
9. Diagnosa DBD ...20
10.Penatalaksanaan DBD ...21
11.Kebijakan Pemerintah Terkait DBD ...22
12.Upaya Pencegahan DBD ...23
B. Perilaku 1. Pengertian Perilaku ...26
2. Teori Stimulus-Organisme-Respon (SOR) ...27
3. Pengertian Perilaku Kesehatan ...28
4. Klasifikasi Perilaku Kesehatan ...29
5. Domain Perilaku ...29
6. Teori Pembentukan Perilaku ...32
C. Penelitian Terkait ...33
D. Kerangka Teori ...34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ...35
B. Definisi Operasional ...36
C. Hipotesis ...37
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...38
B. Tempat danWaktu Penelitian ...38
C. Populasi dan Sampel ...39
1. Populasi Penelitian ...39
2. Sampel Penelitian ...39
D. Instrumen Penelitian ...41
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...42
1. Uji Validitas ...42
2. Uji Realibilitas ...43
F. Metode Pengumpulan Data ...43
G. Etika Penelitian ...44
H. Pengolahan Data...45
I. Analisa Data...46
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ...48
B. Karakteristik Responden ...48
1. Umur ...48
2. Pendidikan ...49
3. Pendidikan ...50
C. Pengetahuan Responden ...50
D. Praktik Responden Terhadap Pencegahan DBD ...51
E. Hasil Analisis Bivariat ...52 1. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang Demam
xiv
2. Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan
Pamulang Barat ...52
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 1. Gambaran Karakteristik Responden di RW 022 Pamulang Barat ...60
a. Umur ...60
b. Pendidikan ...60
c. Jenis Kelamin ...61
2. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat ...62
3. Gambaran Praktik Masyarakat Terhadap Pencagahan Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat ...63
B. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah dan Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat ...64
C. Keterbatasan Penelitian ...66
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ...68
B. Saran. ...69
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Hal
2.1 Perbandingan Demam biasa, demam dengue, DHF
atau DSS……… 17 3.1 Definisi Operasional………..36 4.1 Jumlah masyarakat RW 022 kelurahan Pamulang Barat
tahun 2013……….39 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di
RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013……….49 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di
RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013……….49 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013…….50 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tentang DBD di RW 022 Kelurahan
Pamulang Barat Tahun 2013………..50 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik
Tentang Pencegahan DBD di RW 022 Kelurahan
Pamulang Barat Tahun 2013………..51 5.7 Tabel Silang 5.7 Hubungan Item Pertanyaan
No. 3 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 5………52 5.8 Tabel Silang 5.8 Hubungan Item Pertanyaan
No. 5 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 1………53 5.9 Tabel Silang 5.9 Hubungan Item Pertanyaan
xvii
No. 5 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 3………55 5.11 Tabel Silang 5.11 Hubungan Item Pertanyaan
No. 6 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 11………56 5.12 Tabel Silang 5.12 Hubungan Item Pertanyaan
No. 7 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 15………57 5.13 Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap
Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue………….58
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 2 Kuisoner Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan terhadap penyebaran kasus DBD didaerah urban dan semi urban, sehingga hal tersebut menjadi perhatian utama kesehatan masyarakat internasional (World Health Organization , 2012).
Angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 2,5 milyar penduduk didunia, lebih dari 40%nya beresiko mengalami DBD. Saat ini, diperkirakan 50-100 juta orang di seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya. (WHO, 2012)
Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang dilaporkan mengalami epidemi demam berdarah yang cukup parah, akan tetapi untuk saat ini penyakit demam berdarah menjadi endemik di berbagai negara di kawasan Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia tenggara dan Pasifik Barat yang merupakan daerah paling serius terkena dampak dari penyakit tersebut. Kasus demam berdarah di Amerika, Asia tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta kasus pada tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010. (WHO, 2012)
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Hal tersebut menyebabkan masalah kesehatan karena terdapat banyak daerah endemik sehingga jumlah penderita semakin meningkat dan penyebaran pun semakin meluas ke wilayah lain dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. (Widoyono, 2008).
Dampak peningkatan serta meluasnya penyebaran DBD dapat berpengaruh terhadap perekonomian, dikarenakan kehilangan waktu kerja, waktu pendidikan maupun biaya selama perawatan penderita DBD selama sakit, selain itu jika tidak ditangani secara serius maka akan berdampak terhadap tingginya angka kesakitan dan meningkatkan resiko terjadinya kematian penderita DBD jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. (Depkes RI, 2011)
Sumatera Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus, 20 meninggal). Dan terdapat Beberapa provinsi yang mengalami peningkatan kasus dibandingkan tahun 2008 adalah Jambi, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan Papua.
Departemen kesehatan RI (2013) menyatakan angka kesakitan penderita DBD per 100.000 penduduk pada tahun 2012 adalah 34,3% sedangkan data tahun 2011 adalah 26,67%. Data tahun 2010 adalah 65.70% .
Dinas kesehatan Tangerang Selatan tahun 2011, melaporkan bahwa 5 kasus DBD tertinggi sepanjang tahun 2011 berada di wilayah kecamatan Pamulang yaitu sebanyak 75 kasus, disusul oleh puskesmas Benda Baru dengan kasus DBD sebanyak 59, puskesmas Kampung Sawah dengan kasus DBD sebanyak 44, puskesmas Rawa Buntu kasus DBD sebanyak 44, dan puskesmas Ciputat Timur kasus DBD sebanyak 42, kemudian pada tahun 2012 kasus DBD tertinggi masih berada pada puskesmas Pamulang yaitu sebanyak 81 kasus, puskesmas Kampung Sawah 78 kasus, puskesmas Rawa Buntu 48 kasus, puskesmas Ciputat Timur 47 dan puskesmas Pondok Jagung 45 kasus DBD.
Udik 11 kasus dan Kelurahan Pondok Cabe Ilir terdapat 2 kasus DBD. Tahun 2012 terjadi peningkatan kasus menjadi 81 kasus yaitu Kelurahan Pamulang Barat sebanyak 21 kasus, Kelurahan Pamulang Timur 23 kasus, Kelurahan Pondok Cabe Udik 25 kasus dan Pondok Cabe Ilir 12 kasus DBD dan terhitung sampai bulan april 2013 sudah terdapat 27 kasus DBD yaitu Kelurahan Pamulang Barat 9 kasus, Pamulang Timur 7 kasus, Pondok Cabe Udik 9 kasus dan Pondok Cabe Ilir 2 kasus. Hal ini menandakan bahwa kelurahan Pamulang Barat merupakan salah satu daerah dengan kasus DBD tertinggi di wilayah binaan Puskesmas Pamulang.
Seiring dengan semakin banyaknya kasus DBD, pemerintah membuat beberapa kebijakan terhadap pencegahan DBD yaitu dengan meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan pengendalian vektor yang dilakukan dengan baik, terpadu dan berkesinambungan. Pengendalian vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk PSN dengan menekankan kegiatan 3M plus (mengubur kaleng kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat serta penggunaan bubuk abate). Keberhasilan terhadap kegiatan PSN ini dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. (Depkes RI, 2010)
memiliki pengetahuan dan keterampilan praktis dalam mencegah vektor penyakit dan Neglected Tropical Disease (NTD serta pemerintah melibatkan peranan kader Jumantik (juru pemantau jentik ) yang bertugas untuk
mengawasi kegiatan PSN yang dilaksanakan dimasyarakat setempat untuk
meningkatkan partisipasi dan peranan masyarakat agar memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif yang dapat direalisasikan melalui pembentukan kader Jumantik ini.(Depkes RI, Dirjen P2PL, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Hardayati, et al (2011) menyatakan Bahwa, perilaku dari masyarakat akan sangat menentukan tingkat kesehatan dari masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan, dan sebaliknya perilaku masyarakat yang tidak baik akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Tercatatnya Kota Pekanbaru sebagai daerah endemis DBD, diperkirakan ada keterkaitannya dengan perilaku masyarakat dalam PSN-DBD, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian bahwa perilaku masyarakat dalam melaksanakan PSN-DBD yang kurang baik tercatat sebesar 43% sehingga masih ditemukannya keberadaan jentik nyamuk yang merupakan indikator dari potensi terjangkitnya masyarakat terhadap DBD, penelitian ini menyebutkan Angka Bebas Jentik di Kecamatan Pekan Baru Kota masih tergolong rendah, yaitu 92% dibanding nilai standar yang ditentukan oleh Departement Kesehatan yaitu lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan dapat dicegah atau dikurangi.
dalam pencegahan DBD menjelaskan bahwa hasil penelitian tersebut menunjukan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok yang diberikan intervensi penyuluhan kesehatan tentang DBD diketahui nilai P <0,001 yang berarti terjadi perbedaan yang bermakna yaitu peningkatan pengetahuan terhadap DBD, sedangkan pada kelompok kontrol terlihat tidak ada perubahan bermakna, diketahui nilai P= 0,4. Peningkatan pengetahuan yang diperoleh dari kelompok intervensi tersebut juga diikuti dengan peningkatan dalam melaksanakan praktik pencegahan DBD, yaitu diketahui nilai P <0,001 yang berarti terjadi perbedaan yang bermakna setelah dilakukan penyuluhan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi perubahan yang bermakna diketahui nilai P= 0,2.
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa salah satu strategi dalam meningkatkan pengetahuan yaitu dengan memberikan informasi untuk mencapai hidup sehat salah satunya dengan memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat. Pengetahuan yang diperoleh tersebut akan menyebabkan seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Rogers (1974) dalam Fitriani (2011) menjelaskan bahwa, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hal penting bagi seseorang sebelum melakukan tindakan kesehatan karena dengan adanya pengetahuan maka seseorang mampu bertindak untuk meningkatkan kesehatannya.
“Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat”. Penulis memilih RW 022 kelurahan Pamulang Barat sebagai tempat penelitian karena penulis memperoleh informasi bahwa RW 022 Pamulang Barat merupakan salah satu wilayah binaan Puskesmas Pamulang dengan kasus DBD tertinggi sehingga penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dan praktik masyarakat terhadap pencegahan DBD di wilayah tersebut.
B. Rumusan Masalah
WHO (2013) menjelaskan bahwa, angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia, diperkirakan 50-100 juta orang di seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya.
binaan Puskesmas Pamulang, maka peneliti ingin mengetahui “Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat”.
C.Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pengetahuan masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat tentang pencegahan demam berdarah dengue?
2. Bagaimana praktik masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat terhadap pencegahan demam berdarah dengue?
3. Bagaimana hubungan pengetahuan masyarakat terhadap praktik pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat kelurahan Pamulang Barat?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan pengetahuan masyarakat di RW 022 Pamulang Barat terhadap praktik pencegahan demam berdarah dengue .
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat tentang pencegahan demam berdarah dengue
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat terhadap praktik pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat.
E. Manfaat
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi ilmu keperawatan dan berguna untuk menambah wawasan serta pengalaman bagi peneliti terhadap masalah kesehatan Keluarga terutama tentang DBD.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan khususnya bidang pendidikan keperawatan komunitas.
3. Bagi PUSKESMAS
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian DBD
World Health Organization Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi dengan salah satu dari empat virus dengue. Virus tersebut dapat menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa (WHO, 2013). Sedangkan menurut Depkes RI, DBD adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Virus DBD dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk (Aedes aegypti atau Aedes albopictus) yang terinfeksi virus DBD. (Depkes RI, 2011)
Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam- ruam. Demam berdarah dengue/ dengue hemorraghagic fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock syndrome (DSS) (Mardiana, 2010).
2. Penyebaran Penyakit DBD
disebut penyakit demam 5 hari. Wabah demam dengue terjadi pada tahun 1871- 1873 di Zanzibar kemudian di Pantai Arab dan terus menyebar ke Samudra Hindia. Quintos dkk, pada tahun 1953 melaporkan kasus demam berdarah dengue di Philipina, kemudian disusul negara- negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Pada dekade 60-an penyakit ini mulai menyebar ke negara- negara Asia Tenggara, antara lain Singapura, Malaysia, Srilangka dan Indonesia. Pada dekade 70-an, penyakit ini menyerang di kawasan Pasifik termasuk di kepulauan Polinesia. Dekade 80-an demam berdarah menyerang negara- negara Amerika Latin, yang dimulai dengan negara Kuba pada tahun 1981. Penyakit demam berdarah hingga saat ini terus menyebar luas di negara- negara tropis dan sub tropis. (Nisa, 2007)
3. Vektor Penyebab DBD
Mardiana (2010) menjelaskan bahwa penyebab demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok flavivirus dan serotype tersebut terdiri dari DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4, sedangkan menurut Depkes RI 2012 menjelaskan bahwa dari 4 serotype tersebut yang terbanyak kasusnya disebabkan oleh serotype DEN-3 dan DEN-2. Infeksi oleh salah satu jenis serotype akan memberikan imunitas seumur hidup terhadap serotype tersebut, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotype yang lain.
Menurut Widoyono (2008) vektor primer dan yang paling efektif terhadap penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) yang merupakan nyamuk tropis dan subtropis, akan tetapi distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian, biasanya tidak dijumpai pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter dan vektor sekundernya yaitu nyamuk Aedes albopictus (di daerah pedesaan).
Depkes RI (2012) menjelaskan bahwa Nyamuk Aedes aegypti aktif menggigit pada waktu pagi hari (pukul 08.00-12.00) dan sore hari (pukul 15.00–17.00). Nyamuk Aedes aegypti ini hidup dan berkembang biak pada tempat- tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti: vas bunga, toren air, bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dll.
hari. Ginanjar (2007) menjelaskan bahwa hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya, sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah manusia, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh- tumbuhan.
Menurut Hadinegoro (2004), umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata- rata 1½ bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara disekelilingnya. Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 meter dari tempat perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukai nyamuk Aedes aegypti adalah benda-benda yang tergantung yang ada didalam rumah, seperti gordyn ataupun baju-baju dikamar yang gelap dan lembab, sehingga menjadi tempat perindukan yang baik bagi nyamuk Aedes aegypti, terutama pada pemukiman penduduk yang tidak dibersihkan.
4. Faktor- Faktor Resiko pada DBD
Infeksi sekunder dengue merupakan faktor risiko untuk DBD, termasuk juga antibodi- pasif pada bayi. Strain virus juga merupakan faktor risiko untuk terkena DHF, tidak semua tipe virus berpotensi menimbulkan epidemi atau mengakibatkan kasus yang parah. Usia dan genetik pejamu juga termasuk faktor risiko terhadap DBD. Walaupun DBD dapat dan memang menyerang orang dewasa, kebanyakan kasusnya ditemukan pada anak- anak yang berusia kurang dari 15 tahun, dan bukti tidak langsung memperlihatkan bahwa beberapa kelompok di masyarakat mungkin justru lebih rentan terhadap sindrom pecahnya pembuluh darah daripada kelompok lainnya. (WHO, 2005)
5. Siklus Penularan DBD
gejala sakit, orang tersebut merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu. Akan tetapi pada individu yang imunitasnya lemah, akan tampak gejala awal seperti demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit (Widoyono, 2008).
6. Patogenesis DBD
Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue tersebut akan masuk kedalam sirkulasi darah dengan masa inkubasi virus terjadi selama 3-15 hari (rata-rata 7-10 hari). Selama masa inkubasi, virus akan memperbanyak diri dengan cara replikasi. (Nasronudin, 2007)
WHO (2005) menjelaskan bahwa patogenesis DHF menyebabkan perubahan pada fisiologis manusia yaitu:
a. Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemia dan syok. DHF memiliki ciri yang unik karena kebocoran plasma khusus ke arah rongga pleura dan peritoneum selain itu periode kebocoran cukup singkat (24-48 jam). b. Hemostatis abnormal terjadi akibat vaskulopati, trombositopenia
sehingga terjadi berbagai jenis manifestasi perdarahan.
kompleks antibodi-antigen terhadap aktivasi komplemen pada pasien DHF belum berhasil diperlihatkan. (WHO, 2005)
Berdasarkan hipotesis, tingkat keparahan DHF jika dibandingkan dengan DF dapat ditunjukkan melalui peningkatan multiplikasi virus dalam makrofag oleh antibodi heterotipik akibat infeksi dengue sebelumnya. Walaupun begitu ada bukti yang memperlihatkan bahwa faktor virus dan respon imun yang diperantarai sel juga terlibat dalam patogenesis DHF. (WHO, 2005)
7. Macam-macam DBD
Berikut ini adalah perbedaan dari demam biasa (sindrom virus), demam dengue (DF), dan demam berdarah dengue (DHF) atau sindrom syok dengue (DSS):
Tabel 2.1 Perbandingan Demam biasa, demam dengue, DHF atau DSS
Demam biasa Demam dengue DHF atau DSS
Usia Bayi, anak- anak, dan dewasa Anak dan dewasa Anak <15 tahun paling banyak dan dewasa
Gejala awal Sama seperti demam biasa akibat virus lain
Sakit kepala, sakit punggung, malaise, awitan tiba- tiba selama 5-7 hari, peningkatan suhu tajam (39- 40˚C) disertai menggigil dan kemerahan pada wajah
Peningkatan suhu tiba- tiba dapat mencapai 40˚C, kemerahan wajah, anoreksia, muntah, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, bisa terjadi kejang demam.
Gejala umum Ruam makupopular Nyeri retroorbital, fotofobia, anoreksia, konstipasi, nyeri, ruam
Sumber: WHO (2005)
kulit pada wajah, leher dan dada, ptekie (+)
kegagalan sirkulasi.
Hemostasis Normal Normal Penurunan trombosit
Perjalanan penyakit Terjadi akibat infeksi virus dengue pertama kali
8. Manifestasi Klinis DBD
Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai dari sindrom virus nonspesifik sampai perdarahan yang dapat berakibat fatal sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan sirkulasi. (Mardiana, 2010)
Tanda atau gejala DBD yang muncul seperti bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu suhu badan lebih dari 38˚C, badan terasa lemah dan lesu, gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat, nyeri ulu hati, dan muntah. Dapat pula disertai pendarahan seperti mimisan dan buang air besar bercampur darah serta turunnya jumlah trombosit hingga 100.000/mm3 (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan gejala DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan: a. Derajat 1 : demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu- satunya
manifestasi perdarahan adalah dengan melakukan tes torniquet positif.
b. Derajat 2 : gejala yang ada pada tingkat 1 disertai dengan perdarahan spontan , perdarahan dapat terjadi di kulit maupun perdarahan lain.
c. Derajat 3 : kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, hipotermi dan pasien biasanya menjadi gelisah.
9. Diagnosa DBD
Rentang variasi klinis infeksi virus dengue sedemikian luas, maka WHO (2005), membuat kriteria diagnosis DBD yang dapat ditegakkan bila semua hal dibawah ini terpenuhi:
a. Demam: awalnya akut, cukup tinggi dan kontinu yang berlangsung selama 2 sampai 7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan pada uji tourniquet positif, petekie, purpura, ekimosis, epitaksis, gusi berdarah dan hematemesis atau melena.
c. Pembesaran hati (hepatomegali) tampak pada beberapa tahap penyakit.
d. Syok ditandai dengan denyut yang cepat dan lemah disertai tekanan denyut yang menurun atau hipotensi, kulit lembap, dingin dan gelisah.
e. Trombositopenia (100.000/ mm3 atau kurang)
f. Hemokonsentrasi; peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau lebih.
10. Penatalaksanaan DBD
Penatalaksanan kasus DBD yang efektif memerlukan keterlibatan dokter dan perawat yang terlatih, diagnosa dini terhadap penyakit dan dirawatnya pasien dirumah sakit sangat penting guna menurunkan angka kematian pada pasien DBD (WHO, 2005). Adapun penatalaksanaan tersebut meliputi:
Tindakan mandiri perawat:
a. Observasi tanda- tanda vital pasien meliputi suhu, nadi, tekanan darah serta adanya tanda perdarahan, hepatomegali serta nyeri tekan pada hati.
b. Pertahankan tirah baring sangat dianjurkan selama fase demam akut c. Berikan kompres hangat pada kepala maupun axilla untuk
menurunkan suhu tubuh
d. Catat intake dan output pasien, amati terhadap adanya ketidakseimbangan cairan tubuh.
e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/ hipovolemik (muntah, diare, tampak kehausan, turgor kulit buruk) dan anjurkan klien untuk banyak minum, untuk mencegah dehidrasi
Tindakan kolaborasi:
a. Pemberian antipiretik untuk menjaga suhu tubuh dibawah 40˚C. Pemberian aspirin tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan gastritis, perdarahan dan asidosis sebaiknya berikan parasetamol. b. Pemberian cairan intra vena (sebagai contoh cairan kristaloid
maupun cairan koloid) jumlah cairan diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit serta diperhatikan umur dan berat badan pasien.
c. Pemberian sedatif jika pasien tampak gelisah
d. Pemberian oksigen pada semua pasien yang mengalami syok dengan menggunakan masker oksigen
e. Transfusi darah diinstruksikan pada kasus yang menampakkan perdarahan yang signifikan dan diberikan sesuai indikasi.
f. Pemeriksaan kadar hematokrit diukur setiap dua jam selama 6 jam pertama dan sesudahnya setiap 4 jam sampai kondisi pasien stabil (WHO, 2005)
11. Kebijakan Pemerintah Terkait DBD
serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) (Widoyono (2008).
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dibuatlah Kepmenkes no. 581/Tahun 1992, yang ditetapkan sebagai Program Nasional Penanggulangan DBD yang terdiri dari 8 pokok program yaitu, surveilans kasus DBD, Pemberantasan Vektor, Penatalaksanaan Kasus, Penyuluhan, Kemitraan dalam pembentukan kelompok kerja operasional DBD (Pokjanal DBD), peran serta masyarakat melalui pembentukan kader juru pemantau jentik (Jumantik), Pelatihan dan Penelitian terkait DBD.
12. Upaya Pencegahan DBD a. Manajemen lingkungan
rapat tempat penampungan air (bak mandi, kolam hias, drum, wadah air minum hewan, pot bunga) dan mengubur atau menyingkirkan barang bekas (ban, kaleng serta ember bekas) yang dapat menjadi sarang nyamuk.
b. Perlindungan diri
Pakaian mengurangi risiko tergigit nyamuk jika pakaian itu cukup tebal atau longgar. Baju lengan panjang dan celana panjang dengan kaus kaki dapat melindungi tangan dan kaki, yang merupakan tempat yang paling sering terkena gigitan nyamuk WHO (2005). Selain itu untuk menghindari gigitan nyamuk Aedes Aegypti dapat menggunakan kelambu bila tidur, memasang kawat kassa pada ventilasi udara, memakai obat nyamuk bakar/semprot serta obat nyamuk oles (repellent) di dalam maupun di luar rumah pada pagi dan sore hari (Depkes RI, 2012).
c. Abatisasi
Abatisasi dilaksanakan didesa/ kelurahan endemis terutama disekolah dan tempat- tempat umum. Semua tempat penampungan air dirumah dan bangunan yang ditemukan jentik nyamuk ditaburi bubuk abate sesuai dengan dosis yaitu 10 gram abate untuk 100 liter air (WHO, 2005).
d. Pengendalian biologis
populasi larva vektor DBD ialah ikan pemakan jentik yang terbukti efektif dan telah digunakan salah satunya dikota Palembang adalah ikan cupang. (Depkes RI, 2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Taviv.Y dkk (2010), tentang pengendalian DBD melalui pemanfaatan pemantauan jentik dan ikan cupang mendapatkan hasil bahwa intervensi dengan pemanfaatan ikan cupang plus pemantauan jentik lebih efektif untuk meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan menurunkan House Index (HI), Conteiner Index (CI), Breteau Index (BI).
e. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
yang dapat menampung air, mengindentifikasi rumah-rumah yang tidak berpenghuni dan mengajak pemilik rumah untuk berpartisipasi dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur. Penelitian yang dilakukan oleh Chadijah dkk (2009) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan ABJ dan penurunan HI, BI, dan CI dengan memberdayakan jumantik dalam mengawasi kegiatan pelaksanaan PSN dimasyarakat di dua kelurahan kota Palu, Sulawesi Tengah. f. Fogging Fokus
Fogging fokus merupakan kegiatan menyemprotkan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa dan merupakan salah satu cara yang cukup banyak dipakai di Indonesia, namun cara ini kurang efektif karena hanya dapat membunuh nyamuk dewasa pada suatu wilayah dengan radius 100-200 meter di sekitarnya dan efektif hanya untuk satu sampai dua hari. Kegiatan fogging ini tidak dapat membunuh larva nyamuk.
B. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
disimpulkan bahwa perilaku merupakan tindakan yang dilakukan seseorang setelah orang tersebut mendapatkan rangsangan atau stimulus.
2. Teori Stimulus- Organisme- Respon (SOR)
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Maka teori Skiner ini disebut juga dengan teori SOR (Stimulus- Organisme- Respon) dimana stimulus terhadap organisme kemudian organisme tersebut akan memberikan respon. Skiner membedakan adanya 2 respon yaitu:
a. Respondent respons atau reflexive merupakan respon yang muncul karena rangsangan tertentu. Atau disebut juga dengan eliciting stimulation atau stimulasi yang menimbulkan respon tetap seperti makanan lezat merangsang keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, juga mencakup perilaku emosional seperti menagis bila sedih, luapan kegembiraan bila bahagia.
b. Operant respons atau instrumental respon merupakan respon yang timbul dan berkembang oleh stimulus tertentu. Perangsang ini disebut reinforcer artinya penguat. Seperti karyawan yang telah bekerja dengan baik diberikan penghargaan atau hadiah dengan harapan dapat meningkatkan kinerjanya.
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup (convert). Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk tindakan nyata, yang mudah dapat diamati atau diobservasi secara langsung oleh orang lain (Fitriani, 2011).
3. Pengertian Perilaku Kesehatan
4. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memelihara kesehatannya atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan melakukan usaha untuk penyembuhan jika sakit.
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan merupakan respon seseorang terhadap pencarian pengobatan yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. c. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan merupakan respon
seseorang terhadap lingkungan sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya yaitu dengan cara mengelola lingkungannya agar tidak mengganggu kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Skiner dalam Notoatmodjo (2007).
5. Domain Perilaku
Menurut Bloom (1968) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa, pengukuran terhadap perilaku kesehatan dapat dilihat dari domain perilaku, yakni ada pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik (practice) ialah berikut:
a. Pengetahuan
terhadap suatu objek. Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu yang spesifik dari materi yang dipelajari. 2) Memahami
Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara tepat terhadap objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan tepat.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi nyata. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penerapan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, yang berkaitan satu sama lain.
5) Sintesis
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada kriteria yang dilakukan sendiri ataupun menggunakan kriteria yang ada.
Penelitian yang dilakukan oleh Sungkar dkk (2010) menjelaskan bahwa, intervensi melalui penyuluhan terhadap PSN dapat berpengaruh pada peningkatan pengetahuan masyarakat di Desa Bayah, penelitian tersebut didapatkan hasil sebelum penyuluhan sebanyak 11,3% pengetahuan baik, 24,5% pengetahuan cukup dan 64,2% berpengetahuan kurang namun, setelah dilakukan penyuluhan didapatkan hasil bahwa 13,2% berpengetahuan baik, 35,8% berpengetahuan cukup dan 50,9% berpengetahuan kurang.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Allport dalam Fitriana (2011) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen yaitu, kepercayaan terhadap objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek dan kecenderungan untuk bertindak.
c. Praktek atau Tindakan
masyarakat dalam upaya menekan angka kejadian DBD salah satunya melalui kegiatan PSN- DBD.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2009) menjelaskan bahwa upaya praktek responden dalam pencegahan DBD di Kelurahan Kramatpela mendapatkan hasil 17,8% keluarga termasuk dalam kategori praktek baik, 57,5% keluarga termasuk dalam tingkat kategori praktek cukup, dan 24,7% keluarga termasuk dalam tingkat kategori praktek kurang. Hal ini menyebabkan masih tingginya angka kejadian DBD yang terjadi di daerah RW 09 Kelurahan Kramatpela karena masih banyak keluarga yang tidak melaksanakan kegiatan PSN DBD secara sungguh-sungguh. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar responden membiarkan pakaian kotor bergantungan di belakang pintu, padahal hal tersebut dapat mendorong terjadinya kejadian DBD karena nyamuk penyebab DBD menjadikan tempat tersebut sebagai tempat transmisinya.
6. Teori Pembentukan Perilaku
Menurut teori Lawrence Green, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan dia melakukan sesuatu, yaitu pengetahuan, sikap, praktik, persepsi, usia, budaya dll.
sarana dan prasarana. Contoh: fasilitas kesehatan yang sarana tidak mendukung (puskesmas sangat jauh dan sulit dijangkau) akan berpengaruh pada kunjungan pelayanan kesehatan.
c. Faktor penguat atau pendukung (reinforcing factors), adalah faktor yang memperkuat atau memberikan dukungan seseorang untuk berperilaku,yaitu kebijakan yang ada. (Notoatmodjo, 2007)
C. Penelitian Terkait
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Green dalam Notoatmodjo (2007). Faktor predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Praktik
- Persepsi
- Usia
- Budaya
Perilaku kesehatan
Faktor Pendukung:
- Kebijakan Pemerintah Faktor Pemungkin :
35 BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat korelatif atau menghubungkan variabel-variabel yang akan diteliti. Penelitian ini meneliti variabel independent yaitu pengetahuan masyarakat tentang DBD, sedangkan variabel dependent yang akan diteliti yaitu praktik pencegahan DBD.
Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian tentang pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue terhadap praktik pencegahan
demam berdarah dengue pada masyarakat di kelurahan Pamulang Barat
Variabel independent Variabel dependent
Pengetahuan masyarakat tentang pencegahan demam berdarah dengue
Praktik pencegahan demam berdarah
dengue
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur
Pengetahuan mengerti tentang penyakit DBD yang berkaitan dengan etiologi, manifestasi dan pencegahan DBD
Kuisioner pengetahuan DBD Pemberian skor menggunakan skala Guttman:
Praktik pencegahan DBD adalah segala tindakan yang dilakukan secara nyata dari masyarakat untuk melakukan pencegahan DBD yang terdiri dari manajemen lingkungan, perlindungan diri, abatisasi, pengendalian biologis.
Kuisioner praktik pencegahan DBD
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah:
38 BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain correlation, yang bertujuan untuk memperoleh hubungan pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue terhadap praktik pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis mengunakan statistik (Sugiyono, 2012). Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu sehingga disebut cross sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
sebanyak 21 kasus, Kelurahan Pamulang Timur 23 kasus, Kelurahan Pondok Cabe Udik 25 kasus dan kelurahan Pondok Cabe Ilir 12 kasus DBD dan terhitung sampai bulan april 2013 sudah terdapat 27 kasus DBD yaitu Kelurahan Pamulang Barat 9 kasus, Kelurahan Pamulang Timur 7 kasus,Kelurahan Pondok Cabe Udik 9 kasus dan Kelurahan Pondok Cabe Ilir 2 kasus.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang akan dijadikan penelitian untuk dipelajari adalah populasi masyarakat diwilayah Kelurahan Pamulang.
2. Sampel
Tabel 4.1 Jumlah masyarakat RW 022 kelurahan Pamulang Barat tahun 2013
No. RT Jumlah Kepala
Keluarga
1. 01 100
2. 02 83
3. 03 65
4. 04 200
Jumlah 448 kepala keluarga
RT 1 = × 54 = 12 orang
RT 2 = × 54 = 10 orang
RT 3 = × 54 = 8 orang
RT 4 = × 54 = 24 orang
Adapun kriteria inklusi dalam pemilihan responden yaitu:
a. Masyarakat yang berdomisili di wilayah kelurahan Pamulang Barat
b. Bersedia menjadi responden c. Dapat membaca dan menulis
Keterangan:
n = jumlah sampel
Z1-α/2 = 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan α sebesar 5%)
Z1- β = 1,64 (kekuatan uji pada 1-β = 95%)
P1 = 0,75 (proporsi pengetahuan tentang DBD dengan kategori baik (Aztari, 2007))
P2 = 0,40 (proporsi pengetahuan tentang DBD dengan kategori tidak baik (Mafazi, 2011))
P = (P1+P2) /2 = 0,575 1 - P = 1 – 0,575 = 0,425
Maka besar sampel yang dihasilkan adalah:
n = {1,96 √2 0.575 0.425 + 0.84 √0.75 0.25 + 0.40 0.6 }2 (0,75 – 0.40)2
= 49
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari responden ialah menggunakan kuesioner. Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Kuisioner A berisi tentang pengetahuan responden tentang DBD dengan alat ukur kuisioner menggunakan skala Guttman, pemberian skor pada kuisioner ini ialah jawaban benar diberikan skor 1 dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
b. Kuesioner B tentang praktik pencegahan DBD dengan alat ukur kuisioner menggunakan skala Likert, pemberian skor pada kuisioner yaitu untuk jawaban Selalu adalah 3, skor Sering adalah 2, skor Kadang-kadang adalah 1, dan skor Tidak Pernah adalah 0.
E. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas
Perhitungan dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil perhitungan r hitung. Apabila r hitung > r tabel (0, 25), maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid, sedangkan apabila r hitung < r tabel, maka pertanyaan tersebut
tidak valid (Azwar, 2012).
2. Reabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,50 (Azwar, 2012). Hasil uji reabilitas pada penelitian ini didapatkan hasil untuk variabel pengetahuan yaitu 0,404 sedangkan untuk variabel praktik yaitu 0,475, kedua instrumen ini belum reliabel akan tetapi akan diuji kembali reabilitas kuisioner ini pada saat penelitian. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil uji reabilitas untuk variabel pengetahuan adalah 0,532 sedangkan untuk variabel praktik adalah 0,72 dan keduanya valid.
F. Metode Pengumpulan Data
a. Tahap pertama yaitu peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas untuk diserahkan ke Kelurahan Pamulang Barat dengan tembusan Ketua RW 022. Peneliti mengumpulkan data masyarakat dari ketua RW 022 dan membuat cluster tiap RT. Peneliti melakukan pengacakan responden di ketua RW setempat.
menyebar kuisioner kepada responden yang telah dipilih secara acak dari masing-masing cluster. Peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan tujuan serta memberikan lembar persetujuan (inform consent) untuk menjadi responden. Peneliti dan numerator memberikan kuisioner serta menjelaskan cara mengisi kuisioner tersebut.
c. Tahap ketiga yaitu pengolahan data. Peneliti memberikan kode pada masing-masing kuisioner serta memberikan skor pada masing-masing pernyataan untuk memudahkan pengolahan data, selanjutnya peneliti memasukkan data tersebut kedalam software statistik (SPSS 18) dan melakukan analisis. Tahap terakhir adalah memeriksa kembali apakah ada kesalahan pada data atau pada proses input dan analysis.
G. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menekankan masalah etika yang perlu diperhatikan selama penelitian yaitu:
1. Lembar Persetujuan Penelitian
2. Tanpa Nama (anonymousity)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden, tetapi menuliskan kode pada lembar pengumpulan data yang di berikan kepada responden
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Kerahasiaan responden akan di jamin oleh peneliti, baik sebuah informasi maupun masalah-masalah lainnya yang diberikan oleh responden. (Hidayat, 2008)
H. Pengolahan Data
Pengolahan data/manajemen data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan analisis/interpretasi (Amran, 2012) Adapun tahap-tahap pengolahan data meliputi:
1. Data Coding
Data coding merupakan kegiatan mengklasifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. Dalam coding, data yang berbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk angka atau bilangan.
2. Data Editing
kelengkapan, relevansi, dan konsistensi jawaban. Kelengkapan data diperiksa dengan cara memastikan bahwa jumlah kuisiner yang terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang ditentukan dan memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam kuisioner sudah terjawab dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban diperiksa dengan cara melihat apakah ada data yang bertentangan dengan data lain. 3. Data Structure
Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang dilakukan dan jenis perangkat lunak yang dipergunakan. Pada saat mengembangkan struktur data, bagi masing-masing variabel perlu ditetapkan: nama, skala ukur variabel, dan jumlah digit.
4. Data Entry
Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau fasilitas analisis data. Program untuk analisis data : SPSS 18.
5. Data Clearing
Tahapan ini merupakan tahapan pemeriksaan kembali data yang telah masuk ke dalam komputer dengan memeriksa apakah ada kesalahan yang terjadi di dalamnya. Clearing data dapat dilakukan dengan mengamati distribusi frekuensi atau diagram tebar tiap variabel dan memeriksa apakah ada nilai-nilai yang menyimpang.
I. Analisa Data
adalah agar data yang dikumpulkan memiliki arti/makna yang dapat berguna untuk mengatasi masalah kesehatan (Amran, 2012). Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari satu tahap yaitu:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analisis univariat menggunakan analisis persentase dari seluruh responden yang diambil dalam penelitian, dimana akan menggambarkan bagaimana komposisinya ditinjau dari beberapa segi sehingga dapat dianalisis karakteristik responden. Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsinya. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: 1) Data demografi masyarakat yang terdiri dari umur, pendidikan, dan jenis kelamin; 2) Pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue; 3) Praktik pencegahan demam berdarah dengue.
2. Analisis Bivariat
50 BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini peneliti akan menjabarkan gambaran distribusi frekuensi dari responden yang dibahas dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat.
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kelurahan Pamulang Barat mempunyai jumlah penduduk sebanyak 62.301 jiwa, Pamulang Barat ini merupakan kelurahan dengan angka DBD tertinggi di Tangerang Selatan, salah satu RW di kelurahan Pamulang Barat ini yang menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak adalah di RW: 022 yaitu pada tahun 2011 terdapat 3 kasus DBD, kemudian di tahun 2012 terdapat 8 kasus DBD dan terhitung sampai bulan April 2013 terdapat 2 kasus DBD. RW: 022 merupakan wilayah perumahan padat penduduk yang tertata rapi yang terbagi menjadi 4 RT, berikut ini merupakan jumlah kepala keluarga di RW: 022 berdasarkan masing- masing RT ialah :
RT 01 = 100 kepala keluarga RT 02 = 83 kepala keluarga RT 03 = 65 kepala keluarga RT 04 = 200 kepala keluarga
B. Karakteristik Responden 1. Umur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013
Usia Frekuensi Presentase
25-29
Tabel diatas menunjukan bahwa umur responden dengan rentang tertinggi yaitu 35-39 dan 40-44 tahun dengan jumlah 16 responden (29,6%), dan responden yang paling sedikit adalah dari rentang umur 55-59 dengan jumlah 1 responden (1,9%).
2. Pendidikan
Pada penelitian ini peneliti membagi tingkat pendidikan responden yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi. Tabel 5.2 menunjukan distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikannya.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013
Tingkat pendidikan Frekuensi Prosentase %
SD/sederajat 2 3,7%
SMP/sederajat 5 9,3%
SMA/sederajat 22 40,7%
Perguruan Tinggi 25 46,3%
Tabel 5.2. menunjukan sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan setingkat perguruan tinggi yaitu berjumlah 25 (46,3%) responden dan hanya sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pendidikan SD yaitu berjumlah 2 (3,7%) responden.
3. Jenis Kelamin
Pengelompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin digambarkan pada tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase %
Laki-laki 21 38,9%
Perempuan 33 61,1%
Total 54 100%
Tabel 5.3 Menunjukan hasil bahwa dari 54 responden, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, yaitu berjumlah 33 (61,1%) sedangkan responden laki-laki hanya berjumlah 21 (38,9%).
C. Pengetahuan responden
Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang DBD di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat
Tingkat pengetahuan Frekuensi Prosentase %
Baik 37 68,5%
Cukup 16 29,6%
Kurang 1 1,9%
Total 54 100%
Tabel 5.4 merupakan data yang diperoleh dari kuisioner pernyataan pengetahuan responden terhadap penyakit demam berdarah dengue, dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 37 (68,5%) dilanjutkan dengan responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 16 (29,6%) responden dan hanya 1 (1,9%) responden yang berpengetahuan kurang.
D. Praktik Responden Terhadap Pencegahan DBD
Pengelompokan responden berdasarkan kategori pengetahuan bisa dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik Tentang Pencegahan DBD di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013
Praktik Responden Terhadap
Pencegahan DBD Frekuensi Prosentase %
Baik 20 37,0
Cukup 30 55,6
Kurang 4 7,4
Tabel 5.5 merupakan data yang diperoleh dari hasil keseluruhan kuisioner pernyataan praktik responden terhadap praktik demam berdarah dengue, dapat dilihat bahwa mayoritas 30 (55,6%) responden melakukan praktik pencegahan cukup, selanjutnya sebanyak 20 (37,0%) responden melakukan praktik pencegahan termasuk dalam kategori baik dan hanya 4 (7,4%) melakukan praktik yang kurang baik.
E. Hasil Analisis Bivariat
1. Tabel Silang 5.7 Hubungan Item Pertanyaan No. 3 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 5
Pengetahuan Tidak Praktik
pernah kadang sering selalu total
abate tersebut hanya kadang- kadang berjumlah 18,6% dan untuk responden dengan jawaban benar dan selalu menaburkan bubuk abate kedalam tempat penampungan air hanya sebesar 14,8%.
2. Tabel Silang 5.8 Hubungan Item Pertanyaan No. 5 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 1
Pengetahuan Tidak Praktik
pernah kadang sering selalu total Salah
Benar
0
(0%) (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 3
(5,6%) (11,1%) 6 (29,6%) 16 (53,7%) 29 (100%) 54
Total 2 6 16 29 54
3. Tabel Silang 5.9 Hubungan Item Pertanyaan No. 5 Pengetahuan dan
Tabel 5.9 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel pernyataan pengetahuan masyarakat tentang manfaat 3M dengan pernyataan praktik responden terhadap pencegahannya DBD dengan menutup tempat penampungan air yaitu sebagian besar 57,4% responden mengetahui manfaat 3M dan selalu menutup tempat penampungan air, dan untuk 27,8% reponden yang mengetahui tentang manfaat DBD akan tetapi kadang-kadang menutup tempat penampungan air, dan hanya sebagian kecil 7,4 responden yang mengetahui manfaat 3M dan sering menutup tempat penampungan air dan juga untuk 7,4% responden dengan jawaban benar akan tetapi tidak menutup tempat penampungan air.
Tabel 5.10 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel pernyataan pengetahuan masyarakat tentang manfaat 3M dengan pernyataan praktik responden terhadap pencegahannya DBD dengan mengubur barang bekas yaitu sebagian besar 57,4% menjawab benar dan selalu melakukan tindakan pencegahan tersebut, dan untuk 20,4% responden dengan jawaban benar akan tetapi tidak disertai dengan tindakan pencegahannya, dan 13% responden dengan jawaban benat tetapi hanya kadang-kadang melakukan tindakan pencegahan tersebut serta hanya sebagian kecil 9,2% responden menjawab dengan benar dan sering melakukan tindakan pencegahan tersebut.
5. Tabel Silang 5.11 Hubungan Item Pertanyaan No.6 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 11
melakukan praktik pencegahan tersebut dengan kadang-kadang saja, dan untuk 24% responden menjawab dengan benar akan tetapi tidak pernah melakukan pencegahan tersebut dan untuk 9,2% responden yang menjawab benar dan sering menggunakan obat nyamuk oles dan hanya sebagian kecil untuk 9,2% responden yang menjawab benar dan selalu menggunakan obat nyamuk oles ketika tidur.
6. Tabel Silang 5.12 Hubungan Item Pertanyaan No. 7 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 15
responden dengan masing-masing jawaban benar dan responden yang menjawaban salah tetapi sering dilakukan fogging .
7. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat
Tabel 5.13 Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Pengetahuan Praktik Total P
Value tabel P
sebanyak 1 (1,9%) responden, pengetahuan cukup dengan praktik kurang sebanyak 1 (1,9%) responden sedangkan untuk pengetahuan kurang dengan praktik kurang tidak ada, dan juga untuk pengetahuan kurang dan praktik cukup juga tidak ada.
61 BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil akan membahas terkait hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan menjabarkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksaan penelitian.
A. Analisa Univariat
1. Gambaran Karakteristik Responden di RW 022 Pamulang Barat a. Umur
Menurut teori Green menjelaskan bahwa umur merupakan salah satu predisposing faktor terjadinya perubahan perilaku seseorang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan usia seseorang mungkin bisa mempengaruhi seseorang dalam melakukan perilaku kesehatan.
Responden dalam penelitian ini seluruhnya termasuk kedalam kategori usia dewasa. Hasil statistik pada penelitian ini menunjukan bahwa rata- rata usia responden adalah 41 tahun dengan usia termuda adalah 27 tahun dan usia tertua yaitu 57 tahun.
b. Pendidikan
berpendidikan setingkat SMA yaitu berjumlah 22 (40,7%) orang dan hanya sebagian kecil responden yang berpendidikan setingkat SMP sebanyak 5 (9,3%) orang dan terakhir responden yang berpendidikan SD yaitu 2 (3,7%) orang. Tingginya tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini sebanding dengan tingginya pengetahuan responden terkait DBD yang menunjukan bahwa, sebagian responden berpengetahuan baik yaitu 37 responden (68,5%). Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada lingkungannya yang dapat mendorong terhadap tindakan pencegahan DBD. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, begitu pula sebaliknya.
c. Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 responden (61,1%) dan responden laki- laki hanya berjumlah 21 orang (38,9%).
2. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan melalui panca indera manusia terhadap suatu objek. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sehingga dengan adanya pengetahuan yang baik maka akan menimbulkan kesadaran dan membuat seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang baik yaitu 37 responden (68,5%), sedangkan untuk responden dengan pengetahuan yang cukup berjumlah 16 responden (29,6%) dan hanya sebagian kecil responden dengan pengetahuan kurang yaitu 1 responden (1,9%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat (2009), yang menyatakan bahwa sebagian besar reponden tentang DBD termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 66 (90,4%) responden, tingginya pengetahuan responden tersebut, didukung oleh jenjang pendidikan yang ditempuh oleh responden yang cukup tinggi yaitu 31 responden (42,5%) menyatakan bahwa tingkat pendidikannya setara SLTA/ sederajat.
3. Gambaran Praktik Masyarakat Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat
Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden melakukan praktik pencegahan DBD dengan cukup baik yaitu sebesar 30 orang (55,5%) sedangkan untuk responden dengan praktik pencegahan baik juga berjumlah 20 orang (37,0%) dan untuk responden dengan praktik pencegahan yang kurang baik hanya sebagian kecil yaitu 4 orang (3,7%). Tingginya pengetahuan responden tentang DBD tersebut tidak diiringi dengan pelaksanaan tindakan/ praktik pencegahan DBD sehingga kasus DBD di wilayah RW 022 masih cukup tinggi.
Kramatpela karena masih banyak keluarga didaerah tersebut yang tidak melaksanakan kegiatan PSN DBD secara sungguh-sungguh.
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue dan Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat
Hasil uji statistik dalam penelitian dengan menggunakan spearman corellation didapatkan P = 0,13 r = 0,20 dengan P value 0,05 yang menunjukan tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue dan variabel praktik pencegahan demam berdarah dengue.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat (2009), yang menyatakan meskipun tingkat pengetahuan responden termasuk dalam kategori baik (90,4%) akan tetapi dalam pelaksanaan praktik pencegahan DBD, hanya 17,8% responden yang melakukan praktik pencegahan DBD dengan baik, sehingga menyebabkan masih tingginya angka kejadian DBD di RW 09 Kelurahan Kramatpela karena masih banyak keluarga didaerah tersebut yang tidak melaksanakan kegiatan PSN DBD secara sungguh-sungguh.